Penilaian Subyektif 2 PDF
Penilaian Subyektif 2 PDF
Penilaian Subyektif 2 PDF
Suatu Bentuk Penilaian Karya Busana Yang Terpadu, Mumpuni, dan Terintegrasi
Oleh:
Triyanto
Widyabakti Sabatari
Staf Pengajar Teknik Busana PKK FT UNY
Abstrak
Terciptanya sebuah karya teknologi busana tidak dapat dipisahkan dari unsur-
unsur pendukungnya, unsure satu bertalian dengan unsure lainya. Nilai mutu, kualitas,
keindahan suatu produk busana melebur jadi satu paket tak terpisahkan. Untuk itu
didalam pemberian nilai perlu adanya pertimbangan yang menyeluruh, komplit, integral,
holistik, sehingga menghasilkan volue justment atau kebijakan penilaian yang terbaik.
Kebijakan dalam pemberian nilai karya busana ini dapat tercapai jika didalam
pemberian nilai memadukan, mengkolaborasikan dengan cara mempertimbangkan
penilaian dari aspek oyektif dan aspek subyektif. Materi penilaian obyektif menyangkut
pada kwalita obyek, yakni pertimbangan pada obyek karya busana yang meliputi; ukuran,
presisi, ketepatan, kebenaran dan kesalahan, keruntutan, tingkat kecanggihan,
sophistication itu mencapai pada titik kebenaran yang diharapkan, menyangkut masalah
teknis. Sedang materi penilaian subyektif menyangkut masalah kulit luar obyek atau apa
yang tervisual dari sebuah karya teknik busana, yang dapat dicermati dengan indera
penglihatan, meliputi kemolekan dan kejelekan, keindahan dan keburukan, dalam hal ini
menyangkut masalah nilai keindahan, estetika karya busana. Dengan demikian, jika
dalam penilaian karya busana mengkolaborasikan keduanya, niscaya menghasilkan
penilaian yang menyeluruh, utuh, integral, terpadu, dan mumpuni.
PENDAHULUAN
PENILAIAN OBYEKTIF
Prinsip dasar penilaian obyektif menitik beratkan pada kemampuan
memberikan penilaian dengan mempertimbangkan hubungan antar elemen
yang tersusun menjadi sesuatu yang baik pada suatu benda, karya, atau obyek,
yang mampu menciptakan keindahan atau susunan yang baik. Nilai dari
kwalita keindahan memang telah melekat pada benda yang bersangkutan,
terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan seseorang hanyalah
menemukan atau menyingkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada
sesuatu benda, dan sama sekali tidak berpengaruh untuk mengubahnya.
Dengan kata lain, adanya keindahan itu berasal dari susunan yang baik antar
elemen penyusun terwujudnya benda, keindahan bukan berasal dari kwalitas
orang yang melihatnya. Selaras dengan pernyataan bahwa keindahan itu
merupakan sesuatu yang obyektif The Liang Gie (1976) menyatakan bahwa
yang menjadi ciri-ciri nilai keindahan suatu karya atau benda itu adalah
perimbangan antara bagian-bagian dalam benda itu, perimbangan antara
susunan, ukuran, persamaaan dan jumlah dari bagian-bagian serta hubungan-
hubungan satu sama lain. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi pangkal persoalan kajian pada penilaian obyek terletak pada aspek
materi benda karyanya bukan pada kemampuan orang sebagai subyek
apresiator. Jika materi, obyek, elemen, bagian susunan dalam karya seni
adalah warna, garis, tekstur, bentuk, dan ukuran. Maka yang dimaksut materi
obyektif dalam karya teknologi selain berupa adanya perimbangan yang baik
antara unsur visual yang terdiri dari garis, tekstur, warna, bentuk, juga
memperhatikan hubungan masing-masing bagian dalam materi karya busana,
yakni adanya hubungan yang baik antara busana dengan kerapihan jahitanya,
kebenaran cutting, konstruksi pola. Jika hal itu dipenuhi akan menghasilkan
jahitan busana yang indah antar susunan sehingga terjadi unity form yang baik
dan karya busana yang rapi, kuat, confortable. Dalam pembuatan karya
teknologi busana tersebut tentunya dibuat dengan seksama, ukuran yang pasti,
mendalam, lewat proses yang terencana, rasional, tersusun runtut, linier.
Kemampuan obyektif yang seperti itu dalam pembelajaran karya busana dapat
juga dilaksanakan dengan mengoptimalkan kerja otak belahan kiri. Seperti
diketahui bahwa belahan otak kiri mempunyai fungsi kerja untuk berfikir
rasional, linier, sekuensial, Dr. Wara Kushartanti (2004). Untuk dapat
membuat menciptakan karya yang baik dalam pandangan penilaian oyektif
sangat menghargai proses terciptanya suatu karya sehingga mampu
menghasilkan susunan yang menarik. Dengan demikian pertimbangan nilai
obyektif dalam pembelajaran teknik busana menyangkut aspek isi, materi
dalamya, bukan kulit seperti halnya dalam pertimbangan nilai subyektif yang
semata mempertimbangkan perwujudan visual saja. Dari garapan materi yang
terukur, tersusun secara terencana, rasional, adanya hubungan yang baik antar
elemen inilah karya teknik busana dapat diketahui tingkat keberhasilanya.
Dengan demikian seindah apapun karya teknik jika tidak mempunyai nilai-
nilai referensi tadi, maka ia gugur, gagal dalam penilaian yang baik Agus
Sachari (1986). Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar
penilaian obyektif dalam karya teknologi busana terletak pada kemampuan
untuk memberikan nilai berdasar pada kebenaran, keobyektifan suatu karya,
pertimbangan aspek kulit, bentuk luarnya tidak diperhitungkan, betapapun
indah kalau terjadi kesalahan dalam merangkai antara bagian struktur maka
karya itu dianggap gagal sebagai karya teknik yang baik. Maka terciptanya
karya busana dalam pandangan penilaian obyektif adalah karya busana yang
fungsional, confortable, fleksibility, benar teknik cuting, jahitan beserta
masalah teknis lainya.
Agus Sakhari, (1986), Desain Gaya dan Realitas, Jurusan Desain ITB,
Bandung: CV. Rajawali