Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi,

otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya adalah ketika

siswa didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka

miskin aplikasi. Dengan pemberlakuan kurikulum 2013 yang menerapkan

pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia maka siswa dituntut lebih aktif

dalam kegiatan belajar di kelas.


Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran

Bahasa Indonesia tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berfikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak

digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas.

Gejala semacam ini merupakan gejala dari hasil proses pembelajaran.

Pembelajaran di sekolah terlalu menjejali otak siswa dengan berbagai bahan

ajar yang harus dihafal dan tidak diarahkan untuk membangun dan

mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki siswa (Wina

Sanjaya,2010:13)
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu

menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/ konsep belaka.

Penumpukan informasi/ konsep pada siswa didik dapat saja kurang

bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya

dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah saja

(Trianto,2009:88). Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal

yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi

terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh siswa. Pentingnya

pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi

sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang

terpenting adalah terjadinya belajar yang bermakna (Trianto, 2009:91).


Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang

kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas.

Dengan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas, maka mutu

pendidikan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan.

Salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan

kelas (PTK). Dengan penelitian tindakan kelas kekurangan atau kelemahan

yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi

untuk selanjutnya dicari solusi yang tepat (Kunandar,2008:48).


Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai aktivitas pembelajaran di

kelas X3C SMK YPT Pringsewu g menunjukan bahwa dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola


pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari kurangnya mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, kurangnya membaca buku siswa dan LKS,

rendahnya respon siswa dalam mengajukan pertanyaan, dan rendahnya

aktivitas belajar berkelompok.


Guru lebih aktif dari pada siswa dalam proses pembelajaran sehingga

siswa menjadi pasif. Proses pembelajaran seperti ini berdampak pada hasil

belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Tidak

tercapaian ketuntasan belajar ini karena siswa kurang mampu menyelesaikan

permasalahan sesuai tahapan penyelesaian soal.


Meninjau kembali hasil observasi, diperoleh temuan yaitu kurangnya

aktivitas interaksi siswa ke siswa atau siswa ke guru saat pembelajaran. Siswa

kurang bertanya kepada guru, dan hanya mendengarkan atau mencatat

penjelasan guru tentang materi pelajaran. Dengan melihat kembali hasil

observasi, terlihat bahwa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran, tingkat

kosentrasi yang kurang, serta motivasi yang kurang terhadap pembelajaran

bahasa indonesia
Permasalahan tersebut meliputi aktivitas, sikap dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mendorong guru untuk mengatasi

masalah tersebut. Dari hasil wawancara dengan guru, upaya yang telah

dilakukan yaitu menggunakan proses pembelajaran langsung yang

menyenangkan dan penerapan konsep pada soal. Hasil yang dicapai dari

perlakuan tersebut yaitu siswa terlihat tertarik dan memperhatikan materi yang

sedang disampaikan. Namun lama kelamaan perhatian siswa semakin

berkurang dan kembali lagi melakukan aktivitas yang tidak terkait dengan

pelajaran.
Meninjau kembali hasil observasi selama pembelajaran materi Bahasa

Indonesia masalah utama yang muncul adalah kurangnya aktivitas belajar

siswa saat pembelajaran dengan metode langsung Jika permasalahan tersebut

masih berlangsung terus menerus akan mengakibatkan proses pembelajaran

terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar bahasa indonesia bukanlah

kebutuhan, melainkan hanya tuntutan dari sekolah saja, karena siswa merasa

tidak mendapatkan makna dari pelajaran bahasa indonesia yang dipelajarinya.

Untuk mengantisipasi masalah ini, guru perlu menemukan suatu model

pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal

berbentuk masalah, menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.

Untuk itu peneliti mencoba pendekatan pembelajaran dengan melibatkan

siswa secara aktif dengan pembelajaran berpusat pada siswa (student center).

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah.
Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu

konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian,

sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai dengan pembelajaran

berbasis masalah yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara

memecahkan masalah (proses). Pembelajaran yang dimulai dari masalah nyata

akan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi ajar sering kali

tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik bagi

siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan materi ajar seringkali terlepas

dari kejadian aktual di masyarakat. Akibatnya siswa tidak dapat menerapkan

konsep yang dipelajarinya didalam kehidupan nyata sehari-hari.


Kemampuan tentang pemecahan masalah lebih dari sekedar akumulasi

pengetahuan, tetapi merupakan perkembangan kemampuan dan strategi

kognitif yang membantu siswa menganalisis situasi tak terduga serta mampu

menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan kemampuan memecahkan

masalah merupakan hasil belajar yang paling tinggi (Suyatno,2009:9)


Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan fakta-

fakta tentang aktivitas belajar siswa, persoalan yang perlu diteliti yaitu

mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran akibat

diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah. Sehubungan dengan hal

tersebut, akan dilakukan penelitian dengan judul IMPLEMENTASI

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA HASIL

BEAJAR BAHASA INDONESIA

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada

pokok bahasan menulis puisi yang diperoleh dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah dengan rat-rata hasil belajar bahasa

Indonesia siswa yang diperoleh dengan menggunakan pembelajaran

langsung?
2. Apakah rata- rata hsil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan

menulis puisi yang diperoleh dengan mengunakan pembelajaranberbasis

masalah lebih tinggi dari pada rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia

siswa yang diperoleh dengan mengunakan pembelajaran langsung?


C. Ruang Lingkup

Untuk menghindari penafsiran ganda, makapeneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Model pembelajaan berasal dari dua kata yakni model danpembelajaran.

model diarikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melaukan kegiatan(buku referensi). Pembelajaran

bebasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta

untuk memeperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pelajaran.
2. Pembelajaran lansung adalah model pembelajaran yang menekankan pada

penugasan konsep dan perubahan perilaku dengan menutamakan

pendekatan deduktif
3. Hasil belajar adalah kemampuan menguasai materi yang telah dipelajari

yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran dalam bentk skor

berdasarkan hasil tes belajar bahasa Indonesia. Pada penelitian ini hasil

belajar yang dimaksud adalah hasil belajar bahasa Indonesia siswa ang

diperoleh dengan menggunakan pembelajaran berasis masalah dengan

hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diperoleh dengan menggunakan

pembelajaran langsung pada pokok bahasan menulis puisi.


4. Materi yang diberikan pada penelitian ini adalah menulis puisi
5. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMK YPT Pringsewu tahun

pelajaran 2015/2016 semester genap.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perbedaan rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia

siswa pada pokok bahasan menulis puisi yang diperoleh dengan

menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan rata- rata hasil

belajar bahasa Indonesia siswa yang diperoleh dengan menggunakan

pembelajaran langsung.
b. Untuk mengetahui rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada

pokok bahaan menulis puisi yang diperoleh dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pada rata- rata hasil

belajar bahasa Indonesia siswa yang diperoleh dengan menggunakan

pembelajaran langsun.
2. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan:

a. Memberikan informasi kepada guru dan calon guru sebagai

pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah agar siswa lebih

terlibat aktif dan kreatif dalam pembelajaran serta membantu dalam

penyelesaian soal- soal


b. Memberi suasana belajar baru bagi semua siswa dan menambah

wawasan dalam belajar bahasa Indonesia siswa serta menumbuhkan

rasa toleransi dan kerja sama siswa dalam bekerja kelompok sehingga

meningkatkan hasil belajar siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia sebaai

akibat dari pengalaman dalam interaksi dengan linkungannya, sebagai

mana dikemukakan oleh Slamet (2003:2) Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Dimyati dan Mujiono

(2009:7) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Berdasarkan pada pengertian belajar yang dikemukakan para ahli

tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah tindakan an perilaku

siswa yag kompleks sehinga membawa perubahan tingkah laku pada

individu yang belajar.

Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan

oleh guru untuk membelajarkan siswanya dalam belajar, sebagaimana

dikemukakan oleh Dimyanti dan Mujino(2009:157) pembelajaran adalah

proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswanya

dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses kemampuan

keterampilan dan sikap. Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI 2007:17) menyatakan bahwa pembelajaran adalah

proses, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.


Selanjutnya Syaiful Sagala (2005:64) Pembelajaran adalah setiap

kegiatan yang diraancang oleh guru untuk membantu seseorang

mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses

yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

konteks belaja mengajar.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli dapat

disimpilkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sebagai pendidik untuk membantu siswanya dalam

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada suatu prosesyang

sistematis melalui tahap rancangan pelaksanaan dan evaluasi sehinngga

membuat manusia atau makhluk hidup belajar.

2. Pengertian Hasil Belajar

Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan

dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau

kegiatan hasil belajar. Menurut Suryosubroto (2002:53) Penilaian atau

hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam

hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari.

Menururt Dimyanti dan Mujiono (2009: 3) Hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.

Menurut Suharsimi Ariunto (2002 :73) Hasil belajar merupakan

kemampuan penguasaan materi yang dicapai siswa dan dapat dinyatakan

dengan nilai atau angka ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, namun

salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur melalui tes.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

hasil belajar yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan

yang berupa angka (nilai)., nilai kemampuan yang diperoleh siswa dalam

bentuk skor melalui interaksi tindakan belajar dan mengajar.

Hasil belajar yang dimaksud dalam peneliti ini dalah hasil belajar

bahasa indonesia siswa yang diperoleh dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah dengan hasil belajar bahasa indonesia

siswa yang diperoleh dengan menggunakan pembelajaran langsung pada

pokok bahasan menulis puisi.

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang

bersumber dari dalam diri siswa, dari lingkungan siswa dan dari pihak

keluarga.

Sebagaimana pernyataan Suharsismi Arikunto 92006: 55) bahwa

banyak faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Ada faktor yang

dapat diubah (seperti : cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi,

dan lain- lain), ada pula faktor yang harus diterima apa adanya ( seperti:

latar belakang siswa, lingkungan sekolah, dan lain-lain). Namun faktor

yang sangat berpengaruh berasal dari guru, hal ini terjadi karena dalam

proses pembelajaran guru dianggap sebagai satu- satunya pusat informasi

sehingga siswa kurang aktif. Proses belajar mengajar yang bejalan dengan

baik dimana siswa lebih banyak aktif dibandingkan guru akan berdampak

pada optimalnya hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam
setiap melaksanakan proses belajar mengajar gurun harus merancang

model pembelajaran yang tepat dengan berusaha mengurangi sifat abstrak

dari objek bahasa indonesia sehingga memudahkan siswa untuk

memahami bahasa indonesia.

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk mengurangi sifat

abstrak dari objek bahasa indonesia adalah model pembelajaran berbasis

masalah. Dalam model berbasis masalah guru tidak hanya sebagai sumber

pengetahuan semata tetapi lebih banyak beralih menjadi motivator dan

fasilitator, sehingga siswa dapat lebih berperan aktif dan kreatif karena

siswa lebih leluasa mengembangkan potensinya sehingga meningkatkan

hasil belajar.

Slameto menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang

sedang belajar, meliputi tiga faktor yaitu:


1) Faktor jasmani, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan.


3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang

sedang belajar, meliputi tiga faktor yaitu:


1) Faktor keluarga, meliputi cara mendididk anak, relasi antar

anggota keluarga, susana rumah, keadaan ekonomi keluarga.


2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

alat pelajaran, waktu sekolah, metode belajar, dan tugas rumah.


3) Faktor masyarakat, meliputi teman bergaul, media massa, dan

kegiatan siswa dengan masyarakat.

Dari uraian dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

faktor- faktor yang mempengaruhi haisl belajar meliputi:

a) Latar belakang siswa, mencangkup intelegensi, minat, bakat,

motivasi, kesehatan jasmani, dan kelelahan


b) Lingkungan sekolah, mencangkup cara mengajar, mutu rancangan

dan model evaluasi.


c) Lingkungan keluarga dan masyarakat, mencangkup cara prang tua

mendidik anaknya, susana di rumah, media massa, dan teman

bergaul.

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Barrows dan Keson dalam Yatim Rianto (2016: 285)
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran
yang menuntut peserta didi untuk berpikir kritis, memecahkan
masalah, belajar secara mandiri dan menuntut keterampilan
berpartisipasi dalam tim. Proses pemecahan masalah yang
dilakukan secara kolaborasi dan disesuaikan dengan kehidupan.

Hal ini selaras dengan Finkle dan Torp dalam Ytim Rianto (2010:

285) yang menyatakan bahwa Pembelajaran berbasi maasalah adalah

model pembelajaran yang dapat membangun disekitar suatu masalah

nyata yang memerlukan pemeriksaan, panduan informasi dan refleksi,

membuktikan hipotesis sementara dan dicarikan solusinya.


Dari beberapa uarain oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang

menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah,

belajar secara mandiri dan menuntut keterampilan berpartisipasi


dalam tim guna melakukan pemeriksaan, panduan informasi dan

refleksi, membuktikan hipotesis sementara dan dicarikan solusinya

dalam kehidupan nyata.

b. Ciri- Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah.


Adapun ciri- ciri pembelajaran berbasis masalah menurut

Ibrahim dan Nur (2005: 5- 7) sebagai berikut :


1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk
siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik,
menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat
pada pembelajaran tertentu bahasa indonesia, masalah yang akan
diselidiki telah dipilih benar- benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
3. Penyelidik autentik
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masala nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, dan
merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk/ karya dan memamerkannya
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswanya untuk
menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah
yang mereka temukan.

c. Langkah- Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah memiliki lima tahapan utama

(Ibrahim dan Nur 2005 : 13) kelima tahapan tersebut adalah :

Fase Tahap Tingkah Laku Guru


1 Orientasi siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada masalah Menjelaskan logistik yang dibutuhkan
Memotivasi siswa terlibat dalam
aktivitas
Pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa Membantu siswa mendefinisikan dan
untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan
penyelidikan informasi yang sesuai, melksanakan
individual maupun eksperimen untuk mendapatkan
kelompok penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan
menyajikan hasil dan menyiapkan karya yang sesuai
karya seperti laporan, vidio, dan model yang
membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temanya
5 Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses- proses
yang mereka gunakan

d. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah


Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim dan

Nur 2005 : 15) meliputi hal- hal sebagai berikut :


1. Tugas- tugas perencanaan
Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak
perencanaan, seperti halnya model- model pembelajaran yang
berpusat pada lainnya.
a. Penetapan Tujuan
Pertama kali dideskripsikan bagaimana pembelajaran
berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu mencapai
tujuan- tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memakai
peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pembelajar
yang mandiri.
b. Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih
suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memeilih
masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan
motivadi siswa.situasi masalah yang baik seharusnya autentik,
mengandung teka- teki dan tak terdefinisikan secara ketat.
c. Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam proses belajar mengajar siswa diinginkan bekerja
dengan beragam material dan peralatan, dan pelaksanaannya
bisa dilakukan dalam kelas, di perpustakaan atau laboratorium
bahkan dapat juga dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu,
tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan
kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas
perencanaan utama bagi guru yang menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah.

2. Tugas interaktif
a. Orientasi Siswa Pada Masalah
Siswa perlu memahami tujuan pembelajaran berbasis masalah
adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam
jumlahbesar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah- masalah penting untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah dalam
pembelajaran ini adalah dengan menggunakan kejadian yang
mencengangkan dan memberikan keinginan untuk
memecahkannya.
b. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar
Pada model ini dibutuhkan pengembangan keterampilan
kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk
menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal itu,
siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan
penyelidikan dan tugas- tugas pelaporan. Kelompok belajar
kooperatif juga belaku pada model pembelajaran ini.
c. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok, meliputi:
1. Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat
mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah.
2. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas. Selama tahap
penyelidikan guna memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa
mengganggu siswa.
3. Puncak proyek- proyek pembelajaran berbasis masalah
dalam penciptaan dan peragaan seperti laporan, poster,
model- model fisik dan vidio tape.
d. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir pembealjaran ini adalah
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berfikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.

e. Lingkungan Belajar dan Tugas- Tugas Managemen


Salah satu masalah dalam pengelolaan pembelajaran berbasis
masalah adalah bagaimana menangani siswa baik secara
idividu maupun kelompok untuk menyelesaika tugas lebih awal
atau terlambat. Jadi kecepatan dalam penyelesaian yang
dimiliki siswa jelas berbeda sehingga memungkinkan siswa
mengerjakan tugas multi( rangkap). Guru yang efektif harus
memiliki prosedur- prosedur untuk pengelolaan, pengumpulan
dan pendistribusian bahan- bahan. Guru juga harus
menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan
tingkah laku siswa ketika melakukan penyelidikan.

e. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah


Kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :
1. Realistik dengan kehidupan siswa
2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3. Memupuk sifat inquiri siswa
4. Pemecahan konsep menjadi kuat
5. Memupuk kemampuan pemecahan masalah

f. Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Kekurangan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :

1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks


2. Sulitnya mencari masalah yang relevan
3. Sering terjadi kesalahan konsep
4. Memerlukan waktu yang cukup panjang

5. Pembelajaran Langsung
a. Pengertian Pembelajaran Langsung
Menurut Agus Suprijono 92009:47) menyatakan bahwa

Pembelajaran langsung sering disamakan dengan model mengajar

menggunakan metode ceramah yang sam- sama sifatnya memberikan

informasi, pengajaran berpusat pada guru. Oleh karena itu

keunggulan dan kelemahan metode ceramah merupakan keunggulan

dan kelemahan pembelajaran langsung juga. Ini sesuai dengan

pendapat Asyirint (2010: 72) yang menyatakan pembelajaran

langsung adalah pembelajaran dengan cara melatih siswa agar siap

secara langsung dalam mengahadapi tugas- tugas, baik itu diberikan

dalam bentuk ujian, informasi,dan prosedur, latihan terbimbing,

refleksi, latihan mandiri dan evaluasi.


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

langsung adalah suatu pengajaran yang diberikan guru dengan cara

memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya

diperlukan dan menyadarkan kepada hafalan.


b. Langkah- Langkah Pembelajaran Langsung
Langkah dalam pembelajaran langsung menurut Slavin dalam

Yatim Riyanto (2003: 281) sebagai berikut :


1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran
kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal- hal
yang harus di pelajari dan kinerja siswa yang diharapkan
2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap
ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan
dan keterampilan yang telah dikuasai siswa
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru
menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-
contoh, mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk menilai tingkat
pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap
ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu
atau kelompok
6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru
memberikan review terhadap hal- hal yang telah dilakukan siswa,
memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan
mengulang keterampilan jika diperlukan
7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru membrikan
tugas- tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan
pemahamannya terhadap materi yang telah merak pelajari
c. Kelebihan Pembelajaran Langsung
Kelebihan pembelajaran langsung menurut Syaiful Sagala (2002: 201)

sebagai berikut:
1. Dapat digunakan jika jumlah siswa cukup banyak
2. Dapat dipakai jika guru akan memeperkenalkan materi pelajaran

baru
3. Siswa mampu menerima informasi
4. Guru dapat menekankan hal- hal yang penting untuk dipelajari

d. Kelemahan Pembelajaran Langsung


Kelemahan pembelajaran langsung menurut Syaiful Sagala (2002:

201) sebagai berikut:


1. tidak dapat memberi kesempatan untuk berdiskusi memecahkan
masalah
2. kurang memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya
3. pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh para
pendengarnya, apalagi digunakan kata- kata asing.
4. Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih
kecil. Taraf berfikir anak masih berada dalam taraf yang kurang
konkrit.

6. Materi Pokok Menulis Puisi Siswa Kelas X Semester Genap


a. Menulis
1) Pengertian Menulis
Menurut (Tarigan, 2009:3) menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsnung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.


2) Manfaat Menulis
Menurut (Tarigan, 2003: 5) mengemukakan bahwa fungsi

utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung.

Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para

pelajar untuk berfikir, juga dapat menolong kita untuk berfikir

secara kritis. Salah satu dari tugas- tugas terpenting sang penulis

sebangai penulis adalah menguasai prinsip- prisip menulis dan

berfikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan

tujuannya. Yang paling penting diantara prinsip- prisip yang

dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara

singkat bahwa belajar menulis adalah belajar berfikir dalam atau

dengan cara tertentu.

3) Tujuan Menulis
Tujuan menulis menurut Tarigan (2003: 7) sebagai berikut:
1. Tujuan penugasan
Tujuan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama

sekali.dalam artian penulis menuli sesuatu karena ditugaskan,

bukan atas kemampuan sendiri


2. Tujuan altruistik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,

menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para

pembaca memahami, menghargai perasaan dan peranannya,

ngin membuat hidup parapembaca lebih mudah dan lebih

menyenangkan dengan karyanya


3. Tujuan persuasif
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan

kebenaran gagasan yang diutarakan


4. Tujuan informasional
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan

ataupenerangan kepada pembacanya


5. Tujuan pernyataan
Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau

menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca


6. Tujkuan kreatif
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri.

Tulisan ini bertujuan untuk mencapai nilai- nilai artistik, nilai-

nilai kesenian
7. Tujuan pemecahan masalah
Dalam tulisan seperti ini penulis hanya ingin memecahkan

masalah tertentu yang sedang dihadapinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan

adalah sala satu tugas,untuk memberikan kesenangan,keyakinan,

informasi, memperkenalkan diri atau menyatakan diri, dan

memberikan pemecahan masalah atau menjadikan solusi yang di

hadapi baik oleh penulis maupun para pembacanya, sehingga dari


hasil penulisannya dapat bemanfaat khususnya bagi dirinya sendiri

maupun orng lain.


b. Puisi
1) Pengertian Puisi
Menurut Atar Semi (1998:93-940) mengutip tentang

beberapa ahli sastra tentang pengertian puisi:


- William Worswrth mengemukaakan bahwa puisi adalah kata-

kata terbaik dalam susunan terbaik


- Leigh Hunt mengatakan bahwa puisi adalah luapan perasaan

yang imajinatif
- Herbert Read berpendapat bahwa puisi adalah bersifat intuitif,

imajinatif, dan sintetik


Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

puisi adalah kritik kehidupan dan luapan perasaan manusia yang

dituangkan dalam bentuk tulisan kata- kata terbaik dan terindah,

dan yang bersifat intuitif, imajinatif,dan sintetik.

2) Struktur Batin puisi


Struktur batin puisi menurut Atar Semi (1998 :945) sebagai

berikut:
a) Tema
Tema dalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Suatu
yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang diciptakan
oleh penyair
b) Nada
Nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis
puisi penyair bisa jadi bersikap mempengaruhi, menasehati,
mengejek, menyindir arau bisa pula ia bersikap lugas, hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca
c) Rasa
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat pada puisinya.
d) Amanat
Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya.

3) Struktur fisik puisi


Struktur fisik puisi menurut Atar Semi (1998 :945) sebagai berikut:
1) Diksi
Diksi atau pilihan kata memeiliki perana yang sangat penting
untuk mencapai keefektifan dalam menulis puisi.untuk
mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami
secara lebih luas kata dan maknanya.
2) Pengimajian
Pengimajian adalah gambaran- gambaran atau gambaran
pikiran, dan kesan mental atau bayangan visual dan bahasa
yang menggambarkannya biasa.
3) Kata konkret
Kata konkret adalah kata- kata yang digunakan penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin
dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca
4) Bahasa figuratif
Bahasa figuratif disebut jg dengan majas. Bahasa figuratif
dapat membuat puisi menjadi prismatis, yang berarti
memancarkan bnayak makna.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaan merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi

nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan

dekian proes belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa.

Sedangkan proes pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan.

Pembelajaran ini sudah dikatakan baik atau tidak, dapat dilihat ari haasil

belajar siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal perlu

diperhatikan beberpa faktor yang memengaruh yaitu faktor dari dalam dan

faktor dari luar siswa tersebt. Faktor dar dalam diantaranya minat siswa untuk

mengikuti pelajaran khususnya maa pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan


factor luar yang berpenaruh adalah cara mengajar guru yang kadang- kadang

kurang tepat. Beberapa guru hanya mengajar dengan model pembelajaran

yang kurang bervariasi sehingg siswa sult untuk memahami materi yang

diajarkan.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran pada masalah autentik yang diharapkan nantinya siswa dapat

menyususn pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan secara

mandiri dan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada siswa. Masalah dalam

penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar bahasa indonesia siswa. Sebagai

alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut, dalam penelitian ini akan

digunakan pembelajaran berbasis masalah. Dengan pembelajaran berbasis

masalah dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya pada pokok bahasan

menulis puisi diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif,

kreatif, dan menyenangkan sehingga potensi siswa dapat berkembang secara

maksimal dan siswa diharapkan memperoleh hasil belajar yang lebih baik jika

dibandingkan dengan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran

langsung.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sampel yang dibagi

dalam dua kelompok. Sampel pertam (1) adalah siswa yang pembelajarannya

dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang ditetapkan sebagai

kelas eksperimen, sedangkan sampel kedua (2) adalah siswa yang

pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung yang ditetapkan

sebagai kelas kontrol. Setelah sampel (1) dan (2) melaksanakan proses
pembelajaran kemudian di evaluasi dengan menggunakan tes. Dari masing-

masing kelompok ini mendapat nilai yang kemudian dianalisis dengan uji

statistik. Berdasarkan uraian di atas kerangka pikir dapat disajikan dalam

diagram sebagai berikut :

Masalah

Siswa yang belajar dengan KBM Siswa yang belajar dengan


menggunakan menggunakan
pembelajaran berbasis pembelajaran langsung
masalah

Evaluasi

Hasil belajas siswa yang Hasil belajas siswa yang


menggunakan menggunakan
pembelajaran berbasis pembelajaran langsung 2
masalah 1

Analisis data
hipotesis
1 2
1 2

Kesimpulan

C. Hipotesi
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka piker,

penulis mengajukan hipotesis yaitu:

1. Ada perbedaan rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia pada pokok

bahasan menulis puisi yag diperoleh dengan menggunakan pembelajaran

berbasis masalah dengan rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa

yang diperoleh dengan menggunakan pembelajaran langsung.


2. Rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan

menulis puisi yang diperoleh dengan menggunakan pembelajaran berbasis

masalah lebih tinggi dari pada rata- rata hasil belajar bahasa Indonesia

siswa yang diperoleh dengan menggunakan pembelajaran langsung.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel


Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar bahasa indonesia

siswa kelas VII semester 1 SMP 04 Gading rejo pringsewu tahun pelajaran

2016 2017 setelah diberikan pembelajaran menggunakan model resitasi

untuk kelas eksperimen dan model ceramah untuk kelas kontrol. Hasil belajar

bahasa indonesia yang dimaksut adalah kemampuan menguasai materi yang

telah dipelajari yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar dalam

bentuk skor berdasarkan hasil tes belajar bahasa indonesia pada pokok

bahasan.

B. Instrumen Penelitian dan Pengembanganya


1. Instrumen penelitian
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar bahasa indonesia siswa

digunakan tes. Tes yang dimaksut adalah tes yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar bahasa indonesia siswa setelah mengikuti

pembelajaran menggunakan model resitasi untuk kelas eksperimen dan

model ceramah untuk kelas kontrol pada pokok bahasan. Bentuk tes yang

dimaksut adalah tes uraian atau esay yang berjumlah lima butir soal

dengan jumlah skor maksimum yang diperoleh siswa adalah seratus dan

jumlah skor minimal siswa adalah nol. Dalam soal tersebut peneliti

menggunakan penskoran karena masing- masing soal mempunyai

langkah-langkah penyelesaian dan tiap-tiap penyelesaian mempunyai skor


tertentu. Sehingga skor untuk setiap butir soal akan berbeda dengan soal

butir lain.

2. Pengembangan instrumen penelitian


Sebelum instrumen ini digunakan untuk pengambilan data

penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengembangan instrumen untuk

mengetahui instrumen tersebut layak digunakan atau tidak. Syarat

instrumen yang layak digunakan adalah instrumen harus valid dan reliabel.

Untuk itu instrumen terlebih dahulu diuji cobakan terhadap sepuluh

respoden ( siswa ) dalam satu populasi tetapi diluar sempel. Hal ini

dimaksutkan untuk mengetahui validitas reabilitas alat tes tersebut.


a. Validitas
Untuk mengatahui tingkat validitas atas kesulitan tes, penulis

menggunakan validitas isi yaitu untuk mengetahui kesesuaian antara

tujuan pembelajaran dan ruang lingkup materi yang diberikan dengan

butir-butir tes yang menyusunnya. Tes dikatakan valid jika soal

mampu untuk mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.

Sebagaimana pernyataan sugiono (2007 : 353) bahwa untuk

mengetahui instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas

isi dapat dilakukan dengan membadingkan antara isi instrumen dengan

materi pelajaran yang telah diajarkan. Selain validitas ini akan dilihat

pula validitas tes tiap item instrumen yakni menggunakan analisis

faktor yaitu mengkorelasikan skor butir soal tersebut dengan skor total

yang diperoleh. Koefesien korelasi dihitung denga menggunakan

rumus korelasi pearson product moment


x 2
N 2()
x

y 2

Rumus = 2
N
y


N xy ( x )( y )
r xy =

r xy
Dimana : = koefisien korelasi

x = jumlah skor item

y = jumlah skor total

n = jumlah respoden

r n2
xy=r
Selanjutnya dihitung dengan uji t dengan rumus 1r 2

dimana :

t = nilai t hitung
r = koefesien korelasi hasil r hitung
n = jumlah respoden

Distribusi (tabel t) untuk a = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n = 2).


t hitung t
Kaidah keputusan : jika hasil berarti valid.
t hitung t hasil
< berarti tidak valid.

b. Relibilitas
Uji relibilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan tes

yang digunakan, tes dikatakan reliabel yaitu jika soal tes tersebut

memberikan hasil yang relatif sama (konsisten) walaupun soal tes


tersebut diberikan pada subjek yang sama meskipun soal tes tersebut

diberikan pada orang, waktu dan tempat yang berbeda. Untuk

mengetahui relibilitas tes digunakan rumus alpha. Rumus alpha

digunakan karena soal yang diberikan berupa uraian. Sebagaimana

diungkapka Riduwan (2006: 115), bahwa untuk mengetahui relibilitas

tes pada soal uraian menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :


k s2t )
r 11 (1
= k1 ) s 2t

Dimana :

x t 2

N


t
x

s2t =

Keterangan :
r 11 = Nilai reliabilitas

k = Jumlah butir soal


s 2t = Varians skor tiap butir soal

s 2t = Varian total

x i = Skor tiap butir soal ke i ( i= 1,2,3,4,.................n )

x t = Skor total tiap butir soal

N = Banyak subjek
r 11
Selanjut nya nilai realibilitas tes dikonsultasikan dengan nilai

tabel r product moment dengan dk =N 1 taraf nyata 5% kemudian

r 11 r tabel
membadingkan dengan dengan kreteria uji :
r 11 r tabel
Jika berarti reliabel dan
r 11 <r tabel berarti tidak reliabel.

C. Populasi, Sempel dan Teknik Sampling


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII

semester genap SMP N 4 Gading Rejo tahun ajaran 2016/ 2017 yang

terbagi menjadi 4 kelas dengan jumlah 96 siswa yang terbagi ke dalam

empat kelas yaitu kelas VIII A berjumlah 24 siswa, kelas VIII B berjumlah

24 siswa, kelas VIII C berjumlah 24 dan kelas VIII D berjumlah 24 siswa.

2. Sampel
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 2 kelas

dengan jumlah 48 siswa. Selanjutnya ditetapkan kelas VIII C yang

berjumlah 24 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D yang

berjumlah 24 siswa sebagai kelas kontrol.

3. Teknik sampling
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik cluster random

sampling. Karena populasinya berbentuk kelompok dan penempatan siswa

acak, penentuan sampel dengan cara sistem undian, yaitu dengan

menuliskan ke empat kelas pada masing masing kertas, lalu kertas


digulung dan dikocok, sehingga terpilih kelas VIII C sebagai kelas

eksperimen dan VIII D sebagai kelas kontrol.


D. Teknik Analisis Data
Analisis data dimaksutkan untuk melakukan pengujian hipotesis dan

menjawab rumusan masalah yang diajukan. Sebelum melakukan pengujian

hipotesis maka terlebih dahulu ada dua asumsi dasar harus dipenuhi yaitu

diuji bahwa data berdistribusi normal dan homogen, baru kemudian dilakukan

uji t.
1. Uji normalitas data
Untuk mengetahui apakan data yang diperoleh berdistribusi normal

atau tidak maka diadakan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik

chi kuadrat, adapun langkah langkah sebagai berikut :


a. Rumus hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berberdistribusi normal.
H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
b. Rumus statistik yang digunakan
2
fofe



k
x 2=
i=1

Keterangan
x 2 = distribusi chi kuadrat
K = banyaknya kelas interval
f o = frekuensi pengamatan

f e = frekuensi yang diharapkan ( Riduwan, 2006 : 132 )


c. Kreteriai uji
Tolak Ho jika x2 hitung x2 tabel dan terima Ho jika x2

hitung < x 2 tabel,


dk = ( k-1) dan peluang = (1-a) dengan k adalah banyaknya interval

kelas dan taraf nyata (a) adalah 5 % (Riduwan, 2006 : 143).

2. Uji hogenitas
Setelah diketahui bahwa ternyata dari populasi yang berdistribusi normal,

maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk

memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berangkat dari kondisi yang

sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan stastik t yang

akan digunakan dalam dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas

dilakukan dengan penyelidikan apakan kedua sempel memiliki atau

mempunyai varians yang sama atau tidak, yaitu dengan langkah langkah

sebagai berikut :
a. Rumus hipotesis
2 2
Ho : o1 = o2 : kedua sampel mempunyai varians yang sama.
2 2
H1 : o1 o2 : kedua sampel mempunyai varians yang tidak

sama.
Keterangan :
2
o1 = varians kelas eksperimen

o22 = varians kelas kontrol


b. Rumus statistik yang digunakan
varians terbesar
f hitung=
varians terkecil

c. Kriteria uji
f hitung dengan f tebel
Membandingkan nilai dengan dk pembilang = n-

1
(untuk varians terbesar) dan dk penyebut = n-1 (untuk varians

terkecil) taraf signifikan ( ) = 5%. Kriterian pengujian jika

f hitung f t ebel f hitung < f tebel


berarti tolak Ho dan jika berarti terima

Ho ( riduwan 2006 : 120)


3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata- rata

hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Resitasi dan model

pembelajaran ceramah, adapun langkah langkahnya sebagai berikut :


a. Uji t dua pihak
Uji t dua pihak digunakan ada tidaknya perbedaan rata rata

hasil belajar Bahasa Indonesia siswa antara kelas eksperimen dengan

rata rata hasil belajar Bahasa Indonesia kelas kontrol dalam uji-t dua

pihak dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut :


1) Rumus hipotesis
H o : 1= 2 : tidak ada perbedaan rata rata hasil belajar

Bahasa Indonesia siswa antara kelas eksperimen dengan rata rata

hasil belajar Bahasa Indonesia kelas kontrol.


H 1 : 1 2
: ada perbedaan rata rata hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa antara kelas eksperimen dengan rata rata hasil

belajar Bahasa Indonesia kelas kontrol.


Keterangan :

1
= rata rata hasil belajar Bahasa Indonesia kelas

eksperimen.
2 = rata rata hasil belajar Bahasa Indonesia kelas kontrol .

2) Rumus statistik yang digunakan


x1 x2
t hitung = 2 ( n11 ) s21 +(n21)s 22
1 1
s ( + ) dimana
n1 n 2
s=
( n1 +n22 )

Keterangan :
x 1 =
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
PADA HASIL BEAJAR BAHASA INDONESIA

OLEH
DIAN ZUNIA NINGRUM
14040006

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR

Syukur alhamduliah penulis ucapka kehadirat Alla SWT yang telah

memberikan ahmat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingap penulis dapat

menyelesaikan proposal yan berjudul IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA HASIL BEAJAR

BAHASA INDONESIA.

Proposal ini disususn untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah

metode penelitian. Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penlis medapat

banyak bantuan, bimbingan, dan arahan daribebagai pihak. Oleh sebab itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus. Semoga arahan, mtivasi, dan

bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah, sehingga memperoleh balasan

yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yag

membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan peulis berikutnya. Semoga

proposal inibermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan

pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan bahasa Indonesia.

Pringsewu, Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

Anda mungkin juga menyukai