Anda di halaman 1dari 20

KRITERIA RUJUKAN PUSKESMAS BANYUANYAR

NO DIAGNOSIS KRITERIA RUJUKAN


A KELOMPOK UMUM
1 Tuberkulosis (TB) Paru a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB
dengan komorbid) seperti TB pada orang
dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik,
TB anak, perlu dirujuk ke layanan
sekunder.Pasien TB yang telah mendapat
advis dari layanan spesialistik dapat
melanjutkan pengobatan di fasilitas pelayanan
primer.
b. Suspek TB MDR harus dirujuk ke layanan
sekunder.
2 Morbili Perawatan di Rumah Sakit untuk campak dengan
komplikasi (superinfeksi bakteri, pneumonia,
dehidrasi, croup, ensefalitis)
3 Varisella a. Terdapat gangguan imunitas
b. Mengalami komplikasi yang berat seperti
pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis.
4 Malaria a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis
15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik.
5 Demam Dengue a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis,
Dan Demam Berdarah melena).
b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai
Dengue
dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik
c. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang
tidak lazim, seperti kejang, penurunan
kesadaran, dan lainnya

6 Leptospirosis Pasien segera dirujuk ke pelayanan sekunder


(spesialis penyakit dalam) yang memiliki fasilitas
hemodialisa setelah penegakan diagnosis dan
terapi awal.
7 Infeksi pada Umbilicusa. Bila intake tidak mencukupi dan anak mulai
tampak tanda dehidrasi.
b. Terdapat tanda komplikasi sepsis.
8 Kandidiasis Mulut Bila kandidiasis merupakan akibat dari penyakit
lainnya, seperti HIV.
9 Lepra a. Terdapat efek samping obat yang serius.
b. Reaksi kusta dengan kondisi:
1. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu
tubuh tinggi, neuritis.
2. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak
ulserasi atau neuritis.
10 Keracunan makanan a. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari
ditangani dengan adekuat.
b. Pasien mengalami perburukan.
Dirujuk ke layanan sekunder dengan spesialis
penyakit dalam atau spesialis anak.
11 Alergi makanan Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji
provokasi dan eliminasi makanan terjadi reaksi
anafilaksis
12 Exanthematous Drug a. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk
Eruption mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang
menjadi Sindroma Steven Johnson.
b. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat
yang diduga sebagai penyebab :
1. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan
dengan
2. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
3. Uji provokasi
c. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan
pengobatan standar dan menghindari obat
selama 7 hari
d. Lesi meluas

13 Fixed Drug Eruption a. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk


(FDE) mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang
menjadi Sindroma Steven Johnson.
b. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat
yang diduga sebagai penyebab :
1. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan
dengan
2. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
3. Uji provokasi
c. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan
pengobatan standar dan menghindari obat
selama 7 hari
d. Lesi meluas
14 Reaksi Anafilaktik Kegawatan pasien ditangani, apabila dengan
penanganan yang dilakukan tidak terdapat
perbaikan, pasien dirujuk ke layanan sekunder.
15 Syok Setelah kegawatan pasien ditangani, pasien
dirujuk ke layanan sekunder.
B DARAH, PEMBENTUKAN DARAH, SISTEM IMUN
16 Anemia a. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb < 6
mg%).
b. Untuk anemia karena penyebab yang tidak
termasuk kompetensi dokter layanan primer,
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
17 HIV/AIDS tanpa a. Rujukan horizontal bila fasilitas untuk
komplikasi pemeriksaan HIV tidak dapat dilakukan di
layanan primer.
b. Rujukan vertikal bila terdapat pasien HIV/AIDS
dengan komplikasi.
18 Limfadenitis a. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu
dirujuk untuk mencari penyebabnya (indikasi
untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah
bening).
b. Biopsi dilakukan bila terdapat tanda dan
gejala yang mengarahkan kepada keganasan,
KGB yang menetap atau bertambah besar
dengan pengobatan yang tepat, atau
diagnosis belum dapat ditegakkan.
C DIGESTIVE
19 Refluks a. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
Gastroesofageal b. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun
kambuh kembali
c. Adanya alarm symptom:
1. Berat badan menurun
2. Hematemesis melena
3. Disfagia (sulit menelan)
4. Odinofagia (sakit menelan)
5. Anemia
20 Gastritis a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
b. Terjadi komplikasi.
c. Terjadi alarm symptoms seperti perdarahan,
berat badan menurun 10%
d. dalam 6 bulan, dan mual muntah berlebihan.
21 Intoleransi Makanan Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit
bila keluhan tidak menghilang walaupun tanpa
terpapar.
22 Malabsorbsi Makanan Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit
dalam untuk mencari penyebab malabsorbsi
kemudian ditatalaksana sesuai penyebabnya.
23 Demam Tifoid a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun
belum tampak perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda
kedaruratan.
24 Gastroenteritis a. Tanda dehidrasi berat
(termasuk disentri, b. Terjadi penurunan kesadaran
kolera dan giardiasis) c. Nyeri perut yang signifikan
d. Pasien tidak dapat minum oralit
e. Tidak ada infus set serta cairan infus di
fasilitas pelayanan
25 Disentri Basiler dan Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat
Disentri Amuba intensif dan konsultasi ke pelayanan sekunder
(spesialis penyakit dalam).
26 Apendisitis Akut Pasien yang telah terdiagnosis harus dirujuk ke
layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito.
27 Perdarahan Saluran Konsultasi ke dokter spesialis terkait dengan
Makan Bagian Atas penyebab perdarahan.
28 Perdarahan Saluran Konsultasi ke dokter spesialis terkait dengan
Makan Bagian Bawah penyebab perdarahan.
29 Hemoroid Grade 1-2 Jika dalam pemeriksaan diperkirakan sudah
memasuki grade 2-3-4.
30 Hepatitis B a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik
yang menetap tanpa disertai keluhan yang
lain.
b. Penderita Hepatitis A dengan penurunan
kesadaran dengan
c. kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik.
31 Parotitis Pasien yang telah terdiagnosis Hepatitis B dirujuk
ke pelayanan sekunder (spesialis penyakit
dalam). Bila kasus tidak membaik dengan
pengobatan adekuat di layanan primer, segera
rujuk ke layanan sekunder dengan dokter
spesialis anak atau dokter spesialis penyakit
dalam
32 Askariasis -
33 Cutaneus Larva Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu
Migrans tidak membaik dengan terapi.
34 Penyakit Cacing -
Tambang
35 Skistosomiasis Pasien yang didiagnosis dengan skistosomiasis
(kronis) disertai komplikasi.
36 Strongiloidiasis Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada
sistiserkosis
37 Peritonitis Rujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis bedah.
38 Kolesistitis Pasien yang telah terdiagnosis kolesistitis dirujuk
ke spesialis penyakit dalam, sedangkan bila
terdapat indikasi untuk pembedahan pasien
dirujuk pula ke spesialis bedah.
D MATA
39 Mata Kering/Dry eye Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika timbul
komplikasi.
40 Buta Senja -
41 Hordeolum a. Bila tidak memberikan respon dengan
pengobatan konservatif.
b. Hordeolum berulang.
42 Konjungtivitis a. Pada bayi dengan konjungtivitis gonore jika
terjadi komplikasi pada kornea dilakukan
rujukan ke spesialis mata.
b. Konjungtivitis alergi dan viral tidak ada
perbaikan dalam 2 minggu rujuk ke spesialis
mata
c. Konjungtivitis bakteri tidak ada perbaikan
dalam 1 minggu rujuk ke spesialis mata
43 Blefaritis Apabila tidak membaik dengan pengobatan
optimal.
44 Perdarahan Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk
Subkonjungtiva ke spesialis mata jika ditemukan penurunan
visus.
45 Benda Asing di Bila terjadi penurunan visus.
Konjungtiva
46 Astigmatism Apabila visus tidak dapat mencapai 6/6.
47 Hipermetropia Rujukan dilakukan jika timbul komplikasi.
48 Miopia ringan Kelainan refraksi yang progresif, tidak maju
dengan koreksi dan tidak maju dengan pinhole.
49 Presbipia -
50 Katarak pada Pasien Indikasi sosial jika pasien merasa terganggu.
Jika katarak telah matur dan membutuhkan
Dewasa
tindakan operasi.
Jika timbul komplikasi
51 Glaukoma Akut Pada glaukoma akut, setelah dilakukan
penanganan pertama. Pada glaukoma kronik,
dilakukan segera setelah penegakan diagnosis.
E TELINGA
52 Otitis Eksterna a. Pada kasus herpes zoster otikus
b. Kasus otitis eksterna nekrotikan

53 Otitis Media Akut a. Jika indikasi miringotomi.


b. Bila membran tymphani tidak menutup kembali
setelah 3 bulan.

54 Serumen Prop -

F HIDUNG
55 Benda Asing di Hidung Pengeluaran benda asing tidak berhasil karena
perlekatan atau posisi benda asing sulit dilihat.

G KARDIOVASKULAR
56 Angina Pektoris Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis
jantung/spesialis penyakit dalam) untuk
tatalaksana lebih lanjut
57 Infark Miokard Segera dirujuk setelah mendapatkan terapi
MONACO ke layanan sekunder dengan spesialis
jantung atau spesialis penyakit dalam
58 Takikardia Segera rujuk setelah pertolongan pertama
dengan pemasangan infus dan oksigen.
59 Gagal Jantung Akut Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke
dan Kronik fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis jantung atau Sp.
Penyakit Dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis
mengalami perburukan dalam waktu cepat harus
segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp.
Jantung/Sp. Penyakit Dalam) untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut.
60 Cardiorespiratory Pasien dirujuk ke spesialis berdasarkan
Arrest kemungkinan penyebab (SpPD, SpJP atau SpB,
dan seterusnya) untuk tatalaksana lebih lanjut.
61 Hipertensi Esensial a. Hipertensi dengan komplikasi.
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan
urgensi).
62 Infark Serebral/Stroke Semua pasien stroke setelah ditegakkan
diagnosis dan diberikan penanganan awal
selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter
spesialis saraf.

H MUSKULOSKELETAL
63 Fraktur Terbuka Langsung dirujuk dengan tetap mengawasi tanda
vital dan memberikan penanganan awal.
64 Fraktur Tertutup Pasien segera dirujuk ke RS

65 Polimialgia Reumatik Setelah ditegakkan dugaan diagnosis, pasien


dirujuk ke spesialis penyakit dalam.
66 Artritis Reumatoid a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti
inflamasi dan steroid dosis
b. rendah.
c. RA dengan komplikasi.
d. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas.
67 Artritis, Osteoartritis a. Bila ada komplikasi, termasuk komplikasi
terapi COX 1
b. Bila ada komorbiditas
68 Lipoma Ukuran massa > 6 cm dengan pertumbuhan yang
cepat.
Ada gejala nyeri spontan maupun tekan.
Predileksi di lokasi yang berisiko bersentuhan
dengan pembuluh darah atau saraf.
I NEUROLOGI
69 Kejang Demam Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan
obat antikonvulsi.
Apabila kejang demam sering berulang
disarankan EEG.
70 Vertigo a. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera
dirujuk.
b. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular
setelah diterapi farmakologik dan non
farmakologik.
71 Delirium Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan rujukan
sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya.
72 Tetanus Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan
pertama.
Terjadi komplikasi, seperti distres sistem
pernapasan.
Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter
spesialis neurologi.
73 Rabies a. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala
rabies.
b. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis
neurologi.
74 Epilepsi Setelah diagnosis epilepsi ditegakkan maka
pasien segera dirujuk ke pelayanan sekunder
yang memiliki dokter spesialis saraf.

75 Status Epileptikus Semua pasien dengan status epileptikus setelah


ditegakkan diagnosis dan telah mendapatkan
penanganan awal segera dirujuk untuk:
a. Mengatasi serangan
b. Mencegah komplikasi
c. Mengetahui etiologi
d. Pengaturan obat
76 Migren Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut
dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik
non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder
(dokter spesialis saraf).
77 Bells Palsy a. Bila dicurigai kelainan supranuklear
b. Tidak menunjukkan perbaikan
78 Tension Headache a. Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis saraf.
b. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh
diri maka pasien harus dirujuk ke pelayanan
sekunder yang memiliki dokter spesialis jiwa.
J PSIKOLOGIS
Insomnia Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak
menunjukkan perbaikan, atau apabila terjadi
perburukan walaupun belum sampai 2 minggu,
pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis kedokteran jiwa.
Demensia a. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan
penatalaksanaan lanjutan.
b. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas
dan membahayakan dirinya atau orang lain.
Gangguan Campuran Pasien dapat dirujuk setelah didiagnosis
Anxietas dan Depresi mengalami gangguan ini, terutama apabila gejala
progresif dan makin bertambah berat yang
menunjukkan gejala depresi seperti pasien
menolak makan, tidak mau merawat diri, ada
ide/tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada
perbaikan yang signifikan dalam 2-3 bulan terapi.
Gangguan Psikotik a. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk
konfirmasi diagnostik ke fasyankes sekunder
yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa
setelah dilakukan penatalaksanaan awal.
b. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan
perawatan inap karena berpotensi
membahayakan diri atau orang lain segera
dirujuk setelah penatalaksanaan awal.
K RESPIRASI
Epistaksis a. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat
tumor di rongga hidung atau nasofaring.
a. Epistaksis yang terus berulang.
Furunkel Pada Hidung -
Faringitis a. Faringitis luetika.
b. Timbul komplikasi: epiglotitis, abses
peritonsiler, abses retrofaringeal, septikemia,
meningitis, glomerulonefritis, demam rematik
akut.
Rhinitis Akut Pasien dengan rhinitis difteri.

Rhinitis Alergik a. Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui


jenis alergen.
b. Bila perlu dilakukan tindakan operatif.
Rhinitis Vasomotor Jika diperlukan tindakan operatif
Tonsilitis Segera rujuk jika terjadi:
a. Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler,
septikemia, meningitis,
b. glomerulonephritis, demam rematik akut.
c. Adanya indikasi tonsilektomi.
d. Pasien dengan tonsilitis difteri.
Laringitis Indikasi masuk rumah sakit apabila:
a. Usia penderita dibawah 3 tahun.
b. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas.
c. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau
exhausted.
d. Curiga adanya tumor laring.
e. Perawatan di rumah kurang memadai.
Bronkitis Akut Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu
dirujuk ke rumah sakit yang memadai untuk
monitor secara intensif dan konsultasi ke
spesialis terkait.
Influenza Bila didapatkan tanda-tanda pneumonia (panas
tidak turun 5 hari disertai batuk purulen dan
sesak napas)

Pneumonia Aspirasi Apabila terdapat indikasi untuk dirawat di RS.


Pada pasien anak, yaitu:
a. Ada kesukaran napas.
b. Sianosis.
c. Umur kurang dari 6 bulan.
d. Ada penyulit misalnya: muntah, dehidrasi,
empiema.
e. Diduga infeksi oleh Staphylococcus.
f. Imunokompromais.
g. Perawatan di rumah kurang baik.
h. Tidak respon dengan pemberian antibiotik oral.
Pneumonia dan Kriteria CURB (Conciousness, kadar Ureum,
Bronkopneumonia Respiratory rate>30 x/m,Blood pressure:
Sistolik <90 mmHg dan diastolik <60 mmHg;
masing masing bila ada kelainan bernilai 1).
Dirujuk bila total nilai 2.
a. Untuk anak, kriteria rujukan memakai
Manajemen Terpadu pada Balita Sakit (MTBS).
Pertusis -
Asma Bronkial a. Bila sering terjadi eksaserbasi.
b. Pada serangan asma akut sedang dan berat.
c. Asma dengan komplikasi.
L KULIT
Miliaria -

Veruka Vulgaris a. Diagnosis belum dapat ditegakkan.


b. Tindakan memerlukan anestesi/ sedasi.
Reaksi Gigitan Jika kondisi memburuk, yaitu dengan makin
Serangga bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau
disertai gejala sistemik atau komplikasi.
Herpes Zoster Pasien dirujuk apabila:
Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah
terapi.
Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri
(imunokompromais).
Terjadi komplikasi.
Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan
multifarmaka
Herpes Simpleks Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah
terapi.
Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik
(imunokompromais).
Terjadi komplikasi.
Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan
multifarmaka.
Skabies Pasien skabies dirujuk apabila keluhan masih
dirasakan setelah 1 bulan pasca terapi
Pedikulosis Kapitis Apabila terjadi infestasi kronis dan tidak sensitif
terhadap terapi yang diberikan.
Dermatofitosis a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah
terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan
multifarmaka.
Pitiriasis versikolor / -
Tinea versikolor
Pioderma a. Komplikasi mulai dari selulitis.
b. Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7
hari.
c. Terdapat penyakit sistemik (gangguan
metabolik endokrin dan
imunodefisiensi).
Dermatitis Seboroik Apabila tidak ada perbaikan dengan tatalaksana
standar.
Dermatitis Atopik a. Dermatitis atopik luas, dan berat
b. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent
steroid
c. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
d. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan
standar selama 4 minggu
e. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai
eritroderma
Dermatitis Numularis a. Apabila kelainan tidak membaik dengan
pengobatan topikal standar.
b. Apabila diduga terdapat faktor penyulit lain,
misalnya fokus infeksi pada organ lain, maka
konsultasi dan/atau disertai rujukan kepada
dokter spesialis terkait (contoh: Gigi mulut,
THT, obsgyn, dll) untuk penatalaksanaan fokus
infeksi tersebut.
Liken simpleks kronik Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk
(neurodermatitis mengatasi penyebab lain yang mendasari
sirkumkripta) dengan berkonsultasi kepada psikiatri atau dokter
spesialis kulit.
Dermatitis Kontak a. Apabila dibutuhkan melakukan patch test.
b. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4
Alergik (DKA)
minggu pengobatan standar dan sudah
menghindari kontak.
Dermatitis Kontak a. Apabila dibutuhkan patch test
b. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4
Iritan
minggu pengobatan standar dan sudah
menghindari kontak.
Napkin Eczema Bila keluhan tidak membaik setelah pengobatan
(dermatitis popok) standar selama 2 minggu.
Pitiriasis Rosea -
Moluskum a. Tidak ditemukan badan moluskum
b. Terdapat penyakit komorbiditas yang terkait
Kontagiosum
dengan kelainan hematologi
c. Pasien HIV/AIDS
Urtikaria a. Rujukan ke spesialis bila ditemukan fokus infeksi.
b. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
c. Jika pengobatan first-line therapygagal.
Filariasis Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan
operatif atau bila gejala tidak membaik dengan
pengobatan konservatif.
Luka Bakar Derajat I Rujukan dilakukan pada luka bakar sedang dan
dan II berat
M METABOLIK, ENDOKRIN, DAN NUTRISI
1 Obesitas a. Konsultasi pada dokter spesialis penyakit
dalam bila pasien merupakan obesitas dengan
risiko tinggi dan risiko absolut.
b. Jika sudah dipercaya melakukan modifikasi
gaya hidup (diet yang telah diperbaiki, aktifitas
fisik yang meningkat dan perubahan perilaku)
selama 3 bulan, dan tidak memberikan respon
terhadap penurunan berat badan, maka pasien
dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk
memperoleh obat-obatan penurun berat
badan.
Tirotoksikosis Setelah penanganan kegawatan (pada krisis
tiroid) teratasi perlu dilakukan rujukan ke layanan
kesehatan sekunder (spesialis penyakit dalam).
Hiperglikemia Pasien harus dirujuk ke layanan sekunder
Hiperosmolar Non (spesialis penyakit dalam) setelah mendapat
Ketotik terapi rehidrasi cairan
Hipoglikemia Pasien hipoglikemia dengan penurunan
kesadaran harus dirujuk ke layanan sekunder
(spesialis penyakit dalam) setelah diberikan
dekstrose 40% bolus dan infus dekstrose 10%
dengan tetesan 6 jam per kolf.
Diabetes Melitus Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi
berikut:
a. DM dengan komplikasi
b. DM dengan kontrol gula buruk
c. DM dengan infeksi berat
d. DM dengan kehamilan
e. DM type 1
Malnutrisi Energi a. Bila terjadi komplikasi, seperti: sepsis,
Protein (MEP) dehidrasi berat, anemia berat,
b. penurunan kesadaran.
c. Bila terdapat penyakit komorbid, seperti:
pneumonia berat.
Hiperuricemia-Gout Apabila pasien mengalami komplikasi atau
Arthritis pasien memiliki penyakit komorbid, perlu dirujuk
ke dokter spesialis penyakit dalam.
Dislipidemia Perlu dilakukan rujukan jika terdapat penyakit
komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
N SALURAN KEMIH
Infeksi Saluran Kemih Jika ditemukan komplikasi dari ISK maka
dilakukan ke layanan kesehatan sekunder
(spesialis penyakit dalam)
O KESEHATAN WANITA
1 Hiperemesis Pasien dirujuk setelah mendapat penanganan
Gravidarum awal.
2 Kehamilan Normal Diabetes melitus
Rujuk untuk memperoleh pelayanan sekunder
Penyakit jantung
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan
dokter ahli di tingkat sekunder

Penyakit ginjal
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan
dokter ahli di
tingkat sekunder

Epilepsi
Nasehati untuk meneruskan pengobatan

Pengguna narkoba, obat


terlarang dan bahan
adiksi lainnya
Rujuk untuk perawatan khusus

Tanda anemia berat dan


Hb <70 g/l
Naikkan dosis besi dan rujuk bila ibu hamil
sesak nafas

Primigravida
Nasehati untuk melahirkan di tempat
pelayanan
kesehatan

Riwayat still birth/lahir


mati
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan
dokter ahli di
tingkat sekunder

Riwayat (validated
IUGR= intra uterin
growth retardation)
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan
dokter ahli di
tingkat sekunder

Riwayat dirawat untuk


eklampsia or pre-
eklampsia

Konsultasikan dan rawat atas pengawasan


dokter ahli di
tingkat sekunder

Riwayat seksio sesaria


Tekankan untuk melahirkan di rumah sakit

Tekanan darah tinggi


(>140/90 mm Hg)
Rujuk untuk di evaluasi

MUAC (lingkar perut


bagian tengah)
Rujuk untuk evaluasi(pertimbangkan standar
ukuran yang
sesuai untuk kondisi setempat)

Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan


trimester 1 bila ditemukan keadaan
di bawah ini:

a. hyperemesis
b. perdarahan per vaginam atau spotting
c. trauma

Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan


trimester 2 bila ditemukan keadaan
di bawah ini:
a. Gejala yang tidak diharapkan
b. Perdarahan pervaginam atau spotting
c. Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl

d. Gejala Pre-eklampsia, hipertensi,


proteinuria
e. Diduga adanya fetal growth retardation
(gangguan pertumbuhan janin)
f. Ibu tidak merasakan gerakan bayi

Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan


trimester 3 bila ditemukan keadaan
di bawah ini:
a. Sama dengan keadaan tanda bahaya
semester 2 ditambah
b. Tekanan darah di atas 130 mmHg
c. Diduga kembar atau lebih

Pre-eklampsia Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan


tanda-tanda pre-eklampsia berat ke
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis obstetri
dan ginekologi setelah dilakukan tata laksana
pada pre-eklampsia berat.

-
-
Anemia Defisiensi a. Anemia yang tidak membaik dengan
Besi pada Kehamilan pemberian suplementasi besi
selama 3 bulan
b. Anemia yang disertasi perdarahan kronis,
agar dicari sumber
perdarahan dan ditangani.

Ketuban Pecah -
Dini (KPD)

Persalinan Lama Apabila tidak dapat ditangani di pelayanan


primer atau apabila level
kompetensi SKDI dengan kriteria merujuk
(<3B)

Perdarahan Post Jika kadar Hb < 8 g/dl rujuk ke layanan


Partum sekunder (dokter spesialis obstetri
dan ginekologi)

10. Ruptur Derajat III dan IV


Perineum Tingkat 1-2 Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki dokter
spesialis obstetric dan ginekologi.

Mastitis a. Abses mammae


b. Sepsis

P. PENYAKIT
KELAMIN

1. Fluor Albus / Pasien dirujuk apabila:


Vaginal discharge Non a. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk
Gonore pasangan
b. Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman
gonore
c. Adanya arah kegagalan pengobatan

2. Sifilis Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus


dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki dokter spesialis kulit
dan kelamin.

3. Gonore a. Apabila tidak dapat melakukan tes


laboratorium
b. Apabila pengobatan di atas tidak
menunjukkan perbaikan dalam jangka
waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke dokter
spesialis karena
kemungkinan terdapat resistensi obat.

4. Vaginitis -

Vulvitis Pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan


kelamin jika pemberian salep
Kortison tidak memberikan respon.
KEPALA PUSKESMAS KLATEN
SELATAN

drg. E Dwi Atmanti N.

NIP.196307171993032002

Anda mungkin juga menyukai