Anda di halaman 1dari 129

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA AKAR

WANGI DI KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT

ADILA AHMAD

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan


dan Kelayakan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2015

Adila Ahmad
NIM H44100017
ABSTRAK

ADILA AHMAD. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Akar Wangi di


Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Akar wangi merupakan salah satu komoditi dalam subsektor perkebunan


yang sangat potensial untuk dikembangkan yang memiliki pangsa pasar tingkat
dunia dengan harga cukup tinggi. Kecamatan Samarang merupakan salah satu
sentra produksi akar wangi yang berada di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.
Usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang memiliki potensi untuk
memperoleh keuntungan yang besar, karena daerahnya memiliki lahan dan cuaca
yang cocok untuk budidaya akar wangi. Pada tahun 2013, usahatani akar wangi di
Kabupaten Garut mengalami penurunan produksi yang mengakibatkan
pendapatan pelaku usaha akar wangi menurun. Tujuan penelitian adalah
menganalisis keragaan usaha akar wangi serta menganalisis pendapatan dan
kelayakan usaha akar wangi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa petani dan
penyuling belum melaksanakan budidaya dan teknik penyulingan sesuai Good
Agriculture Proccessing (GAP) dan Good Manifacturing Proccessing (GMP).
Usaha akar wangi terdiri dari petani, penyuling, petani-penyuling, petani-
penyuling-pengumpul, dan petani-penyuling-pengumpul-pengekspor. Pendapatan
pelaku usaha tertinggi didapat oleh pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-
pengekspor dan pendapatan terendah didapat oleh pelaku usaha petani saja. Usaha
akar wangi layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas,
penurunan harga akar wangi, penurunan harga minyak akar wangi, peningkatan
harga bahan bakar dan peningkatan biaya ekspor dapat menurunkan pendapatan
dan ketidaklayakan usaha akar wangi. Penggunaan bibit unggul, peningkatan
produksi dan peningkatan kapasitas bahan baku dapat meningkatkan pendapatan
pelaku usaha akar wangi.

Kata Kunci: akar wangi, analisis kelayakan usaha, analisis pendapatan


ABSTRACT

ADILLA AHMAD. The Analysis of Revenues and Business Feasibility of Vetiver


at Samarang District of Garut. Supervised by UJANG SEHABUDIN.

Vetiver is one of plantation sub-sector with a huge potensial to be developed


which have share of the world market at a price level is quite high. The subdistrict
Samarang is one of vetiver production centers located in Garut district of West
Java Province. Vetiver farming in the District of Samarang has the potencial to
earn huge profits, because the area has the land and the weather is suitable for
the cultivation of vetiver. But in 2013, the vetiver farming in Garut decline in
production which resulted in the revenue of vetiver business decreases. The
purposes of the research are to analyze the performance of vetiver and to analyze
income and feasibility of businesses vetiver The result of the study showed that the
farmers and refiners have not implemented appreciate cultivation and distillation
techniques Good Agriculture Proccessing (GAP) and Good Maifacturing
Practices (GMP). Business actors vetiver consists of farmer, distiller, farmer-
distiller, farmer-distiller-gatherer and farmer-distiller-gatherer-exporter. The
result of the study showed that the highest income bussines acquired by farmer-
distiller-gatherer-exporter and the lowest income earned by farmers alone
business. Business of vetiver is feasible. Based on the result of the sensitivity
analysis, a decrease of vetiver prices, a decrease of vetiver oil prices, an increase
fuel prices and an increase of export costs can decrease revenue and unfeasible
business of vetiver. Use of quality seeds, an increase production and an increase
capacity of raw materials can increase revenue businesses vetiver.

Keys words: feasibility analysis, revenue analysis, vetiver


ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA AKAR
WANGI DI KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT

ADILA AHMAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang
Kabupaten Garut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada:
1. Ayahanda Muhammad Kadarsyah dan Ibunda Mayati tercinta dan Kakak
Halimatusakdiah, Adik-adik Syarifah, Julia Cahya dan Muhammad Ainul
Yaqin atas kasih sayang, semangat, dan doa yang selalu dilimpahkan kepada
penulis.
2. Ir. Ujang Sehabudin, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Novindra, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji
utama atas segala perhatian dan arahan yang diberikan selama penulis
menuntut ilmu di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
4. Fitria Dewi Raswatie, S.P, M.Si selaku penguji skripsi perwakilan
departemen atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak H. Ede, Bapak Ahmad, Bapak Hasan, Ibu Nita serta seluruh
responden di Kecamatan Samarang yang membantu dalam pengumpulan
data.
6. Sahabat terdekat penulis Irfan Miraza, Ummi, Fira, Kartika, Hani, Amelia,
Novade, Melly, Maulani, Amalia, Nanda, Iqbal, Rita, Frisca, Ega, Zikri,
Haris, Icha, Syauqati, Juwita dan Tiara atas segala doa, semangat dan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman sebimbingan (Rima, Sri, Rendi R, Rendi F, Jaza, Firman,
Andri), Abida Hadi (ESL 46) dan seluruh rekan-rekan ESL 47 (khususnya
Shara, Lina, Ira, Andre, Rifal) atas kerjasama, bantuan, semangat, dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
8. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah
membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu
proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Adila Ahmad
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7


2.1 Budidaya Akar Wangi .............................................................................. 7
2.2 Pengolahan Hasil Pertanian .................................................................... 10
2.3 Konsep Pendapatan Usahatani ............................................................... 13
2.4 Analisis Finansial ................................................................................... 14
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 19
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 22
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 22
4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 22
4.3 Metode Pengambilan Contoh ................................................................. 22
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 23
4.4.1 Konsep Analisis Deskriptif ........................................................... 24
4.4.2 Analisis Pendapatan Usahatani ..................................................... 24
4.4.3 Analisis Finansial menggunakan Cash Flow ................................ 25
V. GAMBARAN UMUM .................................................................................. 29
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 29
5.2 Gambaran Umum Usahatani Akar Wangi .............................................. 29
5.3 Penyulingan Akar Wangi ....................................................................... 31
5.4 Karakteristik Petani Responden ............................................................. 32
5.4.1 Pendidikan Formal ........................................................................ 33
5.4.2 Usia Petani .................................................................................... 33
5.4.3 Pengalaman Usahatani .................................................................. 34
5.4.4 Luas Lahan .................................................................................... 34
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 35
6.1 Analisis Keragaan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang ........... 35
6.1.1 Keragaan Usahatani Akar Wangi .................................................. 35
6.1.1.1 Pengolahan Lahan.............................................................. 35
6.1.1.2 Penanaman ......................................................................... 36
6.1.1.3 Pemeliharaan ..................................................................... 37
6.1.1.4 Pemanenan ......................................................................... 38
6.1.2 Keragaan Usaha Penyulingan Minyak Akar Wangi ...................... 41
6.1.2.1 Penanganan Bahan Baku Akar Wangi .............................. 42
6.1.2.2 Pengisian Bahan ke dalam Ketel ....................................... 43
6.1.2.3 Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi .......................... 43
6.1.2.4 Pemisahan Minyak ............................................................ 44
6.1.2.5 Penampungan Minyak ....................................................... 44
6.1.2.6 Pengemasan Minyak .......................................................... 44
6.2 Analisis Pendapatan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang ........ 45
6.2.1 Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani Akar Wangi . 46
6.2.2 Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Penyuling Akar
Wangi............................................................................................50
6.2.3 Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani-Penyuling
Akar Wangi ................................................................................... 52
6.2.4 Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani-Penyuling-
Pengumpul Akar Wangi ............................................................... 56
6.2.5 Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani-Penyuling-
Pengumpul-Pengekspor Akar Wangi ........................................... 59
VII. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 67
7.1 Simpulan ................................................................................................. 67
7.2 Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 73
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 111
DAFTAR TABEL

1 Luas dan produksi tanaman perkebunan akar wangi Provinsi Jawa Barat tahun
2013 ...................................................................................................................... 2
2 Dosis dan waktu pemupukan lahan akar wangi per hektar .................................. 9
3 Metode prosedur analisis data ............................................................................ 24
4Perhitungan analisis pendapatan usaha akar wangi ............................................ 25
5 Distribusi jumlah petani dan jumlah responden petani akar wangi di
Kecamatan Samarang ......................................................................................... 30
6 Luas areal perkebunan rakyat jenis tanaman akar wangi di Kecamatan
Samarang tahun 2014 ......................................................................................... 31
7 Karakteristik petani responden menurut tingkat pendidikan formal .................. 33
8 Karakteristik petani responden menurut usia ..................................................... 33
9 Karakteristik petani responden menurut pengalaman usahatani ........................ 34
10 Karakteristik petani responden menurut luas lahan ......................................... 34
11 Rata-rata biaya penggunaan pupuk usahatani akar wangi di Kecamatan
Samarang per hektar per tahun ......................................................................... 38
12 Penggunaan tenaga kerja pada usahatani akar wangi di Kecamatan
Samarang ......................................................................................................... 39
13 Perbedaan teknik budidaya Good Agricultural Practices dengan tempat
penelitian ......................................................................................................... 40
14 Perbedaan teknik penyulingan Good Manifacturing Practices dengan tempat
penelitian ......................................................................................................... 45
15 Struktur biaya usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang per hektar per
tahun ................................................................................................................ 48
16 Penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan R/C ratio usahatani akar wangi per
hektar per tahun di Kecamatan Samarang ....................................................... 49
17 Nilai investasi pada usaha penyulingan akar wangi ......................................... 50
18 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha
penyulingan akar wangi .................................................................................. 51
19 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha penyuling
akar wangi ....................................................................................................... 51
20 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku petani-penyuling di
Kecamatan Samarang ...................................................................................... 53
21 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-
penyuling akar wangi....................................................................................... 54
22 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling akar wangi....................................................................................... 55
23 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul di Kecamatan Samarang ............................................................... 56
24 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul akar wangi ................................................................... 58
25 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul akar wangi ................................................................... 59
26 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor di Kecamatan Samarang ........................................... 60
27 Nilai investasi pada usaha penyulingan pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor akar wangi ................................................................. 61
28 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi ............................................... 62
29 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi ............................................... 63
30 Perbandingan struktur biaya, penerimaan, pendapatan dan kriteria investasi
dari pelaku usaha akar wangi........................................................................... 64
31 Perhitungan hasil analisis sensitivitas pelaku usaha akar wangi di Kecamatan
Samarang ......................................................................................................... 65

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan luas (a) dan produksi (b) perkebunan akar wangi Provinsi Jawa
Barat tahun 2009-2013 ......................................................................................... 3
2 Tanaman akar wangi (a) dan hasil panen akar wangi (b) ..................................... 7
3 Penyulingan dengan air dan uap ......................................................................... 11
4 Kerangka pemikiran operasional ........................................................................ 21
5 Ketel penyulingan (a) dan bak pendingin dan cooler (b)................................... 32
6 Alur proses penyulingan akar wangi di Kecamatan Samarang .......................... 42

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik petani responden petani akar wangi di Kecamatan Samarang ..... 73


2 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan
akar wangi pada pelaku usaha penyuling akar wangi ........................................ 74
3 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan
akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling akar wangi ............................. 76
4 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan
akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi .......... 78
5 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan
akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-pengekspor akar
wangi .................................................................................................................. 80
6 Skenario A analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani akar wangi .............. 82
7 Skenario B analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani akar wangi .............. 83
8 Skenario C analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi ........ 84
9 Skenario C analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar
wangi ................................................................................................................ 86
10 Skenario C analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul akar wangi ................................................................................. 88
11 Skenario D analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi ...... 90
12 Skenario D analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar
wangi ................................................................................................................ 92
13 Skenario D analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul akar wangi ................................................................................. 94
14 Skenario E analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi ...... 96
15 Skenario E analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar
wangi ................................................................................................................ 98
16 Skenario E analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul akar wangi ................................................................................... 100
17 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi..... 102
18 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar
wangi ............................................................................................................... 104
19 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul akar wangi ................................................................................... 106
20 Skenario G analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor akar wangi ................................................................ 108
21 Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 110
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang beriklim


tropis dan memiliki keunggulan dalam kepemilikan lahan yang subur dan kaya
akan berbagai jenis sumberdaya alamnya. Kelimpahan ini memberikan potensi
yang sangat besar bagi Indonesia untuk mengembangkan sektor pertanian. Sektor
pertanian ini terbagi ke dalam berbagai subsektor yang terdiri dari perkebunan,
tanaman pangan, kehutanan, perikanan, dan peternakan.
Perkebunan merupakan salah satu subsektor dalam pertanian yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti peningkatan
devisa negara dan penyerapan tenaga kerja. Kemampuan penyerapan tenaga kerja
dalam subsektor ini memberikan kontribusi terhadap penurunan kemiskinan yang
biasanya dihadapi oleh negara berkembang. Selain itu, perkebunan juga memiliki
peranan penting terhadap kelestarian lingkungan hidup dan juga sumber energi,
seperti halnya kelapa dapat dimanfaatkan minyaknya sebagai bahan bakar nabati
pengganti minyak tanah rumah tangga.
Salah satu komoditi dalam subsektor perkebunan yang sangat potensial
untuk dikembangkan adalah akar wangi. Nilai ekonomi tanaman akar wangi
terletak pada akarnya yaitu sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri. Minyak
akar wangi secara luas digunakan untuk pembuatan parfum, bahan kosmetika,
pewangi sabun, obat-obatan, pembasmi dan pencegah serangga. Indonesia sendiri
mampu mengekspor dengan memenuhi sekitar 26% dari kebutuhan minyak akar
wangi dunia dengan beberapa negara pembeli minyak akar wangi tersebut adalah
Singapura, India, Jepang, Hongkong, Inggris, Belanda, Jerman, Italia, dan Swiss
(Yuliani dan Satuhu, 2012).
Sentra produksi tanaman akar wangi berada di daerah Jawa Barat, tepatnya
berada di Kabupaten Garut yang memiliki kualitas yang sangat baik sehingga
mendapat julukan Golden Java Vetiver Oil seperti yang terlihat pada Tabel 1
berikut.
2

Tabel 1 Luas dan produksi tanaman perkebunan akar wangi Provinsi Jawa Barat
tahun 2013
Luas tanan Produksi
No Kabupaten Jumlah Rata-rata
TBM TM TR/TTM Total
(ton) (Kg/Ha)
1 Bandung - - - - - -
2 Bandung Barat - - - - - -
3 Bekasi - - - - - -
4 Bogor - - - - - -
5 Ciamis - - - - - -
6 Cianjur - - - - - -
7 Cirebon - - - - - -
8 Garut - 2 378 - 2 378 73 31
9 Indramayu - - - - - -
10 Karawang - - - - - -
11 Kota Banjar - - - - - -
12 Kota Sukabumi - - - - - -
13 Kota Tasikmalaya - - - - - -
14 Kuningan - - - - - -
15 Majalengka - - - - - -
16 Pangandaran - - - - - -
17 Purwakarta - - - - - -
18 Subang - - - - - -
19 Sukabumi - - - - - -
20 Sumedang - - - - - -
21 Tasikmalaya - - - - - -
Jumlah - 2 378 - 2 378 73 31
Keterangan: TM : Tanaman menghasilkan
TBM : Tanaman belum menghasilkan
TR/TTM: Tanaman rusak/tanaman tidak menghasilkan
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (2013)
Minyak akar wangi di Kabupaten Garut merupakan produk industri kecil
atau industri menengah berbasis sumber daya lokal yang berorientasi pasar
ekspor. Kondisi lingkungan sumberdaya alam Kabupaten Garut dengan daya
dukung agroklimat yang cukup baik, sangat memungkinkan untuk meningkatkan
produksi minyak akar wangi baik kualitas maupun kuantitasnya. Tanaman
penghasil minyak akar wangi masih terbatas dibudidayakan di beberapa daerah,
yaitu Kecamatan Samarang, Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Cilawu,
Kecamatan Pasirwangi, dan Kecamatan Leles, sehingga peluang pengembangan
perkebunan akar wangi masih sangat terbuka luas, mengingat permintaan
pasarnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam dunia perdagangan,
komoditas ini dipandang cukup strategis. Terbukti selama goncangan ekonomi
melanda Indonesia, komoditas ini tetap eksis. Bahkan, disaat krisis moneter yang
3

menyebabkan sebagian besar masyarakat mengalami kesulitas ekonomi, justru


petani dan produsen minyak atsiri mendapatkan keuntungan (Kardinan, 2005).
Namun saat ini, terdapat permasalahan dalam produksi tanaman akar wangi
di Provinsi Jawa Barat, lebih tepatnya di Kabupaten Garut sebagai satu-satunya
Kabupaten di Jawa Barat yang memproduksi akar wangi. Terjadi penurunan
produksi komoditas akar wangi di daerah tersebut seperti yang digambarkan pada
Gambar 1 berikut ini.

2400 80
2380 78

2360 76
74
2340
72
2320 70
200 201 201 201 201
2300 9 0 1 2 3
200 201 201 201 201
9 0 1 2 3 Produksi
75 74 75 75 73
(ton)
Luas (Ha) 2318 2325 2327 2330 2378
(a) (b)
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (2013)
Gambar 1 Perkembangan luas (a) dan produksi (b) perkebunan akar wangi
Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013
Berdasarkan Gambar 1, pada tahun 2009 produksi akar wangi mencapai
sebesar 75 ton per tahun. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan produksi
sebesar 1 ton, sehingga produksi akar wangi pada tahun ini mencapai 74 ton per
tahun. Penurunan produksi akar wangi terjadi lagi dari tahun 2012 ke tahun 2013
sebesar 2 ton sehingga produksi akar wangi mencapai 73 ton per tahun. Hal ini
berkebalikan dengan luas lahan garapan dari tanaman akar wangi mengalami
peningkatan dari tahun 2009 hingga 2012, sehingga produksi komoditi ini harus
terus dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani, peningkatan devisa
negara, dan memperluas kesempatan kerja untuk rakyat yang masih belum
memiliki pekerjaan.
Sentra produksi tanaman akar wangi terbesar di Kabupaten Garut adalah
Kecamatan Samarang, sehingga lokasi ini dapat dijadikan lokasi untuk mewakili
seluruh keadaan lokasi perkebunan akar wangi di Kabupaten Garut. Selain itu,
4

Kecamatan Samarang juga merupakan sentra penyulingan minyak akar wangi.


Dengan alasan inilah, daerah ini menjadi lokasi penelitian.

1.2 Perumusan Masalah

Usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang memiliki potensi untuk


memperoleh keuntungan yang besar, karena daerah di sana memiliki lahan dan
cuaca yang cocok untuk budidaya akar wangi, sehingga pengembangan usahatani
tersebut dapat memberikan prospek yang menjanjikan. Pengembangan usahatani
ini tidak hanya memberikan hasil pada peningkatan produksi akar wangi saja
namun juga meningkatkan pendapatan bagi petaninya jika usahatani tersebut
dikelola dengan baik. Pendapatan petani yang meningkat dapat memberikan
kesempatan yang lebih besar bagi petani untuk meningkatkan skala usahanya
sehingga perkembangan usahatani akar wangi dapat terus berkembang.
Usahatani akar wangi di Kabupaten Garut mengalami penurunan dalam
produksi seperti terlihat pada Gambar 1. Sejak tahun 2012, permintaan perusahaan
parfum dan kosmetik di Eropa yang selama ini menjadi konsumen tetap minyak
akar wangi menurun (Prasetya, 2012). Hal tersebut berdampak pada stok minyak
akar wangi yang menumpuk dan mengakibatkan harga minyak akar wangi
menurun, akibatnya penerimaan penyuling menurun. Rendahnya penerimaan
penyuling berdampak pada rendahnya harga jual akar wangi yang diterima petani.
Selain itu, mutu akar wangi yang rendah juga merupakan penyebab lain
penurunan harga yang diterima petani. Mutu rendah diakibatkan tingginya curah
hujan di Kecamatan Samarang karena lahan menjadi lembab, sedangkan akar
wangi dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang kering. Pada saat normal, harga
minyak akar wangi mencapai Rp 1 300 000 per kg, namun sejak Juni 2012
harganya turun menjadi Rp 800 000 per kg. Harga normal akar wangi yang
diterima petani biasanya mencapai Rp 5 000 per kg, namun sekarang sudah
menurun menjadi Rp 2 000 per kg bahkan mencapai Rp 1 000 per kg.
Permasalahan lain yang sedang dihadapi para pelaku usaha akar wangi yaitu
tingginya biaya produksi seperti biaya tenaga kerja, pupuk dan meningkatnya
harga bahan bakar. Sehingga rendahnya harga yang diterima dan tingginya biaya
produksi menyebabkan pendapatan petani dan penyuling akar wangi menjadi
5

rendah. Sejak saat itu, beberapa petani dan penyuling memilih untuk berhenti dan
beralih kepada komoditi holtikultura. Akibatnya produksi akar wangi menurun
dan memberi dampak terhadap penyuling akar wangi dimana akar wangi
merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan penyuling dalam menghasilkan
minyak akar wangi. Penurunan produksi akar wangi berdampak pula pada
penurunan minyak akar wangi yang dihasilkan dan pendapatan yang diterima oleh
penyuling.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan penelitian mengenai
analisis pendapatan usaha akar wangi di Kabupaten Garut, khususnya Kecamatan
Samarang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pendapatan masing-masing
pelaku usaha akar wangi dan membandingkan pelaku usaha yang lebih
menguntungkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keragaan usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang?


2. Bagaimana tingkat pendapatan, kelayakan dan analisis sensitivitas usaha
akar wangi di Kecamatan Samarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:


1. Mengetahui keragaan usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang.
2. Mengestimasi tingkat pendapatan, kelayakan serta analisis sensitivitas usaha
akar wangi di Kecamatan Samarang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, baik bagi peneliti maupun


pihak-pihak terkait. Kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan dari kegiatan perkuliahan.

2. Bagi petani dan penyuling, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi
masukan dalam pengambilan keputusan usaha, demi tercapainya usahatani
yang lebih menguntungkan.
6

3. Bagi pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah Kabupaten Garut,


penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dalam pengambilan
kebijakan pengembangan usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang
khususnya, serta Kabupaten Garut pada umumnya.

4. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pembanding


dansumber informasi bagi kegiatan penelitian selanjutnya mengenai
pertanian akar wangi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini mencakup tentang analisis pendapatan pelaku usaha akar


wangi di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.

2. Pelaku usaha akar wangi terdiri dari petani, penyuling, petani-penyuling,


petani-penyuling-pengumpul, dan petani-penyuling-pengumpu-pengekspor.

3. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Samarang dengan mengambil


responden sebanyak 50 petani, 1 penyuling, 1 petani-penyuling, 1 petani-
penyuling-pengumpul dan 1 petani-penyuling-prengumpul-pengekspor
selama dua bulan.
7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Akar Wangi

Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) ditemukan tumbuh secara liar,


setengah liar dan sengaja ditanam di berbagai Negara beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman akar wangi termasuk keluarga Graminae , berumpun lebat,
akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai
merah tua. Rumpun tanaman akar wangi terdiri atas beberapa anak rumpun yang
nantinya akan dijadikan bibit (Santoso, 1993). Nilai ekonomis tanaman akar
wangi terdapat pada akarnya seperti pada Gambar 2 berikut.

(a) (b)
Gambar 2 Tanaman akar wangi (a) dan hasil panen akar wangi (b)
Setelah akar dikeringkan dan disuling akan menghasilkan minyak akar
wangi. Minyak akar wangi merupakan salah satu bahan pewangi yang potensial.
Biasanya dipakai secara meluas pada pembuatan parfum, bahan kosmetika dan
sebagai bahan pewangi sabun. Pemakaian minyak akar wangi harus
memperhatikan dosis karena baunya yang keras karena jika dosisnya berlebihan
akan memberikan kesan bau yang tidak enak (woody).
Pertumbuhan akar wangi dipengaruhi oleh keadaan tanah dan iklim dari
suatu daerah.Tanaman akar wangi cocok tumbuh di tanah yang berpasir atau pada
tanah abu vulkanik di lereng-lereng bukit. Pada tanah tersebut akan menyebabkan
akar tanaman menjadi panjang dan lebat, dan juga akar mudah dicabut tanpa ada
yang tertinggal dan hilang. Penanaman akar wangi sekaligus berfungsi sebagai
usaha konservasi tanah dan air, karena kelebatan akarnya mencapai 50 cm
sehingga akar wangi dapat ditanam di pematang-pematang sawah untuk
8

menghindari atau mengendalikan kerusakan pematang-pematang sawah (Santoso,


1993).
Tanaman akar wangi dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan yang
cukup luas, yakni 200-6 000 mm setiap tahun. Tanaman yang mempunyai tingkat
toleransi tinggi terhadap kekeringan ini dapat tumbuh dari dataran rendah sampai
dataran tinggi di atas 1 000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun, kandungan
minyaknya akan baik jika ditanam di atas ketinggian 700 m dpl. Suhu yang
dikehendaki 17-27oC.Tanaman ini tidak baik ditanam di tempat yang teduh,
karena memerlukan cahaya matahari penuh (Kardinan, 2005).
Pembudidayaan usahatani akar wangi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik dan hasil komoditas
yang diperoleh memiliki kuantitas dan kualitas yang baik pula. Pedoman
usahatani akar wangi antara lain (Santoso, 1993):
1. Pembibitan
Meskipun tanaman akar wangi memiliki bunga, tetapi pada umumnya
cara perbanyakan dilakukan secara vegetatif, yakni menggunakan bonggol-
bonggol akarnya. Bonggol tersebut didapatkan dari tanaman dalam rumpun
yang tidak berbunga, lalu dipecah-pecah sehingga setiap pecahan bonggol
memiliki mata tunas. Kemudian bonggol dapat langsung ditanam di kebun.
2. Penanaman
Jika hendak menanam akar wangi pada tanah yang belum pernah
diolah maka perlu dilakukan pencangkulan agar tanah menjadi gembur.
Setelah pengolahan lahan selesai, persiapkan lubang tanam dengan ukuran
panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan kedalaman 10 cm. Ketika membuat lubang
tanam, tanah cangkulan dapat diletakkan di sekitar lubang dan diberikan
pupuk kandang. Waktu tanam sebaiknya diusahakan pada permulaan musim
hujan, yakni pada bulan Oktober-November karena pada fase awal
pertumbuhan tanaman akar wangi membutuhkan air yang cukup. Namun
boleh juga tanaman akar wangi ditanam di luar musim penghujan, asalkan
tanaman tersebut disiram setiap pagi dan sore.
9

3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman akar wangi meliputi penyulaman, penyiangan,
pembumbunan, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama. Sekitar
2-3 minggu setelah tanam, penyulaman dilakukan dengan cara
menggantikan tanaman yang tidak tumbuh dengan bibit yang baru. Hal ini
berguna untuk mengetahui jumlah tanaman yang sesungguhnya dan
nantinya digunakan untuk memprediksi produk yang dihasilkan. Penyiangan
dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh disekeliling
tanaman yang bertujuan agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur
hara dapat berjalan secara optimal. Pembubunan dilakukan dengan tujuan
mengatur aerasi dan drainase dengan baik untuk mencegah tanaman akar
wangi tergenang air. Pemumpukan merupakan usaha memelihara,
menambah dan mempertinggi kesuburan tanah. Dosis dan waktu
pemupukan untuk lahan seluas satu hektar dijelaskan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Dosis dan waktu pemupukan lahan akar wangi per hektar
Tahun I Tahun II
Jenis pupuk
Bulan ke-3 Bulan ke-9 Bulan ke-15
Pupuk kandang 5 ton 5 ton 5 ton
Urea 100 kg 50 kg 50 kg
TSP 50 kg 25 kg 25 kg
KCl 50 kg 25 kg 25 kg
Sumber: Santoso (1993)
Pemangkasan daun dilakukan tiga bulan atau enam bulan sekali
dengan tujuan untuk memperoleh akar yang rimbun dan panjang, khususnya
di dataran tinggi sedangkan tanaman akar wangi di dataran rendah tidak
perlu dilakukan pemangkasan karena justru dapat menurunkan hasil. Gejala
serangan hama di daerah sentra produksi akar wangi selama ini belum
menunjukkan kerugian ekonomis yang berarti. Kadang-kadang ditemukan
ancaman hama sejenis ulat yang menyerang akarnya, sehingga akar tersebut
terputus-putus dan rapuh serta membusuk. Sebagai langkah preventif dapat
disemprotkan insektisisda atau konsultasikan kepada petugas penyuluh.
4. Pemanenan
Penentuan waktu panen merupakan kunci dari usaha budidaya
tanaman akar wngi. Waktu pemanenan akar wangi bergantung pada musim
10

dan penggunaan tanah. Panen yang terlalu dini, justru dapat merusak
kondisi tanaman dan kandungan minyaknya masih sedikit. Panen yang
terlambat dapat menyebabkan penurunan kadar senyawa-senyawa potensial,
dapat mengakibatkan akar layu, sehingga bagian minyaknya hilang.
Berdasarkan pengalaman, saat panen terbaik ialah apabila tanaman akar
wangi berumur antara 1.5-2 tahun, karena ketika itu kandungan minyak
pada akar dalam keadaan optimal.

2.2 Pengolahan Hasil Pertanian


Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan
agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani
yang tidak melaksanakan pengolahan lahan hasil yang disebabkan oleh berbagai
sebab, padahal disadar bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena
dapat meningkatkan nilai tambah (Soekartawi 1993). Menurut Santoso (1993),
penyulingan adalah salah satu cara pengolahan hasil panen untuk mendapatkan
minyak atsiri dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam
ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Atau, dengan cara mengalirkan uap
jenuh (saturated or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel
penyulingan. Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat bertitik didih
tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap. Dengan kata lain, penyulingan
adalah proses pemisahaan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih
cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari setiap komponen tersebut. Dalam
industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan, yaitu sebagai berikut
(Yuliani dan Satuhu 2012):
1. Penyulingan dengan air (water distillation)
Metode ini merupakan metode paling sederhana bila dibandingkan
dengan metode lainnya. Proses penyulingan dengan cara ini hampir sama
dengan perebusan. Metode penyulingan dengan air mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu hanya cocok untuk bahan baku dalam jumlah sedikit dan
tidak cocok untuk bahan baku yang larut dalam air. Untuk bahan baku
berbentuk bunga atau serbuk bahan kering yang terlalu halus akan
membentuk gumpalan karena panas yang tinggi. Akibatnya waktu
11

penyulingan menjadi lebih lama serta rendemen dan kualitas minyak yang
dihasilka menjadi rendah.
2. Penyulingan dengan uap (steam distillation)
Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari
bagian tanaman yang keras seperti kulit batang, kayu dan biji-bijian yang
keras seperti tanaman akar wangi. Pada metode ini, ketel suling dan tangki
air sebagai sumber uap panas diletakkan secara terpisah. Uap yang
dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Hal
yang perlu diperhatikan untuk metode ini adalah tekanan pada boiler dan
ketel penyuling yang harus terus terkontrol.
3. Penyulingan dengan uap dan air (water and steam distillation)
Metode ini disebut dengan sistem kukus atau sistem uap tak langsung.
Menurut Santoso (1993), penyulingan minyak atsiri dengan cara ini sedikit
lebih maju dan produksi minyaknya relatif lebih baik. Cara ini paling sering
dilakukan para petani atsiri, dan jika pengerjaannya dilakukan dengan baik
produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor. Keuntungan
dari metode ini adalah adanya penetrasi uap yang terjadi secara merata ke
dalam jaringan bahan, suhu dapat dipertahankan sampai 100oC, harga alat
lebih murah, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih besar. Berikut
gambar peyulingan dengan metode penyulingan air dan uap.

Sumber: Santoso (1993)


Gambar 3 Penyulingan dengan metode air dan uap
Untuk mengolah bahan baku menjadi minyak atsiri, diperlukan
alat-alat pendukung yang harus memenuhi standar operasional untuk
12

menghindari terjadinya kegagalan dalam mengolah bahan baku. Menurut


Yuliani dan Satuhu (2012), alat penyulingan terbaik adalah yang terbuat dari
kaca tahan panas (pyrex) dengan titik didih sangat tinggi mencapai suhu 1
000oC. Dengan demikian, pada saat proses penyulingan alat tersebut tidak
akan larut atau terkikis oleh minyak atsiri yang dihasilkan. Akan tetapi,
harga dari kaca tahan panas tersebut sangat tinggi sehingga investasi untuk
alat ini cukup besar. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada penyuling di
Indonesia yang menggunakan alat suling terbuat dari kaca. Alat penyuling
lain yaitu terbuat dari bahan besi antikarat (stainless steel) dengan ketebalan
yang cukup untuk penyulingan. Dengan bahan antikarat, tidak akan terjadi
reaksi dengan uap minyak atsiri selama proses penyulingan. Penggunaan
bahan besi seperti drum bekas untuk penyulingan juga banyak dipakai oleh
para penyuling, tetapi minyak yang dihasilkan berwarna coklat kekuningan
akibat besi terlarut ke dalam minyak. Hal itu akan mengakibatkan kualitas
minyak yang dihasilkan akan menurun.
Rendemen merupakan perbandingan antara hasil minyak atsiri dengan
bahan tumbuhan yang diolah. Semakin baik mutu akar wangi yang disuling,
maka semakin tinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi rendemen dan mutu minyak akar wangi yaitu
jenis bibit, pemeliharaan dan terutama umur panen. Jenis bibit unggul
menghasilkan rendemen yang lebih besar daripada jenis bibit akar wangi
biasa. Tanaman akar wangi memerlukan pemeliharaan secara intensif yang
meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan,
pemamgkasan, dan pengendalian hama. Umur panen tanaman akar wangi
berkisar 12-15 bulan, yang artinya jika akar wangi dipanen sebelum atau
melebihi pada waktu tersebut, akan mempengaruhi rendemen dan mutu dari
minyak akar wangi lebih rendah. Selain itu, mutu minyak akar wangi juga
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang digunakan. Suhu dan tekanan yang
tinggi dapat menghemat bahan bakar, namun dapat juga mengakibatkan
minyak gosong apabila tekanan terlalu tinggi.
13

2.3 Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup seorang petani,


semakin besar pendapatan yang diperoleh petani maka semakin besar kemampuan
petani untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam usahanya. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi
suatu usahatani yang tersaji dalam laporan laba rugi. Tanpa pendapatan tidak ada
laba dan tanpa laba maka tidak akan ada usaha yang berjalan. Hal seperti ini tentu
saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi suatu
usaha.
Menurut Rahim dan Hastuti (2007), pendapatan usahatani merupakan selisih
antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan xx meliputi
pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Penerimaan
usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Sedangkan biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh
produsen (petani,nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahanya dalam
mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat diklasifikan menjadi
dua yaitu:
1. Biaya Tetap
Biaya tetap atau fixed cost umumnya diartikan sebagai biaya yang
relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang
diperoleh banyak atau sedikit, misalnya pajak (tax). Selain itu, biaya tetap
dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi
komoditas pertanian, misalnya penyusutan alat dan gaji karyawan.
2. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap atau biaya variabel/variable cost merupakan biaya
yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang
diperoleh. Misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi komoditas
pertanian. Adapun rumus yang digunakan dalam Rahim dan Hastuti (2007):
TC= FC + VC.......(1)
Keterangan: TC= total biaya
FC= biaya tetap
VC= biaya tidak tetap
14

Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumlah produksi yang


diperoleh dengan harga jualnya. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam Rahim dan
Astuti (2007) sebagai berikut:
TR= Y x Py........(2)
Keterangan : TR= total penerimaan
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan
Py= Harga Y
Pendapatan yang diperoleh oleh petani dapat diketahui dengan menghitung
selisih antara total penerimaan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan
oleh petani. Adapun rumus dalam Rahim dan Astuti (2007) yang digunakan:
Pd= TR TC.(3)
Keterangan: Pd= Pendapatan usahatani
TR= Total penerimaan
TC= Total biaya

2.4 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang dilihat dari orang yang
mempunyai kepentingan langsung dalam manfaat dan biaya usaha tersebut, yaitu
individu atau pengusaha (Gray et al, 1997). Analisis finansial dilakukan dengan
cara penyusunan cash flow dengan terlebih dulu mengelompokkan komponen
yang termasuk ke dalam biaya dan manfaat. Unsur-unsur yang terdapat dalam
cash flow yaitu inflow (arus penerimaan) dan outflow (arus pengeluaran).
Komponen yang termasuk dalam inflow yaitu nilai produksi total, pinjaman,
grants (bantuan), nilai sewa dan nilai sisa. Komponen outflow terdiri dari biaya
investasi berupa tanah, bangunan dan mesin, biaya operasional dan pemeliharaan
yang berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, pajak, reinvetasi dan debt
service (pokok+bunga). Analisa proyek baik dari segi biaya maupun manfaat
perlu dilakukan karena pelaksanaan proyek melibatkan sumberdaya yang
jumlahnya terbatas, sehingga perlu keputusan pengelolaan yang tepat sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang (Gittinger, 1986).
Dalam Gray et al. (2007) yang menjadi dasar perhitungan analisis finansial
adalah harga menggunakan harga pasar baik untuk sumber-sumber yang
dipergunakan untuk produksi maupun untuk hasil-hasil produksi dari usaha, pajak
15

adalah bagian dari manfaat yang dibayar kepada instansi pemerintah, penerimaan
subsidi berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik usaha,
biaya investasi dibiayai dengan modal sendiri, serta bunga atas pinjaman dalam
maupun luar negeri merupakan biaya proyek. Pilihan tingkat suku bunga sangat
penting, karena tingkat suku bunga yang rendah akan menurunkan nilai saat ini
dari keuntungan masa depan, dan sebaliknya jika suku bunga tinggi, maka nilai
saat ini menjadi lebih rendah dan berkurang (Mitchell et al, 2010).

2.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu yamg berkaitan dengan akar wangi, analisis
penyulingan dan analisis pendapatan adalah:
Penelitian mengenai Pola Pendapatan Petani Akar Wangi di Kecamatan
Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat dilakukan oleh Dini Rochdiani
(2008). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola dan kontribusi
pendapatan petani akar wangi serta kendala dalam usahatani akar wangi di
Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kasus terhadap 35 petani akar wangi. Hasil dari penelitian
ini memperlihatkan bahwa 87% pendapatan akar wangi berasal dari usahatani
polikultur dan non pertanian, serta 13% berasal dari usahatani monokultur akar
wangi. Pendapat total petani akar wangi Rp 13 970 000 per tahun. Kontribusi
pendapatan petani yang berasal dari usaha pertanian sebesar 40%, lebih rendah
dibandingkan dengan usaha non pertanian sebesar 60%. Kendala yang diihadapi
oleh petani akar wangi antara lain keterbatasan modal, rendahnya produktivitas,
keterbatasan dalam pemasaran, lemahnya kemampuan petani untuk bergerak di
bidang off-farm dan masih lemahnya kemampuan asosiasi petani baik dalam hal
permodalan maupun sumberdaya manusianya.
Penelitian dilakukan oleh Sentosa Ginting (2004) tentang Pengaruh Lama
Penyulingan terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama penyulingan
terhadap rendemen dan mutu minyak sereh wangi yang dihasilkan. Penulis
menduga lama penyulingan yang berbeda akan mempengaruhi rendemen dan
mutu minyak sereh wangi yang dihasilkan. Hasil dari penelitian yaitu lama
penyulingan memberi pengaruh sangat nyata (P 0.01) terhadap rendemen, total
16

geraniol, total sitronellal dan memberi pengaruh yang sangat nyata (P 6.05)
terhadap bobot jenis dan indeks bias. Lama penyulingan yang terlalu lama akan
menurunkan mutu rendemen yang dikehendaki.
Penelitian mengenai Kajian Kemampuan Daya Beli Petani Akar Wangi di
Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dilakukan oleh Eddy Renaldy (2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung pendapatan petani akar wangi yang
berasal dari usaha tani maupun dari luar usaha tani, mengetahui kemampuan daya
beli petani akar wangi di wilayah kajian, mengetahui kendala dan upaya yang
telah dilakukan untuk peningkatan pendapatan dan kemampuan daya beli petani.
Metode penelitian menggunakan analisis pendapatan dan metode survey deskriptif
untuk kajian kemampuan daya beli petani akar wangi. Hasil penelitian
menunjukkan pendapatan rata-rata petani akar wangi adalah
Rp 18 646 000/tahun/luas tanah, atau telah memberikan kontribusi 62% terhadap
total pendapatan petani akar wangi, pendapatan petani yang bersumber dari usaha
tani lainnya adalah Rp 3 020 000/tahun, memberikan kontribusi sebesar 10%, dan
tambahan pendapatan yang diperoleh dari usaha non pertanian adalah sebear
Rp 8 425 000/tahun atau sebesar 28% dari total pendapatan petani. Paritas daya
beli (Purchasing Power Parity-PPP) diperoleh sebesar 53.3 yang menunjukkan
kemampuan daya beli dari masyarakat atau petani akar wangi di Kecamatan
Samarang Kabupaten Garut. Permasalahan keterbatasan modal, rendahnya
produktivitas, keterbatasan dalam pemasaran, kemampuan petani untuk bergerak
di bidang off-farm masih lemah, dan masih lemahnya kemampuan asosiasi petani
baik dalam hal permodalan maupun sumber daya manusianya mengakibatkan
pendapatan yang diterima petani cenderung rendah. Upaya yang telah dilakukan
adalah dengan memfasilitasi petani akar wangi untuk melakukan kemitraan
dengan para pengusaha minyak atsiri, serta memberikan bantuan usaha ekonomi
produktif melalui penyaluran dana penguatan modal usaha kelompok (PMUK)
kepada kelompok tani akar wangi.
Penelitian mengenai Analisis Harga Pokok Produksi dan Penjualan Minyak
Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat dilakukan oleh Intania Sudarwati
(2011). Penelitian ini dilakukan karena selama ini baik petani maupun penyuling
belum melakukan perhitungan harga pokok produksi maupun harga pokok
17

penjualan. Petani maupun penyuling hanya melakukan pencatatan biaya produksi


secara sederhana dan umumnya tidak memperhitungkan biaya overhead.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi rantai pasokan minyak akar
wangi di Kabupaten Garut, menghitung dan menganalisis harga pokok produksi
dan harga pokok penjualan akar wangi, menghitung dan menganalisis harga
pokok produksi dan harga pokok penjualan minyak akar wangi, serta menghitung
dan menganalisis nilai tambah minyak akar wangi. Anggota rantai pasokan
minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar wangi,
penyuling akar wangi. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata harga pokok
produksi akar wangi di Kecamatan Samarang adalah Rp 1 144.42/kg akar wangi,
di Kecamatan Bayongbong Rp 1 137.04/kg akar wangi, di Kecamatan Cilawu
Rp 1 177.94/kg akar wangi, dan di Kecamatan Leles Rp 1 336.67/kg akar wangi.
Harga pokok penjualan akar wangi yang didapatkan adalah sama dengan harga
pokok produksi akar wangi. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dan
penjualan yang telah dilakukan, rata-rata harga pokok produksi minyak akar
wangi mutu tinggi saat musim hujan adalah Rp 839 194.87/kg minyak akar wangi.
Rata-rata harga pokok produksi minyak akar wangi mutu rendah saat musim hujan
adalah Rp 738 970.67/kg minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok produksi
minyak akar wangi mutu tinggi saat musim kemarau adalah Rp 489 365.61/kg
minyak akar wangi. Rata-rata harga pokok produksi minyak akar wangi mutu
rendah saat musim kemarau adalah Rp 462 379.88/kg minyak akar wangi. Rata-
rata harga pokok penjualan minyak akar wangi mutu tinggi saat musim hujan
adalah Rp 766 177.28/kg minyak akar wangi. rata-rata harga pokok penjualan
minyak akar wangi mutu rendah saat musim hujan Rp 772 093.36/kg minyak akar
wangi. Rata-rata harga pokok penjualan minyak akar wangi mutu tinggi saat
musim kemarau adalah Rp 472 480.02/kg minyak akar wangi. Rata-rata harga
pokok penjualan minyak akar wangi mutu rendah saat musim kemarau adalah
Rp 475 683.13/kg minyak akar wangi. Rata-rata nilai tambah minyak akar wangi
mutu tinggi saat musim hujan adalah Rp 792.86/kg akar wangi. Rata-rata nilai
tambah minyak akar wangi mutu rendah saat musim hujan Rp 864.94/kg akar
wangi. rata-rata nilai tambah minyak akar wangi mutu tinggi saat musim kemarau
18

adalah Rp 2 626.10/kg akar wangi. rata-rata nilai tambah minyak akar wangi mutu
rendah saat musim kemarau adalah Rp 2 602.11/kg akar wangi.
Penelitian mengenai Analisis Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil)
CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes
dilakukan oleh Pujianto (2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui
besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, tingkat efisiensi dan
tingkat resiko usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di
Kecamatan Bantakawung, Kabupaten Brebes. Metode penelitian menggunakan
metode analytical descriptive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya total
yang dikeluarkan untuk satu tahun yaitu tahun 2011 sebesar Rp 2 359 672 735.5,
penerimaan sebesar Rp 3 159 822 000, sehingga diperoleh keuntungan sebesar
Rp 800 149 264.5. Dalam penelitian ini juga diperoleh nilai profitabilitas sebesar
33.90 %, nilai efisiensi sebesar 1.34, nilai koefisien variasi 1.03651 dan batas
bawah keuntungan sebesar Rp -71 548 098.89.
Penelitian mengenai Analisis Finansial Usaha Minyak Nilam dilakukan
oleh Unteawati (2012) dengan tujuan untuk menganalisis secara finansial usaha
nilam di Kecamatan Kota Agung Timur (dataran tinggi) dan Kabupaten
Tanggamus dan Desa Kali Asin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan (dataran rendah). Hasil penelitian diperoleh usaha minyak nilam
di dataran rendah secara finansial layak (menguntungkan) karena diperoleh nilai
NPV Rp 15 594 676, Net B/C rasio 2.34, dan IRR sebesar 82 %. Sedamgkan
usaha minyak nilam di dataran tinggi Lampung secara finansial layak
(menguntungkan) karena diperoleh nilai NPV Rp 4 479 803, Net B/C 1.29, dan
IRR sebesar 19 %.
19

III KERANGKA PEMIKIRAN

Akar wangi merupakan komoditi subsektor perkebunan yang memberikan


kontribusi yang cukup tinggi terhadap penerimaan devisa negara, karena akar
wangi memiliki pangsa pasar dunia dengan harga yang cukup tinggi sebagai
komoditas ekspor Indonesia. Kabupaten Garut sebagai sentra produksi tanaman
akar wangi, mampu memasok 90% dari kebutuhan akan minyak akar wangi dalam
negeri maupun ekspor. Kecamatan Samarang menjadi lokasi penelitian, karena
merupakan daerah sentra produksi akar wangi di Kabupaten Garut.
Usahatani akar wangi yang memiliki potensi yang baik untuk terus
dikembangkan, ternyata mengalami penurunan produksi pada tahun 2013 di
Kabupaten Garut. Permasalahan yang terjadi diduga diakibatkan oleh menurunnya
permintaan minyak akar wangi, menurunnya mutu akar wangi karena pengaruh
cuaca, dan harga tanaman akar wangi di tingkat pembeli sangatlah rendah,
sehingga petani dan penyuling mengalami penurunan dalam memperoleh
pendapatan kadangkala mengalami kerugian. Hal tersebut yang menyebabkan
banyak petani berhenti menanam akar wangi dan memilih menanam tanaman lain
yang lebih menguntungkan, seperti tomat dan kol. Demikian masalah tersebut
terjadi, maka diperlukan adanya suatu penelitian di Kabupaten Garut, dengan
sampel lokasi penelitian di Kecamatan Samarang.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif terlebih dahulu dengan
cara mengidentifikasi keragaan usaha akar wangi untuk mengetahui bagaimana
pola usahatani dan teknik penyulingan akar wangi di Kecamatan Samarang,
Kabupaten Garut. Pada tujuan ini, keragaan usahatani dan teknik penyulingan
dibandingkan dengan Good Agriculture Practices (GAP) dan Good
Manifacturing Practices (GMP) yang terdapat di text book, apakah sudah sesuai
atau belum. Selain itu, dilakukan pula analisis pendapatan untuk mengetahui
berapa besar keuntungan para pelaku usaha akar wangi. Pelaku usaha akar wangi
di Kecamatan Samarang terdiri dari lima pelaku, yaitu petani, penyuling, petani-
penyuling, petani-penyuling-pengumpul dan petani-penyuling-pengumpul-
pengekspor. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output
tanaman akar wangi menghasilkan suatu biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh
20

pelaku usaha. Hasil dari produksi pelaku usaha yang dijual akan menghasilkan
suatu penerimaan. Selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan menjadi
pendapatan yang diperoleh oleh pelaku usaha akar wangi. Untuk pelaku usahatani
akar wangi, perhitungan pendapatan dapat menggunakan analisis pendapatan saja.
Sedangkan untuk menghitung pendapatan pelaku lain yang melakukan
penyulingan, perhitungan pendapatan menggunakan analisis finansial cash flow.
Perhitungan dengan cara tersebut dilakukan karena tingginya umur ekonomis dan
harga alat penyulingan yang dimiliki pelaku usaha yang tidak fair apabila hanya
dihitung menggunakan analisis pendapatan dan biaya penyusutan biasa. Untuk
mengetahui besarnya pendapatan pada pelaku usaha per tahun, nilai NPV dibagi
dengan umur proyek yaitu sesuai umur ekonomis alat penyuling sebesar 10 tahun.
Setelah diperoleh pendapatan dari masing-masing pelaku usaha akar wangi,
pendapatan tersebut dibandingkan untuk melihat pelaku usaha mana yang lebih
menguntungkan dan mungkin dapat diikuti oleh pelaku usaha lain. Pada penelitian
ini juga melihat kelayakan dan analisis usaha akar wangi pada masing-masing
pelaku usaha. Kelayakan dilihat dari hasil kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net
B/C dan PP. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi terhadap kelayakan apabila dilakukan perubahan pada harga input maupun
harga output dengan cara membuat beberapa skenario. Berikut adalah kerangka
pemikiran operasional yang dibentuk dalam diagram alir (Gambar 2).
21

Usaha akar wangi di Kecamatan


Samarang, Kabupaten Garut

Menurunnya permintaan Harga akar wangi yang diterima


minyak akar wangi dan mutu petani sangat rendah di tingkat
akar wangi pembeli

Penurunan produksi akar wangi di Kabupaten


Garut

Identifikasi keragaan Estimasi tingkat pendapatan


usahatani akar wangi: pelaku usaha akar wangi
Analisis Deskriptif

Petani Penyuling Petani- Petani- Petani-


penyuling penyuling- penyuling-
pengumpul pengumpul-
pengekspor

= TR -TC R/C ratio

- Analisis biaya dan


manfaat/ Cash flow
- Analisis sensitivitas

Pelaku usaha akar wangi yang lebih


Rekomendasi
menguntungkan di Kecamatan
Samarang

Keterangan: Hubungan tidak langsung


Hubungan langsung

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional


22

IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut,


Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan
pencarian data melalui Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, yang menunjukkan
bahwa Kabupaten Garut merupakan sentra produksi akar wangi terbesar di Jawa
Barat maupun di Indonesia. Pemilihan lokasi Kecamatan Samarang berdasarkan
data dari Kabupaten Garut yang menunjukkan bahwa Kecamatan ini sebagai
daerah produksi terbesar dan luas areal lahan terluas tanaman akar wangi di
Kabupaten Garut. Kegiatan Pengambilan data kurang lebih dilakukan selama dua
bulan, yaitu Mei-Juni 2014.

4.2 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan
pengamatan langsung pada petani dengan menggunakan kuisioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan
umum mengenai petani dan pertanian akar wangi secara umum, data jumlah
petani, data penggunaan sarana produksi, data penerimaan usaha serta data lain
yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari literatur, baik
buku, jurnal, situs internet, maupun dari instansi-instansi terkait, seperti BPS
Kecamatan Samarang, Dinas Perkebunan, dan beberapa instansi lain yang terkait
dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Contoh


Pengambilan responden petani dilakukan dengan metode purposive
sampling, dimana peneliti menentukan sendiri responden yang akan diwawancara
berdasarkan kriteria petani yang memiliki perkebunan akar wangi dan penyuling
akar wangi. Informasi yang diberikan petani bermanfaat untuk mengetahui
karakteristik petani dan penyuling, serta informasi-informasi lain yang berkaitan
dengan tujuan penelitian ini. Jumlah responden yang akan diwawancara terdiri
23

dari 50 petani akar wangi, 1 orang penyuling, 1 orang petani-penyuling, 1 orang


petani-penyuling-pengumpul, dan 1 orang petani-penyuling-pengumpul-
pengekspor. Petani merupakan pelaku yang hanya melakukan kegiatan budidaya
akar wangi dari pengolahan lahan hingga pemanenan. Hasil panen yang diperoleh
keseluruhannya dijual kepada penyuling. Penyuling merupakan pelaku usaha yang
hanya melakukan kegiatan pengolahan hasil panen akar wangi menjadi minyak
akar wangi. Petani-penyuling merupakan pelaku usaha yang melakukan budidaya
akar wangi sekaligus melakukan pengolahan sendiri terhadap hasil panen. Hasil
panen yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan kegiatan penyulingan
selama satu tahun, sehingga pelaku juga membeli bahan baku dari luar untuk
memenuhi kekurangan bahan baku. Petani-penyuling-pengumpul merupakan
pelaku yang hampir sama dengan pelaku petani-penyuling. Perbedaannya terletak
pada kegiatan pengumpul yang dilakukan oleh pelaku ini. Kegiatan pengumpul
merupakan kegiatan membeli minyak akar wangi dari penyuling lain dan
dikumpulkan, lalu dijual kembali kepada pengekspor atau industri. Petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor merupakan pelaku yang hampir sama dengan
pelaku sebelumnya. Pelaku ini melakukan budidaya akar wangi dari pengolahan
lahan hingga pemanenan, kemudian melakukan pengolahan sendiri terhadap hasil
panen menjadi minyak akar wangi dan melakukan kegiatan mengumpul minyak
akar wangi yang akan dijual kembali untuk memenuhi banyaknya permintaan.
Perbedaannya terletak pada kegiatan ekspor yang dilakukan sendiri oleh pelaku
ini ke beberapa Negara di Asia dan Eropa.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi keadaan umum usahatani akar wangi
dan identifikasi karakteristik petani akar wangi di Kecamatan Samarang,
Kabupaten Garut. Analisis kuantitatif meliputi analisis pendapatan pelaku usaha
akar wangi. Tahap analisis data yang digunakan adalah dengan transfer data,
editing, pengolahan data menggunakan Software Microsoft Excel, serta alat hitung
kalkulator yang kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.
24

Tabel 3 Metode Prosedur Analisis Data


No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1 Mengidentifikasi keragaan Wawancara dengan petani Analisis Deskriptif
usahatani akar wangi di dan penyuling akar wangi
Kecamatan Samarang. mengenai pola usahatani

2 Mengestimasi tingkat Wawancara pelaku usaha Analisis pendapatan


pendapatan pelaku usaha akar wangi mengenai dan R/C ratio, analisis
akar wangi di Kecamatan pendapatan biaya manfaat/cash
Samarang flow dan analisis
sensitivitas
4.4.1 Konsep Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis dengan mengutamakan pengamatan
(observasi) terhadap gejala peristiwa dan kondisi aktual di masa sekarang yaitu
dengan menganalisa teknis usahatani dan proses untuk mendapatkan minyak akar
wangi di daerah penelitian (Soemanto 1994).
4.4.2 Analisis Pendapatan Usahatani
Untuk tujuan penelitian 2, yaitu mengestimasi tingkat pendapatan dan
kelayakan usaha masing-masing dari pelaku usaha akar wangi. Pendapatan petani
merupakan selisih antara penerimaan dan penjualan produk yang dihasilkan
dengan biaya produksi yang dikeluarkan (Soeharjo dan Patong, 1986).
Penerimaan adalah perkalian antara jumlah output dengan harga jual output.
Penerimaan dalam penelitian ini merupakan sejumlah uang yang diterima petani
dari penjualan output akar wangi atau minyak akar wangi. Total biaya produksi
usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya
tetap meliputi biaya penyusutan dan pajak sedangkan biaya tidak tetap meliputi
biaya sarana produksi, transportasi dan biaya lainnya yang dikeluarkan selama
proses produksi dan penyulingan akar wangi.
Menurut Soekartawi et al. (1986), pendapatan terbagi menjadi dua macam,
yaitu pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai merupakan selisih
antara penerimaan total dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan total
merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan
dalam proses produksi. Perhitungan dalam analisis pendapatan secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel 3.
25

Tabel 4 Perhitungan analisis pendapatan usaha akar wangi


No Uraian Cara Perhitungan Keterangan
A Penerimaan Harga produk x hasil produk Produk: -akar wangi
(usahatani)
-minyak akar wangi
(penyulingan)
B Biaya tunai Biaya tetap tunai + biaya variabel
tunai
C Biaya non tunai Biaya tetap non tunai + biaya
variabel non tunai
D Total biaya B+C
E Pendapatan atas biaya AB
tunai
F Pendapatan atas biaya total AD
G R/C rasio atas biaya tunai A/B
H R/C rasio atas biaya total A/D
Sumber: Soekartawi et al. (1986)
Setelah mengetahui tingkat pendapatan petani, selanjutnya dilakukan
analisis efisisensi usahatani menggunakan analisis R/C ratio yang merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya usahatani. Adapun rumus yang
digunakan:

R/C = ...(4)

Keterangan: TR = total penerimaan


TC = total biaya

4.4.3 Analisis Kelayakan Finansial


Dalam penelitian ini, untuk mengetahui besarnya pendapatan penyuling akar
wangi dihitung menggunakan cash flow dengan umur usaha sesuai dengan umur
ekonomis peralatan penyulingan yaitu 10 tahun. Kegiatan penyulingan akar wangi
dapat dikatakan layak apabila nilai yang didapat sesuai dengan syarat nilai dari
kriteria-kriteria kelayakan, yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period.
1. Net Present Value (NPV)
Dalam analisis finansial, nilai NPV merupakan nilai sekarang dari
arus tambahan pendapatan untuk individu, sehingga jika dibagi sesuai
lamanya umur usaha proyek nilai NPV merupakan pendapatan penyuling
per tahun. Secara matematis, menurut Gray et al. (1997) rumus dari NPV
adalah:
26

= = ..(5)
(1 ) (1 ) (1 )
= = =

Keterangan:
Bt= Penerimaan penyuling akar wangi pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya yang dikeluarkan penyuling akar wangi pada tahun ke-t (Rp)
i = Suku bunga sebesar 11.75% (kredit mikro BRI)
t = Tahun kegiatan
n = Umur usaha
Kriteria kelayakan menurut NPV yaitu:
NPV>0, usaha penyulingan akar wangi layak untuk dijalankan.
NPV<0, usaha penyulingan akar wangi tidak layak untuk dijalankan.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Menurut Gray et al. (1997), Net B/C merupakan angka perbandingan
antara jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang
negatif. Secara sistematis, rumus Net B/C dapat dituliskan sebagai berikut:

=
(1 ) ( )
= .(6)
= ( )
(1 )

Keterangan:
Bt = Penerimaan penyuling akar wangi pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya yang dikeluarkan penyuling akar wangi pada tahun ke-t (Rp)
i = Suku bunga sebesar 11.75% (kredit mikro BRI)
t = Tahun kegiatan
n = Umur usaha
Kriteria kelayakan menurut Net B/C yaitu:
Net B/C>1, usaha penyulingan akar wangi layak untuk dijalankan.
Net B/C<1, usaha penyulingan akar wangi tidak layak untuk dijalankan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Tingkat pengembalian internal atau IRR merupakan cara lain
penggunaan arus manfaat neto tambahan untuk mengukur manfaat proyek,
yakni dengan mencari tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat
27

sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan
sama dengan nol (NPV=0). Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1
RR= 2 (2 1 ).(7)
1 2

Keterangan:
IRR = Internal rate of return (%)
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%)
NPV1 = NPV positif (Rp)
NPV2 = NPV negatif (Rp)
Kriteria kelayakan menurut IRR yaitu:
IRR>11.75%, usaha penyulingan akar wangi layak untuk dijalankan.
IRR<11.75%, usaha penyulingan akar wangi tidak layak untuk dijalankan.
4. Payback Period
Menurut Gittinger (2008), Payback Period merupakan jangka waktu
kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dihitung
mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi
tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang
ditanamkan. Kriteria Payback Period berguna untuk mengetahui berapa
lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi.
5. Analisis Sensitivitas
Menurut Gittinger (1986) pada proyek di sektor pertanian dapat
berubah-ubah sebagai akibat dari empat permasalahan utama, yaitu
perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksaan proyek, kenaikan
biaya input dan kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi.
Skenario untuk melihat sensitivitas dari perubahan harga input-output
dapat dilakukan dengan empat skenario yaitu:
1. Skenario A yaitu pada petani akar wangi terjadi penurunan harga jual
hasil panen akar wangi sebesar 5% dan biaya lain dianggap tetap.
2. Skenario B yaitu petani akar wangi menggunakan bibit unggul, hasil
panen meningkat menjadi 12 ton/tahun dan biaya lain dianggap tetap.
28

3. Skenario C yaitu pada pelaku penyuling, petani-penyuling, petani-


penyuling-pengumpul terjadi peningkatan harga input yaitu bahan
bakar sebesar 5% dan biaya lain dianggap tetap.
4. Skenario D yaitu pada pelaku penyuling, petani-penyuling, petani-
penyuling-pengumpul terjadi penurunan harga jual minyak akar wangi
sebesar 5% dan biaya lain dianggap tetap.
5. Skenario E merupakan gabungan dari skenario 2 dan skenario 3 yaitu
pada pelaku penyuling, petani-penyuling, petani-penyuling-
pengumpul terjadi peningkatan harga input yaitu bahan bakar sebesar
5%, penurunan harga jual minyak akar wangi sebesar 5% dan biaya
lain dianggap tetap.
6. Skenario F yaitu pada pelaku penyuling, petani-penyuling, petani-
penyuling-pengumpul terjadi peningkatan kapasitas penggunaan
bahan baku per tahun sebesar 10% dan biaya lain dianggap tetap.
7. Skenario pada pelaku G yaitu pada pelaku petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor terjadi peningkatan biaya ekspor sebesar 5%
dan biaya lain dianggap tetap.
Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai
berikut :
1. Umur usaha berdasarkan umur teknis investasi mesin penyulingan minyak
akar wangi yaitu 10 tahun, dimulai tahun 2013 dan seterusnya.

2. Analisis cash flow dimulai dari T0 yang merupakan tahun dimana pelaku
usaha melakukan persiapan seperti mendirikan bangunan dan membeli
peralatan penyulingan.

3. Proses penyulingan dilakukan selama 8 bulan dalam setahun, dengan


banyaknya penyulingan 30 kali dalam satu bulan.

4. Nilai discount factor adalah 11.75% didasarkan pada kredit mikro BRI dan
diasumsikan sama hingga akhir bisnis.
29

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten terbesar yang terletak di
Provinsi Jawa Barat. Salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Garut yaitu
kecamatan Samarang. Kecamatan Samarang memiliki luas wilayah 3 568.7 hektar
dengan jenis penggunaan antara lain perkampungan sebesar 251 hektar,
persawahan sebesar 1 574 hektar, lahan basah/kolam sebesar 42 hektar,
kebun/ladang sebesar 1 392 hektar, saran pemerintahan sebesar 3.42 hektar, hutan
sebesar 233 hektar, serta penggunaan lainnya sebesar 0.47 hektar.
Secara administratif Kecamatan Samarang memiliki batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah utara : Kecamatan Tarogong Kaler
- Sebelah timur : Kecamatan Tarogong Kidul
- Sebelah selatan : Kecamatan Pasirwangi dan Bayongbong
- Sebelah Barat : Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung
Kecamatan Samarang terletak dibagian tengah wilayah Kabupaten Garut
10 km ke arah barat dari pusat pemerintahan. Letak geografis kecamatan
Samarang yang cukup strategis mempengaruhi perkembangan kecamatan
Samarang yang terus tumbuh dan mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Kecamatan Samarang meliputi sebanyak 13 Desa/kelurahan yang terbagi dalam
31 Dusun, 196 Kampung, 114 Rukun Warga RW/RK dan sebanyak 401 Rukun
Tetangga (RT) dan 127 posyandu.. Jumlah penduduk Kecamatan Samarang
sampai dengan bulan Juni 2014 sebanyak 79 132 jiwa, dengan jumlah penduduk
laki-laki sebesar 39 949 jiwa dan perempuan sebesar 39 183 jiwa. Jumlah kepala
keluarga sebesar 23 915 KK dan banyaknya jiwa atau anggota per rumahtangga
antara 3 (tiga) sampai 4 (empat) orang. Dengan memiliki luas wilayah sekitar 3
568.7 hektar menjadikan setiap hektarnya rata-rata didiami sebanyak 22.17 jiwa
dengan sebaran yang tidak merata pada setiap desanya.
30

5.2 Gambaran Umum Usahatani Akar Wangi

Akar wangi merupakan salah satu komoditas unggulan penghasil minyak


atsiri selain cengkeh, nilam, pala, jahe dan serai wangi di Indonesia. Komoditas
akar wangi berkembang dengan baik di daerah Garut, Jawa Barat dan Wonosobo,
Jawa Timur. Salah satu daerah sentra akar wangi di Kabupaten Garut yaitu di
kecamatan Samarang. Kecamatan Samarang memiliki ketinggian antara 500-1270
meter dari permukaan air laut. Berdasarkan data ketinggian tersebut, wilayah
kecamatan Samarang termasuk dalam kriteria wilayah yang dapat ditanam
tanaman akar wangi yang berkisar anatara 700-1600 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perkebunan
Kecamatan Samarang, terdapat 4 desa yang berpotensi pengembangan akar wangi
yaitu desa Sukakarya, Tanjungkarya, Parakan dan desa Cisarua. Pada penelitian
ini, responden petani yang diambil sebanyak 50 petani yang tersebar di empat
desa tersebut seperti yang dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 5 Distribusi jumlah petani dan jumlah responden petani akar wangi di
Kecamatan Samarang
Jumlah Petani Jumlah Responden
Desa
(N) (n)
Cisarua 125 20
Parakan 85 7
Sukakarya 150 16
Tanjungkarya 125 7
Jumlah 485 50
Sumber: UPTD Perkebunan Kecamatan Samarang (2014)
Budidaya akar wangi merupakan tradisi turun menurun yang sudah lama
diterapkan oleh petani akar wangi di daerah penelitian. Pola tanam akar wangi di
tempat penelitian umumnya monokultur dan tumpang sari. Namun, sejak harga
akar wangi anjlok, sebagian besar petani melakukan pola tumpang sari dengan
sayuran yang memiliki keuntungan lebih besar. Luas lahan akar wangi yang
dimiliki petani tidak lagi dalam jumlah besar, dikarenakan akar wangi tidak lagi
menguntungkan seperti beberapa tahun sebelumnya. Beberapa petani hanya
memiliki lahan dibawah satu hektar dengan tujuan agar tidak menghilangkan
tradisi yang sudah ada sejak lama. Berikut ini data luas areal perkebunan rakyat
jenis tanaman akar wangi kecamatan Samarang tahun 2014.
31

Tabel 6 Luas areal perkebuanan rakyat jenis tanaman akar wangi di Kecamatan
Samarang tahun 2014
Luas Areal Tanaman (Ha)
No Desa Tanaman Tanaman Tanaman
belum Menghasilkan tua rusak Jumlah
menghasilkan (TM) T/R
1 Cisarua 35.25 25.50 - 60.75
2 Parakan 14.75 15.25 - 30.00
3 Sukakarya 30.00 45.00 - 75.00
4 Tanjungkarya 22.25 20.50 - 42.75
Jumlah 102.25 106.25 - 208.50
Sumber: UPTD Perkebunan Kecamatan Samarang (2014)
Waktu terbaik untuk penanaman akar wangi dilakukan pada awal musim
hujan, namun dapat juga dilakukan setiap saat, sepanjang tahun. Waktu
pemanenan akar wangi dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 (delapan)
bulan pada musim kemarau. Namun sebagian besar petani akar wangi di
Kecamatan Samarang memanen akar wangi setelah berumur 12 (dua belas) bulan.
Seluruh hasil panen dari petani di kecamatan Samarang dibeli oleh penyuling
dengan kisaran harga Rp 800 - Rp 2 000 per kg. Kualitas dan kuantitas akar wangi
yang dihasilkan petani menentukan harga akar wangi yang dijual kepada
penyuling. Kualitas akar wangi dipengaruhi oleh keadaan cuaca, tanah dan juga
cara budidaya yang baik dan benar. Semakin tinggi kualitas akar wangi, harga
akar wangi juga semakin tinggi. Selain itu, harga akar wangi juga dipengaruhi
oleh musim panen, ketika panen raya harga akar wangi cenderung menurun.
5.3 Penyulingan Akar Wangi
Setelah akar wangi sampai kepada penyuling, maka dilakukan proses
penyulingan yang menghasilkan minyak akar wangi untuk dijual kepada
pengumpul minyak akar wangi atau eksportir. Minyak akar wangi merupakan
salah satu jenis minyak atsiri yang diekspor oleh Indonesia dengan pangsa pasar
26 % dari ekspor dunia. Pasar ekspornya antara lain Prancis, Swiss, Jerman, India,
Australia, dan Kanada. Peralatan yang digunakan oleh penyuling akar wangi di
Kecamatan Samarang terdiri dari ketel penyulingan, cooler, compressor dan bak
pendingin.
32

(a) (b)
Gambar 5 Ketel penyulingan (a) dan bak pendingin dan cooler (b)
Harga beli oleh pengumpul atau eksportir minyak akar wangi berkisar Rp
700 000 - Rp 1 000 000 per kg. Harga jual untuk dalam negeri berkisar Rp 700
000 Rp 1 200 000 sedangkan harga jual untuk ekspor berkisar US$ 120 - US$
180 per kg berdasarkan kualitas minyak yang dihasilkan. Di Negara luar, harga
penjualan minyak akar wangi jauh lebih tinggi dibandingkan di Indonesia yaitu
berkisar US$ 250 - US$ 350 per kg. Hal tersebut dikarenakan kualitas minyak
yang dihasilkan jauh lebih tinggi karena sudah diolah dengan mesin yang canggih.
Di Indonesia, mesin tersebut sudah ada namun penggunaannya belum maksimal
oleh karena itu perlu tenaga ahli dalam penggunaan mesin penyulingan tersebut.
Minyak akar wangi juga termasuk salah satu minyak atsiri yang diimpor.
Hal tersebut dikarenakan pasokan minyak akar wangi yang terbatas, sehingga
walaupun menjadi produsen minyak akar wangi untuk pasar dunia, impor tetap
dibutuhkan. Negara produsen minyak akar wangi terdapat di negara berkembang
dan negara maju. Negara berkembang lebih terfokus untuk memproduksi akar
wangi dan bahan baku menjadi setengah jadi, kemudian diekspor ke negara lain.
Negara maju mengimpor minyak akar wangi dalam bentuk setengah jadi dari
negara berkembang, lalu diolah menjadi barang jadi.

5.4 Karakteristik Petani Responden

Jumlah responden untuk estimasi pendapatan petani akar wangi di


kecamatan Samarang adalah sebanyak 50 orang yang merupakan masyarakat yang
tinggal di 4 Desa, yaitu Desa Sukakarya, Tanjungkarya, Parakan dan Cisarua.
33

Karakteristik umum responden tergambar melalui tingkat pendidikan formal, usia,


pengalaman usahatani dan luas lahan.

5.4.1 Pendidikan Formal


Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini diklasifikan mulai dari
tidak sekolah/tidak lulus Sekolah Dasar (SD) sampai pada tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Sebaran pendidikan formal responden dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 7 Karakteristik petani responden menurut tingkat pendidikan formal di
Kecamatan Samarang
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak tamat SD 9 18.00
SD/sederajat 32 64.00
SMP/sederajat 3 6.00
SMA/sederajat 4 8.00
Perguruan tinggi 2 4.00
Total 50 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Tingkat pendidikan formal responden petani akar wangi di Kecamatan
Samarang tergolong rendah, karena sebagian besar petani hanya berpendidikan
SD. Tingginya persentase tingkat pendidikan SD mengindikasikan bahwa dari
segi perekonomian, Kecamatan Samarang termasuk ke dalam kurang mampu.

5.4.2 Usia Petani


Tingkat usia responden yang diwawancara bervariasi, dengan usia paling
muda yaitu 26 tahun dan yang paling tua yaitu 76 tahun. Berdasarkan Tabel 8,
Persentase usia petani tertinggi berada pada kelompok usia 51-60 tahun dan
persentase usia petani terendah berada pada kelompok usia 21-30 dan 71-80.
Sebaran usia responden dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik petani responden menurut usia di Kecamatan Samarang
Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
21-30 3 6.00
31-40 13 26.00
41-50 10 20.00
51-60 16 32.00
61-70 5 10.00
71-80 3 6.00
Total 50 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
34

5.4.3 Pengalaman Usahatani


Lamanya pengalaman petani mempengaruhi keberhasilan petani dalam
usahatani akar wangi. Sebaran lama pengalaman usahatani responden dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 9 Karakteristik petani responden menurut pengalaman usahatani di
Kecamatan Samarang
Lama Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 16 32.00
11-20 15 30.00
21-30 15 30.00
>30 4 8.00
Total 50 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan Tabel 9 diatas, petani akar wangi di Kecamatan Samarang
paling banyak sudah bertani di bawah 10 tahun dan petani yang bertani diatas 30
tahun jumlahnya paling sedikit.

5.4.4 Luas Lahan


Petani akar wangi sebagian besar melakukan kegiatan usahataninya pada
luas lahan di bawah satu hektar. Hal tersebut dikarenakan harga akar wangi yang
menurun drastis sehingga petani mengalihkan penggunaan lahan untuk usahatani
sayur-sayuran. Sebaran luas lahan usahatani akar wangi dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 10 Karakteristik petani responden menurut luas lahan di Kecamatan
Samarang
Luas lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
.5 16 32.00
0.51-1 22 44.00
1.01-1.5 3 6.00
1.51 9 18.00
Total 5 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Jumlah responden paling banyak mengusahakan akar wangi dengan rentang
luas lahan antara 0.51-1 hektar dan paling sedikit pada rentang luas lahan antara
1.01-1.5 hektar. Hal ini menunjukan bahwa usahatani yang dilakukan petani
masih berskala kecil.
35

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Keragaan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang


Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keragaan usaha
akar wangi yang diterapkan di Kecamatan Samarang, tepatnya di 4 Desa yaitu
Desa Sukakarya, Tanjungkarya, Parakan dan Cisarua. Keragaan usahatani ini
terdiri dari keragaan usahatani akar wangi dan keragaan penyulingan minyak akar
wangi.

6.1.1 Keragaan Usahatani Akar Wangi


Teknik budidaya akar wangi di Kecamatan Samarang sedikit berbeda
dengan teknik budidaya secara umum. Petani di Kecamatan Samarang tidak
melakukan pengendalian terhadap hama karena pada usahatani akar wangi hama
tidak menjadi masalah. Sehingga rangkaian kegiatan usahatani akar wangi
dimulai dari pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan dan
pemanenan. Input atau faktor produksi yang digunakan dalam usahatani akar
wangi terdiri dari lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja. Pada penelitian ini, rata-
rata penggunaan input atau faktor produksi dihitung dalam satu hektar per satu
musim tanam atau satu tahun terakhir yaitu tahun 2013.

6.1.1.1 Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan merupakan tahap awal dalam budidaya akar wangi yang
bertujuan menciptakan lahan dan media tanam yang baik untuk kegiatan
penanaman akar wangi. Teknik pengolahan lahan yang dilakukan petani akar
wangi di Kecamatan Samarang secara umum sama dengan teknik pengolahan
lahan yang terdapat di text book. Pengolahan lahan yang dilakukan petani dimulai
dengan membersihkan sampah dan sisa-sisa tanaman pada periode tanam
sebelumnya. Kemudian lahan dicangkul menggunakan peralatan seperti golok dan
parang. Pencangkulan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur serta
membersihkan rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya. Penggunaan cangkul
lebih efisien dibandingkan meggunakan traktor karena sebagian besar lahan yang
dimiliki petani akar wangi luasnya kurang dari 1 hektar. Setelah melakukan
pencangkulan dan pembersihan lahan, selanjutnya membuat lubang untuk
36

menanam akar wangi dengan ukura yang berbeda setiap petaninya, berkisar antara
panjang 30-50 cm, lebar 30-50 cm dan kedalaman lubang 5-10 cm.
Sebagian besar petani akar wangi di kecamatan Samarang memiliki lahan
masing-masing. Harga sewa lahan di kecamatan Samarang adalah Rp 2 800 000
per hektar per tahun. Lahan yang dimiliki petani biasanya merupakan lahan
warisan keluarga secara turun-temurun yang sejak dulu digunakan untuk
menanam akar wangi. Namun, luas lahan yang dimanfaatkan untuk ditanami akar
wangi sudah berkurang jumlahnya dikarenakan harga akar wangi yang anjlok
sehingga tidak menguntungkan petani.

6.1.1.2 Penanaman
Pada kegiatan penanaman bibit akar wangi yang digunakan adalah bibit akar
wangi atau bonggol yang siap tanam. Cara penanamannya yaitu dengan
memasukkan bibit atau bonggol siap tanam ke dalam lubang tanam yang telah
dibuat sebelumnya. Jarak tanam akar wangi di kecamatan Samarang bervariasi,
tergantung petani masing-masing, yaitu berkisar antara 50-60 cm. Penanaman
akar wangi dapat dilakukan secara monokultur atau tumpang sari. Secara
monokultur biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki lahan akar wangi yang
luas, sedangkan pola tumpang sari biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki
lahan yang sempit. Sebagian besar petani akar wangi di Kecamatan Samarang
melakukan tumpang sari di lahan yang ditanami akar wangi dengan tanaman
utama tomat dan kol. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar petani akar wangi
di Kecamatan Samarang memiliki lahan yang sempit dan selain itu harga akar
wangi yang relatif rendah mengakibatkan petani melakukan pola tumpang sari
dengan tanaman sayuran yang dapat menghasilkan pemasukan lebih tinggi. Jarak
tanam dan pola tanam yang digunakan dapat mempengaruhi produktifitas yang
didapat oleh masing-masing petani. Jarak tanam yang lebar akan memberikan
dampak positif terhadap kesehatan tanaman utama dan tanaman tumpang sari lain
karena dapat mengurangi tingkat kompetisi masing-masing tanaman dalam
memperoleh makanan, air, dan sinar matahari atau cahaya yang cukup karena
tanaman akan tidak saling menaungi (Fazlurrahman, 2012).
Bibit akar wangi yang digunakan petani di lokasi penelitian tidak banyak
jenisnya. Sebagian besar petani menggunakan bibit unggulan local yang dapat
37

diperoleh di tempat penjualan bibit di sekitar lokasi penelitian. Harga beli bibit
akar wangi yaitu Rp 200 000 per kemasan (100 kg) atau Rp 2 000 per kg. Rata-
rata penggunaan bibit akar wangi adalah 2 089.167 kg/hektar dengan biaya
sebesar Rp 4 178 333.33. Sebagian besar petani di Kecamatan Samarang
melakukan penanaman pada awal musim hujan (Oktober-November) karena pada
awal pertumbuhan, tanaman akar wangi membutuhkan air yang cukup.

6.1.1.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan sejak tanaman ditanam hingga
tanaman selesai di panen. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman akar wangi
antara lain yaitu penyiangan I, pemupukan dan penyiangan II.
1. Penyiangan I
Setelah tanaman akar wangi berumur 3 bulan, tahap yang perlu
dilakukan adalah penyiangan I. Kegiatan penyiangan merupakan hal yang
sangat penting dilakukan untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan akar
wangi yang diakibatkan oleh gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan oleh petani dengan cara membersihkan gulma-gulma
dengan tangan dan menggunakan golok ataupun sabit.
2. Pemupukan
Kegiatan pemupukan merupakan pemberian tambahan sejumlah
unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman akar wangi untuk
menambah dan mempertinggi kesuburan tanah. Kegiatan pemupukan
dilakukan satu kali pada saat tanaman berumur 6 bulan dengan cara
memasukkan pupuk ke dalam lubang dan kemudian ditutup tanah kembali.
Usahatani akar wangi di lokasi penelitian hanya menggunakan pupuk padat
untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk padat yang digunakan adalah pupuk
TSP, pupuk Urea, pupuk Phonska, dan pupuk ZA, dan pupuk NPK. Jumlah
pupuk yang dikeluarkan tergantung besarnya luas lahan akar wangi dan bibit
yang ditanam. Tabel 11 berikut ini adalah rata-rata biaya penggunaan pupuk
untuk usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang.
38

Tabel 11 Rata-rata biaya penggunaan pupuk usahatani akar wangi di Kecamatan


Samarang per hektar per tahun
Jenis Pupuk Jumlah Harga Biaya
(kg) (Rp/kg) (Rp)
ZA 214.72 2 000 429 439.39
TSP 206.02 2 000 412 039.39
NPK 64.95 2 500 162 363.64
Phonska 14.27 2 500 35 666.67
Urea 119.02 2 000 238 033.33
Total 618.98 1 277 542.42
Sumber: Data primer diolah (2014)
Rata-rata penggunaan pupuk terbesar adalah pupuk ZA,TSP dan urea yaitu
masing-masing sebesar 214.72 kg/ha, 206.02 kg/ha dan 119.02 kg/ha, dengan
harga pupuk Rp 2 000 per kg. Sedangkan penggunaan terhadap pupuk NPK dan
phonska sangat sedikit jumlahnya yaitu masing-masing sebesar 64.95 kg/ha dan
14.27 kg/ha. Hal tersebut dikarenakan harga pupuk keduanya lebih mahal yaitu
sebesar Rp 2 500 per kg.
3. Penyiangan II
Kegiatan penyiangan II merupakan kegiatan membersihkan kembali
lahan akar wangi dari gulma-gulma dan tumbuhan lain yang mengganggu,
serta sekaligus melakukan pemangkasan tanaman akar wangi. Pemangkasan
ini khususnya dilakukan pada tanaman akar wangi yang ditanam secara
tumpang sari agar tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman
disekitarnya. Pemangkasan daun akar wangi setelah berumur lebih dari 6
bulan dapat memacu pertumbuhan akar menjadi lebih rimbun dan panjang.
Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Industri Bogor,
pemangkasan daun yang dilakukan 3 bulan atau 6 bulan sekali, khususnya
di dataran tinggi dapat meningkatkan hasil sekitar 10% (Santoso, 1993).
6.1.1.4 Pemanenan
Salah satu faktor penting dari usaha budidaya tanaman akar wangi adalah
penentuan waktu panen. Apabila tanaman akar wangi dipanen terlalu cepat akan
mengakibatkan kualitas akar yang dihasilkan rendah dan menghasilkan minyak
yang sedikit. Sedangkan jika tanaman akar wangi dipanen terlalu lama akan
mengakibatkan kualitas akar yang dihasilkan layu dan kering, serta
mengakibatkan minyak yang dihasilkan hilang. Berdasarkan hasil wawancara
dengan responden petani akar wangi di kecamatan Samarang, saat panen terbaik
39

ialah pada saat tanaman berumur 1 tahun, dimana ketika itu kandungan minyak
pada akar dalam keadaan optimal. Pemanenan akar wangi dilakukan dengan cara
mencangkul tanah disekitar tanaman lalu mencabut seluruh akar. Daun akar wangi
dapat dibuang atau dimanfaatkan menjadi kompos, sedangkan bonggolnya dapat
dijadikan bibit untuk penanaman selanjutnya. Setelah dipanen, akar dikeringkan
hingga kadar air turun. Pada kegiatan pemanenan, terdapat istilah borongan.
Borongan adalah penggunaan tenaga kerja pada kegiatan pemanenan akar wangi
dengan biaya Rp 50 000 untuk setiap kuintal hasil panen yang diperoleh.
Seluruh kegiatan budidaya akar wangi mulai dari pengolahan lahan hingga
pemanenan membutuhkan tenaga kerja. Secara umum, tenaga kerja yang
digunakan dalam usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan
tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Untuk aktifitas usahatani seperti pengolahan
lahan, penanaman, penyaingan I, pemupukan dan penyiangan II dihitung
berdasarkan jumlah hari orang kerja (HOK) yaitu sebesar 8 jam per harinya.
Pemberian upah TKLK bagi laki-laki sebesar Rp 48 000 dan bagi wanita sebesar
Rp 32 000. Sedangkan aktifitas pemanenan dan pengangkutan dilakukan dengan
sistem borongan, dengan upah sebesar Rp 50 000 per kuintal akar wangi.
Penggunaan tenaga kerja pada akar wangi dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12 Penggunaan tenaga kerja pada usahatani akar wangi di Kecaamatan
Samarang
TKDK TKLK
Kegiatan
Rata-rata (HOK/ha) Rata-rata (HOK/ha)
1. Pengolahan lahan 5.11 38.53
2. Penanaman 4.84 18.86
3. Penyiangan I 5.30 15.56
4. Pemupukan 5.32 15.38
5. Penyiangan II 5.30 15.38
6. Pemanenan - -
Total 25.87 103.70
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada tabel, dapat dilihat bahwa
penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) jauh lebih besar dibandingkan
penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Hal tersebut dikarenakan,
usahatani akar wangi mulai dari pengolahan lahan sampai penyiangan II
membutuhkan banyak tenaga kerja yang tidak dapat dipenuhi hanya dari TKDK
saja. Sedangkan untuk aktifitas pemanenan dan pengangkutan tidak disertakan
40

pada tabel karena perhitungannya tidak berdasarkan jumlah HOK, tetapi


berdasarkan sistem borongan.
Untuk memperoleh hasil produksi akar wangi dengan mutu baik, budidaya
yang dilakukan petani seharusnya baik pula, sesuai dengan budidaya akar wangi
yang baik atau Good Agricultural Practices (GAP). Dalam penelitian ini,
dilakukan perbandingan terhadap budidaya usahatani akar wangi yang baik
dengan budidaya usahatani yang dilakukan di tempat penelitian. Tujuannya yaitu
untuk melihat budidaya usahatani akar wangi yang dilakukan petani di Kecamatan
Samarang sesuai dengan Good Agricultural Practices atau tidak, karena budidaya
yang kurang sesuai dapat menurunkan mutu dan jumlah akar wangi yang
dihasilkan. Panduan Good Agricultural Practices mengikuti teori menurut
Santoso (1993) yang dijelaskan pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13 Perbedaan teknik budidaya Good Agricultural Practices dengan tempat
penelitian
Teknik Budidaya Good Agriculture Practices Tempat Penelitian
Pengolahan Lahan Pada tahap ini, tanah cangkulan Petani tidak memberikan
diberi pupuk kandang sebanyak pupuk
1 kg tiap lubang dan dilakukan
satu bulan sebelum tanam
Penanaman Penanaman dilakukan pada awal Penanaman juga dilakukan
musim hujan pada awal musim hujan
Penyulaman Dilakukan pada saat tanaman Tidak dilakukan petani
berumur 2-3 minggu
Penyiangan Dilakukan pada saat tanaman Dilakukan 2 kali pada saat
berumur 3 bulan tanaman berumur 3 dan 7
bulan
Pembubunan Dilakukan untuk mencegah Tidak dilakukan petani
tanaman akar wangi tergenang air
Pemupukan Dilakukan 2 kali pada saat Dilakukan 1 kali pada saat
tanaman berumur 3 dan 9 bulan tanaman berumur 6 bulan
Pemangkasan Dilakukan pada saat tanaman Dilakukan pada saat
berumur 6 bulan penyiangan II yaitu pada
saat tanaman berumur 7
bulan
Pengendalian Hama Menyemprotkan insektisida Tidak dilakukan petani
untuk mencegah ancaman hama
sejenis ulat yang menyerang akar
Pemanenan Saat panen terbaik tanaman akar Pemanenan dilakukan tidak
wangi berumur 1,5-2 tahun lebih dari 1 tahun karena
dapat mengurangi
kandungan minyak pada
akar
Sumber: Data primer diolah (2014)
41

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa budidaya Good
Agricultural Practices yang tidak dilakukan pada pola budidaya petani di tempat
penelitian Kecamatan Samarang seperti pemberian pupuk pada saat pengolahan
lahan, penyulaman, pembumbunan, pemupukan yang dilakukan hanya satu kali,
dan pengendalian hama. Petani tidak melakukan budidaya tersebut dengan alasan
tidak terlalu dibutuhkan dan menghemat biaya. Pemberian pupuk hanya satu kali
dilakukan petani selama masa penanaman hingga pemanenan. Menurut Santoso
(1993), pemberian pupuk penting dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Begitu pula dengan penyulaman, pembumbunan dan pengendalian hama.
Penyulaman berguna dilakukan untuk mencegah terjadi penurunan produksi akar
wangi akibat rusaknya tanaman. Pembumbunan berguna dilakukan untuk
mencegah tanaman akar wangi terendam air, khususnya pada saat musim hujan
yang sedang terjadi di tempat penelitian. Pengendalian hama berguna dilakukan
untuk mencegah terjadinya penurunan produksi akibat serangan hama.
6.1.2 Keragaan Usaha Penyulingan Minyak Akar Wangi
Di Kecamatan Samarang, teknik penyulingan akar wangi yang diterapkan
oleh penyuling yaitu menggunakan sistem air dan uap (kukus). Teknik
penyulingan dengan cara ini sedikit lebih maju dan produksi minyaknya lebih
baik. Akar wangi yang digunakan pada proses penyulinga berupa akar wangi
kering yang sudah dijemur sebelumnya. Lama proses penyulingan 12 jam untuk
menghasilkan minyak yang bermutu standar dengan tekanan 4-5 bar dan 20 jam
untuk menghasilkan minyak bermutu premium dengan tekanan 2-3 bar. Tahap
teknik penyulingan yang dilakukan penyuling di Kecamatan Samarang terdiri dari
penanganan bahan baku akar wangi, pengisian bahan ke ketel, proses penyulingan
minyak akar wangi, pemisahan minyak dan penampungan minyak. Input atau
faktor produksi yang digunakan dalam usahatani akar wangi terdiri dari bahan
baku akar wangi, bahan bakar, listrik, air dan tenaga kerja. Berikut ini alur proses
penyulingan akar wangi.
42

Penanganan Bahan Baku


Akar Wangi

Pengisian Bahan ke
dalam Ketel

Proses Penyulingan

Pemisahan Minyak

Penampungan Minyak

Pengemasan Minyak

Gambar 6 Alur proses penyulingan akar wangi di Kecamatan Samarang


6.1.2.1 Penanganan Bahan Baku Akar Wangi
Hasil panen akar wangi terdiri dari akar dan bonggol. Akarnya sendiri
digunakan sebagai bahan baku dalam penyulingan, sedangkan bonggolnya dapat
digunakan kembali sebagai bibit untuk menanam kembali tanaman akar wangi.
Bonggol dan akar dipisah dengan cara memotong bonggolnya. Dasar bonggol
tidak ikut dipotong untuk menghindari akar ikut dalam bonggol. Proses penyiapan
penyulingan akar wangi dimulai dengan pembersihan dan pencucian akar wangi
untuk menghilangkan tanah yang menempel pada akar. Tanah yang ikut terbawa
dalam proses penyulingan dapat menurunkan rendemen dan mutu minyak akar
wangi. Namun sebagian penyuling tidak menerapkan penyulingan dengan cara
produksi yang baik (good manufacturing practices). Penyuling tidak selalu
melakukan pencucian pada akar, hanya dilakukan apabila musim hujan dan terlalu
banyak tanah yang menempel. Setelah itu dilakukan pengeringan akar wangi
dengan cara menjemur di bawah sinar matahari dengan tujuan menguapkan
sebagian air yang terkandung dalam bahan sehingga proses penyulingan lebih
mudah dan singkat.
43

6.1.2.2 Pengisian Bahan ke dalam Ketel


Setelah akar wangi dijemur, tahap selanjutnya melakukan pengisian bahan
baku ke dalam ketel. Menurut penjelasan mengenai Good Manufacturing
Practices, akar wangi yang telah dijemur dirajang terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam ketel untuk memperoleh hasil yang lebih optimal. Namun,
penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang tidak melakukan perajangan pada
bahan baku akar wangi dengan alasan menghemat biaya. Pengisian akar wangi ke
dalam ketel dilakukan tahap demi tahap secara merata sambil ditekan/dipadatkan.
Jumlah akar wangi yang digunakan untuk satu kali penyulingan yaitu 1.5 ton.
Volume air yang diisikan ke dalam ketel suling sebanyak 3 500 liter. Air yang
digunakan dalam peyulingan yaitu air bersih, tidak tercemar dan tidak keruh.
Penyuling akar wangi menggunakan air irigasi yang penggunaannya tidak
dikenakan biaya.
6.1.2.3 Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi
Setelah akar wangi dan air dimasukkan ke dalam ketel, lalu tutup ketel
dipasang dan diikat dengan baut sampai rapat. Selanjutnya nyalakan api. Proses
penyulingan berlangsung selama kurang lebih 12 jam. Kapasitas tungku per
penyulingan rata-rata 1.5-2 ton. Minyak yang dihasilkan sebesar 3-5 kg per satu
kali penyulingan dengan rendemen yaitu sebesar 0.3-0.5 %. Bahan bakar yang
digunakan dalam penyulingan yaitu oli bekas. Namun, sejak terjadi peningkatan
harga bahan bakar solar, penyuling beralih kepada oli bekas untuk digunakan
sebagai bahan bakar penyulingan. Karena jika tetap menggunakan solar, biaya
operasional menjadi sangat tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan sebagian
penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang tidak berproduksi lagi.
Produk minyak akar wangi yang dihasilkan berupa minyak akar wangi
kasar. Mutu minyak akar wangi salah satunya ditentukan oleh suhu dan tekanan
yang digunakan. Tekanan yang baik untuk penyulingan akar wangi adalah 3 bar
dengan suhu sekitar 140-160oC pada sistem kukus. Tekanan yang rendah
membuat mutu minyak lebih bagus jika dibandingkan dengan tekanan tinggi,
karena dapat menyebabkan minyak menjadi gosong. Harga bahan bakar yang
tinggi membuat penyuling menaikkan tekanan pada 5 bar dengan tujuan
penghematan bahan bakar.
44

6.1.2.4 Pemisahan Minyak


Tahap selanjutnya yaitu tahap pemisahan minyak. Uap air dan uap minyak
dicairkan dengan cara mengalirkan ke pipa yang didinginkan dengan air
menggunakan alat yang disebut kondensor. Pipa yang digunakan penyuling
berbetuk memanjang dan direndam dalam kolam pedingin yang berfungsi untuk
mendinginkan uap sehingga terjadi pengembunan. Selanjutnya, hasil dari
pendinginan uap air dan uap minyak yang berupa air dan minyak akar wangi
dialirkan ke penampungan. Perbedaan bobot jenis antara kedua cairan tersebut
menyebabkan keduanya terpisah dengan posisi minyak akar wangi di atas air,
karena minyak akar wangi mempunyai bobot jenis yang lebih ringan.
6.1.2.5 Penampungan Minyak
Hasil sulingan minyak atsiri diteteskan ke dalam botol penampungan yang
direndam di dalam air dingin. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah penguapan
minyak karena minyak atsiri sangat mudah menguap. Selanjutnya setelah air dan
minyak terpisah, harus segera dilakukan pengambilan minyak untuk menjaga
mutu dan kualitas minyak yang dihasilkan tetap bagus. Air sisa sulingan dapat
dimanfaatkan kembali untuk proses penyulingan berikutnya sebab kemungkinan
besar air sisa penyulingan masih mengandung minyak yang dapat diambil
kembali. Sedangkan akar-akar sisa penyulingan dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk, bahan bakar, atau produk kerajinan.
6.1.2.6 Pengemasan Minyak
Minyak akar wangi yang telah dikumpulkan lalu dikemas di dalam jerigen
atau drum. Untuk pengiriman jarak dekat cukup dikemas dalam jerigen kecil
berukuran 30-50 kg, sedangkan untuk pengiriman ekspor dikemas dalam drum
galvanis atau drum plastic PVC tebal dilengkapi tutup dan segel. Pengisian
minyak ke dalam kemasan tidak boleh terlalu penuh, sisakan 10 % dari volume
kemasan untuk menjaga kemungkinan terjadinya penguapan minyak yang
berlebihan diakibatkan oleh suhu. Selain itu, untuk pengiriman ekspor perlu
dilakukan pengujian terhadap mutu minyak akar wangi yang dihasilkan, untuk
melihat apakah minyak dapat diterima dalam perdangangan internasional atau
tidak.
45

Sebagian besar penyuling di Kecamatan Samarang tidak menerapkan


penyulingan dengan ketentuan yang baku atau Good Manifacturing Practices
(GMP) dengan alasan untuk mempercepat proses produksi dan menghemat biaya
operasional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14 Perbedaan Teknik Penyulingan Good Manifacturing Practices dengan
Tempat Penelitian
Teknik Penyulingan Good Manifacturing Practices Tempat Penelitian
Penanganan bahan Pecucian akar, penjemuran dan Hanya dicuci pada saat
baku akar wangi perajangan hujan, kemudian dijemur,
tidak melakukan
perajangan
Pengisian ketel Dilakukan tahap demi tahap Tidak disusun dengan arah
secara merata dan disusun bersilang
dengan arah bersilang
Proses penyulingan Tekanan yang baik untuk Sebagian besar tekanan
penyulingan sebesar 1-2 bar dan penyulingan sebesar 4-5
bahan bakar yang digunakan bar dan bahan bakar yang
yaitu solar digunakan yaitu oli bekas
Pemisahan minyak Menggunakan oil separator Pemisahan tradisonal
Penampungan Tempat penampungan minyak Sama seperti GMP
minyak direndam air agar tidak mudah
menguap
Pengemasan Kemasan steanless stel atau besi Jerigen plastic
galvanis, atau jerigen plastic
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan Tabel 14 di atas, terdapat beberapa teknik penyulingan yang
tidak dilakukan penyuling di tempat penelitian Kecamatan Samarang sesuai
dengan Good Manifacturing Practices yaitu tidak selalu dilakukan pencucian
bahan baku akar wangi, penyusunan tidak dengan arah bersilang, tekanan yang
digunakan tinggi dan bahan bakar menggunakan oli bekas. Sama halnya dengan
petani, alasan penyuling tidak melakukan beberapa teknik penyulingan tersebut
untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Pencucian bahan baku penting untuk
dilakukan karena bahan baku yang tidak bersih dapat mempengaruhi rendahnya
kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan. Begitu pula dengan penggunaan
tekanan yang tinggi dan penggunaan bahan bakar oli bekas pada saat proses
penyulingan dapat menurunkan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan.

6.2 Analisis Pendapatan Pelaku Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang


Tujuan selanjutnya dalam penelitian ini adalah menganalisis pendapatan
pelaku usaha akar wangi berdasarkan anggota rantai pasokan minyak akar wangi,
46

mulai dari petani akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar
wangi dan eksportir minyak akar wangi. Komponen yang mempengaruhi tingkat
pendapatan yaitu penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan merupakan hasil
perkalian antara jumlah output yang dihasilkan dan harga output tersebut,
sedangkan pengeluaran merupakan penjumlahan dari biaya tetap tunai, biaya tetap
diperhitungkan, biaya variabel tunai, dan biaya variabel diperhitungkan. Suatu
usaha dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan usaha dan
pengeluaran usaha bernilai positif. Dalam penelitian ini, analisis pendapatan
pelaku usahatani akar wangi yang terdapat di Kecamatan Samarang dibagi ke
dalam lima kelompok, yaitu pendapatan petani akar wangi, pendapatan petani-
penyuling akar wangi, pendapatan penyuling akar wangi, pendapatan petani-
penyuling-pengumpul akar wangi dan pendapatan petani-penyuling-pengumpul-
pengekspor akar wangi. Berikut ini akan dibahas mengenai pendapatan dari
masing-masing pelaku usahatani akar wangi tersebut.

6.2.1 Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani Akar Wangi


Petani akar wangi berperan sebagai pemasok bahan baku dalam
menghasilkan minyak akar wangi. Biaya usahatani merupakan seluruh
penjumlahan pengeluaran selama masa bercocok tanam, mulai dari biaya
pengolahan lahan hingga biaya pemanenan. Biaya usahatani terdiri dari biaya
tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Sesuai dengan namanya, biaya
tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atu tidak dipengaruhi jumlah output,
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah atau dapat
dipengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap terbagi dua yaitu biaya
tetap tunai dan biaya tetap diperhitungkan. Biaya tetap tunai merupakan biaya
yang dikeluarkan secara langsung yang relatif tetap jumlahnya tidak dipengaruhi
output yang diperoleh dan terus dikeluarkan oleh petani. Komponen biaya tetap
tunai dalam usahatani akar wangi adalah pajak atas kepemilikan lahan akar wangi,
dimana besarnya pajak tergantung besar luas lahan yang dimiliki petani.
Kecamatan Samarang dikenakan pajak lahan sebesar Rp 50 000 per Ha per tahun.
Biaya pajak lahan yang dikeluarkan oleh petani akar wangi diperoleh dari hasil
perkalian antara satuan pajak per hektar dengan luas lahan yang dimiliki.
47

Biaya tetap diperhitungkan merupakan biaya yang dikeluarkan secara tidak


langsung dan jumlah yang dikeluarkan relatif tetap tidak dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh. Komponen biaya tetap diperhitungkan dalam usahatani
akar wangi adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian dan biaya sewa lahan.
Biaya penyusutan alat dihitung menggunakan metode garis lurus berdasarkan
jumlah dan harga barang yang digunakan terhadap umur ekonomis dari barang
tersebut. Biaya penyusutan peralatan dihitung dalam satu musim tanam akar
wangi yaitu satu tahun. Peralatan yang digunakan dalam usahatani akar wangi
yaitu cangkul, golok dan hanya sebagian kecil menggunakan parang. Biaya sewa
lahan dalam penelitian ini termasuk ke dalam komponen biaya tetap
diperhitungkan karena keseluruhan responden yang diwawancarai memiliki lahan
sendiri.
Sama seperti biaya tetap, biaya tidak tetap atau biaya variabel juga terbagi
dua yaitu biaya variabel tunai dan biaya variabel diperhitungkan. Biaya variabel
tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung oleh petani dan besar-
kecilnya dipengaruhi oleh output yang diperoleh. Komponen biaya variabel tunai
dalam usahatani akar wangi adalah biaya pupuk dan biaya tenaga kerja luar
keluarga. Dalam usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang, pupuk yang
digunakan hanya pupuk padat yaitu pupuk ZA, pupuk TSP, pupuk urea, pupuk
NPK dan pupuk phonska.
Selain biaya pupuk, komponen lain yang termasuk dalam biaya variabel
tunai adalah biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Di lokasi penelitian, hari
kerja petani mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 12.00 atau selama lima jam.
Jumlah hari kerja petani untuk melakukan aktifitas usahatani di konversi ke
jumlah HOK yaitu 8 jam, sehingga satu hari kerja di lokasi penelitian setara
dengan 5/8 HOK. Begitu pula dengan upah selama lima jam per hari dikonversi
mejadi upah per HOK. Untuk mengetahui besarnya upah per HOK dapat
dilakukan dengan cara mengubah upah selama lima jam menjadi upah selama satu
jam dengan cara dibagi lima, kemudian dikali delapan untuk mengetahui upah per
HOK. Upah tenaga kerja pria sebesar Rp 30 000 per lima jam kerja, sehingga
setelah dikonversikan menjadi Rp 48 000 per HOK. Sedangkan upah tenaga kerja
48

wanita sebesar Rp 20 000 per lima jam kerja, sehingga setelah dikonversikan
menjadi Rp 32 000 per HOK.
Tabel 15 Struktur biaya usahatani akar wangi di Kecamatan Samarang per hektar
per tahun
Harga Satuan Total Persentase
Komponen Biaya Satuan Jumlah
(Rp) (Rp/hektar) (%)
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap
1 Pajak Rp/Ha 1 50 000.00 50 000.00 0.23
Sub Total Biaya Tunai Tetap 50 000.00 0.23
Biaya Variabel
2 Pupuk Kg 580.70 2 200.00 1 277 542.42 6.00
3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 103.70 48 000.00 4 977 754.09 23.22
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 96.31 50 000.00 4 815 484.85 22.47
Sub Total Biaya Tunai Variabel 11 070 781.36 51.69
Total Biaya Tunai 11 120 781.36 51.89
B. Biaya Diperhitungkan
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Hektar 1 2 800 000.00 2 800 000.00 13.06
2 Biaya penyusutan - - 363 213.54 1.70
Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 3 163 213.54 14.76
Biaya Variabel
3 Bibit Akar Wangi Kg 2 089.17 2 000.00 4 178 333.33 19.49
4 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 25.87 48 000.00 1 241 824.27 5.79
5. Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 34.60 50 000.00 1 730 166.67 8.07
Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 7 150 324.27 33.35
Total Biaya Non Tunai 10 313 537.81 48.11
Total Biaya Usahatani 21 434 319.18 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Biaya variabel diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak
langsung oleh petani dan besar-kecilnya dipengaruhi output yang diperoleh.
Komponen biaya variabel diperhitungkan dalam usahatani akar wangi adalah
biaya bibit, sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga. Dalam usahatani akar
wangi, pengeluaran biaya untuk pembelian bibit hanya dilakukan pada tahun awal
mulai penanaman akar wangi. Untuk tahun selanjutnya penanaman menggunakan
bonggol yang dihasilkan dari panen akar wangi, sehingga petani tidak lagi
mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit akar wangi. Maka dalam hal ini biaya
pembelian bibit termasuk ke dalam biaya variabel diperhitungkan. Rata-rata harga
bibit akar wangi yang digunakan petani di kecamatan Samarang yaitu Rp 200 000
per kuintal atau Rp 2 000 per kg. Komponen lain yang termasuk ke dalam biaya
variabel diperhitungkan adalah biaya sewa lahan. Biaya ini termasuk
diperhitungkan karena keseluruhan responden yang diwawancarai memiliki lahan
sendiri, tidak perlu membayar sewa lahan. Biaya TKDK dihitung sebagai biaya
variabel non tunai karena biayanya tidak langsung dikeluarkan dan jumlahnya
dapat berubah sewaktu-waktu tergantung besarnya output yang dihasilkan.
49

Penerimaan usahatani akar wangi berasal dari hasil panen yang diterima
oleh petani. Keseluruhan hasil panen dijual dengan harga yang berbeda tergantung
kualitas dan lokasi lahan akar wangi. Harga akar wangi di kecamatan Samarang
berkisar antara Rp 800 - Rp 2 000 per kg.
Tabel 16 Penerimaan, pengeluaran, pendapatan, dan R/C rasio usahatani akar
wangi per hektar per tahun di Kecamatan Samarang
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Penerimaan 11 977 938.61
2 Biaya Tunai 11 120 781.36
3 Biaya Diperhitungkan 10 313 537.81
4 Biaya Total (2+3) 21 434 319.18
5 Pendapatan atas Biaya Tunai 857 157.24
6 Pendapatan atas Biaya Total -9 456 380.57
7 R/C Rasio atas Biaya Tunai (1/2) 1.08
8 R/C Rasio atas Biaya Total (1/4) 0.56
Sumber: Data primer diolah (2014)
Tabel 16 diatas dapat diketahui besarnya rata-rata penerimaan usahatani
akar wangi yang dihasilkan setiap tahunnya dan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama kegiatan usahatani, baik biaya tunai, biaya diperhitungkan dan biaya total.
Dengan diketahui biaya-biaya usahatani, maka dapat diperoleh pendapatan
usahatani, baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya
total.Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh bernilai positif yang berarti
petani memperoleh keuntungan. Sedangkan pendapatan atas biaya total yang
diperoleh bernilai negatif yang berarti petani mengalami kerugian. Pada struktur
biaya diperhitungkan terdapat biaya beli bibit yang tinggi sehingga pendapatan
atas biaya total diperoleh negatif. Pendapatan usahatani yang bernilai negatif
memiliki arti bahwa jika seluruh sumber daya yang digunakan dalam usahatani
akar wangi dinilai, baik yang dibayarkan secara tunai maupun yang
diperhitungkan, maka petani akar wangi tidak mampu membayar biaya tersebut.
Selain itu, pada tabel diatas diperoleh pula nilai R/C ratio atas biaya tunai
sebesar 1.08% yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu
rupiah maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.08. Untuk R/C
rasio atas biaya total diperoleh sebesar 0.56 yang artinya untuk setiap biaya yang
dikeluarkan pertain sebesar satu rupiah maka petani akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp 0.56.
50

6.2.2 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Penyuling Akar Wangi

Pada penelitian ini, perhitungan pendapatan penyuling akar wangi dihitung


dalam periode satu tahun. Pendapatan penyuling dihitung menggunakan cash flow
selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis peralatan penyulingan.
Penggunaan cash flow untuk menghitung pendapatan penyuling yang
menggunakan umur ekonomis dikarenakan peralatan yang digunakan memiliki
umur ekonomis lebih dari 1 tahun sehingga penyusutan peralatan tidak dapat
mewakili perhitungan biaya investasi peralatan penyulingan. Komponen biaya
penyulingan akar wangi menggunakan cashflow terdiri dari inflow dan outflow.
Dalam penelitian ini, komponen inflow merupakan aliran masuk yang terdiri dari
penerimaan minyak akar wangi yaitu sebesar Rp 672 000 000.00 per tahun. Pada
pelaku ini minyak akar wangi yang dihasilkan hanya yang memiliki mutu standar.
Selain itu, komponen inflow juga terdapat nilai sisa sebesar Rp 3 333 333.33.
Nilai sisa dalam penelitian ini adalah nilai dari barang investasi yang tidak habis
terpakai selama umur usaha akar wangi. Penaksiran nilai sisa dilakukann pada
saat menyusun cashflow dan dimasukkan dalam tahun terakhir umur usaha.
Sehingga pada tahun ke-10 usaha penerimaan menjadi Rp 675 333 333.33 per
tahun.
Sedangkan komponen outflow merupakan aliran keluar yang terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Komponen yang termasuk dalam biaya
investasi yaitu biaya peralatan penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel
penyulingan, cooler, compressor, bangunan dan bak pendingin.
Tabel 17Nilai investasi pada usaha penyulingan akar wangi
Jenis Investasi Umur Ekonomis Jumlah Nilai Investasi
(tahun) (tahun) (Rp)
Ketel penyulingan 10 1 150 000 000
Cooler 3 1 10 000 000
Compressor 5 1 20 000 000
Bangunan dan bak 10 1 50 000 000
pendingin
Sumber: Data primer diolah (2014)
Komponen biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel
tunai. Biaya tetap tunai terdiri dari pajak lahan yang dikenakan sebesar Rp 50 000
per tahun. Biaya variabel tunai terdiri dari biaya bahan baku akar wangi, biaya
listrik, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, biaya transportasi dan upah tenaga
51

kerja luar keluarga. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku
akar wangi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan penyuling untuk satu
tahun penyulingan. Dalam penyulingan, TKLK terdiri atas tenaga kerja
penyulingan dan pengangkut bahan baku yang keduanya dilakukan secara
borongan. Berikut ini tabel biaya operasional usaha penyulingan akar wangi.
Tabel 18 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha
penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang
Biaya Operasional Satuan Jumlah Harga Biaya Persentase
(Rp/satuan) (Rp) (%)
Biaya Tetap Tunai
1 Pajak lahan Hektar 1 50 000.00 50 000.00 0.01
Biaya Variabel Tunai
2 Bahan baku akar wangi Kg 360 000 1 000.00 360 000 000.00 57.89
3 Listrik Minggu 32 100 000.00 3 200 000.00 0.51
4 Bahan bakar Drum 240 750 000.00 180 000 000.00 28.95
5 Transportasi Bulan 8 400 000.00 3 200 000.00 0.51
6 Tenaga Kerja Luar Keluarga
a Pengangkut Borongan 360 100 000.00 36 000 000.00 5.79
b Penyuling Borongan 240 160 000.00 38 400 000.00 6.18
7 Biaya pemeliharaan 2 500 000.00 1 000 000.00 0.16
Total Biaya Tunai 621 850 000.00 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran,
dilakukan perhitungan net benefit yang merupakan pengurangan penerimaan dan
pengeluaran. Dengan discount factor (DF) sebesar 11.75%, diperoleh present
value dari perkalian net benefit dan discount factor. Setelah itu, dapat diketahui
lima indikator dari kriteria investasi. Kelima indikator tersebut adalah Net Present
Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PP). Hasil penilaian berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat
pada Tabel 19.
Tabel 19 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha penyuling
akar wangi di Kecamatan Samarang
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (Rp) 32 810 728.26
Internal Rate of Return (%) 15
Net Benefit/Cost 1.14
Payback Period (tahun) 7.92
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, didapatkan nilai
NPV>0. Nilai tersebut merupakan selisih dari manfaat bersih yang telah
didiskonto dengan biaya yang telah didiskonto selama umur usaha. Usaha
penyulingan ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV yang
52

positif atau lebih dari nol. Nilai NPV yang didapat merupakan pendapatan bersih
yang diperoleh penyuling selama 10 tahun. Sehingga untuk mengetahui
pendapatan penyuling selama 1 tahun, nilai NPV dibagi dengan umur ekonomis
usaha menjadi Rp 3 281 072.83 per tahun. Investasi pada usaha penyulingan akar
wangi layak berdasarkan Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh lebih besar
dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor (11.75%)
yaitu sebesar 15% yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
investasi tersebut 15% per tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1
yang berarti bahwa penggunaan investasi layak. Nilai Net B/C sebesar 1.14 artinya
penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan
Rp 1.14 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 7.92
tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 7 tahun 11 bulan.
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih
pendek daripada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan.

6.2.3 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling Akar


Wangi
Selain sebagai petani dan penyuling, ada pula pelaku usahatani yang
menjalankan keduanya sekaligus atau disebut dengan petani-penyuling. Pada
petani dan petani-penyuling terdapat kesamaan yaitu keduanya memiliki lahan
akar wangi sendiri, tetapi perbedaannya yaitu pada petani akar wangi output yang
diperoleh dari hasil panen dijual kepada penyuling atau pengumpul, sedangkan
pada petani-penyuling output yang diperoleh dari hasil panen tidak dijual kepada
penyuling atau pengumpul, melainkan diproses sendiri menjadi minyak akar
wangi. Begitu juga pada penyuling dan petani-penyuling juga terdapat perbedaan,
yaitu pada penyuling bahan baku akar wangi sepenuhnya diperoleh dari petani
akar wangi lain, sedangkan pada petani-penyuling, bahan baku akar wangi yang
digunakan dalam penyulingan sebagian diperoleh dari hasil panen sendiri dan
sebagian lain diperoleh dari petani akar wangi lain.
Pada penelitian ini, perhitungan pendapatan petani-penyuling akar wangi
dihitung dalam dua tahap. Yaitu, pertama menghitung total biaya dan hasil panen
yang diperoleh dari usahatani akar wangi. Pada tahap ini, komponen biaya
53

usahatani pada pelaku petani-penyuling akar wangi sama dengan komponen biaya
usahatani pada pelaku petani akar wangi. Penghitungan besarnya biaya usahatani
dihitung selama periode satu tahun per hektar.
Tabel 20 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku petani-penyuling di
Kecamatan Samarang
Harga Satuan Total Persentase
Komponen Biaya Satuan Jumlah
(Rp) (Rp) (%)
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap
1 Pajak Rp/Ha 1.00 50 000 50 000 0.24
Sub Total Biaya Tunai Tetap 50 000 0.24
Biaya Variabel
2 Pupuk Kg 560.00 2 000 1 120 000 5.46
3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 77.38 48 000 3 714 000 18.09
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 120.00 50 000 6 000 000 29.23
Sub Total Biaya Tunai Variabel 10 834 000 52.78
Total Biaya Tunai 10 884 000.00 53.02
B. Biaya Diperhitungkan
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Rp/Ha 1.00 2 800 000 2 800 000 13.64
2 Penyusutan alat 225 000 1.09
Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 3 025 000 14.63
Biaya Variabel
3 Bibit Akar Wangi Kg 2 800.00 2 000 5 600 000 27.28
4 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 21.25 48 000 1 020 000 4.97
5 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan - - - -
Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 6 620 000 32.35
Total Biaya Diperhitungkan 9 420 000 46.98
Total Biaya Usahatani 20 529 000 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Pada tabel 20 dapat dilihat rata-rata total biaya tunai sebesar Rp 10 884 000
per hektar per musim panen yaitu satu tahun. Biaya tunai terdiri dari biaya pajak
lahan, penyusutan alat, pupuk, upah tenaga kerja luar keluarga, dan upah panen
dengan sistem borongan. Sedangkan rata-rata total biaya diperhitungkan sebesar
Rp 9 420 000 per hektar per tahun. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya sewa
lahan, bibit akar wangi, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan upah panen dengan
sistem borongan.
Setelah menghitung besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan selama
melakukan usahatani akar wangi, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap
pendapatan yang diperoleh pada proses penyulingan. Perbedaan struktur biaya
pada pelaku penyuling akar wangi dan pelaku usaha petani-penyuling akar wangi,
yaitu terletak pada penggunaan bahan baku. Penggunaan bahan baku pada pelaku
usaha petani-penyuling lebih sedikit dikarenakan sebagian bahan baku yang
digunakan untuk menyuling menggunaakan akar wangi dari hasil panen lahan
sendiri, sehingga mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian bahan baku
akar wangi. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap pendapatan yang diperoleh
54

penyuling dihitung selama periode satu tahun penyulingan. Pendapatan penyuling


dihitung menggunakan cash flow sesuai dengan umur ekonomis peralatan
penyulingan yaitu selama 10 tahun. Komponen biaya penyulingan akar wangi
menggunakan cash flow terdiri dari inflow dan outflow. Komponen inflow terdiri
dari penerimaan hasil penjualan minyak akar wangi dengan mutu standar sebesar
Rp 672 000 000.00 per tahun dan nilai sisa sebesar Rp 3 333 333.33 yang
dimasukkan pada akhir tahun periode usaha. Sehingga pada tahun ke-10 usaha
penerimaan lebih besar daripada tahun sebelumnya menjadi Rp 675 333 333.33.
Komponen outflow merupakan aliran keluar yang terdiri dari biaya investasi
dan biaya operasional. Komponen yang termasuk dalam biaya investasi yaitu
biaya peralatan penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel penyulingan,
cooler, compressor, bangunan dan bak pendingin. Komponen biaya operasional
terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel tunai. Biaya tetap tunai terdiri dari pajak
lahan yang dikenakan sebesar Rp 50 000 per tahun. Biaya variabel tunai terdiri
dari biaya bahan baku akar wangi, biaya listrik, biaya bahan bakar, biaya
pengepakan, biaya transportasi dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya rata-
rata yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku akar wangi merupakan biaya
terbesar yang dikeluarkan penyuling untuk satu tahun penyulingan. Dalam
penyulingan, TKLK terdiri atas tenaga kerja penyulingan dan pengangkut bahan
baku yang keduanya dilakukan secara borongan. Berikut ini tabel biaya
operasional usaha penyulingan akar wangi.
Tabel 21 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha
petani-penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang
Jumlah Harga Satuan Biaya Persentase
Biaya Operasional Satuan
(Rp) (Rp) (%)
Biaya Tetap Tunai
1 Pajak lahan Rp/Ha 1.00 50 000 50 000 0.01
Biaya Variabel Tunai
2 Biaya usahatani Rp/Ha 10 884 000 1.76
3 Bahan baku akar wangi Kg 348 000 1000 348 000 000 56.14
4 Listrik Minggu 32.00 100 000 3 200 000 0.52
5 Bahan bakar Drum 240.00 750 000 180 000 000 29.04
6 Transportasi Bulan 8.00 300 000 2 400 000 0.39
7 Tenaga Kerja Luar Keluarga
a Pengangkut Borongan 360 .00 100 000 36 000 000 5.81
b Penyuling Borongan 240.00 160 000 38 400 000 6.19
8 Biaya pemeliharaan Frekuensi 2 500 000 1 000 000 0.16
Total biaya tunai Tahun 619 934 000 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
55

Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran,


selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi
yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period (PP). Analisis kelayakan finansial dihitung
berdasarkan nilai manfaat bersih atau net benefit yang didiskonto dengan tingkat
discount factor (DF) sebesar 11.75%. Kemudian dilakukan perhitungan present
value dari perkalian net benefit dan discount factor. Hasil penilaian berdasarkan
kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (Rp) 39 422 117.22
Internal Rate of Return (%) 16
Net Benefit/Cost 1.17
Payback Period (tahun) 7.75
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan hasil perhitungan usaha penyulingan ini layak untuk dijalankan
karena menghasilkan nilai NPV yang positif atau lebih dari nol. Nilai NPV yang
didapat merupakan pendapatan bersih yang diperoleh penyuling selama 10 tahun.
Sehingga untuk mengetahui pendapatan penyuling selama 1 tahun, nilai NPV
dibagi dengan umur ekonomis usaha menjadi Rp 3 942 211.72 per tahun.
Berdasarkan Internal Rate of Return (IRR), usaha penyulingan akar wangi pada
pelaku ini juga layak untuk dijalankan karena hasil yang diperoleh lebih besar dari
tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor (11.75%) yaitu
sebesar 16% yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
investasi tersebut 16% per tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1
yang berarti bahwa penggunaan investasi layak. Nilai Net B/C sebesar 1.17 artinya
penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan
Rp 1.17 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 7.75
tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 7 tahun 9 bulan.
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih
pendek daripada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan.
56

6.2.4 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling-


Pengumpul Minyak Akar Wangi
Pada petani-penyuling-pengumpul, selain melakukan sendiri proses akar
wangi menjadi minyak akar wangi, juga membeli minyak akar wangi dari
penyuling lain untuk dijual kembali atau disebut pengumpul. Di Kecamatan
Samarang, hanya terdapat satu orang yang berperan sebagai pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul. Pelaku usaha ini memiliki lahan akar wangi sebesar 30 ha
yang tersebar di Kabupaten Garut. Tingginya permintaan minyak akar wangi yang
tidak dapat dipenuhi dengan sendiri, menyebabkan penyuling untuk membeli
minyak akar wangi dari penyuling lain yang nantinya akan dijual kembali.
Kondisi seperti itu disebut sebagai pengumpul. Pada penelitian ini, perhitungan
pendapatan petani-penyuling-pengumpul akar wangi juga dihitung dalam dua
tahap, yaitu pertama menghitung biaya usahatani akar wangi dimana
perhitungannya sama dengan perhitungan usahatani pada pelaku sebelumnya.
Penghitungan besarnya biaya usahatani dihitung selama periode satu tahun per
hektar. Tabel 23 berikut ini memaparkan struktur biaya usahatani akar wangi pada
pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul di Kecamatan Samarang.
Tabel 23 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul di Kecamatan Samarang
Harga Total Persentase
Komponen Biaya Satuan Jumlah
(Rp) (Rp) (%)
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap
1 Pajak Hektar 30.00 50 000 1 500 000 0.30
Sub Total Biaya Tunai Tetap 1 500 000 0.30
Biaya Variabel
2 Pupuk Kg 15 000.00 2 000 31 000 000 5.98
3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 2887.50 48 000 138 600 000 27.63
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 3 150.00 50 000 157 500 000 31.40
Sub Total Biaya Tunai Variabel 317 100 000 65.01
Total Biaya Tunai 318 600 000 65.30
B. Biaya Diperhitungkan
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Hektar 30.00 2 800 000 84 000 000 16.75
Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 84 000 000 16.75
Biaya Variabel
2 Bibit Akar Wangi Kg 60 000.00 1 500 90 000 000 17.94
3 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK - - - -
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan - - - -
Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 90 000 000 17.95
Total Biaya Diperhitungkan 174 000 000 34.70
Total Biaya Usahatani 401 600 000 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Tabel di atas menunjukkan total biaya tunai dan biaya diperhitungkan
usahatani pada pelaku petani-peyuling-pengumpul per musim panen yaitu satu
tahun dengan luas lahan sebesar 30 ha. Biaya tunai terdiri dari biaya pajak lahan,
57

penyusutan alat, pupuk, upah tenaga kerja luar keluarga, dan upah panen dengan
sistem borongan. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri dari biaya sewa lahan,
bibit akar wangi, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan upah panen dengan
sistem borongan.
Setelah menghitung besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan selama
melakukan usahatani akar wangi, tahap selanjutnya dilakukan perhitungan
terhadap pendapatan yang diperoleh pada proses penyulingan. Selain biaya
penggunaan bahan baku yang lebih rendah, perbedaan struktur biaya pada pelaku
usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi dengan pelaku usaha sebelumnya,
yaitu terletak pada biaya untuk mengumpul minyak akar wangi yang dibeli dari
penyuling lain. Selama satu bulan, penyuling dapat mengumpul minyak akar
wangi dari penyuling lain sebesar 50 kg, sehingga selama satu tahun periode
penyulingan, penyuling dapat mengumpul minyak akar wangi sebanyak 400 kg.
Sama seperti perhitungan pada pelaku usaha sebelumnya, pendapatan penyuling
pada pelaku usaha ini dihitung menggunakan cash flow sesuai dengan umur
ekonomis peralatan penyulingan yaitu selama 10 tahun. Komponen biaya
penyulingan akar wangi menggunakan cash flow terdiri dari inflow dan outflow.
Komponen inflow terdiri dari penerimaan hasil penjualan minyak akar wangi
dengan mutu standar sebesar Rp 768 000 000 per tahun, hasil penjualan minyak
akar wangi yang dikumpul sebesar Rp 320 000 000 per tahun dan nilai sisa
sebesar Rp 3 333 333.33 yang dimasukkan pada akhir tahun periode usaha.
Sehingga pada tahun ke-10 usaha penerimaan lebih besar daripada tahun
sebelumnya menjadi Rp 1 091 333 333.33.
Komponen outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.
Komponen yang termasuk dalam biaya investasi yaitu biaya peralatan
penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel penyulingan, cooler,
compressor, bangunan dan bak pendingin. Komponen biaya operasional terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel tunai seperti pada Tabel 24 berikut.
58

Tabel 24 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha
petani-penyuling-pengumpul akar wangi
Biaya Operasional Satuan Jumlah Harga Satuan Total Persentase
(Rp) (Rp) (%)
Biaya Tetap Tunai
1 Pajak lahan Hektar 1.00 50 000 50 000 0.01
Biaya Variabel Tunai
2 Biaya usahatani Hektar 30.00 10 920 000 327 600 000 32.12
3 Beli minyak akar wangi Kg 400.00 775 000 310 000 000 30.39
4 Bahan baku akar wangi Kg 45 000 1000 45 000 000 4.41
5 Listrik Minggu 240 20 000 480 000 0.47
6 Bahan bakar Drum 240 850 000 204 000 000 20.00
7 Pengepakan Jerigen 32 30 000 960 000 0.09
8 Transportasi Bulan 8 4 000 000 32 000 000 3.14
9 Tenaga Kerja Luar Keluarga
a Pengangkut Borongan 360 100 000 36 000 000 3.53
b Penyuling Borongan 240 240 000 57 600 000 5.65
10 Biaya pemeliharaan Frekuensi 4 500 000 2 000 000 0.20
Total biaya tunai Tahun 1 019 960 000 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Biaya tetap tunai terdiri dari pajak lahan yang dikenakan sebesar Rp 50 000
per tahun. Biaya variabel tunai terdiri dari biaya usahatani, biaya untuk membeli
minyak akar wangi dari penyuling lain, biaya bahan baku akar wangi, biaya
listrik, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, biaya transportasi, biaya
pemeliharaan mesin dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk membeli bahan baku akar wangi merupakan biaya terbesar
yang dikeluarkan penyuling untuk satu tahun penyulingan. Dalam penyulingan,
TKLK terdiri atas tenaga kerja penyulingan dan pengangkut bahan baku yang
keduanya dilakukan secara borongan. Berikut ini tabel biaya operasional usaha
penyulingan akar wangi.
Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran,
selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi
yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period (PP). Analisis kelayakan finansial dihitung
berdasarkan nilai manfaat bersih atau net benefit yang didiskonto dengan tingkat
discount factor (DF) sebesar 11.75%. Kemudian dilakukan perhitungan present
value dari perkalian net benefit dan discount factor. Hasil penilaian berdasarkan
kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 25.
59

Tabel 25 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul akar wangi
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (Rp) 134 650 684.86
Internal Rate of Return (%) 25
Net Benefit/Cost 1.59
Payback Period (tahun) 4.75
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, usaha penyulingan
ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV yang positif atau lebih
dari nol. Nilai NPV yang didapat merupakan pendapatan bersih yang diperoleh
penyuling selama 10 tahun. Sehingga untuk mengetahui pendapatan penyuling
selama 1 tahun, nilai NPV dibagi dengan umur ekonomis usaha menjadi
Rp 13 465 068.49 per tahun. Berdasarkan Internal Rate of Return (IRR), usaha
penyulingan akar wangi juga layak untuk dijalankan karena hasil yang diperoleh
lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor
(11,75%) yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi
tersebut 25% per tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1 yang
berarti bahwa penggunaan investasi layak. Nilai Net B/C sebesar 1.59 artinya
penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan
Rp 1.59 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 4.75
tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 4 tahun 9 bulan.
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih
pendek daripada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan.

6.2.5 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling-


Pengumpul-Pengekspor Akar Wangi
Pelaku usaha akar wangi selanjutnya yaitu petani-penyuling-pengumpul
pengekspor. Pada pelaku ini aktivitas yang dilakukan yaitu mulai dari usahatani
akar wangi, memproses hasil panen sendiri menjadi akar wangi, mengumpul
minyak akar wangi dari penyuling lain untuk dijual kembali, dan melakukan
ekspor minyak akar wangi ke beberapa Negara yaitu Prancis, Swiss, Jerman,
India, Australia dan Kanada. Pelaku usaha ini termasuk pelaku usaha skala
Internasional dan hanya ada satu orang pelaku di Kecamatan Samarang. Sebesar
80% hasil penyulingan diekspor ke Negara luar dengan kisaran harga US$ 120
60

untuk kualitas minyak premium, sedangkan hanya 20% dari hasilnya untuk
memenuhi permintaan di Garut dan Jakarta dengan kualitas regular atau standar.
Perhitungan biaya dan penerimaan pada pelaku usaha ini hampir sama
dengan perhitungan biaya dan penerimaan pada pelaku usaha lain. Hanya saja
yang membedakan yaitu biaya ekspor yang dikeluarkan selama setahun. Berikut
ini tabel yang memaparkan struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha
petani-penyuling-pengumpul-pengekspor di kecamatan Samarang.
Tabel 26 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor di Kecamatan Samarang
Harga Total Persentase
Komponen Biaya Satuan Jumlah
(Rp) (Rp) (%)
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap
1 Pajak Hektar 20 50 000 1 000 000 0.15
Sub Total Biaya Tunai Tetap 1 000 000 0.15
Biaya Variabel
2 Pupuk Kg 20 000 1 500 30 000 000 4.42
3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 6075 48 000 291 600 000 42.97
4 Upah Panen Borongan 2 400 50 000 120 000 000 17.68
Sub Total Biaya Tunai Variabel 441 600 000 65.07
Total Biaya Tunai 442 600 000 65.22
B. Biaya Diperhitungkan
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Hektar 20 2 800 000 56 000 000 8.25
Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 56 000 000 8.25
Biaya Variabel
2 Bibit Akar Wangi Kg 30 000 6 000 180 000 000 26.53
3 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK - - - -
4 Upah Panen Borongan - - - -
Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 180 000 000 26.53
Total Biaya Diperhitungkan 236 000 000 34.78
Total Biaya Usahatani 678 600 000 100.00
Sumber: Data primer diolah (2014)
Pada Tabel 26 menunjukkan total biaya tunai dan biaya diperhitungkan
usahatani pada pelaku petani-peyuling-pengumpul-pengekspor masing-masing
sebesar Rp 442 600 000 dan Rp 236 000 000 per satu tahun usahatani. Biaya tunai
terdiri dari pajak lahan, biaya penyusutan peralatan, pupuk dan tenaga kerja luar
keluarga. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri dari bibit dan tenaga kerja
dalam keluarga. Bahan baku akar wangi yang dimasukkan ke dalam biaya
diperhitungkan merupakan akar wangi hasil dari panen sendiri.
Setelah menghitung besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan selama
melakukan usahatani akar wangi, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap
pendapatan yang diperoleh pelaku usaha dalam proses penyulingan. Pendapatan
penyuling dihitung menggunakan cash flow selama 10 tahun sesuai dengan umur
ekonomis peralatan penyulingan. Komponen biaya penyulingan akar wangi
menggunakan cashflow terdiri dari inflow dan outflow. Dalam perhitungan pada
61

pelaku usaha ini, komponen inflow terdiri dari penerimaan penjualan minyak akar
wangi ekspor yaitu sebesar Rp 3 575 275 200 per tahun, penerimaan penjualan
minyak akar wangi dalam negeri sebesar Rp 912 000 000 per tahun, penerimaan
dari penjualan minyak akar wangi yang dikumpul sebesar Rp 640 000 000 dan
nilai sisa sebesar Rp 3 333 333.33.
Sedangkan komponen outflow merupakan aliran keluar yang terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Komponen yang termasuk dalam biaya
investasi yaitu biaya peralatan penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel
penyulingan, cooler, compressor, bangunan dan bak pendingin. Berikut tabel nilai
investasi yang dimiliki oleh pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-
pengekspor.
Tabel 27 Nilai investasi pada usaha penyulingan pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor akar wangi
Jenis Investasi Umur Ekonomis Jumlah Nilai Investasi
(tahun) (tahun) (Rp)
Ketel penyulingan 10 2 300 000 000
Cooler 3 2 20 000 000
Compressor 5 2 40 000 000
Bangunan dan bak 10 2 100 000 000
pendingin
Sumber: Data primer diolah (2014)
Komponen biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel
tunai. Biaya tetap tunai terdiri dari pajak lahan yang dikenakan sebesar
Rp 100 000 per tahun. Biaya variabel tunai pada pelaku usaha ini sedikit berbeda
dengan pelaku usaha sebelumnya. Terdapat beberapa biaya tambahan yang
dikeluarkan untuk melakukan kegiatan ekspor yaitu biaya fumigasi, biaya palet,
biaya packing, biaya sertifikat, pajak dan biaya ekspor itu sendiri. Biaya fumigasi
merupakan biaya untuk sterilisasi botol yang dikenakan tarif per pengiriman.
Biaya palet merupakan biaya untuk cover packing yang biasanya terbuat dari kayu
atau plastik yang dikenakan tarif per pengiriman. Biaya packing merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk wadah untuk menampung minyak akar wangi. Wadah
untuk minyak akar wangi yang diekspor berbeda dengan minyak akar wangi yang
hanya dikirim ke Jakarta atau Garut. Biasanya untuk minyak yang diekspor
penyuling menggunakan drum yang bahannya lebih kuat sehingga tidak hancur
dan menyebabkan mutu minyak berubah. Biaya sertifikat merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk membuat sertifikat yang menyatakan tingkat mutu minyak yang
62

sudah sesuai dengan standar ekspor. Sertifikat ini merupakan syarat minyak akar
wangi dapat diekspor yang dikenakan per sampel. Dalam kegiatan ekspor,
penyuling juga dikenakan pajak per kilogram minyak. Berikut ini tabel biaya
operasional usaha penyulingan akar wangi.
Tabel 28 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi
Harga Persentase
Jumlah Biaya
Biaya Operasional Satuan Satuan (%)
(Satuan) (Rp)
(Rp)
Biaya Tetap Tunai
1 Pajak lahan Hektar 1 100 000 100 000.00 0.00
Biaya Variabel Tunai
1 Biaya usahatani Hektar 20 22 010 000 442 600 000.00 9.38
2 Beli minyak akar wangi Kg 800 775 000 620 000 000.00 13.14
3 Bahan baku akar wangi Kg 720 000 2 000 1 440 000 000.00 30.52
4 Listrik Minggu 480 20 000 9 600 000.00 0.20
5 Bahan bakar Drum 480 1 100 000 528 000 000.00 11.19
6 Pemeriksaan mutu Frekuensi 8 500 000 4 000 000.00 0.08
7 Pengepakan Jerigen 20 30 000 600 000.00 0.01
8 Transportasi Bulan 8 6 000 000 48 000 000.00 1.02
9 Tenaga Kerja Luar Keluarga
a Pengangkut Borongan 960 100 000 96 000 000.00 2.03
b Penyuling Borongan 480 240 000 115 200 000.00 2.44
10 Biaya pemasaran Frekuensi 2 5 000 000 10 000 000.00 0.21
11 Biaya ekspor Kg 2560 479 895.57 1 228 532 659.20 26.03
12 Biaya fumigasi Pengiriman 10 300 000 3 000 000.00 0.03
13 Biaya packing Jerigen 30 150 000 450 000.00 0.10
14 Biaya palet Pengiriman 10 500 000 5 000 000.00 0.11
15 Biaya sertifikat Frekuensi 10 750 000 7 500 000.00 0.16
16 Biaya pemeliharaan Frekuensi 2 2 000 000 4 000 000.00 0.08
17 Pajak Kg 2560 60 000 153 600 000.00 3.26
Sumber: Data primer diolah (2014)
Selain itu, variabel tunai pada pelaku usaha ini juga terdiri dari biaya
usahatani, biaya untuk membeli minyak akar wangi dari penyuling lain
(pengumpul), biaya bahan baku akar wangi, biaya listrik, biaya bahan bakar, biaya
pengepakan, biaya transportasi dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya rata-
rata yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku akar wangi merupakan biaya
terbesar yang dikeluarkan penyuling untuk satu tahun penyulingan. Dalam
penyulingan, TKLK terdiri atas tenaga kerja penyulingan dan pengangkut bahan
baku yang keduanya dilakukan secara borongan.
Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran,
dilakukan perhitungan net benefit yang merupakan pengurangan penerimaan dan
pengeluaran. Dengan discount factor (DF) sebesar 11.75%, diperoleh present
value dari perkalian net benefit dan discount factor. Setelah itu, dapat diketahui
lima indikator dari kriteria investasi. Kelima indikator tersebut adalah Net Present
63

Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PP). Hasil penilaian berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat
pada Tabel 29.
Tabel 29 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani-
penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (Rp) 405 237 964.86
Internal Rate of Return (%) 31
Net Benefit/Cost 1.88
Payback Period (tahun) 3.83
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, usaha penyulingan
pada pelaku usaha ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV
yang positif atau lebih dari nol. Nilai NPV yang didapat merupakan pendapatan
bersih yang diperoleh penyuling selama 10 tahun. Sehingga untuk mengetahui
pendapatan penyuling selama 1 tahun, nilai NPV dibagi dengan umur ekonomis
usaha menjadi Rp 40 523 796.49 per tahun. Investasi pada usaha penyulingan
akar wangi layak berdasarkan Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh lebih
besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor
(11.75%) yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi
tersebut 31% per tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1 yang
berarti bahawa penggunaan investasi layak. Nilai Net B/C sebesar 1.88 artinya
penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan
Rp 1.88 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 3.83
tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 3 tahun 10 bulan.
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih
pendek dari pada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan.
Berdasarkan penjelasan struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari
kelima pelaku usaha akar wangi, maka untuk mengetahui pelaku yang lebih
menguntungkan dapat dilihat perbandingannya pada Tabel 30 berikut.
64

Tabel 30 Perbandingan struktur biaya, penerimaan, pendapatan dan kriteria


investasi dari pelaku usaha akar wangi
Pelaku Usaha
Uraian
Pelaku 1 Pelaku 2 Pelaku 3 Pelaku 4 Pelaku 5
Biaya (Rp)
-Biaya usahatani 11 120 781.36 - 10 884 000 327 600 000 442 600 000
-Biaya penyulingan - 261 800 000 261 050 000 337 360 000 815 400 000
-Beli bahan baku - 360 000 000 348 000 000 45 000 000 1 440 000 000
-Beli minyak akar - - - 310 000 000 620 000 000
wangi
Penerimaan (Rp)
-Akar wangi 11 977 938.61 - - - -
-Minyak akar wangi - 672 000 000.00 672 000 000.00 1 088 000 000.00 4 880 025 600.00
Unit cost (Rp)
-Akar wangi 982.29
-Minyak akar wangi 494 256.95 740 238.10 737 957 143 749 970.59 1 036 875.00
Kriteria Investasi
-NPV (Rp) - 32 810 728.26 39 422 117.22 134 650 684.86 405 237 964.86
-IRR (%) - 15% 16% 25% 31%
-Net B/C - 1.14 1.17 1.59 1.88
-Payback Period - 7.92 7.75 4.75 3.83
(tahun)
Pendapatan (Rp) 857 157.24 3 281 072.83 3 942 211.722 13 465 068.49 40 523 796.49
Sumber: Data primer diolah (2014)
Pada Tabel 30 di atas, pelaku usaha yang paling banyak mengeluarkan
biaya adalah pelaku kelima yaitu petani-penyuling-pengumpul-pengekspor,
sedangkan pelaku usaha yang paling sedikit mengeluarkan biaya adalah pelaku
pertama yaitu petani. Hal ini dikarenakan terdapat banyak biaya tambahan yang
dikeluarkan pada pelaku kelima yang tidak dilakukan pada pelaku usaha lain.
Begitu pula pada tingkat penerimaan. Tingkat penerimaan tertinggi diperoleh pada
pelaku kelima dan penerimaan terendah diperoleh pada pelaku pertama. Unit cost
merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu produk
dengan cara membagi antara total biaya yang dikeluarkan dalam produksi dibagi
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada hasil unit cost diperoleh biaya
tertinggi untuk menghasilkan satu kilogram minyak akar wangi yaitu pada pelaku
kelima dan yang terendah pada pelaku petani. Hal tersebut dikarenakan pelaku
petani-penyuling-pengumpul-pengekspor mengeluarkan biaya yang besar untuk
mendapatkan hasil yang maksimal sedangkan pelaku petani mengurangi
penggunaan input untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Pada hasil kriteria
investasi, nilai NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period yang diperoleh dapat
menyimpulkan bahwa usaha akar wangi pada seluruh pelaku usaha layak untuk
dijalankan. Hasil kriteria investasi paling tinggi yaitu diperoleh pada pelaku
kelima. Hal tersebut mengartikan bahwa pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor paling menguntungkan dibandingkan pelaku usaha lain.
65

Selain itu, untuk mengetahui pelaku usaha yang lebih menguntungkan dapat
dilihat pada tingkat pendapatan yang diperoleh. Pada Tabel 30, tingkat pendapatan
paling tinggi diperoleh pada pelaku usaha kelima yaitu petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor, sedangkan pendapatan paling rendah diperoleh pada
pelaku usaha pertama yaitu petani. Artinya, pelaku usaha paling menguntungkan
yaitu pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-pengekspor.
Selain analisis kelayakan, pada penelitian ini juga dilakukan analisis
sensitivitas dengan melakukan perubahan pada variabel dalam struktur biaya dan
penerimmaan usaha akar wangi. Tujuan dilakukan analisis sensitivitas untuk
melihat pengaruh yang akan terjadi terhadap kelayakan apabila dilakukan
perubahan pada harga input maupun harga output. Berikut ini tabel perhitungan
hasil analisis sensitivitas pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang.
Tabel 31 Perhitungan hasil analisis sensitivitas pelaku usaha akar wangi di
Kecamatan Samarang
NPV IRR Payback Period Pendapatan
Asumsi Net B/C
(Rp) (%) (tahun) (Rp)
Skenario A
-Pelaku 1 258 260.31
Skenario B
-Pelaku 1 1 075 218.64
Skenario C
-Pelaku 2 -18 565 931.46 0.92 10 >10 -1 856 593.15
-Pelaku 3 -11 954 542.50 0.95 10 >10 -1 195 454.25
-Pelaku 4 76 423 803.84 1.33 20 6.42 7 642 380.38
Skenario D
-Pelaku 2 -158 995 468.02 0.31 -11 >10 -15 899 546.80
-Pelaku 3 -152 384 079.06 0.34 -10 >10 -15 238 407.91
-Pelaku 4 -84 556 396.61 0.63 2 >10 -8 455 639.66
Skenario E
-Pelaku 2 -210 372 127.74 0.09 -28 >10 -21 037 212.77
-Pelaku 3 -203 760 738.78 0.11 -24 >10 -20 376 073.88
-Pelaku 4 -142 783 277.62 0.38 -8 >10 -14 278 327.76
Skenario F
-Pelaku 2 63 865 064.80 1.28 18 6.83 6 386 506.48
-Pelaku 3 70 476 453.76 1.31 19 6.58 7 047 645.38
-Pelaku 4 194 418 865.66 1.85 30 4.00 19 441 886.57
Skenario G
-Pelaku 5 54 496 551.00 1.12 15% 8.33 5 449 655.10
Sumber: Data primer diolah (2014)
Pada Tabel 31 dapat dilihat perhitungan hasil analisis sensitivitas pada
pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang menunjukkan hasil bahwa
setiap perubahan yang terjadi mempengaruhi kelayakan usaha akar wangi.
Skenario yang diasumsikan untuk petani akar wangi yaitu skenario A dan B. Pada
skenario A, perubahan pada pelaku petani berupa penurunan harga jual akar
wangi sebesar 5% menyebabkan pendapatan petani akar wangi menjadi berkurang
66

atau menurun dari pendapatan petani sebelumnya. Pada skenario B dilakukan


perubahan pada penggunaan bibit unggul dan peningkatan produktivitas menjadi
12 ton/hektar berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani akar wangi dari
pendapatan sebelumnya.
Skenario yang telah dibuat untuk pelaku penyuling (pelaku 2), petani-
penyuling (pelaku 3) dan petani-penyuling-pengumpul (pelaku 4) yaitu skenario
C, skenario D dan skenario E. Pada skenario C yaitu dilakukan perubahan harga
input yaitu kenaikan harga bahan bakar pada pelaku penyuling, petani-peyuling
dan petani-penyuling-pengumpul. Biaya bahan bakar merupakan komponen yang
dianggap peka terhadap kelayakan usaha karena persentase penggunaan pada
biaya ini termasuk tinggi dibandingkan biaya lain. Pada hasil skenario C, usaha
akar wangi yang masih layak dilakukan hanya pada pelaku petani-penyuling-
pengumpul saja. Seluruh kriteria investasi menurun dibandingkan dengan
sebelumnya namun masih sesuai dengan teori ekonomi. Pada skenario D yaitu
perubahan pada penurunan harga jual minyak akar wangi. Harga jual minyak akar
wangi juga merupakan komponen yang peka terhadap kelayakan usaha akar
wangi. Seluruh hasil kriteria investasi tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga
usaha akar wangi dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Begitu juga pada
skenario E yang merupakan gabungan skenario C dan skenario D menunjukkan
bahwa usaha akar wangi tidak layak untuk dijalankan jika dilakukan perubahan
pada kenaikan harga bahan bakar dan penurunan harga jual minyak akar wangi.
Pada skenario F yaitu peningkatan kapasitas penggunaan bahan baku selama satu
tahun berpengaruh pada hasil NPV, Net B/C, IRR, payback period dan
pendapatan pelaku usaha meningkat.
Skenario G diasumsikan untuk pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-
pengekspor (pelaku 5). Hasil sensitivitas menyatakan bahwa usaha akar wangi
masih layak untuk dijalankan. Kenaikan harga ekspor menyebabkan penurunan
pada hasil kriteria investasi dari sebelumnya namun masih sesuai dengan teori
ekonomi. Begitu juga pada tingkat pendapatan yang diperoleh pelaku usaha
petani-penyuling-pengumpul-pengekspor pada skenario ini juga menurun
dibandingkan pendapatan sebelum dilakukan analisis sensitivitas. Secara rinci,
hasil skenario asumsi dapat dilihat pada lampiran.
67

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
1. Produktivitas usahatani pada pelaku petani akar wangi sebesar 11.32 ton/Ha,
pada pelaku petani-penyuling sebesar 12 ton/Ha, pada pelaku petani-
penyuling-pengumpul sebesar 10.50 ton/Ha dan pada pelaku petani-
penyuling-pengumpu-pengekspor sebesar 12 ton/Ha. Teknik budidaya
usahatani akar wangi yang dilakukan oleh pelaku usaha akar wangi di
Kecamatan Samarang belum sesuai dengan Good Agriculture Practices
(GAP), seperti pemupukan yang hanya dilakukan satu kali, tidak melakukan
penyulaman, pembubunan dan pengendalian hama. Kapasitas produksi
minyak akar wangi masing-masing pelaku usaha yaitu untuk penyuling
sebesar 3.5 kg dengan kualitas minyak regular, petani-penyuling sebesar 3.5
kg dengan kualitas reguler, petani-penyuling pengumpul 4 kg dengan
kualitas reguler, petani-penyuling-pengumpul-pengekspor 4.5 kg dengan
kualitas regular dan peremium. Teknik penyulingan yang dilakukan oleh
pelaku usaha akar wangi di Kecamatan Samarang belum sesuai dengan
Good Manufacturing Practices (GMP), seperti tidak melakukan perajangan
dan penyusunan bersilang, menggunakan tekanan yang tinggi dan bahan
bakar oli bekas.
2. Usaha akar wangi layak untuk dijalankan dan memiliki pendapatan yang
berbeda tiap pelaku usaha. Pendapatan pelaku petani akar wangi paling
rendah dibandingkan dengan pelaku lainnya yaitu sebesar Rp 857 157.24
per tahun dan pendapatan petani-penyuling-pengumpul-pengekspor paling
tinggi dibandingkan dengan pelaku lainnya yaitu sebesar Rp 40 523 796.49
per tahun. Sebaliknya, unit cost pada petani akar wangi paling rendah yaitu
sebesar Rp 494 256.95 per kilogram minyak akar wangi dan unit cost pada
pelaku petani-penyuling-pegumpul-pengekspor paling tinggi yaitu sebesar
Rp 1 036 875.00 yang artinya pelaku petani lebih efisien dibandingkan
pelaku usaha yang lain.
3. Petani akar wangi sensitif terhadap penurunan harga akar wangi yang
menyebabkan pendapatan petani menurun. Penyuling, petani-penyuling, dan
68

petani-penyuling-pengumpul sensitif terhadap peningkatan harga bahan


bakar dan penurunan harga minyak akar wangi. Penurunan harga minyak
lebih sensitif daripada peningkatan harga bahan bakar terhadap kelayakan
usaha akar wangi. Hal tersebut dapat dilihat pada penurunan hasil kriteria
investasi yang lebih tinggi pada skenario penurunan harga minyak akar
wangi. Pelaku petani-penyuling-pengumpul-pengekspor sensitif terhadap
peningkatan harga ekspor yang dapat menyebabkan penurunan pendapatan.

7.2 Saran

1. Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas akar wangi yang dihasilkan,


pelaku usaha sebaiknya melakukan introduksi bibit unggul serta melakukan
penyulaman, pembubunan, pemberian pupuk 2-3 kali dalam satu tahun, dan
pengendalian hama sesuai dengan Good Agriculture Practices (GAP) pada
budidaya akar wangi.
2. Untuk meningkatkan mutu dan produksi minyak akar wangi, pelaku usaha
sebaiknya menggunakan tekanan sebesar 1-3 bar dan menggunakan bahan
bakar solar sesuai Good Manifacturing Practices (GMP) pada proses
penyulingan akar wangi.
3. Petani akar wangi sebaiknya melakukan pengolahan hasil panen sendiri agar
lebih efisien dan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar serta lebih
mengembangkan skala usahatani dengan memanfaatkan lahan yang
menganggur untuk meningkatkan kapasitas penggunaan bahan baku untuk
penyulingan.
4. Untuk menjaga fluktuasi harga akar wangi perlu adanya mekanisme
kerjasama antar sesama pelaku usaha maupun antara pelaku petani dan
penyuling akar wangi.
69

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Good Manufacturing Practices (GMP). Garut (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik Kecamatan Samarang. 2013. Kecamatan Samarang


dalam Angka. Garut (ID): Badan Pusat Statistik.
[BRI] Bank Rakyat Indonesia. 2014. Suku Bunga Dasar Kredit Rupiah [Internet].
[Diunduh 21 September 2014]. Tersedia pada: http://www.bri.co.id/ sbdk.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2013. Perkembangan luas dan produksi
perkebunan akar wangi Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2013 [Internet].
[Diunduh 21 September 2014]. Tersedia pada: http://disbun.jabarprov.go.
id/index.php/statistik/tahun_detail/2013/2.
________________________________. 2013. Luas dan produksi tanaman
perkebunan akar wangi Provinsi Jawa Barat tahun 2013 [Internet].
[Diunduh 8 Desember 2014]. Tersedia pada: http://disbun.jabarprov.go.id.
Fazlurrahman T. 2012. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum
frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani
Nonmitra di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ginting S. 2007. Pengaruh Lama Penyulingan terhadap Rendemen dan Mutu
Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Gittinger JP. 2008. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia Press.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 1997.
Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Harris R. 1993. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Kardinan A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh
Potensi. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.
Mitchell B, B Setiawan, Dwita HR. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pemerintah Kabupaten Garut Kecamatan Samarang. 2014. Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah, Pembangunan dan Kemasyarakatan di
Kecamatan Samarang Bulan Juni 2014. Garut (ID): Kantor Kecamatan
Samarang.
Prasetya B. 2012. Krisis Eropa Turunkan Harga Akar Wangi [Internet]. [Diunduh
28 Mei 2014]. Tersedia pada: http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/12/
11/krisis-eropa-turunkan-harga-akar-wangi.
70

Pujianto H. 2012. Analisis Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) CV.
Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes
[Internet]. [Diunduh 21 September 2014]. Tersedia pada: http://agribisnis.
fp.uns.ac.id.
Rahim A, Hastuti DRD. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan
Kasus). Depok (ID): Penebar Swadaya.
Redaksi Trubus. 2009. Minyak Asiri. Depok (ID): PT Trubus Swadaya.
Renaldi E. 2004. Kajian Kemampuan Daya Beli Petani Akar Wangi di Kecamatan
Samarang, Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Rochdiani D. 2008. Pola Pendapatan Petani Akar Wangi di Kecamatan Samarang
Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal Agrikultura. 19(3): 201-207.
Santoso HB. 1993. Akar Wangi, Bertanam dan Penyulingan. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Soeharjo A, Patong D. 1986. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta (ID): PT Raja
Grafindo Persada.
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JR, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI Press.
Soemanto W. 1994. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta
(ID): Bumi Aksara.
Sudarwati I. 2011. Analisis Harga Pokok Produksi dan Penjualan Minyak Akar
Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Unteawati, B. 2012. Analisis Finansial Usaha Minyak Nilam. Jurnal Ilmiah ESAI.
6(3): 1-10.
Unit Pelaksana Teknis Daerah Perkebunan Kecamatan Samarang. 2014. Luas
Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat. Garut (ID): Kantor Kecamatan
Samarang.
Yuliani S, Satuhu S. 2012. Panduan Lengkap Minyak Asiri.Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
71

LAMPIRAN
72
73

Lampiran 1 Karakteristik responden petani akar wangi di Kecamatan Samarang


Jumlah Tanggungan Lama
Jenis Luas Lahan
No Nama Umur Pendidikan Usia 0-15 Usia >15 Bertani
Kelamin (hektar)
Tahun tahun (tahun)
1 H. Ipin L 52 SD 0 6 20 4
2 Didi L 69 tidak tamat 2 2 10 1
3 Holin L 51 SD 2 2 30 0.71
4 Irih L 75 tidak tamat 0 4 30 1.14
5 Aep L 30 SD 2 2 4 0.43
6 Jajang L 39 SD 2 1 12 2
7 Edi L 39 SD 2 3 6 1
8 Iwan L 34 Sarjana 1 2 10 2
9 Oding L 40 SD 2 4 6 0.43
10 Hendar L 39 SD 2 3 14 0.21
11 Iyam P 50 SD 2 5 15 0.14
12 Tatang L 48 SD 1 4 20 0.71
13 Uloh L 50 SD 1 4 25 0.57
14 Ojon L 55 SD 2 5 25 0.71
15 Iji L 60 tidak tamat 0 4 40 1
16 H.Iyan L 42 SD 2 2 20 5
17 Atang L 72 tidak tamat 0 2 5 0.14
18 Umah P 55 SD 2 2 5 0.14
19 Agus A L 27 SD 2 2 4 0.43
20 Idin L 50 SD 3 4 10 0.57
21 Uyan L 63 tidak tamat 2 4 14 0.71
22 Deden L 32 SMP 2 2 5 0.71
23 H.Komarudin L 58 SD 1 2 20 3
24 Eman L 43 SD 2 3 15 0.57
25 Sobar L 36 SD 2 2 10 0.43
26 Jajang R L 57 SMA 1 4 30 0.143
27 Soman L 43 SD 2 4 14 0.71
28 Anis L 65 tidak tamat 2 6 30 1.5
29 Osin L 45 SD 1 3 20 0.71
30 Odin L 55 SD 2 4 20 1
31 Solihah P 40 SD 2 2 3 0.17
32 mamat L 62 tidak tamat 2 40 0.43
33 Heriyanto L 32 Sarjana 1 2 3 0.29
34 Apid Hidayat L 39 SMP 2 3 10 0.29
35 Iri L 40 SD 2 4 15 0.23
36 Endang L 76 tidak tamat 3 40 0.71
37 Eneh P 52 SD 2 5 27 0.29
38 Zuya L 60 SD 2 2 40 5
39 Kuswara L 26 SD 1 2 2 0.14
40 H. Agan L 60 SMA 1 2 30 1
41 Endang L 67 SD 0 4 25 3
42 Edi L 50 SMA 3 4 30 0.71
43 Asep L 49 SMP 1 3 6 0.71
44 Bambang L 38 SMA 0 3 17 0.57
45 Idas L 52 SD 1 2 27 1.71
46 Oman L 53 SD 1 2 27 0.86
47 Ana L 36 SD 2 4 17 0.79
48 Ano L 54 SD 2 2 23 1.57
49 Tanu L 52 SD 3 3 23 1
50 Opih L 54 tidak tamat 1 3 24 1.14
74
Lampiran 2 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5
INFLOW
Penerimaan minyak 0 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00
Nilai sisa
Total inflow 0 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 230000000 621850000 621850000 621850000 631850000 621850000
Net Benefit -230000000 50150000.00 50150000.00 50150000.00 40150000.00 50150000.00
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 44876957.49 40158351.23 35935884.77 25745149.76 28776189.07
Lampiran 2 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00
Nilai sisa 3333333.33
Total inflow 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 675333333.33
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 641850000 631850000 621850000 621850000 631850000
Net Benefit 30150000.00 40150000.00 50150000.00 50150000.00 43483333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 15481111.04 18448150.25 20620096 18451987.47 14316851.18

NPV 32810728.26
NPV biaya tunai per tahun 3281072.83
Net B/C 1.14265534
IRR 15%
Payback Period 7.92

75
76

Lampiran 3 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling akar
wangi

76
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5
INFLOW
Penerimaan minyak 0 672000000 672000000 672000000 672000000 672000000
Nilai sisa
Total inflow 0 672000000 672000000 672000000 672000000 672000000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000
Total outflow 230000000 620734000 620684000 620684000 630684000 620684000
Net Benefit -230000000 51266000 51316000 51316000 41316000 51316000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.89485459 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 45875615.2 41092042.9 36771403.04 26492817.12 29445242.64
Lampiran 3 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 672000000 672000000 672000000 672000000 672000000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 672000000 672000000 672000000 672000000 675333333.3
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar)
Total outflow 640684000 630684000 620684000 620684000 630684000
Net Benefit 31316000 41316000 51316000 51316000 44649333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 16079816.69 18983904.75 21099518.37 18881000.78 14700755.71
NPV 39422117.22
NPV biaya tunai per tahun 3942211.72
Net B/C 1.17140051
IRR 16%
Payback Period 7.75

77
78

Lampiran 4 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul akar wangi

78
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5
INFLOW
Penerimaan minyak 0 768000000 768000000 768000000 768000000 768000000
Penerimaan minyak pengumpul 0 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa
Total inflow 0 1088000000 1088000000 1088000000 1088000000 1088000000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 204000000 204000000 204000000 204000000 204000000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
11. Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 230000000 1020010000 1020010000 1020010000 1030010000 1020010000
Net Benefit -230000000 67990000 67990000 67990000 57990000 67990000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 60841163.31 54443994.01 48719457.73 37184588.65 39012823.43
Lampiran 4 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 768000000 768000000 768000000 768000000 768000000
Penerimaan minyak pengumpul 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 1088000000 1088000000 1088000000 1088000000 1091333333
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 204000000 204000000 204000000 204000000 204000000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 1040010000 1030010000 1020010000 1020010000 1030010000
Net Benefit 47990000 57990000 67990000 67990000 61323333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 24641410.24 26645286 27955340.52 25015964.67 20190656.28

NPV 134650684.86
NPV biaya tunai per tahun 13465068.49
Net B/C 1.58543776
IRR 25%
Payback Period 4.75

79
80

Lampiran 5 Analisis finansial struktur penerimaan dan pengeluaran usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-
pengumpul-pengekspor akar wangi

80
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5
INFLOW
Penerimaan minyak ekspor 0 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600
Penerimaan minyak domestic 0 608000000 608000000 608000000 608000000 608000000
Penerimaan minyak pengumpul 0 640000000 640000000 640000000 640000000 640000000
Nilai sisa
Total inflow 0 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 300000000
Cooler 20000000 20000000
Compressor 40000000
Bangunan dan bak pendingin 100000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 442600000 442600000 442600000 442600000 442600000
2. Beli minyak akarwangi 620000000 620000000 620000000 620000000 620000000
3. Bahan baku akar wangi 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000
4. Listrik 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000
5. Bahan bakar 528000000 528000000 528000000 528000000 528000000
6. Pemeriksaan Mutu 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
7. Pengepakan 600000 600000 600000 600000 600000
8. Transportasi 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000
9. Biaya Fumigasi 3000000 3000000 3000000 3000000 3000000
8. Biaya packing 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000
9.Biaya palet 5000000 5000000 5000000 5000000 5000000
10. Pajak 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000
11 biaya sertifikat 7500000 7500000 7500000 7500000 7500000
Biaya ekspor 1228532659.20 1228532659.20 1228532659.20 1228532659.20 1228532659.20
7. Pemasaran 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 96000000 96000000 96000000 96000000 96000000
b. Penyuling (borongan) 115200000 115200000 115200000 115200000 115200000
9. Biaya pemeliharaan 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 100000 100000 100000 100000 100000
Total outflow 460000000 4720232659.20 4720232659 4720232659 4740232659 4720232659
Net Benefit -460000000 159792940.8 159792940.8 159792940.8 139792940.8 159792940.8
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -460000000 142991445.9 127956551.1 114502506.6 89638610.1 91689568.83
Lampiran 5 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak ekspor 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600
Penerimaan minyak domestic 608000000 608000000 608000000 608000000 608000000
Penerimaan minyak pengumpul 640000000 640000000 640000000 640000000 640000000
Nilai sisa 6666666.67
Total inflow 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600 4886692267
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 20000000 20000000
Compressor 40000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 442600000 442600000 442600000 442600000 442600000
2. Beli minyak akarwangi 620000000 620000000 620000000 620000000 620000000
1. Bahan baku akar wangi 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000
2. Listrik 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000
3. Bahan bakar 528000000 528000000 528000000 528000000 528000000
4. Pemeriksaan Mutu 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
5. Pengepakan 600000 600000 600000 600000 600000
6. Transportasi 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000
7. Biaya Fumigasi 3000000 3000000 3000000 3000000 3000000
8. Biaya packing 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000
9.Biaya palet 5000000 5000000 5000000 5000000 5000000
10. Pajak 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000
11 biaya sertifikat 7500000 7500000 7500000 7500000 7500000
Biaya ekspor 1228532659.20 1228532659.20 1228532659.20 1228532659.20 1228532659.20
7. Pemasaran 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 96000000 96000000 96000000 96000000 96000000
b. Penyuling (borongan) 115200000 115200000 115200000 115200000 115200000
Biaya pemeliharaan 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 100000 100000 100000 100000 100000
Total outflow 4760232659 4740232659 4720232659 4720232659 4740232659
Net Benefit 119792940.8 139792940.8 159792940.8 159792940.8 146459607.5
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 61510043.72 64232158.79 65701810.17 58793566.14 48221703.43

NPV 405237964.86
NPV biaya tunai per tahun 40523796.49
Net B/C 1.88
IRR 31%
Payback Period 3.83

81
82

Lampiran 6 Skenario A analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani akar wangi (I)
Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Satuan Total

82
(Rp) (Rp/hektar)
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap
1 Pajak Rp/Ha 1 50 000.00 50 000.00
Sub Total Biaya Tunai Tetap 50 000.00
Biaya Variabel
2 Pupuk Kg 580.70 2 200.00 1 277 542.42
3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 103.70 48 000.00 4 977 754.09
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 96.31 50 000.00 4 815 484.85
Sub Total Biaya Tunai Variabel 11 070 781.36
Total Biaya Tunai 11 120 781.36
B. Biaya Diperhitungkan
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Hektar 1 2 800 000.00 2 800 000.00
2 Biaya penyusutan - - 363 213.54
Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 3 163 213.54
Biaya Variabel
3 Bibit Akar Wangi Kg 2 089.17 2 000.00 4 178 333.33
4 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 25.87 48 000.00 1 241 824.27
5. Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 34.60 50 000.00 1 730 166.67
Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 7 150 324.27
Total Biaya Non Tunai 10 313 537.81
Total Biaya Usahatani 21 434 319.18

No Keterangan Jumlah (Rp)


1 Penerimaan 11 379 041.68
2 Biaya Tunai 11 120 781.36
3 Biaya Diperhitungkan 10 313 537.81
4 Biaya Total (2+3) 21 434 319.18
5 Pendapatan atas Biaya Tunai 258 260.31
6 Pendapatan atas Biaya Total -10 055 277.50
7 R/C Rasio atas Biaya Tunai (1/2) 1.02
8 R/C Rasio atas Biaya Total (1/4) 0.53
Lampiran 7 Skenario B analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani akar wangi (II)
Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Satuan Total
(Rp) (Rp/hektar)
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap
1 Pajak Rp/Ha 1.00 50 000.00 50 000.00
Sub Total Biaya Tunai Tetap 50 000.00
Biaya Variabel
2 Pupuk Kg 580.70 2 200.00 1 277 542.42
3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 103.70 48 000.00 4 977 754.09
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 96.31 50 000.00 4 815 484.85
5 Bibit 500 000.00
Sub Total Biaya Tunai Variabel 11 570 781.36
Total Biaya Tunai 11 620 781.36
B. Biaya Diperhitungkan
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Hektar 1.00 2 800 000.00 2 800 000.00
2 Biaya penyusutan - - 363 213.54
Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 3 163 213.54
Biaya Variabel
3 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 25.87 48 000.00 1 241 824.27
4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 34.60 50 000.00 1 730 166.67
Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 2 971 990.94
Total Biaya Non Tunai 6 135 204.48
Total Biaya Usahatani 17 755 985.84

No Keterangan Jumlah (Rp)


1 Penerimaan 12 969 000.00
2 Biaya Tunai 11 620 781.36
3 Biaya Diperhitungkan 6 135 204.48
4 Biaya Total (2+3) 17 755 985.84
5 Pendapatan atas Biaya Tunai 1 075 218.64
6 Pendapatan atas Biaya Total -5 059 985.84
7 R/C Rasio atas Biaya Tunai (1/2) 1.09
8 R/C Rasio atas Biaya Total (1/4) 0.72

83
84

Lampiran 8 Skenario C analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

84
INFLOW
Penerimaan minyak 0 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00
Nilai sisa
Total inflow 0 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 230000000 630850000 630850000 630850000 640850000 630850000
Net Benefit -230000000 41150000.00 41150000.00 41150000.00 31150000.00 41150000.00
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 36823266.22 32951468.65 29486772.84 19974132.38 23611967.7
Lampiran 8 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00
Nilai sisa 3333333.33
Total inflow 672000000.00 672000000.00 672000000.00 672000000.00 675333333.33
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 650850000 640850000 630850000 630850000 640850000
Net Benefit 21150000.00 31150000.00 41150000.00 41150000.00 34483333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 10859883.86 14312823.92 16919580.27 15140564 11353608.7

NPV -18565931.46
NPV biaya tunai per tahun -1856593.15
Net B/C 0.919278559
IRR 10%
Payback Period >10

85
86

Lampiran 9 Skenario C analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

86
INFLOW
Penerimaan minyak 0 672000000 672000000 672000000 672000000 672000000
Nilai sisa
Total inflow 0 672000000 672000000 672000000 672000000 672000000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000
Total outflow 230000000 629734000 629684000 629684000 639684000 629684000
Net Benefit -230000000 42266000 42316000 42316000 32316000 42316000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.89485459 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 37821923.9 33885160.33 30322291.12 20721799.74 24281021.27
Lampiran 9 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 672000000 672000000 672000000 672000000 672000000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 672000000 672000000 672000000 672000000 675333333.3
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar)
Total outflow 649684000 639684000 629684000 629684000 639684000
Net Benefit 22316000 32316000 42316000 42316000 35649333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 11458589.52 14848578.42 17399002.64 15569577.31 11737513.23

NPV -11954542.50
NPV biaya tunai per tahun -1195454.250
Net B/C 0.948023728
IRR 10%
Payback Period >10

87
88

Lampiran 10 Skenario C analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

88
INFLOW
Penerimaan minyak 0 768000000 768000000 768000000 768000000 768000000
Penerimaan minyak pengumpul 0 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa
Total inflow 0 1088000000 1088000000 1088000000 1088000000 1088000000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 214200000 214200000 214200000 214200000 214200000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
11. Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 230000000 1030210000 1030210000 1030210000 1040210000 1030210000
Net Benefit -230000000 57790000 57790000 57790000 47790000 57790000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 51713646.53 46276193.77 41410464.22 30644102.29 33160039.21
Lampiran 10 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 768000000 768000000 768000000 768000000 768000000
Penerimaan minyak pengumpul 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 1088000000 1088000000 1088000000 1088000000 1091333333
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 214200000 214200000 214200000 214200000 214200000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 1050210000 1040210000 1030210000 1030210000 1040210000
Net Benefit 37790000 47790000 57790000 57790000 51123333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 19404019.44 21958582.82 23761422.69 21263018.07 16832314.8

NPV 76423803.84
NPV biaya tunai per tahun 7642380.384
Net B/C 1.332277408
IRR 20%
Payback Period 6.42

89
90

Lampiran 11 Skenario D analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

90
INFLOW
Penerimaan minyak 0 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00
Nilai sisa
Total inflow 0 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 230000000 621850000 621850000 621850000 631850000 621850000
Net Benefit -230000000 16550000.00 16550000.00 16550000.00 6550000.00 16550000.00
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 14809843.4 13252656.29 11859200.26 4200018.204 9496429.295
Lampiran 11 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00
Nilai sisa 3333333.33
Total inflow 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 641733333.33
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 641850000 631850000 621850000 621850000 631850000
Net Benefit -3450000.00 6550000.00 16550000.00 16550000.00 9883333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value -1771470.417 3009598.608 6804837.265 6089339.834 3254079.245

NPV -158995468.02
NPV biaya tunai per tahun -15899546.80
Net B/C 0.308715356
IRR -11%
Payback Period >10

91
92

Lampiran 12 Skenario D analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

92
INFLOW
Penerimaan minyak 0 638400000 638400000 638400000 638400000 638400000
Nilai sisa
Total inflow 0 638400000 638400000 638400000 638400000 638400000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000
Total outflow 230000000 620734000 620684000 620684000 630684000 620684000
Net Benefit -230000000 17666000 17716000 17716000 7716000 17716000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.89485459 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 15808501.1 14186347.96 12694718.53 4947685.567 10165482.86
Lampiran 12 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 638400000 638400000 638400000 638400000 638400000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 638400000 638400000 638400000 638400000 641733333.3
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar)
Total outflow 640684000 630684000 620684000 620684000 630684000
Net Benefit -2284000 7716000 17716000 17716000 11049333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value -1172764.76 3545353.109 7284259.637 6518353.142 3637983.772

NPV -152384079.06
NPV biaya tunai per tahun -15238407.91
Net B/C 0.337460526
IRR -10%
Payback Period >10

93
94

Lampiran 13 Skenario D analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

94
INFLOW
Penerimaan minyak 0 729600000 729600000 729600000 729600000 729600000
Penerimaan minyak pengumpul 0 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa
Total inflow 0 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 204000000 204000000 204000000 204000000 204000000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
11. Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 230000000 1020010000 1020010000 1020010000 1030010000 1020010000
Net Benefit -230000000 29590000 29590000 29590000 19590000 29590000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 26478747.2 23694628.37 21203246.86 12561581.16 16978812.26
Lampiran 13 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 729600000 729600000 729600000 729600000 729600000
Penerimaan minyak pengumpul 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000 1052933333
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 204000000 204000000 204000000 204000000 204000000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 1040010000 1030010000 1020010000 1020010000 1030010000
Net Benefit 9590000 19590000 29590000 29590000 22923333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 4924174.291 9001226.982 12166473.39 10887224.51 7547488.354

NPV -84556396.61
NPV biaya tunai per tahun -8455639.661
Net B/C 0.632363493
IRR 2%
Payback Period >10

95
96

Lampiran 14 Skenario E analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

96
INFLOW
Penerimaan minyak 0 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00
Nilai sisa
Total inflow 0 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 230000000 630850000 630850000 630850000 640850000 630850000
Net Benefit -230000000 7550000.00 7550000.00 7550000.00 -2450000.00 7550000.00
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 6756152.125 6045773.714 5410088.335 -1570999.176 4332207.926
Lampiran 14 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00
Nilai sisa 3333333.33
Total inflow 638400000.00 638400000.00 638400000.00 638400000.00 641733333.33
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 360000000 360000000 360000000 360000000 360000000
2. Listrik 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
3. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 650850000 640850000 630850000 630850000 640850000
Net Benefit -12450000.00 -2450000.00 7550000.00 7550000.00 883333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value -6392697.593 -1125727.724 3104321.532 2777916.36 290836.7622

NPV -210372127.74
NPV biaya tunai per tahun -21037212.77
Net B/C 0.085338575
IRR -28%
Payback Period >10

97
98

Lampiran 15 Skenario E analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

98
INFLOW
Penerimaan minyak 0 638400000 638400000 638400000 638400000 638400000
Nilai sisa
Total inflow 0 638400000 638400000 638400000 638400000 638400000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000
Total outflow 230000000 629734000 629684000 629684000 639684000 629684000
Net Benefit -230000000 8666000 8716000 8716000 -1284000 8716000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.89485459 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 7754809.84 6979465.389 6245606.612 -823331.813 5001261.495
Lampiran 15 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 638400000 638400000 638400000 638400000 638400000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 638400000 638400000 638400000 638400000 641733333.3
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 348000000 348000000 348000000 348000000 348000000
3. Listrik 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
4. Bahan bakar 189000000 189000000 189000000 189000000 189000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 38400000 38400000 38400000 38400000 38400000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar)
Total outflow 649684000 639684000 629684000 629684000 639684000
Net Benefit -11284000 -1284000 8716000 8716000 2049333.333
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value -5793991.94 -589973.223 3583743.903 3206929.667 674741.2884

NPV -203760738.78
NPV biaya tunai per tahun -20376073.88
Net B/C 0.114083744
IRR -24%
Payback Period >10

99
100

Lampiran 16 Skenario E analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

100
INFLOW
Penerimaan minyak 0 729600000 729600000 729600000 729600000 729600000
Penerimaan minyak pengumpul 0 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa
Total inflow 0 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 214200000 214200000 214200000 214200000 214200000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
11. Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 230000000 1030210000 1030210000 1030210000 1040210000 1030210000
Net Benefit -230000000 19390000 19390000 19390000 9390000 19390000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 17351230.43 15526828.12 13894253.35 6021094.8 11126028.04
Lampiran 16 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 729600000 729600000 729600000 729600000 729600000
Penerimaan minyak pengumpul 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa 0
Total inflow 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000 1049600000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 45000000 45000000 45000000 45000000 45000000
4. Listrik 4800000 4800000 4800000 4800000 4800000
5. Bahan bakar 214200000 214200000 214200000 214200000 214200000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 960000 960000 960000 960000 960000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
b. Penyuling (borongan) 57600000 57600000 57600000 57600000 57600000
Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 1050210000 1040210000 1030210000 1030210000 1040210000
Net Benefit -610000 9390000 19390000 19390000 9390000
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value -313216.509 4314523.806 7972555.563 7134277.909 3091649.657

NPV -143880774.84
NPV biaya tunai per tahun -14388077.48
Net B/C 0.374431414
IRR -8%
Payback Period >10

101
102

Lampiran 17 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

102
INFLOW
Penerimaan minyak 0 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00
Nilai sisa
Total inflow 0 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 396000000 396000000 396000000 396000000 396000000
2. Listrik 3520000.00 3520000.00 3520000.00 3520000.00 3520000.00
3. Bahan bakar 198000000 198000000 198000000 198000000 198000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 39600000 39600000 39600000 39600000 39600000
b. Penyuling (borongan) 42240000 42240000 42240000 42240000 42240000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 230000000 683610000 683610000 683610000 693610000 683610000
Net Benefit -230000000 55590000.00 55590000.00 55590000.00 45590000.00 55590000.00
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 49744966.44 44514511.36 39834014.64 29233409.15 31897673.99
Lampiran 17 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00
Nilai sisa 3333333.33
Total inflow 739200000.00 739200000.00 739200000.00 739200000.00 742533333.33
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Bahan baku akar wangi 396000000 396000000 396000000 396000000 396000000
2. Listrik 3520000.00 3520000.00 3520000.00 3520000.00 3520000.00
3. Bahan bakar 198000000 198000000 198000000 198000000 198000000
4. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
5. Pengepakan 0 0 0 0 0
6. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
7. Pemasaran 0 0 0 0 0
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 39600000 39600000 39600000 39600000 39600000
b. Penyuling (borongan) 42240000 42240000 42240000 42240000 42240000
9. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total Outflow 703610000.00 693610000.00 683610000.00 683610000.00 693610000.00
Net Benefit 35590000.00 45590000.00 55590000.00 55590000.00 48923333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 18274386.13 20947725.27 22856852.18 20453559 16107966.64

NPV 63865064.80
NPV biaya tunai per tahun 6386506.48
Net B/C 1.28
IRR 18%
Payback Period 6.83

103
104

Lampiran 18 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

104
INFLOW
Penerimaan minyak 0 739200000 739200000 739200000 739200000 739200000
Nilai sisa
Total inflow 0 739200000 739200000 739200000 739200000 739200000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 384000000 384000000 384000000 384000000 384000000
3. Listrik 3520000 3520000 3520000 3520000 3520000
4. Bahan bakar 198000000 198000000 198000000 198000000 198000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000 3200000 3200000 3200000 3200000
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 39600000 39600000 39600000 39600000 39600000
b. Penyuling (borongan) 42240000 42240000 42240000 42240000 42240000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000
Total outflow 230000000 682494000 682444000 682444000 692444000 682444000
Net Benefit -230000000 56706000 56756000 56756000 46756000 56756000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.89485459 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 50743624.2 45448203.03 40669532.92 29981076.51 32566727.56
Lampiran 18 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 739200000 739200000 739200000 739200000 739200000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 739200000 739200000 739200000 739200000 742533333.3
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0 10884000.0
2. Bahan baku akar wangi 384000000 384000000 384000000 384000000 384000000
3. Listrik 3520000 3520000 3520000 3520000 3520000
4. Bahan bakar 198000000 198000000 198000000 198000000 198000000
5. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
6. Pengepakan 0 0 0 0 0
7. Transportasi 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00 3200000.00
8. Pemasaran 0 0 0 0 0
9. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 39600000 39600000 39600000 39600000 39600000
b. Penyuling (borongan) 42240000 42240000 42240000 42240000 42240000
10. Biaya pemeliharaan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar)
Total outflow 702444000 692444000 682444000 682444000 692444000
Net Benefit 36756000 46756000 56756000 56756000 50089333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 18873091.79 21483479.77 23336274.55 20882572.3 16491871.17
NPV 70476453.76
NPV biaya tunai per tahun 7047645.38
Net B/C 1.30641936
IRR 19%
Payback Period 6.58

105
106

Lampiran 19 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

106
INFLOW
Penerimaan minyak 0 844800000 844800000 844800000 844800000 844800000
Penerimaan minyak pengumpul 0 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa
Total inflow 0 1164800000 1164800000 1164800000 1164800000 1164800000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 150000000
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin 50000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 81000000 81000000 81000000 81000000 81000000
4. Listrik 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000
5. Bahan bakar 224400000 224400000 224400000 224400000 224400000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 1050000 1050000 1050000 1050000 1050000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 39600000 39600000 39600000 39600000 39600000
b. Penyuling (borongan) 63360000 63360000 63360000 63360000 63360000
11. Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 230000000 1086340000 1086340000 1086340000 1096340000 1086340000
Net Benefit -230000000 78460000 78460000 78460000 68460000 78460000
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -230000000 70210290.83 62828000.74 56221924.6 43898205.54 45020534.29
Lampiran 19 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak 844800000 844800000 844800000 844800000 844800000
Penerimaan minyak pengumpul 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000
Nilai sisa 3333333.333
Total inflow 1164800000 1164800000 1164800000 1164800000 1168133333
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 10000000 10000000
Compressor 20000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya Usahatani 327600000 327600000 327600000 327600000 327600000
2. Beli minyak akar wangi 310000000 310000000 310000000 310000000 310000000
3. Bahan baku akar wangi 81000000 81000000 81000000 81000000 81000000
4. Listrik 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000
5. Bahan bakar 224400000 224400000 224400000 224400000 224400000
6. Pemeriksaan Mutu 0 0 0 0 0
7. Pengepakan 1050000 1050000 1050000 1050000 1050000
8. Transportasi 32000000 32000000 32000000 32000000 32000000
9. Pemasaran 0 0 0 0 0
10. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 39600000 39600000 39600000 39600000 39600000
b. Penyuling (borongan) 63360000 63360000 63360000 63360000 63360000
Biaya pemeliharaan 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 50000 50000 50000 50000 50000
Total outflow 1106340000 1096340000 1086340000 1086340000 1096340000
Net Benefit 58460000 68460000 78460000 78460000 71793333.33
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 30017437.86 31456048.96 32260273.83 28868253.98 23637895.04

NPV 194418865.66
NPV biaya tunai per tahun 19441886.57
Net B/C 1.845299416
IRR 30%
Payback Period 4.00

107
108

Lampiran 20 Skenario F analisis sensitivitas pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul-pengekspor akar wangi
Komponen Biaya tahun ke- 0 1 2 3 4 5

108
INFLOW
Penerimaan minyak ekspor 0 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600
Penerimaan minyak domestic 0 608000000 608000000 608000000 608000000 608000000
Penerimaan minyak pengumpul 0 640000000 640000000 640000000 640000000 640000000
Nilai sisa
Total inflow 0 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan 300000000
Cooler 20000000 20000000
Compressor 40000000
Bangunan dan bak pendingin 100000000
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 442600000 442600000 442600000 442600000 442600000
2. Beli minyak akarwangi 620000000 620000000 620000000 620000000 620000000
3. Bahan baku akar wangi 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000
4. Listrik 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000
5. Bahan bakar 528000000 528000000 528000000 528000000 528000000
6. Pemeriksaan Mutu 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
7. Pengepakan 600000 600000 600000 600000 600000
8. Transportasi 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000
9. Biaya Fumigasi 3000000 3000000 3000000 3000000 3000000
8. Biaya packing 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000
9.Biaya palet 5000000 5000000 5000000 5000000 5000000
10. Pajak 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000
11 biaya sertifikat 7500000 7500000 7500000 7500000 7500000
Biaya ekspor 1289974425.60 1289974425.60 1289974425.60 1289974425.60 1289974425.60
7. Pemasaran 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 96000000 96000000 96000000 96000000 96000000
b. Penyuling (borongan) 115200000 115200000 115200000 115200000 115200000
9. Biaya pemeliharaan 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 100000 100000 100000 100000 100000
Total outflow 460000000 4781674425.60 4781674426 4781674426 4801674426 4781674426
Net Benefit -460000000 98351174.4 98351174.4 98351174.4 78351174.4 98351174.4
DF (11.75%) 0.1175 1 0.894854586 0.80076473 0.716567991 0.641224153 0.573802374
Present value -460000000 88009999.46 78756151.64 70475303.49 50240665.47 56434137.39
Lampiran 20 Lanjutan
Komponen Biaya tahun ke- 6 7 8 9 10
INFLOW
Penerimaan minyak ekspor 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600 3632025600
Penerimaan minyak domestic 608000000 608000000 608000000 608000000 608000000
Penerimaan minyak pengumpul 640000000 640000000 640000000 640000000 640000000
Nilai sisa 0.00
Total inflow 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600 4880025600
OUTFLOW
Biaya Investasi
Ketel penyulingan
Cooler 20000000 20000000
Compressor 40000000
Bangunan dan bak pendingin
Biaya Operasional
Biaya Variabel Tunai
1. Biaya usahatani 442600000 442600000 442600000 442600000 442600000
2. Beli minyak akarwangi 620000000 620000000 620000000 620000000 620000000
1. Bahan baku akar wangi 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000 1440000000
2. Listrik 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000
3. Bahan bakar 528000000 528000000 528000000 528000000 528000000
4. Pemeriksaan Mutu 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
5. Pengepakan 600000 600000 600000 600000 600000
6. Transportasi 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000
7. Biaya Fumigasi 3000000 3000000 3000000 3000000 3000000
8. Biaya packing 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000
9.Biaya palet 5000000 5000000 5000000 5000000 5000000
10. Pajak 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000
11 biaya sertifikat 7500000 7500000 7500000 7500000 7500000
Biaya ekspor 1289974425.60 1289974425.60 1289974425.60 1289974425.60 1289974425.60
7. Pemasaran 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000
8. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pengangkut 96000000 96000000 96000000 96000000 96000000
b. Penyuling (borongan) 115200000 115200000 115200000 115200000 115200000
Biaya pemeliharaan 4000000 4000000 4000000 4000000 4000000
Biaya Tetap Tunai
1. Pajak Lahan (Hektar) 100000 100000 100000 100000 100000
Total outflow 4821674426 4801674426 4781674426 4781674426 4801674426
Net Benefit 58351174.4 78351174.4 98351174.4 98351174.4 78351174.4
DF (11.75%) 0.1175 0.513469686 0.459480704 0.411168415 0.367935942 0.329249165
Present value 29961559.21 36000852.74 40438896.47 36186931.97 25797058.73
NPV 52301556.56
NPV biaya tunai per tahun 5230155.656
Net B/C 1.11
IRR 15%
Payback Period 8.33

109
110

Lampiran 21 Dokumentasi Penelitian

Lahan akar wangi Kecamatan Samarang Hasil panen akar wangi

Proses penampungan minyak Ketel Penyulingan

Bak pendingin dan cooler Bonggol akar wangi


111

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara 28 Mei 1992 yang merupakan


anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Kadarsyah dan Ibu
Mayati.
Pada tahun 1998 penulis lulus dari taman kanak-kanak di TK Harapan
Islamiyah Medan, pada tahun 2004 penulis lulus dari sekolah dasar di SD Al-Ulum
Medan, kemudian pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama di
SMP Harapan 2 Medan, dan pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 1 Medan. Pada tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai salah satu mahasiswi
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan organisasi
sebagai penunjang soft skills diantaranya Himpunan Profesi REESA (Resources and
Environmental Economics Student Assosiation) pada divisi Internal Development pada
tahun 2011-2013, IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan) sebagai bendahara
2 pada tahun 2011 dan sebagai ketua bidang informasi dan komunikasi pada tahun
2012, dan Coast Perkusi FEM pada tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti
kepanitian-kepanitian kegiatan intra dan extra kampus.

Anda mungkin juga menyukai