Anda di halaman 1dari 4

Kemacetan dan Masa depan Kota Indonesia

Nama: Dwi Vernia S.Paranna


NIM: 102016221
Kelas: E
Dapatkan Indonesia bebas macet? Saya percaya itu mungkin dapat terjadi.
Indonesia dapat bebas dari kemacetan jika kita mau bekerja sama dalam
mewujudkannya. Sebaliknya kita dapat mengurangi kemacetan dengan cara
membatasi kendaraan pribadi. Dengan kata lain kita dapat bekerja sama dengan
pemerintah dalam menanggulangin kemacetan. Seperti larangan kepada pedagang
kaki lima untuk berjualan di pinggir jalan dan parkiran liar.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa transportasi saat ini merupakan
kebutuhan turunan yang dibutuhkan oleh manusia untuk menunjang aktivitas
sehari-hari. Sebagai seorang mahasiswa, saya menggunakan transportasi umum
untuk berangkat ke kampus. Transportasi sangat menunjang saya dalam mengatur
dan menghemat waktu yang ada. Tipe kegiatan sosial ekonomi yang berbeda akan
memiliki dampak kegiatan transportasi yang berbeda pula. Kita ketahui bersama
bahwa kegiatan transportasi harian yang kita lakukan relative menimbulkan
pergerakan yang bersifat berulang, misalnya yang terjadi kepada para pekerja dan
mereka yang menempuh pendidikan disekolah. Kebetulan saat ini saya menjadi
seorang perantau yang baru saja akan beradaptasi dari Kabupaten ke kota besar
yaitu Ibu kota Jakarta.
Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Jakarta ini saya merasakan
perbedaan yang sangat berbeda dari tempat atau daerah saya memiliki suasana
lebih tenang dan lebih sejuk sekarang berada di Ibu Kota yang penuh dengan
kemacetan, polusi udara, dan ramai. Seperti yang kita ketahui bersama meskipun di
Kabupaten yang masyarakatnya sudah banyak yang memiliki kendaraan atau alat
transportasi pribadi maupun umum untuk menunjang kegiatan keseharian mereka
namun jarang di temukan kemacetan. Tidak seperti saat kita berada di daerah Ibu
Kota Jakarta karena banyaknya jumlah pengguna kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum yang semakin meledak. Selain itu juga ruas-ruas jalan yang
sempit dan juga banyaknya pembangunan jalan-jalan baru, juga jalur busway yang
mampu menambah kemacetan di Ibu Kota Jakarta. Kemacetan di Jakarta
mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan seperti para pekerja kantoran yang
terjebak macet harus terlambat untuk tiba di kantor. Dan juaga menyebabkan
banyaknya waktu yang harus di sia-siakna dengan percuma, terbuangnya bahan
bakar dan tenaga dengan percuma, serta dapat menyebabkan polusi udara.
Bermula dari pengalaman yang saya dapatkan setelah menjadi perantauan
di Ibu kota Jakarta. Setiap hari, saat saya akan berangkat ke kampus 2 UKRIDA saya
sering memperhatikan keadaan yang saya jumpai disempanjang jalan dari tempat
tinggal saya yaitu di jalan Lontar raya. Biasanya saya menggunakan ojek online
ataupun menggunakan jasa bajaj untuk mengantar saya ke Kampus 2 UKRIDA yang
hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari rumah, saya selalu merasa khawatir
mengenai apa yang akan menimpa saya di jalanan nanti apabila saya terlambat ke
kampus. Bukan karena banyaknya demo yang akhir-akhir ini banyak terjadi di
kawasan industri, atau tawuran antar pelajar seperti cerita yang mendominasi
berita di televisi, tetapi dalam hal ini lebih ke situasi jalanan yang semakin tidak
kondusif dan aman. Dan juga terutama berkaitan dengan kemacetan jalanan yang
semakin hari semakin menjadi momok bagi pengguna jalan pada umumnya. Saat
saya berada dalam situasi macet disekitar tempat tinggal tinggal saya, memang
tidak separah di kota besar lainnya seperti Jakarta Pusat. Tetapi karena pengalaman
sebelumnya, saat saya tinggal didaerah asal saya yang bahkan bisa dikatakan tidak
pernah mengalami kemacetan. Hal tersebut membuat saya menjadi sedikit stress,
menguras energi dan kadang membuat emosi tingkat tinggi saat saya sedang
terburu-buru ingin mengurus urusan penting dan saya harus terjebak kemacetan,
yang seharusnya dapat saya tempuh dalam waktu lima belas menit tetapi karena
kemacetan saya harus menempuh selama satu jam. Sebagai penduduk baru di
daerah ini saya belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baru menurut saya,
selama hampir dua bulan saya berada di Jakarta ini membuat saya melakukan
pengamatan pribadi tentang kemacetan yang terjadi di sekitar saya, malahan
semakin parah. Hal tersebut diperparah dengan sausana tempat yang sebelumnya
tidak pernah macet, sekarang menjadi macet, yang tadinya rapi sekarang menjadi
tidak rapi. Memang kita tahu bahwa ada beberapa perbaikan dibeberapa titik
kemacetan, tetapi tetap saja yang terjadi tidak bisa menghilangkan kemacetan
secara total. Yang juga semakin meningkat adalah kurangnya tingkat
ketidakdisiplinan para pengguna jalan, seperti para pemakai kendaraan bermotor
roda dua misalkan, seringkali mereka melawan arus lalu lintas, hanya supaya lebih
cepat sampai ditujuannya. Sering juga saya perhatikan disaat kondisi jalan ramai
dan tersendat, biasanya pengendara motor saling serobot antar sepeda motor yang
satu dengan yang lain dari arah yang berlawanan pun terjadi. Ujung-ujungnya
malah membuat kemacetan, apalagi jika diantara kedua sisi lalu lintas tersebut
tidak ada yang mau mengalah. Saya mengingat saat saya dalam perjalanan mau ke
salah satu Mall di daerah Taman Anggrek, saya sering mengamati, para pengendara
motor tanpa menghiraukan keselamatan diri sendiri dan orang lain, dengan
mengendara sesuka hati mereka seperti ngebut, menyalip dari sebelah kiri dan
berkendara tanpa pengaman atau menggunakan helm yang memadai. Dan yang
membuat saya heran dengan keadaan yang ada, walaupun sering terjadi
kecelakaan lalu lintas, keadaan seperti itu masih terus terjadi, hampir setiap hari.
Saat saya sedang bersama teman-teman kostan saya berjalan kaki untuk pulang ke
rumah secara bersama secara tidak sengaja saya melihat, ada beberapa
pengendara bermotor berkendara tanpa menghiraukan keselamatan diri sendiri dan
orang lain, dengan kecepatan tinggi, menyalip dari sebelah kiri dan berkendara
tanpa pengaman (helm) yang memadai. Yang lebih mengherankan lagi, walaupun
sering juga terjadi kecelakaan, keadaan seperti itu masih terus terjadi, hampir
setiap harinya. Seperti yang saya ketahui bahwa pengguna kendaraan beroda
empat saat ini, juga ikut berperan di kemacetan yang terjadi. Terutama di dalam
tindakan ketidak disiplinan dari para sopir angkutan umum yang menggunakan
sebagian badan jalan untuk menunggu penumpang maupun hanya untuk sekedar
menurunkan penumpang, yang seringkali terjadi juga antrian kendaraan karena
menunggu angkutan umum tersebut berhenti. Banyak juga kendaraan roda empat
pribadi yang entah sedang terburu-buru atau kemana tujuan mereka, kemudian
mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan mau menang sendiri tidak
memperdulikan kendaraan lain yang juga sedang menggunakan jalan raya yang
ada. Saya yakin bahwa kemacetan yang terjadi saat ini, selain karena jumlah
kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan banyaknya jalan yang ada.
Selain itu ada juga faktor kurangnya kedisiplinan dari para pengguna jalan. Baik
kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat, yang sama-sama memberikan
kontribusi bagi kekacauan yang berujung kepada kemacetan yang semakin parah.
Pengalaman saya yang terparah saat saya terjebak macet dari Jakarta dengan
tujuan ke Bandung , disekitar tol Cikampek terjadi kemacetan yang menurut saya
sangat parah karena saat itu saya berada didalam mobil selama lima jam.
Perjalanan yang seharusnya dapat saya tempuh dengan dua jam perjalanan ,
sekarang harus saya tempuh selama lima jam perjalanan. Hal tersebut disebabkan
karena pada hari itu tepat hari itu merupakan sehari sebelum hari libur panjang
anak sekolah. Jadinya disepanjang jalan pemandangan yang dapat dinikmati
hanyalah kendaraan yang sedang antri untuk membayar diloket pembayaran
dijalan tol. Kondisi yang saya alami dan yang saya lihat, ternyata bukan hanya yang
yang memiliki pandangan tentang kemacetan tersebut. Ternyata banyak teman-
teman saya yang sering mengeluh karena dampak dari kemacetan yang hampir
dijumpai setiap harinya, tentah saat akan berangkat ke kampus atau pulang
kampus ataupun saat hari libur. Sungguh kondisi yang terjadi ini sangat
memprihatinkan bukanlah kondisi yang ideal untuk hidup dan berkembang, didunia
yang terus maju dan berkembang ini, karena setiap waktu itu berharga, tidak
selayaknya kita kehilangan waktu berharga yang kita punya itu karena kemacetan
yang timbulkan akibat ketidak disiplinan kita dijalan raya.
Intinya, menurut saya pemerintah dapat mengatasi kemacetan lalu lintas
dengan cara menyediakan transportasi umum yang layak, meningkatkan kapasitas
jalan (memperluas jalan), dan pembatasan kendaraan pribadi. Jelas partisipasi
warga juga diperlukan disini, kesadaran masyarakat dalam menjaga ketertiban dan
kelancaran lalu lintas juga diharapkan untuk dapat mengatasi kemacetan yang ada.
Dan juga pemerintah harus memperketat peraturan lalu lintas, seperti peraturan
yang mengatur tentang pengendara dibawah umur agar perhatian khusus.

Anda mungkin juga menyukai