Anda di halaman 1dari 23

4

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Cahaya
Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk
gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa
dengan kecepatan 3 x 108 m/s.

Sifat2 cahaya :
1. Dapat mengalami pemantulan (refleksi)
2. Dapat mengalami pembiasan (refraksi)
3. Dapat mengalami pelenturan (difraksi)
4. Dapat dijumlahkan (interferensi)
5. Dapat diuraikan (dispersi)
6. Dapat diserap arah getarnya (polarisasi)
7. Bersifat sebagai gelombang dan partikel

2.1.1 Spektrum Cahaya


Spektrum optik (cahaya atau spektrum terlihat atau spektrum
tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang tampak oleh
mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang
gelombang ini disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak ada
batasan yang tepat dari spektrum optik; mata normal manusia akan dapat
menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun
beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780
nm (atau dalam frekuensi 790-400 terahertz). Mata yang telah beradaptasi
dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555
nm, di wilayah hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink
atau ungu, tidak terdapat dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut
hanya akan didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang
gelombang.
5

Meskipun spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga


tidak ada batas yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya, tabel
berikut memberikan batas kira-kira untuk warna-warna spectrum.

Gambar 2.1 Spektrum Warana

2.1.2 Indeks Bias


Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan
antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat
cahaya pada suatu medium Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:

dimana:
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 meter/detik)
vp = cepat rambat cahaya pada suatu medium
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 atau (n 1).

Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap


permukaan, maka berkas cahaya tersebut ada yang dibelokkan sewaktu
memasuki medium baru tersebut, dimana pembelokan itu disebut
dengan pembiasan.
6

2.2 Semikonduktor
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas
listrik yang berada di antara insulator dan konduktor. Sebuah
semikonduktor bersifat sebagai insulator pada temperatur yang sangat
rendah, namun pada temperatur ruangan besifat sebagai konduktor. Bahan
semikonduksi yang sering digunakan adalah silikon, germanium,
dan gallium arsenide.
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena
konduktansinya yang dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain
(biasa disebut materi doping).
Salah satu alasan utama kegunaan semikonduktor
dalam elektronik adalah sifat elektroniknya dapat diubah banyak dalam
sebuah cara terkontrol dengan menambah sejumlah kecil ketidakmurnian.
Ketidakmurnian ini disebut dopant.
Doping sejumlah besar ke semikonduktor dapat
meningkatkan konduktivitasnya dengan faktor lebih besar dari satu milyar.
Dalam sirkuit terpadu modern, misalnya, polycrystalline silicon didop-
berat seringkali digunakan sebagai pengganti logam.
Alat Semikonduktor atau semiconductor devices, adalah sejumlah
komponen elektronik yang menggunakan sifat-sifat materi semikonduktor,
yaitu Silikon, Germanium, dan Gallium Arsenide. Alat-alat semikonduktor
zaman sekarang telah menggantikan alat thermionik (seperti tabung
hampa). Alat-alat semikonduktor ini menggunakan konduksi elektronik
dalam bentuk padat (solid state), bukannya bentuk hampa (vacuum state)
atau bentuk gas (gaseous state). Alat-alat semikonduktor dapat ditemukan
dalam bentuk-bentuk dicrete (potongan) seperti transistor, diode, dll, atau
dapat juga ditemukan sebagai bentuk terintegrasi dalam jumlah yang
sangat besar (jutaan) dalam satu keping Silikon yang dinamakan Sirkuit
terpadu (IC).
7

2.2.1 Dioda
Dioda ditemukan oleh J.A Fleming pada tahun 1904, seorang
ilmuwan dari inggris (1849-1945). Mungkin bagi anda seorang yang
hobby dengan elektronika atau seorang sarjana elektro, mungkin sudah
sangat familiar dengan komponen elektronika yang namanya
dioda. Bahkan untuk memahami cara kerjanya mungkin sangat mudah
sekali. Dioda adalah salah satu komponen yang sangat sering digunakan
seperti halnya resistor dan kapasitor. Secara sederhana sebuah dioda bisa
kita asumsikan sebuah katup, dimana katup tersebut akan terbuka
manakala air yang mengalir dari belakang katup menuju kedepan,
sedangkan katup akan menutup oleh dorongan aliran air dari depan katup.
Atau untuk bisa lebih mengetahui teori dasar dari diode Dioda disimbolkan
dengan gambar anak panah yang pada ujungnya terdapat garis yang
melintang.

Gambar 2,2 Simbol Dioda

Dalam elektronika, dioda adalah komponen aktif bersaluran dua


(dioda termionik mungkin memiliki saluran ketiga sebagai pemanas).
Dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat
mengalir, dan kebanyakan dioda digunakan karena karakteristik satu arah
yang dimilikinya. Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis
dioda seringkali disebut karakteristik menyearahkan. Fungsi paling umum
dari dioda adalah untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu
arah (disebut kondisi panjar maju) dan untuk menahan arus dari arah
sebaliknya (disebut kondisi panjar mundur). Karenanya, dioda dapat
dianggap sebagai versi elektronik dari katup pada transmisi cairan.

Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang


sempurna (benar-benar menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada
8

panjar mundur), tetapi mempunyai karakteristik listrik tegangan-arus tak


linier kompleks yang bergantung pada teknologi yang digunakan dan
kondisi penggunaan. Beberapa jenis dioda juga mempunyai fungsi yang
tidak ditujukan untuk penggunaan penyearahan.

Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's Whisker dan tabung
hampa (juga disebut katup termionik). Saat ini dioda yang paling umum
dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium.

Walaupun dioda kristal (semikonduktor) dipopulerkan sebelum dioda


termionik, dioda termionik dan dioda kristal dikembangkan secara terpisah
pada waktu yang bersamaan. Prinsip kerja dari dioda termionik ditemukan
oleh Frederick Guthrie pada tahun 1873. Sedangkan prinsip kerja dioda
kristal ditemukan pada tahun 1874 oleh peneliti Jerman, Karl Ferdinand
Braun.Pada waktu penemuan, peranti seperti ini dikenal sebagai penyearah
(rectifier). Pada tahun 1919, William Henry Eccles memperkenalkan
istilah dioda yang berasal daridi berarti dua, dan ode (dari ) berarti
"jalur".

Simbol tersebut sebenarnya adalah sebagai perwakilan dari cara kerja


dioda itu sendiri. Pada pangkal anak panah disebut juga sebagai anoda
(kaki positif = P) dan pada ujung anak panah disebut sebagai katoda (kaki
negative = N).

Gambar 2.3 Bias maju dioda

Gambar di atas merupakan gambar karakteristik dioda pada saat diberi


bias maju. Lapisan yang melintang antara sisi P dan sisi N diatas disebut
sebagai lapisan deplesi (depletion layer), pada lapisan ini terjadi proses
keseimbangan hole dan electron. Secara sederhana cara kerja dioda pada
9

saat diberi bias maju adalah sebagai berikut, pada saat dioda diberi bias
maju, maka electron akan bergerak dari terminal negative batere menuju
terminal positif battery (berkebalikan dengan arah arus listrik). Elektron
yang mencapai bagian katoda (sisi N dioda) akan membuat electron yang
ada pada katoda akan bergerak menuju anoda dan membuat depletion layer
akan terisi penuh oleh electron, sehingga pada kondisi ini dioda bekerja
bagai kawat yang tersambung

Gambar 2.4 Bias mundur dioda

Berkebalikan dengan bias maju, pada bias mundur electron akan


bergerak dari terminal negative batere menuju anoda dari dioda (sisi P).
Pada kondisi ini potensial positif yang terhubung dengan katoda akan
membuat electron pada katoda tertarik menjauhi depletion layer, sehingga
akan terjadi pengosongan pada depletion layer dan membuat kedua sisi
terpisah. Pada bias mundur ini dioda bekerja bagaikan kawat yang terputus
dan membuat tegangan yang jatuh pada dioda akan sama dengan tegangan
supply.
Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi
adalah di atas 0.7 volt. Kira-kira 0.3 volt batas minimum untuk dioda yang

terbuat dari bahan Germanium.


10

Gambar 2.5 Grafik arus Dioda

Berikut adalah beberapa macam dioda yang sering ditemukan :

1. Dioda Bridge (4 buah dioda penyearah)


2. Dioda Zener (Sebagai penstabil tegangan)
3. LED (Light Emiting Dioda)
4. 7 Segment, dll

Pada umunya dioda dibuat dari bahan semikonduktor sbb :

1. Silicon, tegangan yang jatuh pada saat bias maju adalah 0,7 volt.
2. Germanium, tegangan yang jatuh pada saat bias maju adalah 0,3 volt

Pada umunya yang dimaksud dengan rangkaian penyearah adalah


rangkaian yang berfungsi untuk menjadikan gelombang yang mempunyai
lebih dari satu arah menjadi gelombang satu arah. Sebagai contoh sinyal
yang berbentuk sinusoidal dan mempunyai dua arah gelombang, yaitu arah
dari kutub positif ke negative dan arah dari negatf ke positif, kemudian
dijadikan gelombang yang mempunyai satu arah saja dengan
menggunakan rangkaian penyearah. Untuk menyearahkan gelombang
biasanya digunakan dioda, Ada dua metode untuk yang digunakan yaitu
metode penyearah setengah gelombang (Half-Wave Rectifier) dan
penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier).
11

2.2.2 Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai


penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT)
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus
yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang
melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat
penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog,
transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog
melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio.
Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat
dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori,
dan komponen-komponen lainnya.
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe
dasar transistor, bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar)
dan field-effect transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara
berbeda.
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi
utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan
lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus
melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan
ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan
untuk mengatur aliran arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu
jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET).
Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit
dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor
bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan
12

ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dengan perubahan


tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi
tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan yang
lebih lanjut.
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak
kategori:
1. Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide
2. Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface
Mount, IC, dll
3. Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, V
MOSFET, MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor
yaitu IC (Integrated Circuit) dan lain-lain.
4. Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
5. Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power
6. Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF
transistor, Microwave, dll
7. Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan
Tinggi, dll

BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis
transistor. Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda yang
terminal positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal.
Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis (B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat
menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal
kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai
penguat elektronik. Rasio antara arus pada koletor dengan arus pada basis
biasanya dilambangkan dengan atau hFE. biasanya berkisar sekitar 100
untuk transistor-transisor BJT.
13

Gambar 2.6 Simbol simbol transistor

Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana


sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah
disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron
dan hole berdifusi antara kolektor dan emitor menerjang lapisan base yang
tipis itu. Sebagai rangkuman, prinsip kerja transistor adalah arus bias base-
emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. Bagian penting
berikutnya adalah bagaimana caranya memberi arus bias yang tepat
sehingga transistor dapat bekerja optimal.
Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor,
yaitu rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB
(Common Base). Namun saat ini akan lebih detail dijelaskan bias
transistor rangkaian CE. Dengan menganalisa rangkaian CE akan dapat
diketahui beberapa parameter penting dan berguna terutama untuk
memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu. Tentu untuk aplikasi
pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak menggunakan
transistor power, misalnya.
Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk
kesatu titik akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema
tersebut diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu menjelaskan
hubungan :

IE = IC + IB ........(1)
14

Gambar 2.7 Aliran arus diode

Pada tabel data transistor (databook) sering dijumpai


spesikikasiadc (alpha dc) yang tidak lain adalah :
adc = IC/IE ..............(3)
Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus
emitor.
Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar
arus emiter maka idealnya besaradc adalah = 1 (satu). Namun umumnya
transistor yang ada memilikiadc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.
Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor
dengan arus base.
b = IC/IB ............. (4)
Dengan kata lain,b adalah parameter yang menunjukkan
kemampuan penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter
ini ada tertera di databooktransistor dan sangat membantu para perancang
rangkaian elektronika dalam merencanakan rangkaiannya.
Misalnya jika suatu transistor diketahui besarb=250 dan diinginkan
arus kolektor sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang
diperlukan. Tentu jawabannya sangat mudah yaitu :
IB = IC/b = 10mA/250 = 40 uA
Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki b = 200
jika diberi arus bias base sebesar 0.1mA adalah :
IC = b IB = 200 x 0.1mA = 20 mA
15

Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor,


yaitu sekali lagi, arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih
besar.
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif,
dimana arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini
diperlihatkan bahwa arus IChanya tergantung dari besar arus IB. Daerah
kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region).
Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada
loop kolektor (rangkaian CE), maka dapat diperoleh hubungan :
VCE = VCC - ICRC .............. (6)
Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah :
PD = VCE.IC ............... (7)
Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah
tegangan kolektor-emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi
daya ini berupa panas yang menyebabkan naiknya temperatur transistor.
Umumnya untuk transistor power sangat perlu untuk mengetahui
spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan temperatur kerja
maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal.
Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka
transistor dapat rusak atau terbakar.
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7
volt (transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang
mana tegangan VCEbelum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran
elektron.
Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai
tegangan VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat
perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari
keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai
pada system digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak
lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON.
16

Gambar 2.8 Rangkaian LED


Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang
digunakan adalah transistor dengan b = 50. Penyalaan LED diatur oleh
sebuah gerbang logika (logic gate) dengan arus output high = 400 uA dan
diketahui tegangan forward LED, VLED = 2.4 volt. Lalu pertanyaannya
adalah, berapakah seharusnya resistansi RLyang dipakai.
IC = bIB = 50 x 400 uA = 20 mA
Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat
transistor cut-off. Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan
aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian ini.
RL = (VCC - VLED - VCE) / IC
= (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA
= 2.6V / 20 mA
= 130 Ohm
Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus
IC menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada
pada daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada
daerah ini, karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai
jenis transistor nilai tegangan VCEmax yang diperbolehkan sebelum
breakdown bervariasi. VCEmax pada databook transistor selalu
dicantumkan juga.
Perhitungan-perhitungan di atas banyak menggunakan aproksimasi
dan penyederhanaan. Tergantung dari keperluannya, untuk perhitungan
lebih rinci dapat juga dilakukan dengan tidak mengabaikan efek-efek
bahan seperti resistansi, tegangan jepit antar junction dan sebagainya.
17

2.3 Light Emitting Diode ( LED )


Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-
emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang
memancarkan cahaya monokromatik yang tidakkoheren ketika diberi
tegangan maju.

Gambar 2.9 Simbol LED


Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang
dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai, dan bisa
juga ultraviolet dekat atauinframerah dekat.
Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah
dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang
diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan
sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-muatan -
elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda
dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh
ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam
bentuk photon.
Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena
itu warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang
membentuk p-n junction. Sebuah dioda normal, biasanya terbuat
dari silikon atau germanium, memancarkan cahaya tampak inframerah
dekat, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah LED memiliki selisih
pita energi antara cahaya inframerah dekat, tampak, dan ultraungu dekat.
18

Gambar 2.10 Cara kerja LED


Tidak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai
kecenderungan polarisasi. Chip LED mempunyai kutub
positif dan negatif (p-n) dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju.
Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan
mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke arah
sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit arus
yang melewati chip LED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan
mengeluarkan emisi cahaya.
Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan rusak yang relatif
rendah. Bila diberikan tegangan beberapa volt ke arah terbalik, biasanya
sifat isolator searah LED akan jebol menyebabkan arus dapat mengalir ke
arah sebaliknya.
Karakteristik chip LED pada umumnya adalah sama dengan
karakteristik dioda yang hanya memerlukan tegangan tertentu untuk dapat
beroperasi. Namun bila diberikan tegangan yang terlalu besar, LED akan
rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju.
Tegangan yang diperlukan sebuah dioda untuk dapat beroperasi adalah
tegangan maju (Vf).
Sirkuit LED dapat didesain dengan cara menyusun LED dalam
posisi seri maupun paralel. Bila disusun secara seri, maka yang perlu
diperhatikan adalah jumlah tegangan yang diperlukan seluruh LED dalam
rangkaian tadi. Namun bila LED diletakkan dalam keadaan paralel, maka
19

yang perlu diperhatikan menjadi jumlah arus yang diperlukan seluruh LED
dalam rangkaian ini.
Menyusun LED dalam rangkaian seri akan lebih sulit karena tiap
LED mempunyai tegangan maju (Vf) yang berbeda. Perbedaan ini akan
menyebabkan bila jumlah tegangan yang diberikan oleh sumber daya
listrik tidak cukup untuk membangkitkan chip LED, maka beberapa LED
akan tidak menyala. Sebaliknya, bila tegangan yang diberikan terlalu besar
akan berakibat kerusakan pada LED yang mempunyai tegangan maju
relatif rendah.
Pada umumnya, LED yang ingin disusun secara seri harus
mempunyai tegangan maju yang sama atau paling tidak tak berbeda jauh
supaya rangkaian LED ini dapat bekerja secara baik.

Gambar 2.11 Struktur LED


Pengembangan LED dimulai dengan alat inframerah dan merah
dibuat dengan gallium arsenide. Perkembagan dalam ilmu material telah
memungkinkan produksi alat dengan panjang gelombang yang lebih
pendek, menghasilkan cahaya dengan warna bervariasi.
LED konvensional terbuat dari mineral inorganik yang bervariasi,
menghasilkan warna sebagai berikut:
20

- aluminium gallium arsenide (AlGaAs) - merah dan inframerah


- gallium aluminium phosphide - hijau
- gallium arsenide/phosphide (GaAsP) - merah, oranye-merah, oranye,
dan kuning
- gallium nitride (GaN) - hijau, hijau murni (atau hijau emerald), dan biru
- gallium phosphide (GaP) - merah, kuning, dan hijau
- zinc selenide (ZnSe) - biru
- indium gallium nitride (InGaN) - hijau kebiruan dan biru
- indium gallium aluminium phosphide - oranye-merah, oranye, kuning,
dan hijau
- silicon carbide (SiC) - biru
- diamond (C) - ultraviolet
- silicon (Si) - biru (dalam pengembangan)
- sapphire (Al2O3) - biru

LED biru pertama yang dapat mencapai keterangan komersial


menggunakan substrat galium nitrida yang ditemukan oleh Shuji
Nakamura tahun 1993sewaktu berkarir di Nichia Corporation di Jepang.
LED ini kemudian populer di penghujung tahun 90-an. LED biru ini dapat
dikombinasikan ke LED merah dan hijau yang telah ada sebelumnya untuk
menciptakan cahaya putih.
LED dengan cahaya putih sekarang ini mayoritas dibuat dengan
cara melapisi substrat galium nitrida (GaN) dengan fosfor kuning. Karena
warna kuning merangsang penerima warna merah dan hijau di mata
manusia, kombinasi antara warna kuning dari fosfor dan warna biru dari
substrat akan memberikan kesan warna putih bagi mata manusia.
LED putih juga dapat dibuat dengan cara melapisi fosfor biru,
merah dan hijau di substrat ultraviolet dekat yang lebih kurang sama
dengan cara kerja lampu fluoresen.
Metode terbaru untuk menciptakan cahaya putih dari LED adalah
dengan tidak menggunakan fosfor sama sekali melainkan menggunakan
21

substrat seng selenida yang dapat memancarkan cahaya biru dari area aktif
dan cahaya kuning dari substrat itu sendiri

2.4 Light Dependent Resistor ( LDR )

Gambar 2.12 LDR

Light Dependent Resistor atau yang biasa disebut LDR adalah


jenis Resistor yang nilai nya berubah seiring intensitas cahaya yang
diterima oleh komponen tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor
cahaya atau pengukur besaran konversi cahaya.Light Dependent Resistor,
terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua buah
elektroda pada permukaan.
Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut
menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga
hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya
pada saat cahaya redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa
disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau
cahaya redup.
Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari
atom bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak
elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya
terang LDR menjadi konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR
memiliki resistansi yang kecil pada saat cahaya terang.
22

Gambar 2.13 Cara Kerja LDR


Namun perlu juga diingat bahwa respon dari rangkaian transistor
akan sangat tergantung pada nilai LDR yang digunakan. Lebih tinggi nilai
tahanan nya akan lebih cepat respon rangkaian.

2.5 Mikrokontroler
Mikrokontroller merupakan suatu komponen elektronika yang
didalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM/ROM) dan
I/O, rangkaian tersebut terdapat dalam level chip atau biasa disebut single
chip microcomputer. Pada mikrokontroler sudah terdapat komponen
komponen mikroprosesor dengan bus bus internal yang saling
berhubungan. Komponen komponen tersebut adalah RAM, ROM, timer,
komponen I/O paralel dan serial, dan interrupt kontroller.
Adapun keunggulan dari mikrokontroler adalah adanya sistem
interrupt. Sebagai perangkat kontrol penyesuaian, mikrokontroler sering
disebut juga untuk menaikkan respon semangat ekternal (interrupt) di
waktu yang nyata. Perangkat tersebut harus melakukan hubungan
switching cepat, menunda satu proses ketika adanya respon eksekusi yang
lain.
Pada saat ini penggunaan mikrokontroler dapat kita temui pada
berbagai peralatan, misalnya peralatan yang terdapat dirumah, seperti
telepon digital, microwave oven, televise, mesin cuci, isstem keamanan
rumah, PDA, dll. Mikrokontroler dapat digunakan untuk berbagai aplikasi
23

misalnya untuk pengendalian, otomasi industry, akuisisi data,


telekomunikasi dan lain-lain. Keuntungan menggunakan mikrokontroler
yaitu harganya murah, dapat diprogram berulang kali, dan dapat kita
program sesuai dengan keinginan kita. Saat ini keluarga mikrokontroler
yang ada dipasaran yaitu Intel 8048,8051 ( MCS51 ), Motorola 68HC11,
Microchip PIC, Hitachi H8, ATMEL AVR dan lain-lain.

2.5.1 AVR ATmega 8535


AVR termasuk kedalam jenis mikrokontroler RISC (Reduced
Instruction Set Computing) 8 bit. Berbeda dengan mikrokontroler keluarga
MCS-51 yang berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing).
Pada mikrokontroler dengan teknologi RISC semua instruksi dikemas
dalam kode 16 bit (16 bits words) dan sebagian besar instruksi dieksekusi
dalam 1 clock, sedangkan pada teknologi CISC seperti yang diterapkan
pada mikrokontroler MCS-51, untuk menjalankan sebuah instruksi
dibutuhkan waktu sebanyak 12 siklus clock.
AVR atau sebuah kependekan dari Alf and Vegards Risc
Processor merupakan chip mikrokontroler yang diproduksi oleh Atmel,
yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelas :
- ATtiny
- ATMega
- AT89/90Sxx
- AT86RFxx
Perbedaan yang terdapat pada masing-masing kelas adalah
kapasitas memori, peripheral, dan fungsinya. Dalam hal arsitektur maupun
instruksinya, hampir idak ada perbedaan sama sekali. Dalam hal ini
ATMEGA8535 dapat beroperasi pada kecepatan maksimal 16MHz serta
memiliki 6 pilihan mode sleep untuk menghemat penggunaan daya listrik.
Arsitektur ATMEGA8535
24

Gambar 2.14 Struktur MC Atmega 8535

Secara garis besar, arsitektur mikrokontroler ATMEGA8535 terdiri dari :

- 32 saluran I/O (Port A, Port B, Port C, dan Port D)


- 10 bit 8 Channel ADC (Analog to Digital Converter)
- 4 channel PWM
- 6 Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-
25

down, Standby and Extended Standby


- 3 buah timer/counter
- Analog comparator
- Watchdog timer dengan osilator internal
- 512 byte SRAM
- 512 byte EEPROM
- 8 kb Flash memory dengan kemampuan Read While Write
- Unit interupsi (internal & eksternal)
- Port antarmuka SPI8535 memory map
- Port USART untuk komunikasi serial dengan kecepatan maksimal
2,5Mbps
- 4.5 sampai 5.5V operation, 0 sampai 16MHz

Gambar 2.15 MC Atmega 8535

Gambar 2.16 Lokasi Pin ATmega 8535


26

Keterangan gambar :

- VCC = pin masukan catu daya


- GND = pin ground
- Port A (PA0 PA7) = pin I/O (bidirectional), pin ADC
- Port B (PB0 PB7) = pin I/O (bidirectional), pin timer/counter,
analog comparator, SPI
- Port C (PC0 PC7) = pin I/O (bidirectional), TWI, analog
comparator, Timer Oscilator
- Port D (PD0 PD7) = pin I/O (bidirectional), analog comparator,
interupsi eksternal, USART
- RESET = pin untuk me-reset mikrokontroler
- XTAL1 & XTAL2 = pin untuk clock eksternal
- AVCC = pin input tegangan ADC
- AREF = pin input tegangan referensi ADC.

Anda mungkin juga menyukai