BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2; Proses Soda
Pada proses pembuatan pulp dengan metode soda ini, larutan yang digunakan
ialah larutan NaOH yang dilakukan dalam sistem bertekanan tinggi. Larutan yang
dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. Proses alkali jarang dipergunakan
dibandingkan dengan proses sulfit, karena proses alkali lebih sulit memperoleh zat
kimia dari larutan pemasak. Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan
kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH.
3; Proses Sulfit
Pada proses sulfit menggunakan larutan kalsium atau magnesium bisulfit dan
asam sulfit. Pulp sulfit lebih cerah dan mudah diputihkan, tetapi lembaran
kertasnya lebih lemah dibandingkan pulp kraft.
( Satriawan Dodi, 2010).
Pulp mengandung komponen-komponen yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
- -Selulosa : 90 -95 %
- Lignin : 0,1-0,4 %
- Ash atau Kadar Abu : 0,1-0,4 %
- Kadar Cu : 0,3-0,5 %
- Kadar MnO4 : 0,5-0,85 %
(John L. Parsons, 1957)
Kualitas dari pulp, dipengaruhi juga oleh sifat kimia yang terdapat pada pulp
itu sendiri. Berikut ini ialah sifat kimia pulp yang dijadikan parameter dalam
penentuan kualitas pulp yang digunakan:
a; Kadar Alpha Selulosa
Kadar alpha selulosa merupakan jenis komponen selulosa yang tidak akan
terlarut dalam NaOH. Alpha selulosa mempunyai derajat polimerisasi lebih
dari 200. Kadar alpha selulosa pada serat selulosa akan menentukan kualitas
serat rayon yang dihasilkan. Pulp yang baik disyaratkan memiliki kadar
alpha selulosa minimum 90%.
b; Kadar Hemiselulosa (Beta dan Gamma Selulosa)
2
Kadar hemiselulosa merupakan suatu komponen yang akan terlarut dalam
larutan NaOH. Hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi lebih kecil dari
200. Hemiselulosa tersusun atas beta dan gamma selulosa.
- Beta selulosa larut dalam NaOH, mempunyai derajat polimerisasi 10-
200.
- Gamma selulosa larut dalam NaOH, mempunyai derajat polimerisasi
kurang dari 10.
c; Kadar Gum Kayu
Setiap komponen hemiselulosa akan mengandung gum (getah) yang akan
larut dalam 5% NaOH. Kadar maksimum gum yang diperbolehkan adalah
3,5%.
d; Kadar Abu
Nilai maksimum untuk kadar abu yang diperbolehkan sebesar 0,10%. Cara
pengukuran dilakukan lewat insenerasi (pengabuan) selulosa.
e; Kadar Air
Pengukuran kadar air ini dilakukan dengan cara dipanaskan selama 4 jam
pada temperatur 105C kemudian dibandingkan berat antara sebelum dan
sesudah dipanaskan.
f; Derajat Putih
Bahan baku harus menggunakan pulp dengan derajat putih yang tinggi agar
mendapatkan serat dengan derajat putih yang tinggi pula. Besarnya derajat
putih pulp diatur pada saat proses pemutihannya (bleaching).
g; Kadar Resin
Kadar resin yang tinggi dalam selulosa akan mengganggu proses filtrasi pada
proses pembuatan viscose. Kadar resin pada pulp yang diperbolehkan antara
0,2-0,3%.
h; Viscositas
3
Viscositas larutan selulosa akan bertambah dengan naiknya derajat
polimerisasi sehingga angka viscositas larutan bisa dijadikan indikator
besarnya derajat polimerisasi rata-ratanya. Pengukuran viscositas larutan
selulosa dilakukan dengan cara melarutkan pulp dan mengukur lamanya
waktu larutan tersebut melewati suatu pipa kapiler berukuran tertentu untuk
kemudian dibandingkan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh air
untuk melewati pipa yang sama (Anonim, 2015).
4
Karbon disulfida berfungsi sebagai larutan perantara pembuatan serat viscose
serta untuk bahan pembantu yang digunakan untuk mengubah alkali selulosa
menjadi selulosa xanthat.
1; Sifat Fisika :
- Dalam keadaan tidak murni berwarna jernih kekuningan
- Berat molekul : 76,13 gr/mol
- Titik didih : 46,3 0C
- Titik leleh : -108,6 0C
- Spesific Gravity : 1,261
- Density : 1,261 gr/ml
(Perry R. H, 1997)
2; Sifat Kimia :
CS2 untuk mengubah alkali sellulosa manjadi sellulosa xanthat.
Berikut reaksinya: [C6H9O5Na]n + CS2 [C7H9O5S2Na]n (2.2)
(Woodings, Calvin, 2001)
Karbon disulfida adalah racun yang sangat kuat terhadap saraf. Efek zat ini
akan membius, melumpuhkan, membuat kejang-kejang serta menimbulkan
halusinasi atau bahkan akan memunculkan tanda-tanda gila. Karbon disulfida
dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit atau terserap melalui kulit. Pengaruh
zat tersebut pada konsentrasi kecil akan menimbulkan sakit kepala. Indikasi
keracunan CS2 adalah sakit kepala, keluhan pada pencernaan, turunnya berat
badan serta gangguan seksual (Anonim, 2015).
5
Soft water adalah air yang telah mengalami pengolahan terlebih dahulu
sehingga tidak bersifat sadah yaitu kandungan ion-ion Ca dan Mg rendah.
Karakteristik softwater yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Tingkat Kekerasan (Hardness) : 70 -140 ppm
- Alkalinitas : > 100 ppm
- pH : 7-7,5
- Kadar Cl2 : 100-200 mg/lt
- Kadar asam sulfat (H2SO4) : 500-700 mg/lt
- Kadar asam nitrat (HNO3) : 40-50 mg/lt
- Kekeruhan : 20-25 ppm
(Anonim, 2015)
Softwater dapat dihasilkan dari proses pertukaran ion menggunakan ion
exchanger. Pada proses tersebut, kadar ion Ca dan Mg akan dihilangkan sehingga
air sumber akan menjadi air sadah yang dapat digunakan dalam proses produksi.
Dalam proses produksi, softwater berfungsi untuk mengencerkan NaOH atau lye
yang digunakan pada proses alkalizing dan sulfurizing.
2.1.2.2; MnSO4
Mangan Sulfat digunakan sebagai katalis pada proses alkalizing. Mangan
Sulfat yang akan digunakan harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1; Sifat Fisika
- Specific gravity : 3,235
- Titik Didih : 850 C
- Titik Lebur : 700 C
- Berat Jenis : 3,235 gr/ml
(Perry R. H, 1997)
2; Sifat Kimia
Bereaksi dengan Natrium Hidroksida membentuk endapan putih
Reaksi: MnSO4 + 2NaOH Mn(OH)2 + Na2SO4 (2.3)
6
(Anonim, 2015)
7
menggunakan katalis (misalnya mangan) atau oksidasi untuk mempercepat proses
ini yang dilakukan pada proses sebelumnya. ( Woodings Calvin, 2001)
8
2.3.1; Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan oleh PT South Paasific Viscose adalah High
Tenacity Fiber (Woven Fiber) dan Non-Woven Fiber dengan kapasitas Produksi
325.000 ton/tahun. Produk woven fiber ini digunakan sebagai bahan baku tekstil
karena mempunyai sifat yang tahan terhadap gesekan, berkilau, dan licin. Selain
itu, serat ini bersifat tahan terhadap pelarut untuk pencucian kering, isolator
kering, dan tahan terhadap penyetrikaan. Sedangkan kelemahan dari produk ini
tidak tahan asam apabila dibandingkan dengan kapas dan tidak tahan pemanasan
dalam waktu yang lama karena menyebabkan serat berubah menjadi kuning.
Produk Non-Woven merupakan produk unggulan dari PT South Pasific
Viscose. Fiber yang dihasilkan mempunyai sifat yang lebih lembut dan steril.
Produk ini biasanya digunakan untuk pembuatan tisu basah, kapas kosmetik,
popok bayi, dan kapas untuk operasi.
Produk yang dihasilkan akan masuk ke Quality Control Department (QCD)
untuk dianalisis dan dijaga parameter standar yang diinginkan. Hasil akhir dari
QCD akan menentukan grade dari produk. Produk dikelompokkan menjadi empat
grade, yaitu :
1; IA : grade produk paling baik, seluruh parameter standar yang diinginkan
terpenuhi.
2; IIA : grade produk kedua, parameter standar yang tidak terpenuhi sekita 3-4
jenis.
3; LG : grade produk ketiga, parameter standar yang tidak terpenuhi melebihi 4
jenis.
4; Grade 99 : grade produk paling rendah. Biasanya untuk produk yang tidak
keluar lewat balling press dan dilakukan pengolahan khusus, juga untuk
fiber yang telah dilakukan sampling.
9
Jenis Serat Rayon Denier Cut-Length Luster
Bentuk Bubuk
pH larutan 6-7
10