keluhan yang sering dijumpai di kalangan wanita usia subur kira-kira 30-75% dari total
populasi dan merupakan penyebab utama wanita pergi ke dokter untuk berobat
ataupun berkonsultasi. Etiologi dan patogenesis dismenore hingga saat ini belum jelas,
sehingga alternatif pengobatannya pun masih sangat bervariasi. Dalam dunia
pengobatan barat teori yang akhir-akhir ini banyak digunakan adalah teori peningkatan
kadar prostaglandin pada wanita dengan dismenore. Sehingga pengobatannya banyak
menggunakan anti prostaglandin non steroid seperti: asam mefenamat, naproksen dan
ibuprofen, yang berefek menurunkan konsentrasi prostaglandin di endometrium. Akan
tetapi obat-obat ini memiliki banyak efek samping yang merugikan seperti dapat
menimbulkan iritasi lambung, kolik usus, diare, lekopeni dan serangan asma bronkial.
Keberhasilan pengobatan dengan menggunakan metode ini belum diketahui dengan
pasti, sedangkan alternatif pengobatan lainnya yakni akupunktur memiliki tingkat
keberhasilan sekitar 90,9%.
TERMINOLOGI DISMENORE
Terdapat beberapa orang yang berusaha mengartikan kata dismenore, seperti berikut:
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari
Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah
(Mansjoer, 2003).
ETIOLOGI/PENYEBAB
Penyebab dari dismenore sangatlah bervariasi dan hingga saat ini seringkali hanya
berupa faktor resiko dan dugaan saja, bukan penyebab yang pasti.
1. Faktor psikiologis dianggap sangat berperan terhadap timbulnya nyeri
saat haid. Faktor psikologis yang sering terjadi yakni stres.
2. Faktor resiko berikutnya adalah usia. Pada dismenore primer biasanya
timbul pada usia remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi
pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada
usia 20 tahun.
3. Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah: Rahim yang
menghadap ke belakang (retroversi), Kurang berolah raga, dan Stres
psikis atau stres sosial.
KLASIFIKASI/PENGGOLONGAN DISMENORE
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang
dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi,
dismenore spasmodik dan dismenore kongestif. Sedangkan berdasarkan ada
tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi
menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang
dapat diamati
1. Dismenore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus
ovulasi awal. Dismenore primer sering dimulai pada waktu wanita
mendapatkan haid pertama dan sering dibarengi rasa mual, muntah, dan
diare. Gadis dan wanita muda dapat diserang nyeri haid primer.
Dinamakan dismenore primer karena rasa nyen timbul tanpa ada sebab
yang dapat dikenali/idiopatik. Nyeri haid primer hampir selalu hilang
sesudah wanita itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari wanita yang belum pernah
melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari
teori itu.
2. Nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang jelas
dinamakan dismenore sekunder. Nyeri haid yang barn timbul 1 tahun
atau lebih sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan
penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40
tahun ke atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami, penting
sekali baginya untuk memeriksakan diri. Penyebab tersering dismenore
sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interns.
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita
yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah:
endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan
abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD, faktor
psikologis yaitu stres. Penyebab lain dari Nyeri Haid Sekunder adalah:
Rahim yang terbalik sehingga membuat darah haid tidak mudah
dikeluarkan, tetapi penyebab itu lebih jarang daripada yang
diperkirakan sebelumnya.
Benjolan besar atau kecil di rahim dapat menimbulkan keluhan
perdarahan yang banyak atau sering disertai gumpalan darah.
Peradangan selaput lendir rahim. Hal itu biasanya hanya terjadi
dan jarang terjadi sesudah persalinan atau keguguran. Peradangan
dapat pula terjadi akibat penyakit kelamin yang dilalaikan.
Pemakaian spiral.
Endometriosis yaitu pertumbuhan jaringan lapisan rahim di
tempat lain di dalam ruang panggul.
Fibroid atau tumor.
Infeksi pelvis.
Nyeri haid berdasarkan jenis nyerinya
1. Nyeri spasmodik
terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah
masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa, harus berbaring karena terlalu menderita
nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada di antara yang pingsan,
merasa, sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Dismenore spasmodik
dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama, walaupun
banyak pula wanita yang tidak mengalami hat seperti itu.
2. Dismenore kongestif
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya,
bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mengalami pegal, sakit pada bush darts, perut
kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal
pada paha, merasa, lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan
lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2
dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu
menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid,
orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas; tetapi teori terakhir yang
banyak digunakan adalah teori prostaglandin banyak digunakan; dikatakan bahwa pada
keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Sehingga terjadilah nyeri saat haid.
MEKANISME NYERI HAID/DISMENORE
Nyeri haid berpangkal pada mulainya proses menstruasi itu sendiri yang merangsang
otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran
darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas
rahim untuk memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, juga otot-otot
rahim yang kekurangan darah tadi akan merangsang ujung-ujung syaraf sehingga
terasa nyeri. Nyeri tersebut tidak hanya terasa di rahim, namun juga terasa di bagian-
bagian tubuh lain yang mendapatkan persyarafan yang sama dengan rahim. Oleh
karma itulah maka rasa tidak nyaman juga dirasakan di bagian-bagian tubuh yang
digunakan untuk buang air besar, buang air kecil, maupun otot-otot dasar panggul dan
daerah di sekitar tulang belakang sebelah bawah. Hal ini disebut juga sebagai nyeri
rujukan (referred pain). Peningatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya
sebagai penyebab terjadinya dismenore. PG alfa sangat tinggi dalam endometrium,
miometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenore primer. PG
menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal
rangsang nyeri. Kombinasi antara pemngkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan
miometrium menimbulkan tekanan infra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan
kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PG yang
dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya
kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah,
maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah
(Genie, 2009).
MANIFESTASI KLINIS
1. Dismenore primer; usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang
teratur, sering pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik,
nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
2. Dismenore sekunder yakni; usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun
siklus haid teratur, tidak berhubungan dengan siklus paritas, nyeri sering terasa terus
menerus dan tumpul, nyeri dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah.
KELUHAN DAN GEJALA
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-
steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini
akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
istirahat yang cukup-olah raga yang teratur (terutama berjalan)
pemijatan
kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga
secara teratur.
Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron
atau diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut
dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan
mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan
mengurangi beratnya dysmenorrhea. Jika obat ini juga tidak efektif, maka
dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi).
Jika dysmenorrhea sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium,
yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan
alat pemanas.
Pengobatan untuk dysmenorrhea sekunder tergantung kepada
penyebabnya