Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM: 141024
(Suhu rectal).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (rectal
38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Bangkitan kejang berulang atau
kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan
dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Fase dari aktivitas kejang adalah fase prodromal, aura, iktal, dan posiktal. Fase
prodromal meliputi perubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin
mengawali kejang beberapa jam/ beberapa hari. Fase aura adalah awal dari munculnya
aktivitas kejang dan mungkin berupa gangguan penglihatan, pendengaran atau fase raba.
Fase iktal merupakan fase dari aktivitas kejang yang biasanya terjadi gangguan
muskuloskeletal. Fase optiakal adalah periode waktu dari kekacauan mental/ somnolen/
peka rangsang yang terjadi setelah kejang tersebut.
Menurut sub bagian syaraf anak membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
C. Patofisiologi
DEMAM
Perubahan Keseimbangan
+ +
(ion K ------ ion Na )
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap , elekrolit dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang
berarti.
2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak kelainan
neurologis karena hampir semuanya menunjukan gambaran normal. CT-Scan atau
MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organik diotak.
5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosisi 7.5 mg untuk anak > 3 tahun
5 mg untuk berat badan < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan >
10 kg
0,5-0,7 mg/kgBB/kali 2
b. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB
c. Bila tetap masih kejang , berikan fenitoin per IV sebanyak 15mg/kgBB perlahan-
lahan.
2. Pengobatan setelah kejang berhenti
a. Antipiretik
b. Antikonvulsan
Diberikan diazepam oral, dosis 0.3-0.5mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang .
Diazepam rektal dosis 0.5mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali per hari
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis
asam valproat 15-40mg/kgBB/hari dibagi 2 sampai 3 dosis, sedangkan fenobarbital 3
5mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas/ istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia
Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih aliran tonus sfinger, otot relaksasi yang
mengakibatkan inkotinensia (baik urine atau fekal)
5. Makanan/ cairan
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot atau punggung pada priode posiktal, nyeri abdomen
paraksimal selama fase iktal.
8. Pernapasan
Gejala : Fase iktal, yaitu gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat,
peningkatan sekresi muskus.
9. Keamanan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA