Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Bahasa jawa adalah bahasa yang memiliki penutur terbenyak di Indonesia. Bahkan 5 dari
6 presiden Indonesia berpenutur jawa. Linguistik Historis Komparatif adalah mata kuliah
yang berhubungan untuk mencari kekerabatan diantara bahasa satu dengan bahasa lainnya
salah satu caranya yaitu dengan cara korespondensi bunyi, melihat dari banyaknya
kemiripan kemiripan yang terjadi diantara ujaran bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Kekerabatan bahasa Indonesia dengan bahasa jawa dalam studi linguistic historis
komparatif memang sudah banyak diteliti oleh peneliti bahasa Indonesia. Salah satu yang
membuat bahasa jawa sering diteliti adalah selain berpenutur banyak bahasa jawa
memiliki keberagaman dan banyak permasalahan yang belum terpecahkan. Atas dasar itu
peneliti memfokuskan penelitian ini kepada bahasa jawa perbatasan cilacap dan ciamis
menggunakan metode linguistic historis komparatif untuk menentukan rentang waktu
berpisahnya bahasa jawa -cilacap dengan bahasa Indonesia.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis 200 kosa kata morris swadesh. Melalui
analisis ini akan diketahui seberapa banyak angka kekerabatan bahasa jawa dengan
bahasa Indonesia, deskripsi bunyi vocal dari bahasa jwa dan Indonesia serta
perubahannya, deskripsi bunyi konsonan bahasa jawa dan bahasa Indonesia, dan
diketahui perkiraan tahun pisah bahasa jawa dengan bahasa Indonesia.
Objek penelitian dalam makalah ini adalah Desa padang sari. Desa padang sari adalah
salah satu desa di kecamatan Majenang kabupaten Cilacap. Desa padang sari merupakan
desa pecahan dari desa cilopadang. Desa ini memiliki 7 dusun dan luas wilayah
pemukiman 12.859 ha dibatasi desa padang jaya disebelah utara, PTPN karang treja
disebelah selatan, desa mulya sari sebelah barat, dan desa Rejodadi disebelah timur. Dan
untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam Gambar 1 Peta Desa padang sari (lihat lampiran)
Masyarakat di Desa padang sari seratus perrsen beragama islam. Ini menyebabkan
bahasa yang digunakan sedikit terpengaruh deengan bahasa Arab. Di desa ini waktu
sholat menjadi penentu warga padang sari untuk melakukan aktivitas. Berangkat kerja
pada waktu shubuh istirahat pada waktu Dzhuhur dan pulang pada waktu ashar. Desa
yang memiliki mata pencaharian mayoritas sebagai petani ini adalah salah satu desa yang
memiliki potensi besar untuk menjadi desa maju. Hal ini terlihat dari mulai dibangunnya
pusat pendidikan sehingga kekhawatiran akan mengikis bahasa asli penduduk Desa
Padang sari muncul dan semoga penelitian kecil ini dapat mempengaruhi kelestarian
bahasa jawa di Padang sari, Majenang, jawa tengah.
Berdasarkan paparan diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekerabatan
antara Bahasa jawa Cilacap dengan bahasa Indonesia suatu kajian Linguistik Historis
Komparatif di Desa Padang sari kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Data berikut
diperoleh dari narahubung dan informan-informan yang ada dalam objek penelitian
melalui pengamatan korespondensi bunyi yang di analisis melalui rekaman yang di
transkripsikn melalu 200 kata morris swadesh.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan laporan diatas, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kekerabatan bahasa jawa Cilacap dengan bahasa Indonesia dilihat


dari korespondensi bunyinya?

2. Bagaimana deskripsi vokal dari bahasa Indonesia dengan bahasa jawa Cilacap
dan perubahannya?

3. Bagaimana deskripsi konsonan dari bahasa Indonesia dengan bahasa jawa


Cilacap dan perubahannya?

4. Kapan tahun pisah bahasa jawa Cilacap dengan bahasa Induk?


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Historis Komparatif

Linguistik Historis Komparatif (Historical Comparative Linguistics) atau Linguistik


Bandingan Historis adalah cabang ilmu linguistik yang menelaah perkembangan bahasa dari
satu masa ke masa yang lain, mengamati cara bagaimana bahasa-bahasa mengalami
perubahan, serta mengkaji sebab akibat dari perubahan bahasa.
Menurut Robins (1975) Linguistik Komparatif termasuk dalam bidang kajian
linguistik memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan sumbangan berharga bagi
pemahaman tentang hakekat kerja bahasa dan perkembangan (perubahan ) bahasa-bahasa di
dunia. Sehubungan dengan hal itu, tugas utama dari linguistik komparatif adalah
menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai hakekat perubahan bahasa. Pada
umumnya, hakekat bahasa itu (i) mempunyai struktur (dimensi sinkronis) dan (ii) bahasa
selalu mengalami perubahan (dimensi diakronis).
Analisis bahasa secara sinkronis mempelajari hakikat bahasa bahwa bahasa-bahasa
pada masa tertentu mempunyai struktur-struktur atau unsur-unsur bahasa yang disebut unsur
fonologi, morfologi, sintaksis dan lain-lain. Sedangkan analisis bahasa secara diakronik yaitu
menganalisis bahasa tidak hanya bagian-bagian bahasa yang mengalami perubahan tetapi
juga perkembangan bahasa. Seperti yang diketahui bahwa bahasa-bahasa modern pada saat
ini dulunya memiliki bahasa awal. Melalui analisis diakronik dicari hubungan antara bahasa-
bahasa modern yang diduga berasal dari satu bahasa awal, yaitu dengan menentukan bentuk
kognat (bentuk leksiko atau semantik dua bahasa sama dan artinya juga sama atau mirip) dan
pseudokognat (bnetuk leksiko dua bahasa sama tapi artinya berbeda).
Metode kuantitatif juga dapat digunakan untuk menganalisis bahasa dari segi dimensi
sinkronis dan diakronis, namun juga dapat digunakan dalam kajian linguistik tipology dan
linguistik kontrasif . linguistik tipology dengan metode komparatif digunakan untuk mengkaji
bahasa secara struktural berdasarkan dimensi sinkronis. Tujuannya untuk mengamati
persamaan dan perbedaan tipe bahasa-bahasa di dunia berdasarkan kajian struktural berbagai
tataran kebahasaan secara sinkronis. Sedangkan linguistik kontrasif dengan metode
komparatif bertujuan untuk membandingkan bahasa-bahasa berdasarkan kajian struktur
berbagai tataran kebahasaan secara sinkronis untuk tujuan didaktis tertentu dalam rangka
mencapai keberhasilan pengajaran bahasa.
2.2 Kekerabatan
Linguistik diakronik (Linguistik komparatif) untuk menentukan hubungan
kekerabatan bahasa yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu metode kuantitatif dengan
teknik leksikostatistik dan teknik grotokronologi, metode kualitatif dengan teknik
rekonstruksi dan metode sosiolinguistik. Metode kualitatif dengan teknik grotokronologi
digunakan untuk menentukan waktu pisah antara bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa
awal.
2.3 Korespondensi
Metode Yang Digunakan Dalam LHK
1. Metode Kualitatif (Teknik Rekonstruksi)
Metode kualitatif dalam LHK menggunakan teknik rekonstruksi. Metode Kualitatif
dengan teknik rekonstruksi bertujuan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan
bahasa (dapat menemukan korespondensi antara bahasa-bahasa yang sekerabat).
Rekonstruksi bahasa yang dilakukan secara internal untuk mencari prabahasa dari bahasa-
bahasa yang sedialek. Rekonstruksi yang dilakukan secara external dilakukan setelah
mendapat hasil dari penelitian kuantitatif leksikostatistik.
Metode perbandingan klasik tidak hanya bertalian dengan menemukan hukum bunyi
antara bahasa-bahasa kerabat, atau dengan istilah kontemporer menemukan korespondensi
fonemis antar bahasa kerabat, tetapi masih dilanjutkan dengan usaha mengadakan
rekonstruksi (pemulihan) unsur-unsur purba, baik fonemis maupun morfemis.Rekonstruksi
fonem dan morfem proto dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika
diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem bahasa proto, maka sebenarnya fonem proto
itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya.
2.4 Deskripsi Fonem
Untuk menerapkan prinsip rekonstruksi fonemis, pertama-tama diadakan
perbandingan pasangan-pasangan kata dalam pelbagai bahasa kerabat dengan menemukan
korespondensi fonemis dari tiap-tiap fonem yang membentuk kata-kata kerabat tersebut.
Dengan menemukan korespondensi fonemisnya dapat diperkirakan fonem proto mana yang
kiranya menurunkan fonem-fonem yang berkorespondensi tersebut. Bagi tiap perangkat
kemudian dicarikan suatu etiket pengenal untuk memudahkan referensi. Etiket pengenal ini
tidak lain adalah fonem proto tadi yang dianggap menurunkan perangkat korespondensi
fonemis yang terdapat dalam bahasa-bahasa kerabat. Fonem ini biasanya diberi tanda asterisk
(*).
Rekonstruksi morfemis (rekonstruksi luar) rekonstruksi yang dilakukan terhadap dua
bahasa atau lebih, untuk menemukan bentuk-bentuk protonya). Suatu tingkat rekonstruksi
yang laina dalah rekonstruksi morfemis (antar bahasa kerabat), yang mencakup pula
rekonstruksi atau alomorf-alomorf (rekonstruksi untuk menetapkan bentuk tua dalam satu
bahasa). Dengan melakukan rekonstruksi fonemis telah diperoleh sekaligus, yaitu:
1. Rekonstruksi fonem proto yang memantulkan atau menurunkan fonem-fonem
dalam bahasa-bahasa kerabat sekarang
2. Dengan memulihkan semua fonem bahasa-bahasa kerabat sekarang sebagai yang
tercermin dalam pasangan kata-katanya ke suatu fonem proto, maka sudah berhasil pula
dilakukan rekonstruksi morfemis (kata dasar atau bentuk terikat), yaitu menetapkan suatu
morfem proto yang diperkirakan menurunkan morfem-morfem dalam bahasa-bahasa kerabat
sekarang. Seperti halnya fonem proto, maka morfem proto juga ditandai dengan asterisk (*).
1) Rekonstruksi Dalam
Rekonstruksi dalam: rekonstruksi yang dilakukan dalam satu bahasa untuk
mendapatkan bentuk-bentuk tuanya. Dalam hal ini kita hanya menggunakan bahan-bahan
dari satu bahasa saja, yaitu rekonstruksi atas alternasi morfofonemis atau atas alomorf-
alomorf suatu morfem. Rekonstruksi ini bertujuan untuk memulihkan suatu bahasa pada
tahap perkembangan tertentu pada masa lampau, dengan tidak mempergunakan bahan-bahan
dari bahasa lain, melainkan hanya mempergunakan data dari bahasa itu sendiri. Rekonstruksi
dalam dapat dilakukan karena beberapa kenyataan berikut dalam sebuah bahasa:
1. Adanya alomorf
Dalam bahasa Indonesia kita jumpai sejumlah bentuk kata seperti: berjalan, bermain,
berdiri, belajar, berumah dan sebagainya. Dalam Linguistik Historis Komparatif kita
mempersoalkan bagaiman bentuk dasarnya pada masa lampau. Apakah bentuknya itu ber-,
atau be-, atau bel.
2. Netralisasi
Bahasa Jerman Modern memiliki sejumlah konsonan, di antaranya enam konsonan
yang sering menimbulkan masalah, yakni /p/, /t/, /k/, /b/, /d/, dan /g/. keenamnya dapat
muncul pada posisi awal dan tengah tetapi dalam posisi akhir hanya ada /p/, /t/ dan /k/. kata
dasar dari kata benda dan kata sifat yang berakhir dengan sebuah stop akan memperlihatkan
dua polanya berlainan bila ditambah akhiran infleksi:
(1) Ty.p ty.pen tipe
(2) Tawp tawben tuli
Dalam analisis deskriptif gejala ini juga dipersoalkan. Biasanya dikatakan bahwa
konsonan /b/, /d/, dan /g/ secara deskriptif mengalami proses netralisasi pada posisi akhir, dan
diganti dengan konsonan /p/, /t/. /k/. Kenyataan ini akan memberi peluang untuk menarik
kesimpulan lebih jauh bahwa secara historis dalam bahasa Jerman yang lebih tua,
konsonan /b/, /d/ dan /g/ harus muncul juga pada posisi akhir.
3. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan peristiwa atau gejala lain dalam bahasa yang dapat
dipergunakan untuk mengadakan rekonstruksi dalam. Misal dalam bahasa Sansekerta, Yunani
dan Latin terdapat reduplikasi pada bentuk perfek kata kerja:
Sans : da dau saya telah memberi
Yun : de do ka saya telah memberi
Lat : de di saya telah memberi
4. Bentuk infleksi
Kasus mengenai hilangnya aspirata terdapat dalam bentuk infleksi, khususnya dalam
infleksi nomen. Bentuk nominatif dari kata rambut dalam bahasa Yunani adalah thriks,
sedangkan bentuk genitifnya adalah trikhos. Dalam kasus nominatif aspirata hilang dari
konsonan /k/ karena ada penanda /s/.
Contoh
Rekonstruksi dalam:
Rekonstruksi bahasa jawa: bahasa jawa dialek Tengger, dialek banyumas, dialek solo, dialek
jawa timuran dianalisis secara internal melalui rekonstruksi internal untuk menentukan
protobahasa jawa.
2) Rekonstruksi Luar
Membandingkan bahasajawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Melayu sehingga
dapat ditemukan bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal dari bahasa yang sama yaitu Proto
Bahasa Melayu Jawa.
Berdasarkan hasil dari penelitian kualitatif leksikostatistik yang dilakukan oleh
Nothover maka diperoleh hubungan bahasa elayu dan Madura lebih dekat. Maka, kedua
bahasa itu dapat direkonstruksi terlebih dahulu dalam rekonstruksi luar.
Metode komparatif dengan pendekatan kualitatif melalui teknik rekonstruksi dapat
dilakukan dengan 2 cara:
1. Rekonstruksi bawah-atas (buttom-up)
Digunakan untuk menemukan kaidah primer dan kaidah sekunder. Rekonstruksi ini
bersifat induktif, biasanya digunakan untuk mengelompokkan bahasa pada peringkat yang
lebih rendah ke arah peringkat yang lebih tinggi.
Contoh: Merekonstruksi bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan Melayu berasal dari rumpun
bahasa yang sama yaitu Proto bahasa Melayu-Jawa.
2. Rekonstruksi atas-bawah (top-down)
Rekonstruksi atas kebawah ini biasanya bersifat deduktif. Tujuannya untuk mencari
cerminan atau reflek dari bahasa proto pada bahasa-bahasa turunanya.
Contoh: rekonstruksi padaproto bahasa Minahasa
2. Metode Kuantitatif (Teknik Leksikostatistik)
Metode kuantitatif dalam LHK menggunakan teknik leksikostatistik. Metode
kuanitatif dengan teknik leksikostatistik digunakan untuk mencari atau menentukan silsilah
kekerabatan bahasa, tujuannya utuk mendapatkan gambaran sekilas tentang peringkat relasi
historis atau hubungan kekerabatan (instrumennya berupa 100-200 kosa kata dasar swadesh).
Dalam metode kuantitatif ini dicari persentase kognat dari sejumlah (100-200) kosa kata
dasar sawdesh. Metode kuantitaif dengan leksikostatistik akan menghasilkan pohon diagram
kekerabatan bahasa.
Leksikostatistik: suatu teknik dalam pengelompokan bahasa-bahasa yang lebih
cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk
kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan prosentase kesamaan dan
perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.
Empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha
mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya bilamana terjadi diferensiasi
antara dua bahasa atau lebih. Asumsi-asumsi dasar tersebut:
1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan
dengan bagian lainnya
2. Retensi (ketahanan) kosa kata adalah konstan sepanjang masa
3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama
4. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat
dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.
Teknik Leksikostatistik:
1. Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa kerabat
Daftar kosa kata yang baik adalah yang disusun oleh Morris Swadesh dalam 200 kosa
kata dasar Swadesh.
2. Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa tadi adalah kata kerabat
(cognate)
Prosedur:
a. Menentukan glos yang tidak diperhitungkan (kata-kata kosong, kata-kata pinjaman)
b. Pengisolasian morfem terikat
c. Penetapan kata kerabat
1) Identik
Pasangan kata yang semua fonemnya sama
2) Berkorespondensi fonemis
bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta
tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa itu dianggap
bekerabat.
Gloss Sikka Lio
3) Kemiripan fonetis
Bila memiliki kemiripan fonetis pada posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat
dianggap sebagai kata kerabat
4) Satu fonem berbeda
Bila dalam pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem tetapi dapat dijelaskan perbedaan
fonem tersebut karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dalam bahasa lain
pengaruh lingkungan itu tidak mengubah fonemnya, maka pasangan itu ditetapkan sebagai
kata kerabat, asal segmennya cukup panjang.
3. Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa
4. Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih
tepat.
Cara yang biasa dipergunakan untuk menghindari kesalahan dalam statistik adalah
memberi suatu perkiraan bahwa suatu hal terjadi bukan dalam waktu tertentu, tetapi dalam
suatu jangka waktu tertentu. Dalam jangka waktu itu terjadi akumulasi perbedaan-perbedaan
antara kedua bahasa itu, yang sekian hari bertambah besar, sehingga perlahan-lahan tetapi
pasti menandai perpisahan antara kedua bahasa tersebut. Untuk menghitung jangka kesalahan
biasanya dipergunakan kesalahan standard yaitu 70% dari kebenaran
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang:

1. kekerabatan bahasa jawa Cilacap dengan bahasa Indonesia dilihat dari (+)nya

2. Vokal dari bahasa Indonesia dengan bahasa jawa Cilacap dan perubahannya

3. Konsonan dari bahasa Indonesia dengan bahasa jawa Cilacap dan perubahannya

4. Tahun pisah bahasa jawa Cilacap dengan bahasa Induk

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian terhadap kekerabatan bahasa jawa Cilacap dengan bahasa Indonesia


dilakukan di Desa Padang sari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa
tengah. pada hari Jumat 5 s/d Minggu 8 Desember 2013

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian terhadap kekerabatan bahasa jawa Cilacap
dengan bahasa Indonesia yakni Historis Komparatif. Teknik pengambilan data adalah dengan
metode naturalis dan berdialog langsung dengan informan dan narahubung lalu merekam
suara, kemudian data dianalisis.

3.4 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian terhadap kekerabatan bahasa jawa
Cilacap dengan bahasa Indonesia yakni Korespondensi Bunyi.

3.5 Langkah-langkah Analisis

1. Mencatat data dengan menggunakan daftar 200 kosakata Morris Swadesh

2. Memberi tanda (+) kepada kata yang kerabat

3. Menganalisis perubahan-perubahan bunyi

4. Menghitung kata-kata yang berkerabat

5. Mendeskripsikan vokal kedua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa jawa Cilacap)

6. Mendeskripsikan konsonan kedua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa jawa Cilacap)

7. Menghitung tahun pisah bahasa jawa Cilacap dengan Bahasa Induk

8. Membuat kesimpulan

3.6 Daftar Narahubung dan Informan

No Biodata Narahubung

1 Nama Solehuddin
2 Umur 42 tahun
3 Alamat Dusun Gondo sari, Desa
padangsari.
5 Jenis Kelamin Laki-laki
6 Pekerjaan Wiraswasta
7 Pendidikan Terakhir STM
Daftar Informan Bahasa Sunda Garut

Keteranga Informan
No
n 1 2 3 4
1 Nama Evi imroatul A.mustamiroh Wafiatul M. Maemunah
2 Usia 25 tahun 30 tahun 27 tahun 70 tahun
3 Alamat Dusun gondosari, Desa Padang sari, kecamatan Majenang
5 Jenis Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Kelamin
6 Agama Islam Islam Islam Islam
7 Pekerjaan Penjahit, penjahit penjahit Tokoh
masyarakat
8 Pendidika SMA SMA SMA -
n Terakhir
9 Bahasa Bahasa jawa Cilacap
Ibu (B1)
10 Bahasa - - - -
Daerah
Lain (B2)
11 Bahasa - - - -
Asing
(B3)
12 Menetap Lahir Lahir Lahir Lahir
Sejak

(di lokasi
penelitian)
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi data

Data penelitian ini berupa

1. Deskripsi kekerabatan

2. Deskripi vocal bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dan perubahannya

3. Deskripi vocal bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dan perubahannya

4. Perhitungan tahun pisah

4.1.1 Kekerabatan bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia


No Kosakata Transkripsi Kekerabatan
Responden (I)
Dasar Swadesh Fonetik
1 Abu Awu [Awu] +
2 Air Bau [Bau] -
3 Akar Oyod [Oyod] _
4 Aku Enyong [ o] +
5 Alir (me-) Mili [Mili] -
6 Anak Anak [Anak]
7 Angin Barat [Barat] -
8 Anjing Asu [Asu?] -
9 Apa Apa [Apa?] +
10 Api Geni [Geni?] -
11 Apung Kemambang [Kemamba] -
12 Asap Kukus [Kukus] -
13 Awan Lamu [Lamu?] -
14 Bagaimana Kepriwe [Kepriwe] -
15 Baik Apik [Apik] -
16 Balik Walik [walik] +
17 Banyak Akeh [Akeh] -
18 Bapak Rama [Rama] -
19 Baring Turu [Turu] _
20 Baru Anyar [Aar] -
21 Basah Teles [T l s] -
22 Batu Watu [Watu] +
23 Beberapa Pira-pira [Pira-pira] -
24 Belah(me-) Sigar [Sigar] -
25 Benar Bener [B n r ] +
26 Benih Winih [winih] +
27 Bengkak Abuh [?Abuh] _
28 Berenang Nglangi [lai] -
29 Berjalan Mlaku [Mlaku?] -
30 Berat Abot [AbOt] -
31 Beri Aweh [Aweh] -
32 Besar Gede [G de ] -
33 Bilamana Keperiwe [K p riwe] -
34 Binatang Kewan [Kewan] +
35 Bintang Lintang [Linta] +
36 Buah Woh [Woh] -
37 Bulu Wulu [Wulu] +
38 Bunga Kembang [K mba] -
39 Bunuh Pateni [Pateni] -
40 Buru Oyok [Oyok]
41 Buruk jenes [j n s ] _
42 Burung Manuk [Manuk?] _
43 Busuk Bosok [Bosok] +
44 Daging Daging [Dagi] +
45 Danau Kubang [kuba?] _
46 Dan Lan Lan? +
47 Darah Getih [g tih] _
48 Datang T ka [T ka] _
49 Daun Godong [Godo] _
50 Debu Lebu [ L b u?] +
51 Dekat Perek [ per k] _
52 Dengan Karo [Karo?] -
53 Dengar Krungu [Kruu] _
54 Di dalam Nang Jero [Na j ro] _
55 Di, pada Nang [Na] _
56 Dingin Adem [ad m ] _
Daftar Kata-kata Kerabat

1 6 9 16 22 25 26 34 35 37 43 44
46 50 63 67 76 81 82 83 84 87 89 90
105 108 112 113 114 126 134 137 139 147 150 153

157 158 168 169 170 171 175 185 187 189 195 197

Total kata berkerabat dalam kosakata dasar Morris Swadesh: 48 kata

Analisis Data
Diagram Perubahan Bunyi
Bunyi Vokal
A. Diagram Perubahan Bunyi

1. Bunyi Vokal

a) Tabel Perubahan Bunyi Vokal ( BI BJC )

I E A O u BI

BJ
C

E>i I
E
A>
E>a A
U>o O
U

Keterangan :

BI = Bahasa Indoensia

BJC = Bahasa jawa Cilacap


b) Data Perubahan Bunyi Vokal

Perubahan
Nomor Daftar Kata Morris Swadesh
Bunyi
E>i 26
U>o 40
A> 82,87,140
E>a 108

2. Bunyi Konsonan

a) Tabel Perubahan Bunyi Konsonan ( BI BJC)

BI
B P f w T D k ? m
BJC

B
P
F
B>w W
T
D
K
?
P>m M
N


C
B>l d>l L
S
H
R
R
Y
( Tabel 1 )

BI
N C l S h r r y
BB
N> H> R>
B
P
F
W
T
D
K
?
M
H>n N


C
S>l L
S
H
R
R
Y
( Tabel 2 )

Keterangan :

BI = Bahasa Indoensia BJC : bahasa jawa cilacap

b) Data Perubahan Bunyi Konsonan

Perubahan Nomor Daftar Kata Morris Swadesh


Bunyi
H>n 82
H> 83,84,87,89,90,171
n> 139
R> 195
S>l 196
B>w 1, 16, 22, 26, 37
B>l 35
D>l 46, 50
P>m 153

3. Hasil

3.1 Kekerabatan
3.1.1 Bunyi Bergeser Makna sama

No Bunyi Makna
1 [awu?] Abu
16 [walik?] Balik
22 [watu?] Batu
25 [ben?er] Benar
26 [winih] Benih
34 [kewan] Binatang
35 [linta] Bintang
37 [wulu?] Bulu
43 [bosok?] Busuk
50 [lebu?] Debu
82 [antem] Hantam
84 [ijo?] Hijau
105 [ulap] Usap
196
Dari data-data diatas yang perlu diperhatikan ialah apakah perubahan-perubahan
bunyi tersebut merupakan dialektik atau juga merupakan distribusi
komplementer, maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
3.2 Tahun Pisah

Dari 200 buah kata, maka dapat dilihat bahwa kata yang memiliki :
a. Bunyi yang sama total = 16

b. Kemiripan bunyi makna sama = 32

Jumlah kekerabatan = 48 kata atau 24 %


Perhitungan tahun pisah : t = log c
2 log r
= log 24%
2 log 81%
= 0,6197
2(-0,0915)
= 0,6197 = 3386
0,183
Tahun pisah adalah 2013- 3386 = 1373 M
Jadi bahasa sunda Garut berpisah dengan bahasa indonesia dari sebuah bahasa induk
pada tahun 1373 M

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data diatas dapa disimpulkan bahwa bahasa jawa majenang Berdasarkan
analisis bandingan yang dilakukan dengan menggunakan instrumen 200 kosakata dasar
Morris Swadesh maka didapat beberapa kesimpulan, seperti:

1. Terdapat 48 kata berkerabat dari total 200 kosakata dasar Morris Swadesh antara BB
dengan BI, dengan keterangan sebagai berikut:
a) jumlah bunyi bergeser makna sama ada 32 kata,
b) Jumlah bunyi sama total ada 16 kata.
2. Terdapat empat perubahan bunyi vokoid dari BI BB, yaitu:

E>i
U>o
A>
E>a

3. Terdapat sembilan perubahan bunyi kontoid dari BI BB, yaitu:

H>n
H>
n>
R>
S>l
B>w
B>l
D>l
P>m

4. Diketahui persentase kekerabatan sebesar 24% dengan tahun pisah dari bahasa induk
pada tahun 1373 M.

4.2. Saran

Melihat kenyataan bahwa bahasa jawa cilacap saat ini sudah banyak yang dilupakan
kosakatanya, dan sulitnya menemukan responden yang benar-benar paham bahasa Jawa
Cilacap, alangkah baiknya kita sebagai generasi pelapis menggalakkan kembali penggunaan
bahasa ibu, salah satunya bahasa jawa cilacap, agar tidak punah. Bagi peneliti yang
membaca penelitian ini aspek dialek bahasa cilacap pesisir dan perbatasan sangat menarik
untuk diteliti agar bahasa jawa cilacap semakin terlestarikan.
Lampiran

Foto peta
Foto bersama informan
Foto bersama pak carik (sekdes)

Foto bersama narahubung dan informan disawah

Anda mungkin juga menyukai