Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri Pratiwi) 141

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA


KELAS III SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN

THE CORELATION BETWEEN BULLYING WITH THE STUDENTS SOCIAL SKILL OF 3 rd


GRADE IN ELEMENTARY SCHOOL OF MINOMARTANI 6 SLEMAN
Oleh: Regina Putri Pratiwi, mahasiswa PGSD FIP UNY, reginaputri0211@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan perilaku bullying dengan kemampuan interaksi
sosial siswa kelas III SD Negeri Minomartani 6 Ngaglik Sleman. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif jenis Korelasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala perilaku bullying dan kemampuan interaksi sosial. Uji validitas instrument menggunakan
rumus Product Moment. Hasil uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach yang menghasilkan indeks reliabilitas
sebesar 0,681 untuk variabel perilaku bullying dan 0,839 untuk variabel kemampuan interaksi sosial. Teknik
analisis data menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi
antara variabel perilaku bullying dan kemampuan interaksi sosial sebesar -0,832 sehingga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dengan kemampuan interaksi sosial siswa kelas III SD
Negeri Minomartani 6 Ngaglik Sleman. Hasil uji hipotesis sebesar -0,832 termasuk dalam kategori sangat kuat.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila perilaku bulllying tinggi, maka kemampuan interaksi sosial menjadi rendah.

Kata kunci: perilaku bullying, kemampuan interaksi sosial

Abstract
The study aimed to find out the correlations between bullying and students social skills of 3rd grade
students of SD Negeri Minomartani 6 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. This research used correlational approach.
This study was conducted in the 3th grade of SD N Minomartani 6 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. The population
were 28 students. The data collection technique of this research was conducted by the scale of bullying and social
skill. The instrument validity used expert judgement, then it was tested in the field. The reability test used Alpha
Cronbach and the score of reability index of bullying was 0,681 and 0,839 for reability index of social skill. The
data of this research were analyzed by using Product Moment. The result showed that the correlation value
between bullying and student social skill variable and the hypothesis test was -0,832. It showed that there was a
significant correlation between bullying and the students social skill in the 3rd grade of SD N Minomartani 6
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. The result of hypothesis test was -0.832 and it was in the interval coefficient of 0,800
- 1,00 and the category was very strong. This suggests that if the bullying behavior was high, the ability of social
interaction became low.

Keywords: bullying, social skills


142 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
PENDAHULUAN berlangsung serta dilakukan secara menyeluruh
antara siswa satu dengan siswa yang lain dan di
Pendidikan merupakan suatu proses
dalamnya tidak ada batasan dalam proses
untuk membentuk perilaku peserta didik ke arah
sosialisasi atau pergaulan dari setiap siswa
yang lebih baik. Dalam prosesnya, terjadi
terhadap lingkungan di sekitarnya.
transfer ilmu dan transfer nilai. Tahapan
pendidikan sekolah yang dilalui anak sebagai Karakteristik anak Sekolah Dasar (SD)
seorang siswa salah satunya adalah Sekolah yang berada pada tahap dan kecenderungan
Dasar (SD). Lembaga pendidikan mempunyai senang bermain, untuk bisa berinteraksi dalam
peranan yang cukup penting dalam membentuk pergaulan membutuhkan pula kemampuan
kepribadian dan tingkah laku moral anak (Ali interaksi sosial yang baik. Dengan kemampuan
Muhtadi, 2006: 2). Pembentukan karakter dasar interaksi sosial yang baik maka setiap anak
pada anak yang kurang baik akan berpengaruh mampu berinteraksi atau bergaul dengan
pada diri anak sampai ia dewasa nanti. Oleh lingkungan di sekitarnya, misalnya teman-teman
karena itu pendidikan yang baik sangat di sekolah. Perkembangan anak tidak selalu
diperlukan bagi anak agar dapat memiliki sifat berjalan optimal, terdapat banyak hal yang
dan watak yang berkarakter baik. Desmita (2009 menghambat dalam proses perkembangan anak
: 35) mengemukakan bahwa anak-anak usia tersebut. Salah satu faktor penghambat dalam
sekolah memiliki karakteristik yang berbeda perkembangan anak adalah bullying. Bullying
dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia juga dapat menjadi penghambat dalam
senang bermain, senang bergerak, senang pekembangan kemampuan interaksi sosial anak.
bekerja kelompok, dan senang merasakan atau
Menurut Sejiwa (2008:2) bullying adalah
melakukan sesuatu secara langsung.
sebuah situasi di mana terjadinya
Proses perkembangan anak memerlukan penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang
adanya kemampuan interaksi sosial yang baik, dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Bentuk
kemampuan interaksi sosial tersebut nantinya yang paling umum terjadi pada kasus bullying di
akan membantu seseorang dapat berbaur dengan sekolah adalah pelecehan verbal, yang bisa
lingkungannya. H. Bonner dalam Slamet Santosa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau
(2006: 11) berpendapat bahwa interaksi sosial meledek seseorang. Kasus bullying yang
adalah suatu hubungan antara 2 individu atau awalnya hanya secara verbal dapat pula
lebih, ketika kelakuan individu yang satu menyebabkan munculnya perlakuan yang lebih
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki berbahaya, seperti pelecehan secara fisik.
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Bullying berpengaruh terhadap kehidupan
Menurut Soerjono Soekanto (2006: 58-59) syarat
sosial setiap anak terutama pada korbannya.
interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan
Bullying membuat anak menjadi tidak dapat
adanya komunikasi. Interaksi yang baik dan
berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan
ideal bagi siswa yakni hubungan yang dapat
Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri Pratiwi) 143
sosial di sekitarnya. Bullying juga dapat sukai; dan fisik seperti menendang, mencubit,
menghambat proses perkembangan diri pada menjambak, dan mendorong. Terdapat siswa
anak. Steve Wharton (2009: 86) perilaku yang kurang bisa berinteraksi dengan semua
bullying menyebabkan ketidakbahagiaan pada teman-temannya sehingga anak tersebut tidak
anak sehingga anak tidak dapat mencapai memiliki teman. Terdapat pula siswa yang
potensinya secara penuh. Oleh karena itu memiliki group yang membuat siswa yang bukan
kemampuan interaksi sosial yang baik sangat termasuk dalam group tersebut menjadi sulit
diperlukan oleh setiap anak sehingga anak bersosialisasi dengan teman yang lain sehingga
mampu untuk bersosialisasi dan bergaul dengan interaksi sosial siswa tidak dapat berjalan
baik di lingkungannya. optimal.

Faktor-faktor terjadinya bullying yaitu Guru kelas juga kurang memberikan


faktor lingkungan sekolah maupun lingkungan perhatian terhadap bullying yang terjadi di kelas.
disekitarnya. Faktor lingkungan sekolah meliputi Guru bahkan terkesan tidak peduli dan kurang
karakteristik anak yang berbeda dengan yang tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di
lain sehingga mengakibatkan adanya perbedaan kelasnya serta menganggap tindakan-tindakan
antar siswa, perbedaan kognitif siswa antara kasar siswa hanyalah guyon atau candaan. Guru
siswa yang pintar dan yang kurang pintar, dan yang seharusnya dapat membimbing siswa untuk
adanya kelompok-kelompok bermain yang dapat bergaul dan menghargai teman lain justru
membuat siswa satu dengan yang lain kurang membiarkan siswanya dalam masalah tersebut.
dapat membaur. Bullying membuat siswa tidak Hal ini membuat siswa yang pendiam dan
dapat bergaul dengan baik kepada kurang dapat bergaul menjadi semakin terkucil
lingkungannya, hal tersebut terjadi karena keberadaannya sehingga memberikan dampak
kemampuan interaksi sosial siswa yang masih yang negatif bagi korban bullying itu sendiri.
rendah. Dalam hal ini di lingkungan sekolah
Berdasarkan uraian tersebut, perlu diteliti
peran guru sangat penting dalam membimbing
mengenai hubungan bullying dengan
siswanya sehingga masalah bullying dapat
kemampuan interaksi social siswa kelas III SDN
teratasi.
Minomartani 6 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Berdasarkan hasil observasi yang
METODE PENELITIAN
dilakukan oleh peneliti di kelas III SD N
Jenis Penelitian
Minomartani 6 pada tanggal 3 agustus 2015
Penelitian ini menggunakan menggunakan
ditemukan perilaku bullying yang berupa kontak
pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
verbal langsung seperti mempermalukan,
korelasional.
mengganggu, mengejek, dan mengintimidasi
Waktu dan Tempat Penelitian
atau menekan dengan kata-kata yang membuat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III
anak menjadi takut; non verbal seperti
SDN Minomartani 6 Kecamatan Ngaglik,
mengucilkan atau menjauhi teman yang tidak di
144 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta. Waktu 3 Sedang 33,75 < X 41,25
4 Rendah 26,25 < X 33,75
pelaksanaan penelitian adalah pada bulan
5 Sangat Rendah X 26,25
Oktober 2015.
Populasi Penelitian
Keterangan:
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas III SD Negeri Minomartani 6 Mean (ideal) = x (60 + 15) = 37,5

kecamatan Ngaglik kabupaten Sleman kota SD (ideal) = x (60 15) = 7,5


Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 28
anak. Uji Hipotesis
Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas III Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
dengan alasan terdapat masalah perilaku bullying menggunakan teknik korelasi dengan korelasi
yang menyebabkan terhambatnya perkembangan product moment untuk menghitung korelasi
siswa yang berupa kemampuan interaksi sosial antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat
pada siswa kelas III di SD Negeri Minomartani (Y), menggunakan rumus:
6. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
penelitian ini tidak menggunakan sampel karena
fokus penelitian dilakukan pada seluruh siswa di Keterangan :

kelas III SD Negeri Minomartani 6. N = Banyaknya responden

Teknik Pengumpulan Data X = Skor perolehan butir soal

Teknik yang digunakan dalam Y = skor total

pengumpulan data menggunakan teknik skala. (Sugiyono, 2010: 228)

Teknik Analisis Data Hasil yang diperoleh dari teknik korelasi product

Teknik analisis data yang digunakan dalam moment kemudian dibandingkan dengan r tabel

penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan taraf 5% untuk menguji hipotesis

product moment. hubungan antara satu variabel independen

Kategori Skor dengan satu dependen dan dapat

Penentuan kategori variable perilaku digeneralisasikan terhadap populasi atau tidak.

bullying dan kemampuan interaksi social Sugiyono (2006:258) mengungkapkan bahwa :

dilakukan dengan cara menentukan panjang 1) Jika harga r hitung > harga r tabel, maka Ho

kelas pada setiap kategori. Panjang kelas ditolak dan Ha diterima.

kategori perilaku bullying dan kemampuan 2) Jika harga r hitung < harga r tabel, maka Ho

interaksi sosial dapat dilihat pada tabel di bawah diterima dan Ha ditolak.

ini: Cara untuk mengetahui apakah hubungan

Tabel 1. Panjang kelas kategori perilaku bullying itu berada dalam kategori rendah, sedang, atau

No. Kategori Rentang Skor kuat maka menggunakan pedoman sebagai


1 Sangat Tinggi X > 48,75 berikut.
2 Tinggi 41,25 < X 48,75
Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri Pratiwi) 145
Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri) 145

Rentang diperoleh kemudian didistribusikan ke dalam


No. Kategori Kategori f
Skor tabel berikut:
1 Sangat X > 48,75 6 21,42 %
Tinggi Tabel 3. Kategori Perilaku Bullying
2 Tinggi 41,25 < X 48,75 10 35,71 %
3 Sedang 33,75 < X 41,25 6 21,42% Berdasarkan tabel di atas, siswa memiliki
4 Rendah 26,25 < X 33,75 2 7,14 %
5 Sangat X 26,25 4 14, 28 % perilaku kategori perilaku bullying sangat tinggi,
Rendah tinggi, dan sangat rendah. Siswa yang memiliki
Jumlah 28 100 %
perilaku bullying dengan kategori sangat tinggi
berjumlah 6 siswa (21,42%), kategori tinggi
berjumlah 10 siswa (35,71%), kategori sedang

Tabel 2. Pedoman untuk Memberikan berjumlah 6 siswa (21,42%), kategori rendah


Interpretasi Koefisien Korelasi berjumlah 2 siswa (7,14%), dan kategori sangat
Interval Koefisien Tingkat Hubungan rendah berjumlah 4 siswa (14,28 %).
0,00 0,199 Sangat rendah
Berdasarkan data yang di peroleh maka dapat
0,20 0,399 Rendah
0,40 0,599 Sedang disimpulkan bahwa masih terdapat sebagian
0,60 0,799 Kuat
besar siswa yang mendapat perlakuan bullying
0,80 1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2009:257) dengan kategori tinggi. Adapun sebaran dari
HASIL PENELITIAN masing-masing kategori dapat dilihat pada grafik
Data pada penelitian ini diperoleh dari di bawah ini:
skala perilaku bullying dan kemampuan interaksi
Bullying
sosial siswa untuk mengetahui hubungan
100
Persentase

perilaku bullying dan kemampuan interaksi 80


60
sosial siswa. Data tersebut selanjutnya dianalisis 40
20
secara deskriptif untuk mengetahui frekuensi 0
dari masing-masing variabel.
a. Perilaku Bullying
Data tentang perilaku bullying diperoleh Gambar 1. Persentase Perilaku Bullying
melalui skala yang diisi oleh 28 responden.
Instrumen yang digunakan sudah teruji validitas b. Kemampuan Interaksi Sosial

dan reliabilitasnya. Instrumen terdiri dari 15 Data tentang perilaku sosial diperoleh

pernyataan yang meliputi 13 butir pernyataan melalui instrumen yang diisi oleh 28

favourable dan 2 butir pernyataan unfavourable responden. Insrumen yang digunakan sudah

yang memiliki rentang skor 1 sampai 4. Skor diuji validitas dan realibilitasnya. Instrumen

maksimal yang diperoleh adalah 60 sedangkan terdiri dari 15 butir pernyataan yang meliputi 4

skor minimalnya adalah 15. Hasil analisis data butir pernyataan favourable dan 11 butir

diperoleh rata-rata (mean) sebesar 39,79 dan pernyataan unfavourable yang memiliki

simpangan baku (SD) sebesar 9,994. Data yang rentang skor 1 sampai 4. Skor maksimal
146 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
diperoleh sebesar 60 sedangkan skor Gambar 2. Persentase Kemampuan Interaksi
minimalnya adalah 15. Sosial
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
rata-rata sebesar 38,50 dan simpangan baku (SD)
sebesar 10,851. Selanjutnya data didistribusikan
Uji Hipotesis
dalam tabel sebagai berikut:
Pengujian hipotesis bertujuan untuk
Tabel 4. Kategori Kemampuan Interaksi Sosial
menghitung korelasi antara variabel bebas X
Rentang
No. Kategori Kategori f (perilaku bullying) dan variabel terikat Y
Skor
1 Sangat X > 48,75 6 21,42 % (kemampuan interaksi sosial). Adapun langkah
Tinggi pengujian hipotesis ini adalah Ho melawan
2 Tinggi 41,25 < X 48,75 5 17,85 %
tandingannya Ha yaitu :
3 Sedang 33,75 < X 41,25 5 17,85 %
Ho : Tidak terdapat hubungan yang
4 Rendah 26,25 < X 33,75 8 28,57%
signifikan antara hubungan perilaku
5 Sangat X 26,25 4 14,28 %
Rendah bullying dengan kemampuan interaksi
Jumlah 28 100 % sosial siswa kelas III SD Negeri
Minomartani 6.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan
siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial
antara hubungan perilaku bullying
sangat tinggi berjumlah 6 siswa (21,42%),
dengan kemampuan interaksi sosial siswa
kategori tinggi sebesar 5 siswa (17,85%),
kelas III SD Negeri Minomartani 6.
kategori sedang sebesar 5 siswa (17,85%),
Penghitungan uji signifikansi dilakukan
kategori rendah sebesar 8 siswa (28,57%) dan
dengan membandingkan rhitung dan rtabel, apabila
kategori sangat rendah sebesar 4 siswa (14,28).
harga rhitung > rtabel, maka Ho ditolak dan Ha
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
diterima. Akan tetapi apabila rhitung < rtabel, maka
bahwa sebagian besar siswa masih memiliki
Ho diterima dan Ha ditolak.
kemampuan interaksi sosial yang rendah.
Perhitungan korelasi product moment
Adapun sebaran dari masing-masing kategori
dilakukan dengan menggunakan bantuan
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
program SPSS versi 16.00 menggunakan rumus
Interaksi Sosial berikut:
100
Persentase

80
60
40
20
0
Keterangan :
N = Banyaknya responden
X = Skor perolehan butir soal
Y = skor total
Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri Pratiwi) 147
Hasil yang diperoleh dari perhitungan Perilaku bullying merupakan tindakan
atau perilaku negatif yang terjadi berulang kali
Correlations
sehingga membuat korbannya menjadi tertekan,
Perilaku_ Interaksi_
Bullying Sosial terkucil, dan merasa tidak nyaman. Perilaku
Perilaku_B Pearson bullying dapat terjadi secara fisik non fisik
Correlation 1 -.832**
ullying berupa tindakan yang semuanya dapat
Sig. (2- berpengaruh negatif bagi korbannya. Perilaku
.000
tailed)
bullying dilakukan oleh pihak yang lebih kuat
N 28 28
kepada pihak yang lebih lemah. Tindakan
Interaksi_S Pearson
Correlation -.832** 1 tersebut dapat terjadi karena didasari oleh faktor
osial
Sig. (2- kepribadian pelaku bullying dan faktor
.000
tailed) situasional seperti lingkungan yag kurang baik.
N 28 28
**. Correlation is significant at the 0.01 level Berdasarkan hasil analisis deskriptif
(2-tailed). tentang perilaku bullying, dapat diketahui

menggunakan program spss versi 16.00 dapat persentase perilaku bullying dengan kategori

dilihat pada tabel di bawah ini. sangat tinggi sebesar 21,42% (6 siswa),
persentase perilaku bullying dengan kategori
tinggi sebesar 35,71% (10 siswa), persentase

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis perilaku bullying dengan kategori sedang sebesar

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh 21,42% (6 siswa), persentase perilaku bullying

koefisien korelasi (rxy) antara perilaku bullying dengan kategori rendah sebesar 7,14% (2 siswa),

dengan kemampuan interaksi sosial sebesar - dan persentase perilaku bullying dengan kategori

0,832. Kemudian rtabel dengan taraf signifikasni sangat rendah sebesar 14,28% (4 siswa). Jadi

5% dan n=28 adalah 0,374. Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

diketahui bahwa rhitung > rtabel dan nilai P < 0,05, mendapat perlakuan bullying dengan kategori

maka Ha diterima sedangkan Ho ditolak, tinggi.

sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat


Berdasarkan data di atas, bentuk perilaku
hubungan yang signifikan antara perilaku
bullying yang terjadi secara fisik berupa siswa
bullying dengan kemampuan interaksi sosial
mencubit teman, menendang, memukul, dan
siswa kelas III SD Negeri Minomartani 6
menjambak yang menyebabkan korban menjadi
Ngaglik Sleman Yogyakarta. Hal ini
menangis. Sedangkan perilaku bullying secara
menunjukkan bahwa perilaku bulllying yang
non fisik terjadi secara verbal dan non verbal.
tinggi akan menyebabkan interaksi sosial
Bentuk perilaku bullying secara verbal meliputi
menjadi rendah, begitu juga sebaliknya.
memarahi teman yang melakukan kesalahan
sehingga menyebabkan perselisihan antar siswa,
Pembahasan menyalahkan teman yang dianggap salah,
148 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016.
mengolok-olok dengan memanggil teman mengikutsertakan, curang dan sembunyi-
dengan nama julukan, dan menyoraki teman sembunyi.
yang melakukan kesalahan sehingga
Hal tersebut di atas menyebabkan
menyebabkan korbannya menjadi malu. Bentuk
hubungan antar siswa di kelas menjadi renggang.
perilaku bullying secara non verbal meliputi
Hubungan sosial antar siswa berjalan kurang
mendiamkan teman yang tidak memiliki teman,
optimal sehingga menyebabkan diskriminasi
menjauhi teman yang tidak disukai atau
antar teman. Siswa yang memiliki kemampuan
memilih-milih teman dalam bermain,
sosial baik dapat bergaul dengan banyak teman,
mengucilkan teman sehingga korban menjadi
sedangkan siswa yang kemampuan sosialnya
terbatasi dalam bergaul dengan teman
kurang mejadi kesulitan dan terbatasi dalam
dikelasnya, mengacuhkan teman yang tidak
bergaul dengan teman-temannya. Hal ini
disukai oleh kelompok tertentu, memandang
menunjukkan bahwa perilaku yang terjadi diatas
sinis teman yang tidak disukai, dan mengancam
menyebabkan kemampuan interaksi sosial siswa
teman yang dianggap lebih lemah dengan
menjadi rendah.
tindakan-tindakan seperti memelototi serta
menunjukkan kepalan tangan/bogem kepada Kemampuan interaksi sosial merupakan
teman lain sehingga korban menjadi takut dan suatu proses seseorang sebagai individu dapat
terancam. melakukan hubungan dengan individu lain
sehingga terjadi hubungan timbal balik dan
Perilaku bullying secara fisik berdampak
proses menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
pada diri korban seperti perasaan minder, takut,
Seorang individu melakukan suatu bentuk
dan merasa terkucil, hal tersebut sesuai dengan
interaksi sosial bertujuan untuk dapat
pendapat dari Ponny Retno Astuti (2008: 22)
melangsungkan kehidupannya sebagai seorang
tentang perilaku bullying terdiri dari fisik dan
individu yang seutuhnya. Di dalam proses
non fisik. Perilaku bullying fisik meliputi
interaksi sosial harus terdapat ciri-ciri, aspek-
menendang, memukul, menggigit, menarik
aspek, dan syarat-syarat yang saling mendukung
rambut, menonjok, mendorong, mencubit atau
dan saling melengkapi sehingga interaksi sosial
mencaka. Perilaku bullying non fisik meliputi
tersebut dapat terjadi.
verbal seperti meledek, mengancam, memeras,
menghasut, berkata jorok kepada korban, Berdasarkan hasil analisis deskriptif
menyebar luaskan kejelekan korban, dan non tentang kemampuan interaksi sosial, dapat
verbal yang terbagi menjadi langsung seperti diketahui persentase perilaku sosial dengan
gerakan kasar atau mengancam, menatap sinis, kategori sangat tinggi sebesar 21,42% (6 anak),
muka mengancam, menggeram, hentakan, persentase kategori tinggi sebesar 17,85%(5
menakuti dan tidak langsung seperti manipulasi anak), persentase kategori sedang 17,85%(5
pertemanan, mengasingkan, tidak anak), persentase kategori rendah sebesar
28,57%(8 anak) dan persentase kategori sangat
Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri Pratiwi) 149
rendah sebesar 14,28(4 anak). Hal ini Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terdapat hubungan yang signifikan antara
memiliki kemampuan interaksi sosial dengan perilaku bullying dengan kemampuan interaksi
kategori rendah. Data tersebut menunjukkan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis
bahwa bentuk interaksi sosial yang terjadi yaitu korelasi product moment yang diperoleh rhitung
siswa kesulitan dalam bergaul dengan teman di sebesar -0,832. Hal ini menunjukkan bahwa
kelasnya, siswa mengalami kesulitan dalam adanya hubungan yang signifikan antara perilaku
mendapatkan pertolongan dari teman-temannya, bullying dengan kemampuan interaksi sosial.
siswa yang kurang pintar tidak memiliki banyak
Perilaku bullying memberikan dampak
teman dan terkesan dijauhi oleh teman-
bagi interaksi sosial siswa sehingga membuat
temannya, siswa yang pendiam hanya berteman
anak yang tidak memiliki teman menjadi
dengan teman sebangku, siswa ditolak dan
semakin terkucil serta tidak dapat berinteraksi
diacuhkan dalam kelompok tertentu pada
dengan baik di lingkungan kelasnya. Hubungan
kegiatan pembelajaran di kelas maupun saat
antara variabel perilaku bullying (X) dan
istirahat yang mengakibatkan siswa tidak dapat
variabel kemampuan interaksi sosial (Y) sesuai
berpendapat maupun berdiskusi dengan
dengan pendapat dari Les Parson dalam Rohmah
kelompoknya.
Ismiatun (2014: 22) perilaku bullying terjadi
Perilaku antar siswa yang demikian karena terdapat pandangan bahwa interaksi
menyebabkan hubungan antar siswa menjadi sosial adalah menyangkut hal yang membangun
rendah sehingga sulit bersosialisasi dengan dan memelihara suatu hierarki. Anak dengan
teman-temannya. Adanya perbedaan diri pada sengaja menggunakan paksaan, manipulasi,
setiap siswa antara siswa yang pintar dan kurang status, harga diri, dan dominasi mereka dalam
pintang serta siswa yang populer dengan siswa hierarki sosial. Sejiwa (2008: 35-36) juga
yang pendiam juga menjadi hal yang semakin berpendapat bahwa, perilaku bullying adalah
membuat hubungan antar siswa menjadi kurang penghambat besar bagi seorang anak untuk
baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari mengaktualisasikan diri. Perilaku bullying dapat
Slamet Santoso (1992: 15) yang menyatakan menimbulkan hal-hal seperti tidak memberikan
bahwa aspek-aspek dari interaksi sosial yaitu perasaan aman dan nyaman, perasaan takut dan
adanya hubungan antar indivu, adanya individu terintimidasi, rendah diri, sulit berkonsentrasi
yang melakukan hubungan, adanya tujuan dari dalam belajar, tidak tergerak untuk bersosialisasi
interaksi sosial, dan adanya hubungan dengan dengan lingkungan, dan sulit berkomunikasi. Hal
struktur dan fungsi kelompok yang semuanya itu tersebut menjelaskan bahwa tindakan bullying
merupakan penunjang dalam proses interaksi dapat memberikan dampak yang buruk bagi diri
sosial. Aspek-aspek tersebut saling melengkapi anak, anak akan selalu merasa tertekan dengan
sehingga terjadi suatu interaksi sosial. lingkungan disekitarnya sehingga perkembangan
150 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
diri anak termasuk dalam hal interaksi sosial Keadaan di lapangan menunjukkan
akan terhambat. bahwa memang terdapat perilaku bullying yang
berupa kontak verbal langsung seperti
Perilaku bullying yang dilakukan secara
mempermalukan, mengganggu, mengejek,
fisik seperti mencubit, mendorong, menendang,
mengintimidasi, dan mengucilkan; non verbal
memukul, menjambak serta secara verbal dan
seperti menjauhi; dan fisik seperti menendang,
non verbal seperti mengejek, memaki, menuduh,
mencubit, dan mendorong antar siswa di kelas,
menjauhi, mengucilkan, mengintimidasi atau
terdapat pula siswa yang kurang bisa berinteraksi
mendiamkan teman sehingga tidak memiliki
dengan semua teman-temannya sehingga anak
teman tersebut dapat memberikan dampak yang
tersebut tidak memiliki teman, serta terdapat
negatif yakni kemampuan interaksi sosial siswa
siswa yang memiliki group yang membuat siswa
yang terkucil menjadi rendah sehingga anak sulit
yang bukan termasuk dalam group tersebut
bersosialisasi dan bergaul dengan lingkungan
menjadi sulit bersosialisasi dengan teman yang
disekitarnya, hal tersebut sesuai yang
lain sehingga interaksi sosial siswa tidak dapat
dikemukakan oleh Fitria Chakrawati (2015: 15),
berjalan optimal. Keadaan tersebut sesuai
dampak perilaku bullying bisa berkepanjangan,
dengan teori Joseph A. Dake, James H. Price,
antara lain: minder, malu dan ingin menyendiri,
and Susan J. Tell Johan (2003) dalam Monicka
merasa terisolasi dari pergaulan, kurang
Putri Kusuma (2014: 35) bahwa korban bullying
bersemangat, dan ketakutan. Dampak tersebut
kesulitan dalam menjalin hubungan pertemanan
tidak sesuai dengan pendapat dari Homan dalam
sehingga cenderung menghabiskan banyak
Sudjarwo ( 2015 : 17) yaitu interaksi itu bukan
waktu sendirian.
hanya sekedar bertatap muka serta bersifat
spontan, akan tetapi yang dipentingkan adalah Perilaku bullying yang terjadi disebabkan
adanya proses pertukaran atau proses timbal oleh karena adanya perbedaan antar siswa seperti
balik. Berdasarkan pendapat di atas, maka perbedaan kognitif siswa antara siswa yang
perilaku bullying dapat memberikan dampak pintar dan yang kurang pintar, siswa yang aktif
yang negatif bagi anak seperti malu, ingin dan siswa yang pasif, siswa yang rajin dengan
menyendiri, dan merasa terisolasi dari pergaulan. siswa yang cenderung nakal, adanya kelompok-
Hal tersebut dapat mengganggu perkembangan kelompok bermain atau terjadi interaksi yang
anak di lingkungan sosial. Anak akan kesulitan pilih kasih antar siswa dengan membeda-
dalam berinteraksi dengan teman-teman bedakan teman serta terdapat beberapa anak
disekitarnya sehingga proses interaksi yang yang memiliki perilaku mengusai kelas sehingga
mengharuskan adanya hubungan timbal balik teman-teman lain menjadi takut dan enggak
antar individu tidak dapat terlaksana. Dengan untuk bermain bersama. Hal tersebut yang
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa membuat siswa satu dengan yang lain kurang
perilaku bullying berhubungan dengan dapat membaur dan membuat korban bullying
kemampuan interaksi sosial anak. semakin terbatasi serta tidak dapat berinteraksi
Hubungan Perilaku Bullying (Regina Putri Pratiwi) 151
dan bergaul dengan baik di lingkungan Ponny Retno Astuti. (2008). Meredam Bullying.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
sosialnya, sehingga hal tersebut menyebabkan
Indonesia.
kemampuan interaksi sosial siswa yang masih
Rohmah Ismiatun. (2014). Bullying Di SD
kurang. Negeri Gondolayu Kota Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: FIP UNY.
SIMPULAN
Sejiwa. (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan
Berdasarkan hasil penelitian dan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak.
Jakarta: Grasindo.
pembahasan diperoleh nilai korelasi antara
variabel X (perilaku bullying) dan variabel Y Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
(kemampuan interaksi sosial) dengan hasil uji R&D. Bandung: Alfabeta.
hipotesis sebesar -0,832 sehingga peneliti
. (2009). Metode Penelitian
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
signifikan antara perilaku bullying dengan
kemampuan interaksi sosial siswa kelas III SD . (2010). Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Negeri Minomartani 6 Ngaglik Sleman
Yogyakarta. Hasil uji hipotesis sebesar -0,832 . (2010). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
termasuk dalam interval koefisien 0,800 1,00
sehingga termasuk dalam kategori sangat kuat. Slamet Santosa. (1992). Dinamika Kelompok.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila perilaku
Slamet Santosa. (2006). Dinamika Kelompok.
bulllying tinggi, maka kemampuan interaksi
Jakarta: Bumi Aksara.
sosial menjadi rendah.
Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu
DAFTAR PUSTAKA Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Ali Muhtadi. (2006). Penanaman Nilai-Nilai Steve Wharton. (2009). How to Stop that Bully
Agama dalam Pembentukan Sikap dan Menghentikan Si Tukang Teror.
Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Yogyakarta: Kanisius.
Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta.
Sudjarwo. (2015). Proses Sosial dan Interaksi
Jurnal Prima Edukasia (No. 1 Tahun
Sosial Dalam Pendidikan. Bandung: CV
2006). Hlm. 2.
Mandar Maju.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fitria Chakrawati. (2015). Bullying Siapa


Takut?. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.

Monicka Putri Kusuma. (2014). Perilaku School


Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar
Negeri Delengan 2, Dinginan,
Sumberharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FIP
UNY

Anda mungkin juga menyukai