Materi :
NATA DE PINA
Oleh:
Kelompok 3 Selasa Siang
1. Dila Meiza Lulianti (21030113120028)
2. Refa Putri Ramadhani (21030113130135)
3. Yudy Wiraatmadja (21030113120025)
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
RINGKASAN
NATA
SUMMARY
Nata is a fermentation product by using the Acetobacter xylinum bacterial.
Nata is derived from the word " nature" which means floating . One of the basic
ingredients of making nata is pineapple juice . Pineapple that is used for processing
in Indonesia is still very simple . The purpose of the experiment are to make nata
pineapple juice with appropriate nutrients , sugars , pH , and boiling factors by
fermentation ; compare the results obtained with various nutrients , sugars , pH , and
boiling factors change . The Benefits of this Experiment are to know the way of
making nata by fermentation , comparing the quality of nata with various nutrients ,
sugars , pH , and boiling factors .
The materials used were pineapple juice , yeast extract , tropicana
slim sugar, anhydrous glucose , Acetobacter xylinum , MgSO4, NaOH , CH3COOH ,
and cover ( banana leaf ) . The tools used were electric stove , glass beaker ,
autoclave , measuring cups , and stirrer . The steps were strained pineapple juice.
Boil the pineapple juice, after cool, add the nutrient, suit it with experimental
variables. Adjust the pH corresponding experimental variables, put in glass beaker.
Add starter in accordance with the experimental variables, fermentation at 30 C for
6 days. Harvest nata formed. Wash and dry nata, measure the natas weight that is
already roasted and then do the analysis of glucose.
From the experiments , the height of nata obtained were 9 mm , 6 mm , - , 5
mm , - . The weight are 9.98 g ; 6.17 g ; - ; 8.44 g ; 15.16 g ; - . Glucose levels were
found and the pH of the solution / media fell over the fermentation process . The
more group C on sugar , the thicker nata formed . Media were boiled to form a more
optimum nata . Glucose levels were found getting down due to the formation of nata ,
the density rises as mass increases , the pH is found down because current form
acetic acid fermentation . In the experiment , suggested by the media cover it tightly
so there is not outside air contamination ; fermented media should not be exposed to
direct light , wobble , or other disorders ; sterilization of materials and tools before
use ; dry the nata first before weighed ; maintain the pH between 3.5 -5 .
NATA
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan resmi ini dapat disusun. Laporan resmi dengan judul
Nata de Pina disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi Industri.
Laporan resmi ini dalam penyusunannya tidak terlepas dari bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir. Kristinah Haryani, MT. selaku dosen pembimbing
2. Jufriyah, ST. selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi Industri
3. Oei Stefanny Yuliana selaku asisten pembimbing
4. Keluarga yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta teman-
teman yang memberikan dorongan dan semangat.
Tiada gading yang tak retak dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan dari laporan resmi ini sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki laporan-laporan
yang selanjutnya. Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
memberikan kontribusi pada Laboratorium Mikrobiologi Industri.
Penulis
NATA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
RINGKASAN ......................................................................................................... iii
SUMMARY ............................................................................................................ iv
PRAKATA .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ........................................................................................ 1
1.3 Manfaat Percobaan ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Pengertian Nata ........................................................................................... 3
2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 3
2.3 Hal-hal yang berpengaruh dalam fermentasi nata ....................................... 5
2.4 Manfaat Produk ........................................................................................... 8
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN............................................................... 9
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ................................................................ 9
3.2 Gambar Alat ................................................................................................ 9
3.3 Variabel Percobaan ..................................................................................... 10
3.4 Cara Kerja ................................................................................................... 10
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 12
4.1 Hasil Percobaan........................................................................................... 12
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 13
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 18
5.2 Saran............................................................................................................ 18
NATA
NATA
DAFTAR TABEL
NATA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2.1 Grafik perbandingan kadar glukosa awal dan akhir ......................... 13
Gambar 4.2.2 Grafik perbandingan densitas awal dan akhir .................................. 14
Gambar 4.2.2 Grafik perbandingan densitas awal dan akhir .................................. 15
NATA
BAB I
PENDAHULUAN
NATA
NATA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
NATA
A. Sifat fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil dan propil
alkohol, tidak membentuk senyawa busuk yang beracun dari hasil
peruraian protein (indol) dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam
asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini
adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga
menjadi selulosa. Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang
dikenal sebagai nata.
B. Fase pertumbuhan
Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu
fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian.Sel muda bakteri Acetobacter xylinum berwarna putih transparan,
sedangkan sel tua mengelompok membentuk rantai dan lapisan yang
menyerupaigelatin.
Acetobacter xylinum akan mengalami fase adaptasi terlebih dahulu jika
dipindahkan kedalam media baru. Pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme
dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan.Fase
pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi.
Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan
kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Selanjutnya pada
fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari.Pada fase ini bakteri mengeluarkan
enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer
glukosa menjadi selulosa.
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat
metabolit yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan
umur sel sudah tua.Pada fase ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel
yang tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati.
Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh
dan yang mati.Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini.Fase menuju
kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis.Setelah
nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase
kematian, sel dengan cepat mengalami kematian tidak baik untuk dijadikan
strain nata.
NATA
NATA
NATA
yang digunakan untuk fermentasi nata tidak boleh ditutup rapat untuk
mencukupi kebutuhan oksigen. Tetapi udara yang secara langsung mengenai
produk nata, dapat menyebabkan terjadinya kegagalan proses pembuatan nata.
6. Penutup untuk pembuatan nata
Penutupan dilakukan menggunakan media yang bersih untuk menghindari
kontaminasi dan juga media yang mendapatkan pertukaran oksigen.
7. Sumber Cahaya
Pembuatan nata pada ruang gelap akan mempercepat pembentukan
struktur nata dan nata yang dihasilkan akan tebal. Ruang gelap yang dimaksud
adalah ruang gelap yang tidak mendapatkan cahaya matahari secara langsung
ataupun cahaya lampu. (Luwiyanti, 2001).
8. Lama Fermentasi
Pada kondisi yang sesuai, lapisan nata terbentuk dipermukaan media akan
terlihat pada hari ketiga sampai keempat pemeraman. Secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu 8-14 hari lapisan tersebut semakin menebal. Pemanenan
nata dilakukan setelah lebih dari 8 hari pemeraman. Jika setelah 14 hari tidak
dilakukan pemanenan, maka akan terdapat lapisan tipis yang terpisah di
bawah lapisan nata yang akan menjadi kurang asam sehingga nata menjadi
busuk, akhirnya nata menjadi turun. Selama fermentasi berlangsung media
nata tidak boleh digoyang-goyangkan ataupun digerakkan karena akan
mengakibatkan pecahnya struktur lapisan nata yang terbentuk sehingga
didapat lapisan nata yang tipis dan terpisah satu sama lainnya.
9. Sanitasi
Bekerja dengan mikroorganisme dituntut adanya tingkat sanitasi yang
tinggi. Sanitasi meliputi : sanitasi perorangan, lingkungan dan peralatan, harus
dikontrol dan dijaga agar bakteri tidak terkontaminasi.Efek dari fermentasi
akan menghasilkan mikroorganisme pencemar seperti jamur karena sanitasi
yang kurang.
Nata yang berkualitas baik dapat dilihat dari dua aspek yaitu kualitas nata
dari sifat fisik dan sifat tersembunyi.Sifat fisik yang diukur meliputi indikator,
warna, rasa, tekstur, dan aroma.Sedangkan kualitas tersembuyi meliputi
nilaigizi, keamanan mikroba, cemaran logam.Berdasarkan sifat fisik ciri-ciri
nata yang berkualitas adalah sebagai berikut:
NATA
NATA
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. 2. 3. 4.
NATA
5.
Gambar 3.1 Gambar Alat yang Digunakan
MgSO4 @2gr -
Starter @18 % V
NATA
NATA
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
NATA
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Glukosa Awal dan Akhir
18
16
14
12
10
%S
8 awal
6
akhir
4
2
0
1 2 3 4 5 6
variabel
NATA
densitas(gr/ml)
1.04
1.02
1 awal
0.98 akhir
0.96
0.94
1 2 3 4 5 6
variabel
Berdasarkan Gambar 4.2.2 dapat dilihat bahwa semua densitas pada hari
terakhir jika dibandingkan dengan hari awal yaitu 0,9945 mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi, Acetobacter xylinum
merubah kandungan gula dalam bentuk asam dan mengoksidasi asam asetat
lebih lanjut oleh Acetobacter menjadi CO2 dan H2O.
Asam asetat + acetobacter xylinum CO2 + H2O
CH3COOH + 2O2 2CO2 + 2H2O
CO2 dalam media terlepas keatas sehingga mengakibatkan volume
berkurang dan massa media bertambah. Berdasarkan rumus , densitas
sebanding dengan massa. Jika massa bertambah, maka densitas bertambah dan
volume berkurang Karena adanya produk asam asetat dan H2O (Mayukazumi,
2012).
NATA
3
pH
2 awal
akhir
1
0
1 2 3 4 5 6
variabel
NATA
NATA
dididihkan) menyebabkan nata tidak terbentuk. Hal ini karena pada variabel 3
masih ada bakteri lain yang mengkontaminan medium sehingga Acetobacter
xylinum tidak bisa berkembang. Efek temperature secara garis besar
mempengaruhi perkembangan spora, fungi, jamur, dan bakteri dalam media.
Fungi dan jamur mati pada suhu 60o dengan kisaran waktu 15-20 menit.
Sedangkan spora mati pada suhu 121o pada waktu 15-20 menit. Maka dari itu
penting dilakukan pendidihan untuk membunuh bakteri maupun sterilisasi
bahan dan alat untuk menghindari kontaminan (Lana, 2010).
NATA
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar glukosa yang ditemukan semakin berkurang seiring proses
fermentasi.
2. Densitas larutan semakin naik seiring proses fermentasi.
3. pH larutan semakin turun karena terbentuknya asam asetat.
4. Semakin banyak gugus karbon pada gula, semakin tebal nata yang
dihasilkan.
5. Media yang dididihkan memiliki pertumbuhan nata lebih optimum
dibanding tanpa pendidihan.
5.2 Saran
1. Tutupi media dengan rapat sehingga tidak terkontaminasi udara luar.
2. Media yang difermentasikan tidak boleh terkena cahaya langsung,
goyangan, maupun gangguan lain.
3. Sterilisasi bahan dan alat sebelum digunakan.
4. Angin-anginkan dulu nata sebelum ditimbang.
5. pH larutan antara 3,5-5.
NATA
DAFTAR PUSTAKA
Dreecold and Cumn. Industrial Mikrobiology 2nd ed Mc. Graw Hill book Inc,
New York. Wiharvo,F.G. Srikandi Pardos Dedirardeas. Pengantar
Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.1986.
Iqbal dkk. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nanas Local (Ananas
Comosus L.) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta
Lapuz, M. M., Gollardo E.G., & Palo M.A. 1967.The Organism and
CultureRequirements, Characteristics and Identity.The Philippine J.
Science.98:191 109.
Majesty dkk. 2014. Pengaruh penambahan sukrosa dan lama fermentasi terhadap
kadar serat nata. jurnal keteknikan pertanian tropis dan biosistem. 1 :
80-85.
Sri Mulyani dkk. 2010. Jurnal rekayasa kimia dan lingkungan. 7 : 102-111.
NATA
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Perhitungan Densitas
Densitas Awal
Massa Picno Kosong : 24,86 gr
Massa Picno + Aquadest : 51,91 gr
, ,
= = = 27,05 ml
Densitas Akhir
Massa Picno Kosong : 30,74 gr
, ,
= = = 52,09 ml
, ,
Variabel 1 : = = = 1,0587 gr/ml
,
, ,
Variabel 2 : = = = 1,0648 gr/ml
,
, ,
Variabel 3 : = = = 1,0487 gr/ml
,
, ,
Variabel 4 : = = = 1,0645 gr/ml
,
, ,
Variabel 5 : = = = 1,0554 gr/ml
,
, ,
Variabel 6 : = = = 1,0681 gr/ml
,
Variabel 1
M = 10,4ml
= 9,351 %
Variabel 2
M = 3,7 ml
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 16,088 %
Variabel 3
M = 9,4 ml
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 10,356 %
Variabel 4
M = 7,5 ml
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 12,267 %
Variabel 5
M = 8,8 ml
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 9,854 %
Variabel 6
M = 7,9 ml
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 11,865 %
2. %S akhir
F = 21,9 ml Vpengenceran = 100 ml
Vtitrasi = 5 ml V yang diambil = 5 mL
Variabel 1
M = 13,3 ml ; = 1,0587
(F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025
%S = x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 8,123 %
Variabel 2
M = 12,8 ml ; = 1,0648
(F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025
%S = x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 8,546 %
Variabel 3
M = 15 ml ; = 1,0487
(F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025
%S = x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
5 x 5 x 1,0487
= 6,579 %
Variabel 4
M = 9,1 ml ; = 1,0645
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 12,024 %
Variabel 5
M = 11,5 ml ; = 1,0554
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 9,854 %
Variabel 6
M = 12,5 ml ; = 1,0681
%S = (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100%
V total x massa jenis medium fermentasi
= 8,850 %
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
Materi:
NATA DE PINA
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang Digunakan
1. Sati buah nanas 900 ml 6. Acetobacter xylinum
2. MgSO4 @2gr 7. NaOH
3. Yeast extract @2gr 8. CH3COOH
4. Tropicana slim @8% w 9. Penutup (daun pisang)
5. Glukosa anhidris @8% w
B-2
Ambil 5 ml glukosa standar, encerkan hingga 100 ml, ambil 5ml,
netralkan pHnya
Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B
Panaskan hingga 60o s.d. 700 C
Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60o s.d. 700 C
sampai warna biru hampir hilang lalu tambahkan 2 tetes MB
Titrasi kembali dengan gluksa standar sambil dipanakan 60o s.d.
700 C sampai warna biru menjadi merah bata
Catat kebutuhan titran (F)
B-3
Analisa Glukosa
Variabel awal akhir %S volume titran volume titran
%S awal
(gr/ml) (gr/ml) akhir awal akhir
1 0,9945 1,0587 9,351% 8,123% 10,4 ml 13,3 ml
2 0,9945 1,0648 16,088% 8,546% 3,7 ml 12,8 ml
3 0,9945 1,0487 10,356% 6,579% 9,4 ml 15 ml
4 0,9945 1,0645 12,267% 12,024% 7,5 ml 9,1 ml
5 0,9945 1,0554 10,960% 9,854% 8,8 ml 11,5 ml
6 0,9945 1,0681 11,865% 8,850% 7,9 ml 12,5 ml
B-4
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM :3
MATERI : Nata de Pina
HARI : Selasa
TANGGAL : 21 Oktober 2014
KELOMPOK : 3 Selasa Siang
NAMA : 1. Dila Meiza Lulianti
2. Refa Putri Ramadhani
3. Yudy Wiraatmadja
ASISTEN : Oei Stefanny Yuliana
KUANTITAS REAGEN
Basis 150 ml 1 2 3 4 5 6
MgSO4 @2gr -
Starter @18 % V
TUGAS TAMBAHAN
Jurnal tentang nata de pina, masing-masing 1 jurnal
Kegunaan MgSO4 dalam pembuatan Nata
Perbedaan Glukosa dan Selulosa
Semarang, 15 Oktober 2014
Asisten
C-1
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
P0 11112014 Bab1,4
P1 17112014 Bab4
KAJIAN PENGGUNAAN LIMBAH BUAH NENAS LOKAL
(Ananas comosus, L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA
ABSTRAK
Penelitian pembuatan nata dari limbah nenas dan daging buah nenas lokal (A. comosus, L) terdiri
dari 3 kualitas: besar (super), sedang dan kecil, telah dilakukan. Buah nenas dikupas dan masing-
masing dipisahkan menjadi daging buah, limbah kulit, limbah mata, dan limbah hati, untuk ditentukan
persentase berat. Selanjutnya masing-masing bagian dari setiap kualitas nenas, diblender dan
diambil filtrat untuk ditambahkan air (rasio 1:1), gula pasir ( 3 % b/v), dan urea (0,4 % b/v). Campuran
disterilisasi, diinokulasi dan diinkubasikan sampai 21 hari. Produk nata dianalisis meliputi berat dan
ketebalan serta penampakan nata yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan ANOVA memperlihatkan
bahwa tidak ada pengaruh kualitas buah nenas dan jenis bagian buah nenas masing-masing
terhadap berat dan ketebalan nata.
ABSTRACT
Producing nata from fruit waste of local pineapple fruit (A. comosus, L) i.e. fruit kernel, husk,
husk containing seed and internal fruit, have been done. Pineapple sample was obtained from local
marked on Klaten and was classified into three classes i.e. super, medium and small. The fruit was
peeled to get four raw material and each of them was weighted. The material was blended and the
filtrate was separated and mixed with water (ratio 1:1), sugarcane (3 % w/v) and ureic salt (0.4 %
w/v). The solution was sterilized, inoculated and incubated for 21 days and after that the nata was
produced. The product was washed with water and characterized of the weight, thickness and
texture. The result showed that there is no evidence of the pineapple fruit class and the part of the
fruit into the weight and the thickness of nata.
14
11.61 11.82
12
9.29
10
Berat nata (g)
4
2
0
Kelas I Kelas II Kelas III
Jenis kelas buah nenas
Gambar 2 Pengaruh jenis kualitas buah nenas terhadap berat rerata nata de pina dari 200 mL media
Tabel 3. Data rerata ketebalan produk nata de pina dari 200 mL media
Jenis buah Rata-rata ketebalan (cm) standar deviasi
Limbah kulit Limbah mata Daging buah Limbah hati
Kelas I 0,40 0,10 0,23 0,12 0,43 0,15 0,20 0,10
Kelas II 0,30 0,03 0,17 0,12 0,23 0,06 0,10 0,00
Kelas III 0,10 0,00 0,13 0,06 0,13 0,06 0,10 0,00
Abstract
Preparation of cellulose film from nata de pina, a product of pinapple fermentation, using
acetobacter xylinum was done at room temperature for 15 days. The aim of the research is to
investigate the effect of sugar concentration and pH on film quality. The fermentation run at
sugar concentration of 0, 5, 7.5, 10 and 12.5% and at pH of 3, 5 and 7. Results show that
the best nata de pina was obtained at sugar concentration of 10% and pH 5. At these
conditions, maximum nata precipitates rendemen was 26,80%, with a moisture content of
80,55%, and the thickness of 3,30 cm. The product nata then can be used to produce
cellulose film. The characteristic of the produced film were 8,20 Kgf/mm2 and 11,71% for
maximum tensile strength and elongation, respectively.
Tujuan penelitian pembuatan film dari nata 3. Larutan tersebut selanjutnya di autoclave
de pina adalah untuk mengetahui pengaruh pada suhu 121 oC selama 15 menit.
nata yang dihasilkan oleh bakteri Aceto- 4. Setelah dingin, larutan tersebut dituang-
bacter xylinum dari fermentasi sari buah kan ke dalam wadah fermentasi kemu-
nanas,untuk menilai proses fermentasi ber- dian ditambahkan 10% starter (100 ml).
dasarkan keadaan pengkulturan yang ber- 5. Larutan ditutup kembali dengan alumuni-
beda. Dan untuk menentukan kuat tarik um foil dan direkatkan dengan isolasi
(tensile strength) dan elongasi pada film nata serapat mungkin.
de pina. Manfaat penelitian ini diharapkan 6. Disimpan wadah-wadah tersebut pada
dapat memberikan informasi ten-tang suhu kamar (30oC) selama 1 minggu.
potensi nanas dan bakteri Acetobacter Selama penyimpanan, wadah tidak boleh
xylinum sebagai bahan baku pembuatan diguncang, supaya nata tumbuh dengan
film untuk kemasan pangan dan juga baik. Setelah itu bibit siap digunakan.
dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya
seperti membran selulosa dan plastik b. Proses Pembuatan Nata de Pina
biodegradable. 1. Buah nanas dikupas lalu dicuci hingga
bersih kemudian diblender. Setelah itu,
2. Metodologi disaring menggunakan kain kasa hingga
ampas terpisah dari sarinya. Sari yang
2.1 Bahan Dan Alat diperoleh dicampur dengan aquadest
dengan perbandingan 1:3.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini 2. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam
adalah buah nanas, Air bibit Acetobacter aceti erlenmeyer kemudian ditambahkan asam
sub sp xylinum , glukosa, asam asetat glasial asetat glasial sebanyak 20 ml, urea 0,5
99,8%, aquadest, urea, dan NAOH. gram dan gula pasir sesuai konsentrasi
Sedangkan peralatan yang digunakan adalah masing-masing, ditutup dengan alumini-
Blender , pisau, Gelas ukur 500 ml (Pyrex), um foil. Lalu diaduk di atas hot plate
Erlenmeyer 1000 ml (Pyrex), Pipet Volume dengan kecepatan pengaduk 4 rpm
25 ml (Pyrex), Timbangan digital (Sartorius), selama 10 menit menggunakan
Wadah fermentasi (cetakan aluminium magnetic stirer.
ukuran: 10 cm x 5 cm x 5 cm), Alumunium 3. Larutan tersebut selanjutnya di autoclave
Foil, pH meter (Hanna), kain kasa, isolasi, pada suhu 121oC selama 15 menit.
penggaris besi, Hot Plate (Yamato, MH 800), 4. Setelah dingin, larutan tersebut di-
Magnetic Stirer, Oven (Gallenkamp), Desika- tuangkan ke dalam wadah fermentasi
tor (Pyrex), Autoclave (ALP), Clean Bench kemudian di set pH pada 3, 5 dan 7
(Dalton), Hidraulic Pressure Press (Rakitan dengan penambahan larutan buffer yaitu
PUSLIT Kakao, Indonesia-Jember) dan Auto- NaOH (basa kuat) dan CH3COOH (asam
graph (Shimadzu, ASTM Method D-882). lemah).
5. Setelah itu, diinokulasikan dengan star-
2.2 Prosedur Percobaan ter Acetobacter aceti subsp. xylinum yang
berumur 6 hari lalu ditutup kembali
a. Persiapan Cairan Bibit dengan aluminium foil dan disimpan
didalam inkubator pada suhu kamar
Cairan bibit sebagai starter adalah mikroba (30C) selama 15 hari. Selama fermen-
Acetobacter aceti subsp xylinum dalam tasi berlangsung wadah tidak boleh
bentuk cair yang berumur 6 hari. Dalam diguncang.
memperbanyak bibit dilakukan dari perba- 6. Dianalisis rendemen (%), kadar air (%),
nyakan bibit yang sudah ada. Urutan proses dan ketebalan lapisan nata (cm).
perbanyakan bibit adalah sebagai berikut:
1. Dibiarkan air kelapa hingga kotorannya c. Proses Pembuatan Film
mengendap. Selanjutnya, disaring meng- 1. Nata yang diperoleh dari hasil fermentasi
gunakan kain kasa dan dipanaskan 1000 kemudian dicuci terlebih dahulu sampai
ml air kelapa dalam erlenmeyer di atas bersih dari bakteri dan sisa-sisa medium
hot plate pada kecepatan pengaduk 4 fermentasi dengan air mengalir.
rpm dengan suhu 100oC selama 10 2. Nata yang telah dibersihkan kemudian
menit dengan menggunakan magnetic ditekan pada tekanan 300 Psi dengan
stirer. Hidraulic Power Press untuk mengeluar-
2. Ditambahkan asam asetat glasial seba- kan airnya.
nyak 20 ml, gula pasir sebanyak 50 3. Setelah nata di press menghasilkan
gram, dan urea sebanyak 0,5 gram lembaran tipis yang berupa film, lalu
kemudian ditutup dengan alumunium foil. dibersihkan kembali kemudian dikering-
Sri Mulyati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 3 107
kan dengan oven pada temperatur 125 yang dibersihkan, semakin banyak pencucian
o
C selama 10 menit. yang harus dilakukan. Nata yang dikeringkan
4. Film dikeluarkan dari oven dan didi- dengan cara ditekan pada tekanan 300 PSi
nginkan dalam desikator selama 15 untuk mengeluarkan airnya, sambil dipanas-
menit. kan pada suhu tertentu sehingga mem-
5. Lembaran film yang telah kering dipo- bentuk lembaran. Lembaran nata yang telah
tong dengan ukuran 7 x 3,5 cm sehingga kering dipotong sehingga membentuk spe-
membentuk spesimen untuk menguji simen untuk menguji kuat tarik.
kuat tarik.
3. Hasil dan Pembahasan
2.3 Analisis Hasil Mutu Nata de Pina
Karakterisasi nata de pina dan film dilakukan
a. Ketebalan Lapisan Nata untuk mengetahui kualitas dari selulosa film
yang dihasilkan dari nata de pina tersebut.
Uji ketebalan dilakukan dengan mengguna- Adapun karakterisasi nata de pina yang
kan penggaris besi dan nilai ketebalan ditinjau pada penelitian ini adalah rendemen
yang didapat merupakan rata-rata dari (%), kadar air (%), dan tekstur ketebalan
lima tempat yang berbeda (Heryawan, nata (cm), sedangkan untuk film, kuat tarik
2004) (tensile strength) dan elongasi (%) sangat
mempengaruhi kualitas film yang dihasilkan.
b. Rendemen
3.1 Karakteristik Nata de Pina
Nata de pina yang terbentuk diambil lalu
ditiriskan selama 5 menit atau sampai air a. Rendemen
yang menetes minimum lalu ditimbang dan
rendemen dihitung dengan rumus: Rendemen merupakan hasil persentase
pembagian antara berat nata yang dihasilkan
berat nata yang dihasilkan dengan berat bahan. Semakin banyak
Rendemen = x 100% konsentrasi gula yang ditambahkan ke dalam
berat bahan
media, maka rendemen nata yang dihasilkan
juga meningkat sampai batas konsentrasi
c. Kadar Air Nata tertentu (Heryawan, 2004). Begitu juga
dengan pH, karena pH merupakan faktor
Nata de pina yang dihasilkan lalu ditiriskan penting untuk pertumbuhan dan pemben-
selama 5 menit (sampai tetesan air mini- tukan produk nata. Nilai pH cenderung
mum). Setelah itu, dilakukan pengepresan berubah karena pengaruh sumber nitrogen
untuk mengurangi kadar air nata de pina dan karbon. Bakteri Acetobacter xylinum
dengan tekanan 300 Psi, lalu diovenkan pada dapat hidup pada kondisi pH yang berkisar
suhu 125oC selama 10 menit (Rahadian, antara 3,5-5. Sedangkan pH optimum untuk
2000). Kemudian dimasukkan ke dalam pertumbuhan Acetobacter xylinum berkisar
desikator selama 15 menit sampai tercapai antara pH 5,4-6,3 (Hernawati, 1998).
berat yang konstan. Kadar air dapat dihitung
dengan rumus:
d. pH 20
Untuk sampel yang berbentuk larutan
homogen yang tidak terlarut pekat, maka
15
penentuan pH-nya dapat secara langsung
dengan menggunakan pH meter. 10 Kons. gula 0%
Kons. gula 5%
e. Uji Kuat Tarik dan Elongasi Kons. gula 7,5%
5 Kons. gula 10%
Nata de pina hasil fermentasi direbus dan Kons.
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi gulagula 12,5%
dicuci terlebih dahulu sebelum diolah lebih
0 dan pH terhadap rendemen Nata
lanjut sehingga bersih dari bakteri dan sisa- de Pina.
sisa medium fermentasi. Semakin tebal nata
3 5 7
pH
108 Sri Mulyati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 3
De ley, 1984).
3
Menurut Heryawan (2004) terjadinya
peningkatan ketebalan nata erat kaitannya
2 dengan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum.
Kons. gula 0% Dalam medium cairan Acetobacter xylinum
Kons. gula 5% dapat membentuk suatu lapisan yang
1 Kons. gula 7,5%
Kons. gula 10%
mencapai ketebalan beberapa senti meter.
Kons. gula 12,5% Dengan demikian, pada konsentrasi gula
10% dan pH 5 merupakan kondisi optimum,
0 dimana jumlah gula yang ditambahkan
3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 menjadi sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh
pH mikroorganisme untuk mengubah glukosa
menjadi selulosa sehingga lapisan selulosa
yang berupa selaput lendir hasil metabolisme
Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi gula akan semakin tebal.
dan pH terhadap ketebalan Nata de
Pina.
110 Sri Mulyati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 3
dalam media cair, maka kandungan selulosa Kons. gula (0%) Kons. gula (5%)
meningkat sampai batas penambahan Kons. gula (7,5%) Kons. gula (10%)
konsentrasi gula 10% dan akan mengalami Kons. gula (12,5%)
penurunan pada penambahan konsentrasi
gula diatas 10%, sedangkan tanpa
penambahan konsentrasi gula tidak Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi gula
menghasilkan kandungan selulosa. Dengan dan pH terhadap persen elongasi
begitu, semakin tinggi penambahan Nata de Pina.
konsentrasi gula, maka semakin tinggi pula
kekuatan tarik dari film tersebut. Pada
Gambar 5 memperlihatkan bahwa semakin
konsentrasi gula 10%, pH 5 dan 7 diperoleh
tinggi selulosa pada penambahan konsen-
nilai kuat tariknya sebesar 8,20 dan 8,04
trasi gula ke dalam media cair, maka se-
kgf/mm2, sedangkan pada konsentrasi
makin tinggi nilai elongasi dari film tersebut.
12,5%, pH 5 dan 7 diperoleh nilai kuat tarik
Pada konsentrasi gula 10%, pH 5 dan 7
sebesar 6,94 dan 6,73 kgf/mm2. Hal ini
diperoleh nilai elongasi sebesar 11,71 dan
dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri
10,57%, sedangkan pada konsentrasi 12,5%,
Acetobacter xylinum. Pada penambahan
pH 5 dan 7 diperoleh nilai elongasi 10,29 dan
Sri Mulyati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 3 111
Agus Sutanto
Biologi Education Department, University of Muhammadiyah Metro, Metro Lampung 34111, Indonesia
E-mail: sutanto11@gmail.com
Abstract
This research aims to study the quantity, quality, ecological and economic feasibility of nata de pina production (NP)
from pineapple liquid waste (PLW). The design of the study employs complete random design (CRD) with three
treatments: PLW without nutrients addition (A), PLW nutrients addition (B), and PLW stored for six months with
nutrients addition (C). The nata de pinas production factors measured were weight, thickness, fiber content, color,
brightness, and residual waste. The highest weight was reached in treatment B (899 grams), followed by treatment A
(616.4 grams), and C (477.8 grams). The thickness of NP of the height and low as in treatment B (1.58 cm) followed by
treatment A (1.24 cm) and C (0.88 cm), respectively. The highest fiber content was found in treatment C (9.3%)
followed by treatment B (7.6%) and A (6.9%), respectively. The fiber content, along with color quality and brightness
fit with food standards. The production of NP may reduce the volume of the PLW from 46.2% to 89.1% (p = 0.001).
Based on the standard value of biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), total suspended
solid (TSS) below to the required threshold except pH. The production of NP is economically feasible to 4.7 BC ratio.
The overal manufacture of nata de pina from PLW produces better and feasible product ecologically and economically
Abstrak
Limbah Cair Nanas sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata de Pina. Penelitian bertujuan mengkaji kuantitas.
Kualitas, kelayakan ekologis dan ekonomis pembuatan nata de pina limbah cair nanas (LCN). Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu (A) LCN tanpa penambahan nutrisi; (B) LCN dengan
penambahan nutrisi dan (C) LCN penyimpanan 6 bulan dengan penambahan nutrisi. Produk nata meliputi berat, tebal,
warna, kecerahan. Kandungan serat dan sisa limbah dianalisis dengan Anova. Analisis deskriptif untuk kelayakan
ekologis dan ekonomi. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang sangat nyata perlakuan fermentasi LCN. Ketebalan
nata berturut-turut dari dari tinggi kerendah perlakuan B 1,58 cm A 1,24 cm, dan C 0,88 cm. Berat nata B 889 gr, A
616,4 gr, dan C 477, 8 gr. Kadar serat C 9,3%, B 7,6% dan A 6,9% dengan kualitas warna, kecerahan, dan serat, sesuai
standar untuk makanan. Pembuatan nata de pina mengurangi volume LCN 46,2-89,1% (Sig. 0,001). Berdasarkan baku
mutu limbah, biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD) dan total suspended solid (TSS)
dibawah ambang batas yang dipersyaratkan kecuali pH. Secara ekonomi pembuatan nata de pina layak (BC ratio 4,7).
Secara keseluruhan pembuatan nata de pina dari LCN menghasilkan nata yang baik serta layak secara ekologis dan
ekonomis.
63
64 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 16, NO. 1, APRIL 2012: 63-67
carbohydrate; 4.41% protein and 13.65% reduction bacteria known as one of the cellulose source. Cellulose
sugar [4]. The extract of the waste contains organic is un-branch polymer of sugar connected through 1.4-
acids and minerals which may accelerate the growth of beta-glikosidic bonds. The cellulose fiber has high
Acetobacter xylinum [5]. The pineapple pH level is physical strength, formed by coiled fibrils like spiral
around 3-4 and contains bromelain, a protease, that if with opposite direction followed by one fuse [15].
discarded without treated first would cause soil damage,
reduce the soil fertility, and responsible for the In this study, the nata making was undertaken by using
reduction of soil pH and cause soil and water organism pineapple waste and additional sugar and urea. It is
protein damages [6]. important to know that the essential components of
natas growth media are carbon and nitrogen which will
Since pineapple wastes have not been widely managed, provide nutrients to the growth of A. xylinum. Both
and could cause environmental problems, a substances potentially set up nutrient resources for A.
breakthrough to reuse pineapple wastes is needed. One xylinum, even though they are not optimal yet. Ten
of them is utilizing pineapple wastewater as nata de pina percent sucrose and glucose would produce the thickest
product. This is to answer nata-making raw material nata compared to other sugar sources [16]. When it is
shortages that currently rely heavily on the use of compared between the use of glucose and sucrose, the
limited raw materials such as coconut water. Nata is a use of glucose produces thicker nata, so glucose is the
fermented product which is formed by A. xylinum [7]. best carbon source for the formation of nata. The
This bacteria belongs to acetic acid bacteria type (aceto; glucose can be obtained from any parts of pineapple
acetate, bacter; bacteria) [8]. When the bacteria are including the waste generated during pineapple
planted into liquid medium containing sugar, they will processing. If PLW can be used asmedium for A.
produce acetic acid and a white layer floating on the xylinum bacterias growth, it prove that undergoing
liquid medium. The white layer is called nata [9]. PLW bioremediation is be economically advantageous.
PINEAPPLE LIQUID WASTE The nata de pina yielded from PLW showed the highest
(15 L)
thickness and weight when it is added with sugar and
ZA. The nutrients enrichment in the media allow
FILTERED
bacteria abundant supply of the nutrient. In treatment C,
even though PLW has been stored for 6 months, the
A
WITHOUT ADDITION
B
ADDITIONAL
C
(PLW IN 6 MONTHS)
nutrient content is enough to grow the bacteria and to
(5L) SUGAR+ZA (5 L) ADDITIONAL SUGAR+ZA (5 L) produce more fiber. A treatment where there was no
nutrient additional produce nata that is fairly well
BOILING AND compared to the enriched PLW (B). The difference in
STIRRING
weight is 272.6 gram compared to B medium and 138.6
SEED PREPARATION gram compared to C medium. It shows that without
POURED IN TRAYS
(1 L) adding nutrients, PLW can be used as the medium to
INCUBATION
PERIOD
grow A. xylinum well [20]. PLW used here fulfill two
COOLING, ROOM
4-6 DAYS basic requirement to grow the bacteria: pH between 3-4
TEMPERATURE
with more than 10% of monosaccharide [1]. The fiber
content of the 3 treatments were higher than the
SEEDING
(INOCULATION) minimum standard for fiber content in food (5%) by
National Standard of Indonesia (NSI) [8]. Color and
FERMENTATION
0
brightness respectively are white (A), gloomy (B), and
TEMPERATURE 28-31 C, 14 DAYS
brown (C). PLW without sugar and ZA addition are
whiter and brighter. The more balance its pH the whiter
TO MEASURE TO MEASURE NATA PROCESSING AFTER the nata will be [21].
WASTE RESIDUE: SHEETS: FERMENTATION
a. VOLUME a.THICKNESS a.CUT-IMMERSSED
b.pH b.WEIGHT c. PROCESSING
c. BOD c.FIBER CONTENT d.STORAGE The quantity and quality of pineapple liquid waste
d. COD d.COLOR/BRIGHTNESS e.CONSUMED/MARKETED
e. TSS (PLW) residue of nata de pina making. Table 2 shows
the comparison of pH, Biological Oxygen Demand
Figure 1. General Scheme of Nata Making (Adapted [19]) (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total
Suspended Solid (TSS) of PLW before and after nata de
pina production compared to the quality standard of the
3. Results and Discussion liquid waste of fruit processing as regulated by the State
Ministry of Environment decree No. 05/2007 [15].
Quantity and Quality of Nata de Pina. The variables
analyzed statistically were weight, thickness, fiber The values of the waste parameters, BOD, COD and
content, and residual waste. There are significant weight TSS, as well as pH, declined after the nata de pina
differences (p=0.01) with the weight reached in each production. The decrease of the pH value is related to
treatment was as followed: treatment B 889 gram, A A . xylinum activity. If the bacteria are planted in
616.4 gram, and C 477.8 gram. The nata thickness were thesugary liquid medium, they will produce acetic acid
1.58 cm in treatment B, 1.24 cm in treatment A, and or acetate and further, produce floating white piece on
0.88 cm in treatment C. The fiber content meets demand the surface of the liquid media, known as nata [9]. The
of INS (Industrial National Standard) or SNI (Standar acid production decrease pH value. When compared
Nasional Industri) [1]: 9.1%, 7.5%, and 6.9% from with industrial waste standards quality, the components
treatment C, B, and A respectively. with prerequisite of the organic substances are lower that the threshold of
standard of color and brightness. The reduction of waste the standards, while pH has not fulfilled the criteria.
content ranged from 46.2-89.1% which significantly can 400
reduce the volume of industrial waste.
300
The enhancement of the weight results from the high
200
glucose availability as carbon source since the
formation of cellulose depends on A. Xylinums ability 100
to use sugar in the medium as the carbon source. One of
the important factors concerning fermentation is that 0
Weight Thickness Fiber Reduction of
carbon source is used in fermentation medium, whether (grx10) (mm) Content (%) PLW (%)
it is easily metabolized or not by the microbe [16]. The
researchers propose that the cellulose gel can not be Figure 2. Weight, Thickness, Fiber Content and
created when there is no glucose or oxygen available in Reduction Percentage in Nata de Pina from
the medium. So, when the carbon source used by the One Litre of Pineapple Liquid Waster (PLW)
through Three Treatments; A ( ), B ( ), and
A. xylinum has sufficient oxygen, the cellulose will be
C( )
produced faster.
66 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 16, NO. 1, APRIL 2012: 63-67
Table 2. Quantity and Quality of Pineapple Liquid Waster raw material problem for nata production.
(PLW) Residue of Nata de Pina Making Unfortunately, the ongoing supplies of pineapple
generally encounter the seasonal pineapple problems
PW before PW after Quality
Parameter and would cause seasonal supply of PLW as raw
treatment treatment Standard
material for nata production of the company that would
pH 3-4 2.9 6-9 lead to a problem to the continuity of the production.
BOD (ppm) 217 196 75 The regular input supplies is a must in the agribusiness
COD (ppm) 184 64 150 management include the nata de pinas production [25].
In the other hand, [26] It is stated that nata de pina has
TSS (ppm) 165 1.4 100 very good strength since it provide micro fibrils which
less than 10 nm length, straight like spider net. The
strength of the net makes nata de pina composite nearly
Therefore, the residual waste of nata needs to be treated as strong as light steel while its density is much lower
in accordance with its quality standards. As seen in than light steel. nata de pina composite can be used in
Figure 2 and Anova testing result, the nata de pina various applications such as in automobile industries,
production reduces the volume of the industrial waste electronic, and constructions. Nata de pina composite is
significantly (p < 0.001). The reduction ranges from light, strong, cheap, easy to produce, is renewable
46.2-89.1%. This number shows that it can reduce the resources and available in abundance in the area.
volume of industrial waste in significantly. The residual
waste can even be used to make more nata whether as The principle application of reuse in waste management
the starter or directly as the medium. It could produce is to reduce the volume of the waste [27]. It can be seen
560 gram nata, in average, for every 700 mL the from the volume decrease analysis of waste relate to
pineapple liquid waste. As a whole, nata de pina waste quality and especially to the qualification of
production using PLW can reduce PLW significantly. quality standard required [28]. In this case, che
The standard quality of BOD, COD, and TSS are below utilization of the PLW as raw material in nata de pina
the threshold. The process is called pineapple liquid production will provide additional values for the
waste bioremediation that is environmentally safe and company economically and even ecologically, so that
friendly [22]. It is believed that bioremediation the demand of green market can be fulfilled by PT.
physiologically is the most effective and best way to GGP Lampung as the third biggest pineapple producer
overcome the dangerous contamination of chemical in the world that exports to more than 55 countries
compounds [23]. [29].
Nata de soya
Kamis, 14 Februari 2013
nata de soya
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin sebagai natare yang berarti terapung-apung (Nata De Coco Indonesia, 2011). Nata dapat
dibuat dari bahan baku air kelapa dan limbah cair pengolahan tahu. Nata yang dibuat dari air kelapa
disebut dengan nata de coco, dan dari limbah cair tahu disebut dengan nata de soya . Bentuk,
warna, dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda (Rizka & Ninda, 2008 dalam Legiyon,
2011 ). Menurut Mulyati, 2010 dalam Pratiwiningrum , 2011, dari segi rasa nata de coco hampir
sama dengan nata de cassava, yang membedakan adalah kekenyalannya karena kandungan serat
nata de cassava yang lebih tinggi. Seperti halnya dengan nata de cassava, nata de soya juga
memiliki kandungan serat yang tinggi. Kandungan serat nata de coco dan nata de soya berturut
turut yaitu 8,51 % dan 10,60 % (Sutriah dan Sjahriza, 2000 dalam Legiyon, 2011).
Nata de soya adalah selulosa yang mengandung air sekitar 98% dengan tekstur kenyal,
kokoh, putih, dan transparan dengan rasa yang mirip kolang-kaling. Produk ini dapat dipakai
sebagai sumber makanan yang rendah kalori untuk keperluan diet dan mengandung serat yang
Menurut hasil analisis gizi, nata de soya tergolong produk pangan yang bergizi tinggi
terutama pada kandungan karbohidrat, protein dan serat kasar. Data tersebut membuktikan
bahwa bakteri Acetobacter xylinum mampu mengubah air limbah tahu yang tidak bernilai menjadi
suatu produk bernilai gizi tinggi (Enie & Supriatna, 1993 dalam Legiyon, 2011). Kandungan gizi
nata de soya dan air limbah tahu dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kandungan gizi nata de soya dan air limbah tahu dalam 100 gram
(Enie & Supriatna, 1993 dalam Legiyon, 2011 )
Pembentukan nata de soya terjadi karena proses pengambilan glukosa dari dalam limbah
cair tahu oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam
lemak membentuk prekusor pada membran sel dan bersama enzim mempolimerisasikan glukosa
Produk gel terbentuk melalui mekanisme biokonversi oleh mikrobia yaitu proses
perubahan substrat menjadi suatu substansi menyerupai benang-benang polisakarida (Stainer et al,
1963 dalam KNLH, 2007). Substrat yang biasa digunakan sebagai media pembentukan nata antara
lain air kelapa, sari nenas, limbah cair tahu dan lainnya atau bahan-bahan lain yang mengandung
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri pembentuk gel. Bila bakteri tersebut ditumbuhkan pada media
tersebut yang mengandung gula, maka bakteri akan mengkonversi sekitar 19 % gula tersebut
menjadi selulosa (gel). Gel yang dihasilkan merupakan polimer dari gula ikatan 1,4glukosa
glukosida (Atyh et al, 1995 dalam KNLH, 2007). Selulosa yang disekresikan ke medium berupa
http://nhenoikranegara.blogspot.com/
A. KLASIFIKASI BAKTERI
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Alphaproteobacteria
Order : Rhodospirillales
Family :Acetobacteraceae
Genus : Acetobacter
Subspecies : xylinum
C. MORFOLOGI BAKTERI
berbentukbasilusyaituberbentukbatang
membentukstreptobasilusyaiturantaipendekdengan68sel
memilikipanjangdanlebar2mikron
memilikipermukaandindingselyangberlendir
bakteribewarnatransparan atau tidakberpigmen
D. HABITAT BAKTERI
DapattumbuhpadapH3,57,5dantumbuhoptimalbilapHnya4,3
Tumbuhpadasuhu28310C
Tumbuhpadamediumsederhanayangterdiridarimineralpentingseperti
ammonia. karbohidrat atauasetat
Terdapatpadaudaradanair
E. PERANANNYA
- Membentuk asam dari Pengoksidasian gula yaitu disakaridase spesifik seperti sukrase
- Pengoksidasian etanol
Acetobacter xylinum merupakan salah satu contoh bakteri yang menguntungkan bagi manusia
seperti pada proses pembuatan nata decoco
Nata decoco merupakan selulosa bakteri yang terbentuk sebagai aktifitas bakteri acetobacter
xylinum terhadap air kelapa. Selulosa ini merupakan produk bakteri untuk membentuk slime
(menyerupai kapsul) yang pada akhirnya bakteri tersebut terperangkap di dalam masa fibrilar
selulosa tersebut.
Sintesis
Acetobacter xylinum merupakan suatu model sistem untuk mempelajari enzim dan gen yang
terlibat dalam biosintesis selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal
sebagai nata. Ketebalan jalinan selulosa sebagai hasil dari proses fermentasi meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah bekatul yang ditambahkan pada medium fermentasi.
Nutrient(C,H,O,N)
ketersediaan nutrien yang cukup pada medium tumbuh menyebabkan bakteri mampu melakukan
metabolisme dan reproduksi yang cukup tinggi, sehingga produk metabolismenya pun semakin
banyak.
Monomer-monomer selulosa hasil sekresi Acetobacter xylinum terus berikatan satu dengan yang
lainnya membentuk lapisan-lapisan yang terus menerus menebal seiring dengan berlangsungnya
metabolisme Acetobacter xylinum. Semakin banyak hasil sekresi Acetobacter xylinum, maka
semakin tebal pula selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi.
Berat selulosa yang dihasilkan semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah nutrien yang
ditambahkan pada medium tumbuh. Semakin banyak nutrien yang tersedia, maka semakin
banyak pula jalinan-jalinan selulosa yang dihasilkan sebagai produk metabolit sekunder. Jalinan-
jalinan selulosa tersebut terus berikatan membentuk ikatan yang kokoh dan kompak.,berat
sellulosa yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh tebal tipisnya selulosa, juga dipengaruhi oleh
kekompakan ikatan. Semakin kompak ikatannya akan semakin bertambah beratnya.
Kadar serat selulosa hasil fermentasi menunjukkan semakin besar konsentrasi bekatul pada
medium, semakin besar pula kadar serat yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan semakin besar
pula kemampuan Acetobacter xylinum menghasilkan metabolit sekunder, yang berupa jalinan
serabut selulosa yang termasuk serat kasar.
Banyaknya kandungan nutrien pada medium ini berpengaruh terhadap kadar serat yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena selama proses fermentasi, nutrien terus menerus dipakai
oleh Acetobacter xylinum untuk membentuk produk metabolisme. Nutrien yang dibutuhkan oleh
bakteri selama proses kehidupannya adalah makanan yang mengandung unsur C, H, O dan N
yang berguna untuk menyusun protoplasma. Nitrogen yang diperlukan berguna untuk
pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel dan pembentukan enzim. Kekurangan
nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuha dengan baik dan menghambat pembentukan enzim
yang diperlukan sehingga proses fermentasi dapat mengalami kegagalan atau tidak sempurna.
Nutrien yang berperan utama dalam proses fermentasi oleh Acetobacter xylinum adalah
karbohidrat sebagai sumber energi dan untuk perbanyakan sel.
Pada proses metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum
terhadap glukosa. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian berikatan
dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim
selulosa sintetase. kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk jalinan selulosa pada
permukaan medium..
Selama metabolisme karbohidrat oleh Acetobacter xylinum terjadi proses glikolisis yang dimulai
dengan perubahan glukosa menjadi glukosa 6-posfat yang kemudian diakhiri dengan
terbentuknya asam piruvat. Glukosa 6-P yang terbentuk pada proses glikolisis inilah yang
digunakan oleh Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Selain metabolit sekunder, Acetobacter xylinum juga menghasilkan metabolit primer berupa
asam asetat, air dan energi yang digunakan kembali dalam siklus metabolismenya. Asam asetat
dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai substrat agar tercipta kondisi yang optimum
untuk pertumbuhannya dan untuk membentuk CO2 dan H2O.
bakteri Acetobacter xylinum bersifat overoxidizer yaitu dapat mengubah asam asetat dalam
medium fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula dalam medium fermentasi telah habis
dimetabolisir.
http://mayukazumi.wordpress.com/2012/11/21/perananacetobacterxylinumdalampembuatan
natadecoco/
1. Glukosa
Glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum). Di alam glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara
karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun serta mempunyai
sifat:
2. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan
karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau
sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan
resorsinol (1,3 dhidroksi- benzena ) dalam asam clorida. Disebut juga sebagai gula buah, dperoleh
dari hdrolisis sukrosa; dan mempunyai sifat:
3. Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu.
Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. Pada proses oksidasi
oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam musat yang kurang
larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa.
Dapat diperoleh dari hidrolisis gula susu (laktosa), dan mempunyai sifat:
Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa. Laktosa adalah
disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa mengalami proses hidrolisis enzimatik
oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.
Beberapa sifat lakotsa:
2. Maltosa
3. Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa dibentuk oleh banyak
tanaman tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa
dalam jumlah yang ekuimolekular. Sukrosa bereaks negatif terhadap pereaksi fehling, benedict,
dan tollens.
1. Selulosa
4. Kitin
Bangungan utama dari hewan beraki banyak seperti kepiting
Merupakan polimer dari glukosamina
Hidrolisis akan menghasilkan 2-amino-2-deoksi-glukosa
http://www.jejaringkimia.web.id/2010/03/karbohidrat.html
Proses Fermentasi
Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim.
Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam
bahan pangan.
Fermentasi merupakan suatu reaksi oksidasi atau reaksi dalam sistem biologi yang menghasilkan
energi di mana donor dan aseptor adalah senyawa organik. Senyawa organik yang biasa digunakan
adalah zat gula. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi
senyawa lain. Dalam pengolahan vinegar, terjadi 2 kali fermentasi yaitu :
Pada fermentasi ini terjadi perombakanglukosa menjadi alkohol dan gas CO2dengan reaksi
sebagai berikut :C6H12O6->2 CH3CH2OH + CO2. Reaksi yang terjadi anaerob. Etanol adalah
hasil utama fermentasi tersebut di atas, di samping asam laktat, asetaldehid, gliserol dan asam
asetat . Etanol yang diperoleh maksimal hanya sekitar 15 %. Untuk memperoleh etanol 95 %
dilakukan proses distilasi. Etanol digunakan untuk minuman, zat pembunuh kuman, bahan bakar
dan pelarut.
2. Fermentasi perubahan alkohol menjadi asam asetat dan air denganbakteri Acetobacter
aceti.
CH3CH2OH + O2->CH3COOH + H2O. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerob pada fermentasi
pembentukan asam.
http://lordbroken.wordpress.com/2013/04/28/pembuatancukananas/
b.Metabolisme
Alkoholyangdikonsumsi90%akandimetabolismeolehtubuhterutamadalamhatiolehenzim
alkoholdehidrogenase(ADH)dankoenzimnikotinamidadenindinukleotida(NAD)menjadiasetaldehid
dankemudianolehenzimaldehidadehidrogenase(ALDH)diubahmenjadiasamasetat.Asamasetat
dioksidasimenjadiCO2danH2O.Piruvat,levulosa(fruktosa),gliseraldehida(metabolitdarilevulosa)dan
alaninaakanmempercepatmetabolismalkohol.1
Sebenarnyadidalamtubuhditemukanjugamekanismepemecahanalkoholyanglain,yaituhydrogen
peroksidakatalasedansistemoksidasietanolmikrosomal,namunkurangberperan.Kadaralkoholdarah
kemudianakanmenurundengan kecepatan yangsangatbervariasi(1220mg%perjam),biasanya
penurunan kadartersebutdianggapratarata15mg%(Knight,1987)atau14mg%(Freudenberg,1966)
setiapjam.Padaalkoholkronik,yangtelahdipercepatmetabolismenya,eliminasialkoholdapat
mencapai40mg%perjam.1
Hepatositmemilikitigajalurmetabolismealkohol,yangmasingmasingterletakpadabagianyang
berlainan.Jaluryangpertamaadalahjaluralkoholdehidrogenase(ADH)yangterletakpadasitosolatau
bagiancairdarisel.Dalamkeadaanfisiologik,ADHmemetabolisiralkoholyangberasaldarifermentasi
dalamsalurancernadanjuga untuk prosesdehidrogenasesteroiddanomegaoksidasiasamlemak.
ADHmemecahalkoholmenjadihidrogendanasetaldehida,yangselanjutnyaakandiuraikanmenjadi
asetat.AsetatakanterurailebihlanjutmenjadiH2OdanCO2.1
JalurkeduaialahmelaluiMicrosomalEthanolOxydizingSystem(MEOS)yangterletakdalamretikulum
endoplasma.DenganpertolongantigakomponenmikrosomyaitusitokromP450,reduktase,danlesitin,
alkoholdiuraikanmenjadiasetaldehida.1
Jalurketigamelaluienzimkatalaseyang terdapat dalamperoksisom(peroxysome).Hidrogenyang
dihasilkandarimetabolismealkoholdapatmengubahkeadaanredoks,yangpadapemakaianalkohol
yanglamadapatmengecil.Perubahaninidapat menimbulkan perubahanmetabolismelemakdan
karbohidrat, mungkin menyebabkanbertambahnyajaringankolagendandalamkeadaantertentu
dapatmenghambatsintesaprotein.
http://misaekyu.wordpress.com/2009/08/14/alkohol/
d. Perbandingan Perlakuan Pendidihan atau Tidak
Faktor pendidihan erat kaitannya dengan proses sterilisasi bahan yang akan diproses. Dapat
dinyatakan bahwa variabel I mengalami pendidihan sehingga kontaminan bakteri lain kemungkinan
besar telah mati sedangkan variabel V tidak.
Efek temperatur secara garis besar mempengaruhi kehidupan fungi atau bakteri dalam media. Fungi
dan jamur mati pada suhu 60oC denga kisaran waktu 15-20 menit. Sedangkan spora mati pada waktu
15-20 menit suhu 121oC.
Maka dari itu penting dilakukan pendidihan bahan untuk membunuh bakteri maupun sterilisasi bahan
dan alat untuk menghindari kontaminan.
Tabel 5. Cara Alat/Bahan/k Bahan yang
Sterilisasi ondisi disterilisasi
Bahan No
1. Pasteurisasi 30 menit, Makanan dan
suhu 62oC minuman
(cair)
2. Radiasi Lampu UV Minuman dan
makanan
3. Tindalisasi 30 menit suhu Media
100oC berkali fermentasi
kali
4. Kimia Formaldehid, Bahan yang
alcohol, tidak tahan
halogen. panas
HgCl, H2O2
5. Pemanasan Autoclave Larutan pekat
Basah (15-40 menit)
suhu 121oC
6. Pemanasan Oven / 60-90 Bahan padat
Tak menit suhu
Langsung 160oC
7. Filtrasi membran Cairan
Dari data diatas dapat di jelaskan bahwa ada berbagai macam cara sterilisasi bahan yang akan
digunakan agar terhindar dari kontaminan. Bahan tersebut bisa berbentuk padat dan cair, termasuk
tahan panas atau tidak.
Pada pecobaan kami, variabel I mengalami pendidihan sedangkan variabel V tidak. Hal ini
berpengaruh pada hasil akhir kadar glukosa akhir variabel I 3,26%, variabel V 3,51%.
Kontaminan pada media fermentasi yang tidak disterilisasi mengakibatkan bakteri ataupun jamur lain
mengganggu kinerja Acetobacter xylinum. Didapat kegagalan pada percobaan kami. Sehingga
kemungkinan ada kontaminan Aspergilus niger yang mengambil alih bakteri Acetobacter xylinum.
Aspergilus niger yang ada di media fermentasi variabel I tumbuh subur mengkonsumsi glukosa lebih
besar dibanding Aspergilus niger di variabel V.
(Reff: wikipedia.com/sterilisasi)
(Busyairi,Abdullah.DiktatKuliahmikrobiologiIndustri.2007)
http://lanaazim.wordpress.com/category/praktikum/
MEMPRODUKSI
NATA DE COCO
Penyusun :
Wahyudi
Editor :
Ir. Soesarsono Wijandi M.Sc
Dr. Ir. Illah Saillah
Hasil akhir yang diharapkan membuat bibit adalah tumbuhnya bakteri A Xylinum
dalam media yang tidak terkontaminasi dan telah diisolasi.
Kompetensi mengembangkan bibit yang dimaksud adalah memperbanyak bibit dari F1
(Filial 1) menjadi turunan sesuai kebutuan produksi. Pekerjaan ini relatif lebih mudah,
anda harus mampu mengkondisikan lingkungan sesuai syarat hidup bakteri, menjaga
bibit tidak terkontaminasi, mampu memilih bibit yang baik, dan mengembangkan
formula sesuai nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk hidup optimal.
Tanah, udara, kotoran, buah, sayuran dan sebagainya terdapat banyak mikroba
yang hidup bercampur satu sama lain. Bila campuran mikroba ini diambil dan dibiakan,
maka terjadilah biakan campuran (mix culture), tetapi bila dari biakan campuran itu
dipisahkan satu macam mikroba saja, yang kemudian dibiakan tersendiri maka terjadilah
biakan murni (pure culture). Berikut ini adalah cara pembuatan biakan murni A Xylinum
dalam media agar dan hasil penangkapan alam.
1). Membuat Biakan Murni A Xylinum dalam Media Agar ( LIPI- Subang )
a). Bahan
No Bahan Jumlah Keterangan
Air hasil dari penyulingan sebagai
1 Aquadest 350 ml
pelarut dari semua bahan
Sumber bahan makanan dari mikroba
2 Glukosa 7 gr
jenis karbohidrat
Sumber bahan makanan yang dapat
larut dalam air misalnya karbohidrat,
3 Extract yeast 3,5 gr
senyawa nitrogen organik, vitamin dan
garam garam.
Zat pemadat, dapat larut dalam
4 Bacto agar 5,25 gr larutan dan menjadi padat pada suhu
di bawah 45 C.
Kalium dihidropospat untuk media
5 KH2PO4 0,07 gr
jenis mikroba autotrof.
Amonium sulfat untuk media jenis
6 (NH4) 2 SO4 0,03 gr
mikroba autotrof.
Magnesium sulfat untuk media jenis
7 MgSO4 0,0045 gr
mikroba autotrof.
Asam cuka untuk menurunkan pH
8 A. Acetat 99% Secukupnya (sampai pH 3)
media.
18
LAMPIRAN FOTO