Evaluasi Program Kusta
Evaluasi Program Kusta
Lembar Pengesahan................................................................................................................. ii
Kata Pengantar........................................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................................2
Abstract..3
Bab I Pendahuluan...................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang......................................................................................................4
1.2.Permasalahan.........................................................................................................6
1.3.Tujuan....................................................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum........................................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................................................6
1.4.Manfaat..................................................................................................................7
1.5.Sasaran...................................................................................................................8
Bab II Materi dan Metode.......................................................................................................9
2.1.Materi....................................................................................................................9
2.2.Metode...................................................................................................................9
Bab III Kerangka Teori............................................................................................................10
3.1.Kerangka Teoritis..................................................................................................10
3.2.Tolak ukur dan keberhasilan..................................................................................11
Bab IV Penyajian Data............................................................................................................12
4.1.Sumber Data..........................................................................................................12
4.2.Data Umum...........................................................................................................12
4.2.1.Data Geografis........................................................................................12
4.2.2.Data Demografis.....................................................................................13
4.2.3 Tingkat kepercayaan / Agama.....13
4.2.4 Mata Pencaharian........13
4.3.Data Khusus..........................................................................................................13
4.3.1.Masukan.................................................................................................13
4.3.2.Proses.....................................................................................................22
4.3.3.Keluaran.................................................................................................26
Bab V Pembahasan..................................................................................................................32
Bab VI Perumusan Masalah....................................................................................................34
6.1. Masalah Menurut Keluaran.................................................................................34
6.2. Masalah Menurut Sistem lainnya........................................................................34
Bab VII Prioritas Masalah.......................................................................................................35
Bab VIII Penyelesaian Masalah..............................................................................................36
Bab IX Kesimpulan dan Saran................................................................................................37
Daftar Pustaka.........................................................................................................................39
Lampiran I.40-41
Lampiran II....42-44
Lampiran III...45-46
Lampiran IV...47-48
Daftar Identitas Pasien Kusta ....49-50
1
Abstract
Penyakit kusta menyebar di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia Tenggara,
Mediterania Timur dan Pasifik Barat. Menurut WHO tahun 2010, kusta merupakan masalah
dunia sebanyak 211.903 kasus. Jumlah kasus baru yang ditemukan di regional Asia pada tahun
2011, India melaporkan jumlah terbanyak dengan 127.295 kasus, disusul Indonesia (20.023
kasus). Di Indonesia, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang
memiliki angka kejadian kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2012 didapatkan sebanyak 2.316
kasus baru di Provinsi Jawa Barat. Evaluasi pengendalian penyakit kusta dilakukan dengan
pendekatan sistem manajemen kesehatan puskesmas. Penilaian difokuskan pada keluaran
program penanggulangan penyakit kusta dibandingkan dengan tolak ukur. Keluaran tersebut
meliputi penemuan penderita baru kusta, kesembuhan, prevalensi, proporsi cacat tingkat 2,
proporsi penderita anak, proporsi MB, penyuluhan serta pencatatan dan pelaporan. Dari hasil
evaluasi menunjukkan adanya masalah di keluaran yaitu pada angka penemuan penderita baru
kusta sebesar 8,71 per 100.000 penduduk, proporsi penderita MB sebesar 100%, proporsi RFT
MB 21,42%, cakupan penyuluhan kelompok sebesar 0%, lingkungan fisik dan non fisik juga
tidak mendukung. Untuk mencapai keberhasilan program pengendalian penyakit kusta
diperlukan usaha dalam meningkatkan program tersebut diantaranya adalah melakukan
penyuluhan kelompok, melakukan pengawasan terhadap tenaga medis di Puskesmas, untuk
mengatasi masalah Puskesmas disarankan agar melakukan penyuluhan kelompok,
memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat, mengevaluasi pencatatan dan pelaporan
program dalam rapat kerja. Dengan begitu, diharapkan akan menurunkan angka penemuan
penderita baru kusta, masyarakat mengerti mengenai penyakit kusta sehingga mendorong orang
yang sakit untuk berobat dan memutuskan rantai penularan penyakit kusta.
2
Bab I
Pendahuluan
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit kusta menyebar
di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik
Barat. Menurut WHO tahun 2010, kusta merupakan masalah dunia sebanyak 211.903 kasus.
Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai status eliminasi.
Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus
per 10.000 penduduk. Jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2011 adalah sekitar
219.075. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (160.132)
diikuti regional Amerika (36.832), diikuti regional Amerika (36.832), regional Afrika
(12.673), dan sisanya berada di regional lain di dunia.1-4
Jumlah kasus baru yang ditemukan di regional Asia pada tahun 2011, India melaporkan
jumlah terbanyak dengan 127.295 kasus, disusul Indonesia (20.023 kasus), Bangladesh
(3.970 kasus), dan Nepal (3.184 kasus). Selama tahun 2011, ada 18 negara yang melaporkan
1.000 atau lebih kasus baru. Delapan belas negara ini mempunyai kontribusi 94% dari
seluruh kasus baru di dunia. Secara global terjadi penurunan penemuan kasus baru, akan
tetapi beberapa negara seperti India, Indonesia, Myanmar, Srilanka menunjukkan
peningkatan deteksi kasus baru. Pada tahun 2010, Indonesia hanya melaporkan adanya
17.012 kasus baru, yang meningkat tahun 2011 dengan ditemukannya 20.032 kasus baru,
namun pada tahun 2012 jumlahnya kembali menurun (18.994 kasus baru). 2,3
Pada tahun 2012, New Case Detection Rate (NCDR) per 100.000 penduduk mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 8,3 per 100.000 penduduk menjadi 7,76 per
100.000 penduduk. Sedangkan angka cacat tingkat II menunjukkan peningkatan yaitu dari
0,84 pada tahun 2011 menjadi 0,87 per 100.000 penduduk pada tahun 2012. Penurunan
angka penemuan kasus baru dan peningkatan angka cacat tingkat II ini dapat diartikan
3
semakin terlambat kasus baru ditemukan maka kecacatan yang terjadi pada kasus baru akan
semakin tinggi. Pada tahun 2012, terdapat sebanyak 13 provinsi (39,4%), yang termasuk
dalam beban kusta tinggi, termasuk provinsi Jawa Barat. Sebanyak 20 provinsi lainnya
(60,6%) termasuk dalam beban kusta rendah. Hampir seluruh provinsi di bagian timur
Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta tinggi.2,3
Di Indonesia, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang
memiliki angka kejadian kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2012 didapatkan sebanyak
2.316 kasus baru di Provinsi Jawa Barat dengan angka NCDR per 100.000 penduduk 5,19.2
Pada tahun 2013, tercatat 385 kasus baru di Kabupaten Karawang. Jumlah kasus baru
dengan cacat tingkat 1 sebanyak 58 kasus, sedangkan kasus baru dengan cacat tingkat 2
sebanyak 20 kasus. Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Rengasdengklok
pada tahun 2012 mencapai 1,16 : 10.000 penduduk (target <1:10.000). Sampai saat ini
belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas
Rengasdengklok periode Januari 2014 sampai dengan September 2014.
1.2 Permasalahan
1. Penyakit kusta menyebar di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia Tenggara,
Mediterania Timur dan Pasifik Barat karena belum terputusnya rantai penularan kusta.
2. Jumlah kasus baru yang ditemukan di regional Asia pada tahun 2011 sebanyak 160.132
kasus. Selama tahun 2011, ada 18 negara yang melaporkan 1.000 atau lebih kasus baru.
3. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2011 Indonesia menempati
urutan ketiga terbesar jumlah penemuan penderita kusta baru lebih dari seribu kasus
dalam setahun sebesar 20.032 kasus.
4. Provinsi Jawa barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka
kejadian kusta yang cukup tinggi yaitu 2.316 kasus.
5. Menurut data tahun 2012 Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa
Barat yang memiliki jumlah kasus kusta yang cukup tinggi yaitu sebanyak 385 kasus.
6. Pada tahun 2013 masih belum tercapainya target program Pemberantasan penyakit kusta
di wilayah Puskesmas Rengasdengklok dimana jumlah penderita kusta sebesar 11,61 :
10.000 penduduk (target <1:10.000).
7. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta di
Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014 sampai dengan September 2014.
4
1.3 Tujuan
5
10. Diketahuinya DO (Drop Out) di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014
sampai September 2014.
1.4 Manfaat
Bagi evaluator :
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program
P2Kusta.
3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Bagi masyarakat :
6
1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta
diwilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai
penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.
3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Rrengasdengklok.
1.5 Sasaran
Seluruh Penduduk di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Rengasdengklok periode Januari 2014
sampai dengan September 2014 yang datang berobat.
Bab II
Materi Dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program Pengendalian
Penyakit Kusta di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014 sampai dengan September
2014, yang berisi kegiatan :
7
1. Penemuan penderita kusta
7. Pemeriksaaan kontak
8. Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri
9. Penyuluhan
10. Pencatatan dan pelaporan
2.2. Metoda
Bab III
Kerangka Teoritis
8
Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan
oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri
dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda (methode) yang
merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan penyakit kusta.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri
dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities) dan
pengawasan (controling) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program
pemberantasan penyakit kusta.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem dari kegiatan pemberantasan penyakit kusta.
4. Lingkungan (environment) adalah dampak luar yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh terhadap program pemberantasan penyakit kusta, terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan penyakit kusta.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam pemberantasan penyakit
kusta.
9
3.2 Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik.
Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai.
Keterangan : Data tabel tolok ukur secara lengkap terlampir dalam Lampiran IV.
Bab IV
Penyajian Data
10
Puskesmas Rengasdengklok meerupakan puskesmas induk yang berada di wilayah
Kecamatan Rengasdengklok, mulai Januari tahun 2009 dipecah menjadi dua yaitu Puskesmas
Rengasdengklok enam desa wilayah kerja dan Puskesmas Kalangsari tiga desa wilayah kerja.
Puskesmas Rengasdengklok memiliki wilayah kerja enam desa dengan luas wilayah
1.575 ha, terdiri dari tanah darat dengan luas 315 ha, dan tanah sawah dengan luas 1.260 ha.
Berikut nama-nama desa yaitu :
Desa Dewisari, jarak dari puskesmas 3 km, dapat dicapai semua jenis kendaraan.
Desa Kertasari, jarak dari puskesmas 2 km, dapat dicapai semua jenis kendaraan.
Desa Rengasdengklok Utara, jarak dari puskesmas 1 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
Desa Rengasdengklok Selatan, jarak dari puskesmas 150 m, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.
Desa Amansari, jarak dari puskesmas 4 km, dapat dicapai semua jenis kendaraan.
Desa Dukuhkarya, jarak dari puskesmas 4 km, dapat dicapai semua jenis kendaraan.
11
Keterangan: Tabel data kepercayaan / agama penduduk Rengasdengklok terlampir pada
lampiran I tabel 1.4
4.3.1 Masukan
A. Tenaga
1. Dokter umum : 3 orang
2. Petugas P2Kusta : 1 orang
3. Petugas laboratorium terlatih : 1 orang
4. Petugas Pencatatan dan Pelaporan : 1 orang
B. Dana
1. APBD Tingkat II : ada
C. SaranaMedis
1. Object Glass : ada
2. Bambu/lidi : ada
3. Silet : ada
4. Persediaan obat Kusta : cukup
5. Spuit : ada
6. Mikroskop : ada
7. Lampu spritus : ada
8. Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada
Non Medis
12
5. Ruang laboratorium : ada
6. Tempat tidur untuk memeriksa pasien : ada
7. Lemari penyimpanan obat : ada
8. Rak obat : ada
Alat Administrasi
1. Buku register kunjungan pasien : ada
2. Alat tulis : ada
3. Komputer : ada
Alat Penyuluhan
1. Papan tulis : ada
2. Spidol : ada
3. Brosur : ada
4. Poster : ada
Formulir Pencatatan
1. Kartu Penderita : ada
2. Register/Monitoring KOHORT Penderita: ada
3. Pencatatan Pencegahan Cacat : ada
4. Form Evaluasi Pengobatan Prednison : ada
Formulir Pelaporan
1. Gambaran Data Pokok Pencapaian
Program Pengendalian Penyakit Kusta : ada
2. Laporan Program P2Kusta : ada
D. Metode
1. Penemuan tersangka penderita Kusta : passive case finding yaitu penemuan
tersangka penderita Kusta yang datang ke Puskesmas.
Tanda-tanda tersangka Kusta (Suspek)
Tanda-tanda pada kulit
a. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh
b. Kulit mengkilap
c. Bercak yang tidak gatal
13
d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
berambut
e. Lepuh tidak nyeri
2. Diagnosis
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :
Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan
fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis
perifer). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
14
Sesorang dinyatakan sebagai penderita Kusta bilamana terdapat satu dari tanda-
tanda utama di atas. Pada dasarnya sebagian besar penderita dapat di diagnosis
dengan pemeriksaan klinis.
15
DDS : 1-2 mg/kgBB
Clofazimine : 1mg/kgBB
d. Obat-obatan penunjang
Sulfas ferosus
Vitamin A
Neurotropik
4. Pemantauan pengobatan
1) Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat
2) Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1 bulan
harus dilakukan pelacakan
3) RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan
laboratorium
4) Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif
a. Tipe PB selama 2 tahun
b. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium
5) Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam
waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium
6) Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister)
Dalam waktu 12-18 bulan dinyatak RFT, tanpa harus pemeriksaan
laboratorium
7) Defaulter
a. PB tidak ambil obat >3 bulan
b. MB tidak ambil obat >6 bulan
c. Tindakan bagi Defaulter
Dikeluarkan dari monitoring dan register
Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pemeriksaan
klinis ulang dengan teliti, bila:
o Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif
o Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak perlu
diobati lagi
8) Relaps/Kambuh
Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT timbul lesi baru
pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasi ke dokter
yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis relaps.
9) Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal,
pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.
16
10) Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan
kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan
pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk
kembali ke pelayanan kesehatan.
5. Pemeriksaan Kontak
a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita
kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga
penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita
c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak
dengan penderita
d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau
tetangga yang sering kontak dengan penderita
e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan
kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat
MDT dosis pertama.
17
Upaya upaya pencegahan cacat dapat dilakukan baik di rumah,
puskesmas maupun unit pelayanan rujukan seperti rumah sakit umum
atau rumah sakit rujukan.
Cacat Tingkat 1 : cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang
tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata, telapak tangan,
dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris pada mata tidak diperiksa di
lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata.
Cacat tingkat 1 pada telapak kaki beresiko terjadinya ulkus plantaris, namun
dengan perawatan diri secara rutin hal ini dapat dicegah. Mati rasa pada
bercak bukan merupakan cacat tingkat 1 karena bukan disebabkan oleh
kerusakan saraf perifer utama tetapi rusaknya saraf lokal kecil pada kulit.
Oleh karena itu, mencacat tingkat cacat merupakan tindakan penting untuk
mencegah kerusakan lanjut.
untuk tangan dan kaki : luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas
yang disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi)
atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.
18
yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat di
rumah. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di
Puskesmas pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti
memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata sangat kering,
antibiotic dan bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.
7. Penyuluhan
1) Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di
Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai
Kusta. Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien
datang kembali untuk mengambil obat ke Puskesmas.
2) Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar, dll. Materi
yang diberikan adalah semua informasi tentang Kusta.
8. Pencatatan dan Pelaporan
Tujuan pencatatan dan pelaporan ialah untuk mendapatkan informasi hasil
pelaksanaan program P2 Kusta, mengidentifikasi masalah dan menetapkan
prioritas untuk bimngan dan intervensi, dan untuk mengetahui keberhasilan
program. Kegiatan pencatatan ini dilaksanakan menggunakan formulir
program pengendalian penyakit Kusta.
Pencatatan :
1) Kartu penderita : di isi saat ada penderita baru
2) Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat pasien datang
mengambil obat
3) Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : di isi saat ada penderita baru.
Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini. Diulangi
setiap 2 minggu jika penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita
dinyatakan RFT
4) Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat
5) Data Pokok Program Eliminasi : di isi setiap tahun, merupakan
rekapitulasi data tribulan hasil kegiatan Puskesmas
6) Formulir Register Stok Obat MDT
Register Stok MDT-1MB Dewasa
19
Register Stok MDT-2MB Anak
Register Stok MDT-3MB Dewasa
Register Stok MDT-4MB AnaK
7) Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4
Pelaporan
Pelaporan dilakukan dengan mengcopy register monitoring pengobatan
PB/MB di puskesmas selanjutnya mengirim format register kohort penderita
ke Kabupaten setiap 3 bulan.
4.3.2 Proses
Perencanaan
A. Penemuan Penderita Kusta
Penemuan penderita secara pasif yang memiliki gejala tersangka penderita kusta
oleh dokter umum dan perawat setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul
08.00-14.00 WIB di Puskesmas Rengasdengklok berdasarkan gejala tersangka
penderita kusta.
Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Rengasdengklok yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petugas laboratorium
berdasarkan gejala yang ada pada penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium kerokan kulit mikroskopis langsung dengan pewarnaan Ziehl
Nielseen yang dilakukan di Puskesmas Rengasdengklok. Ditentukan tipe kusta :
Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang
20
disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary (MB) : bercak
kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih
dari satu saraf.
F. Penyuluhan
a. Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Selasa di
Puskesmas Rengasdengklok jam 08.00-14.00 dengan cara tanya jawab
yang berisi semua informasi tentang kusta.
b. Kelompok : tidak ada perencanaan.
G. Pencatatan dan Pelaporan
21
a. Pencatatan : setiap hari Selasa jam 08.00-14.00 di Puskesmas
Rengasdengklok dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas.
Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
b. Pelaporan : dilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan
oleh petugas P2Kusta.
Pengorganisasian
Struktur organisasi program dalam menjalankan program P2Kusta di Puskesmas
Rengasdengklok yaitu:
Kepala Puskesmas
Petugas P2M Pelaksana P2
Didi Elya,Skm,MM.Kes Kusta
Iwan Syarif
NIP.1966091519860310 Hidayat Iwan Syarif
04
Petugas
Laboratorium
Bapak Nana
22
Pelaksanaan
A. Penemuan Penderita Kusta
Penemuan penderita secara pasif yang memiliki gejala tersangka penderita kusta
oleh dokter umum dan perawat setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul
08.00-14.00 WIB di Puskesmas Rengasdengklok berdasarkan gejala tersangka
penderita kusta.
Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Rengasdengklok yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petugas laboratorium
berdasarkan gejala yang ada pada penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium kerokan kulit mikroskopis langsung dengan pewarnaan Ziehl
Nielseen yang dilakukan di Puskesmas Rengasdengklok. Ditentukan tipe kusta :
Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang
disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary (MB) : bercak
kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih
dari satu saraf.
23
E. Pemantauan pencegahan kecacatan dan perawatan diri
Pemeriksaan pencegahan cacat dan perawatan diri dilakukan oleh petugas
P2Kusta di Puskesmas Rengasdengklok setiap hari Selasa dan Kamis pukul
08.00-14.00 WIB meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan
penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan
pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan
diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.
F. Penyuluhan
a. Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Selasa di
Puskesmas Rengasdengklok jam 08.00-14.00 dengan cara tanya jawab
yang berisi semua informasi tentang kusta.
b. Kelompok : tidak ada perencanaan.
4.3.3 Keluaran
1. Angka penemuan penderita baru Kusta (CDR = Case Detection Rate)
Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per 100.000 penduduk
Rumus:
Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun X 100.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
= 7 X 100.000
80.335
= 8,71 : 100.000 (target <5:100.000)
24
2. Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment)
a. RFT Rate MB
Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase
Rumus:
Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan X 100%
Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT
pada periode tahun yang sama
= 2 X 75%
7
= 21,42% (target >67,5%)belum mencapai target
b. RFT Rate PB
Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase
Rumus:
Jumlah penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan X 100%
Jumlah seluruh penderita baru PB yang mulai MDT
Pada periode tahun yang sama
= 0 X 75%
0
= 0% (target >67,5%)belum dapat dinilai
3. Prevalensi dan angka prevalensi (PR = Prevalence Rate)
Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu
Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat
tertentu per 10.000 penduduk
Rumus:
Jumlah penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu X 10.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
= 7 X 10.000
80.335
= 0,871:10.000 (target <1:10.000)Sudah mencapai target
4. Proporsi cacat tingkat 2
Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat 2 diantara penderita yang
baru ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita dengan cacat tingkat 2 yang baru ditemukan
Pada periode satu tahun X 100%
25
Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam
Periode satu tahun yang sama
= 0 X 75%
7
= 0 % (target <3,75%)
5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun)
Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru ditemukan pada periode
satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru
Ditemukan pada periode satu tahun X 100%
Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam
Periode satu tahun yang sama
= 0 X 75%
7
= 0 % (target <3.75%)
6. Proporsi MB
Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru ditemukan pada periode
satu tahun
Rumus:
Rumus:
Jumlah Kasus PB/MB yang tidak meyelesaikan pengobatan tepat waktu X 100%
Jumlah kasus baru PB / MB yang mendapatkan pengobatan
pada periode yang sama
= 0 X 75%
7
= 0%
26
8. Penyuluhan
Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%).
Penyuluhan kelompok = 0 % (target 100%).
9. Pencatatan dan pelaporan
100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.
100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.
4.3.6 Dampak
A. Langsung
a. Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Kusta : belum dapat dinilai
27
b. Terputusnya rantai penularan penyakit Kusta : belum dapat dinilai
B. Tidak langsung
a. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum dapat
dinilai
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal : belum dapat
dinilai
Bab V
Pembahasan
Keluaran
1. Angka penemuan penderita <5:100.000 8,71 : 100.000 +
baru Kusta (CDR)
2. Angka kesembuhan
(RFT=Release from
Treatment)
a. Angka kesembuhan >67,5% 21,42 % +
(RFT) MB
b. Angka kesembuhan >48,75% 0% -
(RFT) PB
3. Prevalence Rate <1:10.000 0,871:10.000 -
4. Proporsi cacat tingkat 2 <3,75% 0% -
28
5. Proporsi penderita anak (0- <3,75% 0% -
14 tahun)
6. Proporsi penderita MB <65% 100% +
7. Penyuluhan
a. Perorangan Dilakukan Dilakukan -
Masukan
TENAGA 1 orang 1 orang -
Dokter 3 orang 3 orang -
Proses +
PERENCANAAN Kelompok : 1x/ 3 bulan di Kelompok : tidak ada
Puskesmas
Penyuluhan
PELAKSANAAN
Kelompok : 1x/ 3 bulan di
Penyuluhan Kelompok : tidak ada +
Puskesmas
Lingkungan
a. Perumahan :
Fisik Daerah pemukiman
a. Perumahan : +
tidak padat dan kumuh
Daerah pemukiman
Ventilasi rumah dan
padat dan kumuh
pencahayaan baik
Ventilasi rumah dan
Sanitasi baik
pencahayaan tidak baik
b. Fasilitas kesehatan
Sanitasi tidak baik
lainnya
b. Fasilitas kesehatan
Ada dan dapat dijalin -
lainnya
kerjasama
ada dan dapat dijalin
kerjasama
29
Non Fisik
Pendidikan +
Mendukung Menghambat program
karena mayoritas penduduk
berpendidikan rendah.
Bab VI
Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Rengasdengklok ternyata terdapat
beberapa masalah :
1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 8,71 : 100.000 dari target <5:100.000
2. Angka kesembuhan (RFT = Release From Treatment) yang tercatat 21,42:10.000
3. Penyuluhan kelompok yang tercatat 0% dari target 100%
4. Proporsi tipe kusta MB yang tercatat 100%
30
1. Proses
a. Perencanaan
Tidak adanya perencanaan penyuluhan kelompok di Puskesmas Rengasdengklok
b. Pelaksanaan
Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok di Puskesmas Rengasdengklok.
2. Lingkungan
a. Fisik :
Sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga terlalu padat serta jarak antar
rumah terlalu dekat, tidak memiliki ventilasi, pencahayaan, dan sanitasi yang
baik.
b. Non fisik :
No Parameter A B C D
31
1. Besarnya masalah 5 5 5 5
Total 22 21 21 25
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
a. Penyebab :
32
Pengalokasian tenaga kesehatan di Puskesmas guna meningkatkan kinerja.
Membuat penjadwalan tertulis diadakannya penyuluhan kelompok 1 kali per 3 bulan.
Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pencegahan penyakit kusta 1
kali per 3 bulan.
Mengevaluasi pencatatan dan pelaporan program dalam rapat kerja bulanan agar
dapat dijadikan masukan untuk pelaksanaan program di bulan selanjutnya.
8.2. Masalah II : Angka penemuan penderita baru (CDR) kusta masih tinggi
a. Penyebab :
Bab IX
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas
Rengasdengklok Periode Januari 2014 sampai dengan September 2014 belum berhasil, hal ini
dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.
33
1. Angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari
2014 sampai dengan September 2014 adalah 8,71 : 100.000, belum mencapai <5:100.000
sesuai dengan tolok ukur.
2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas
Rengasdengklok periode Januari 2014 sampai dengan September 2014 belum mencapai
target.
3. Proporsi prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Rengasdengklok periode
Januari 2014 sampai dengan September 2014 adalah 0,871:10.000, sudah mencapai
<1:10.000 sesuai dengan tolok ukur.
4. Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014 sampai
dengan September 2014 adalah 0%, mencapai <5% sesuai dengan tolak ukur.
5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014
sampai dengan September 2014 adalah 0%, mencapai <5% sesuai dengan tolok ukur.
6. Proporsi MB di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014 sampai dengan
September 2014 adalah 100%, tidak sesuai dengan tolok ukur.
7. Cakupan penyuluhan (penyuluhan kelompok) di Puskesmas Rengasdengklok periode
Januari 2014 sampai dengan September 2014 adalah tidak dilakukan, belum sesuai
dengan tolok ukur.
8. Cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Rengasdengklok periode Januari 2014
sampai dengan September 2014 dilakukan 100%, sesuai dengan tolak ukur.
Dengan prioritas masalah :
Untuk Puskesmas :
34
Untuk masyarakat :
Daftar Pustaka
2009
6. Penyakit Kusta di Indonesia. Diunduh dari www.med.unhas.ac.id. 2006
35
7. Depkes RI. Modul Pelatihan Program Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Ditjen PP &
Lampiran 1
Tabel 1.1 Tabel Proyeksi Penduduk Puskesmas Rengasdengklok berdasarkan jenis kelamin Tahun 2014
36
Amansari 5.400 5.077 10.477
Dukuh karya 2.572 2.418 4990
Tabel 1.2 .Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rengasdengklok Tahun 2013.
No. Tingkat Pendidikan Presentase(%)
2. SD 19,30
3. SMP 46,79
4. SMA 30,04
5. Sarjana 0,85
Total 100
37
No. Agama Presentase(%)
1. Islam 96,30
2. Budha 1,90
3. Protestan 1,68
4. Katolik 1,10
5. Hindu 0,01
Total 100
LAMPIRAN II
38
Sumber: www.karawanginfo.com
39
Gambar 2.2.Peta Wilayah Kecamatan Kabupaten Karawang
Sumber: www.karawanginfo.com
40
Gambar 2.3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
Sumber Data: Laporan Tahunan Program P2M Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok Tahun 2013
41
Lampiran III.
Tabel 3.1 Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO
Tanda Utama PB MB
Tabel 3.2 Tabel tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta
42
ada
Membrane mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada,, kadang-kadang tidak
tersumbat, perdarahan di hidung) ada
3. Ciri-ciri Central healing - Punched out lesion (lesi
(penyembuhan di tengah) bentuk seperti donat)
- Madarosis
- Ginekomasti
- Hidung pelana
- Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi
lambat
Sumber: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, 2012.
Lampiran IV
Keluaran
9. Angka penemuan penderita
43
baru Kusta (CDR) <5:100.000 8,71 : 100.000 +
10. Angka kesembuhan
(RFT=Release from
Treatment)
c. Angka kesembuhan (RFT)
MB >67,5% 21,42 % +
d. Angka kesembuhan (RFT)
PB >48,75% 0% -
11. Prevalence Rate
12. Proporsi cacat tingkat 2 <1:10.000 0,871:10.000 -
Masukan
TENAGA
3 orang 3 orang -
Petugas laboratorium terlatih
1 orang 1 orang -
Proses
PERENCANAAN +
PELAKSANAAN
Kelompok : 1x/ 3 bulan di
Penyuluhan Puskesmas Kelompok : tidak ada +
Lingkungan c. Perumahan :
Daerah pemukiman tidak
c. Perumahan :
44
Fisik padat dan kumuh Daerah pemukiman padat +
Ventilasi rumah dan dan kumuh
pencahayaan baik Ventilasi rumah dan
Sanitasi baik pencahayaan tidak baik
d. Fasilitas kesehatan lainnya Sanitasi tidak baik
Ada dan dapat dijalin d. Fasilitas kesehatan lainnya
kerjasama ada dan dapat dijalin
kerjasama -
Non Fisik
Menghambat program karena
Pendidikan Mendukung mayoritas penduduk +
berpendidikan rendah.
45