Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

PREFORMULASI OBAT ASAM ASKORBAT

DI SUSUN OLEH :

1. DWI LASTRI SUTARSIH (15.9.3.010)


2. DEVI NAYA ADE KUNTARI (15.9.3.009)
3. ERNI KUSMAWATI (15.9.3.011)
4. ETI SULISMAWATI (15.9.3.012)
5. GITA NISA AULIA (15.9.3013)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

2016/2017

BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan . Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara
oral atau melalui mulut. (Anief, 1994).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet
adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya
lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok.
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan
mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu
(Soekemi, dkk, 1987).
Granulasi merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak tidak
langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang
dihasilkan lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak ,
sedangkan Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering , tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya ,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. (Soekemi, dkk., 1987).

1.2 TUJUAN
2. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (asam
askorbat) yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan tablet
dan mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan

2
tambahan berdasarkan kajian praformulasi bahan aktif yaitu asam
askorbat.
3. Mampu melakukan pembuatan sediaan tablet asam askorbat
dengan metode granulasi kering dan melakukan uji evaluasi
mencetak tablet.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

3
2.1. TABLET
2.1.1 Definisi sediaan tablet
Tablet adalah sediaat padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau
zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan tablet dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).

2.1.2 Persyaratan sediaan tablet


Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang
baik, antara lain :
1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat
pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu,
perlu dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan tablet, meskipun
persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam
Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial).
2. Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia.
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam tablet,
sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope
Indonesia.
4. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan
banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh
waktu hancur tablet.
5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali
diperlukan bahan pewarna , perasa, dan pemberi aroma.
6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap
akseptabel, aman dan manjur bila digunakan. (Hadisoewignyo L dan
Fudholi A, 2013)

4
2.1.3 Keuntungan sediaan tablet

Bentuk sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan, antara lain


adalah sebagai berikut :
Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dengan kecepatan produksi yang
sangat tinggi sehingga harganya dapat relatif lebih murah.
1. Tablet memiliki ketepatan dosis dalam tiap tablet atau dalam tiap unit
pemakaian.
2. Tablet lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karen aberada
dalam bentuk kering dengan kadar air yang rendah.
3. Tablet mudah dalm pengemasan (blister atau strip) dan transportasi.
4. Tablet dapat dibawa dengan mudah oleh pasien.
5. Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan pada tablet dapat
ditutupi melalui penyalutan tablet.
6. Tablet dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan tenaga medis.
7. Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproff (sulit dipalsukan).
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)

2.1.4. Kerugian sediaan tablet


Selain keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet, juga terdapat
beberapa kerugian bentuk sediaan tablet, antara lain:
1. Bahan aktif dengan dosis besar dan tidak kompresibel sulit dibuat
tablet karena tablet yang dihasilkan akan memiliki bobot atau bentuk
tablet yang besar sehingga tidak berterima.
2. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit
terbasahi, tidak larut, serta disolusi yang kurang baik.
3. Mula kerja obat (onset of action) sediaan tablet lebih lambat
dibandingkan dengan sediaan parenteral (injeksi), larutan oral dan
kapsul.
4. Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat kedalam tablet
sangat kecil.
5. Kesulitan menelan pada anak-anak, pasien dengan sakit parah dan
pasien usia lanjut.

5
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)

2.1.5 Komponen sediaan tablet


Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat
aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, disintegran, dan lubrikan. Selain itu,
tablet juga dapat mengandung bahn pewarna dan lak (bahan warna yang
diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan,
bahan aroma dan bahan pemanis.
1. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Contohnya, laktosa, pati, kalsium fosfat dwibasa, dan
selulosa mikrokristal.
2. Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massaa serbuk
sewaktu digranulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi.
Misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC,
pasta pati, dan lain-lain.
3. Bahan penghancur (disintegran) membantu tablet agar hancur setelah
ditelan. Contohnta pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara
kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-
silang.
4. Bahan lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan
tablet dan berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Misalnya campuran senyawa asam stearat dengan logam,
asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk. Umumnya
lubrikan bersifat hidrofobik.
5. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan
mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung
tanpa proses granulasi, misalnya silika pirogenik kolodial.
6. Bahan pewarna dan lak ditambahkan untuk mengikat nilai estetika
atau untuk memberi identitas produk. (Syamsuni, 2006).

2.1.6. METODE PEMBUATAN TABLET

6
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi
kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya
disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Berikut
merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :

1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi
massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan
tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal
pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai
dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah
atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan
proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran
ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

7
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara
ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi
untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut
slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang
didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang
putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik
pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk
yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:

8
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk
berat dan pengeringan yang memakan waktu
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi
silang

3. Metode Kempa Langsung


Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran
zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat
digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap
panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung
dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan
sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk
metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan
mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan
metode kempa langsung yaitu :
Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu
yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak
melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan
kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.

9
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu
biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan
sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa
kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa
spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi
aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu. Sulit dalam pemilihan eksipien karena
eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik;
kohesifitas dan adhesifitas yang baik

2.2. Vitamin C (Asam askorbat).

2.2.1 . Definisi asam askorbat


Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain
asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam
air dan memiliki sifat-sifat antioksidan.
Asam askorbat juga digunakan sebagai terapi anti kanker pada jenis-jenis tertentu
oleh karena sifatnya yang menekan sitokina IL-18 dan enzim hialuronidase pada
degradasi asam hialuronat guna mencegah metastasis, stimulasi kolagen untuk
mengisolasi sel tumor in vivo, mencegah efek onkogenik virus dan karsinogen. Asam
askorbat diketahui bersifat toksik terhadap beberapa jenis sel kanker, namun tidak
bersifat demikian terhadap sel normal tubuh. Studi klinis menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C dosis tinggi, baik melalui injeksi maupun asupan, dapat
meredakan simtoma patogen dan memperpanjang harapan hidup penderita kanker
stadium lanjut, seperti RCC, tumor kandung kemih

BAB III

10
PRAFORMULASI

I. Spesifikasi Produk
1. Nama produk : Vitacidu
2. Kandungan zat aktif : Asam askorbat
3. Bentuk sediaan : Tablet
4. Kekuatan sediaan : 500 mg / 650 mg
5. Bahan pengemas primer : Strip

II. Formulasi Acuan


Asam ascorbat.1
Daftar Bahan
(mg/table Ite Nama Bahan Jumlah/1000 tablet
ts) m (g)
104 1 Asam askorbat 104
2,4 2 Aerosil 2,4
60 3 Avicel ph 102 60
0,13 4 FD&C Yellow Dye 0,13
No.10 Lake
37 5 Lactose (spray- 37
dried)
3,2 6 Glyceryl 3,2
behenate
2,4 7 Stearic acid 2,4
1 8 Magnesium 1
stearat

III. Formulasi
Akan dibuat tablet Asam askorbat dengan zat aktif sebanyak 500 mg
dan bobot satu tablet dibuat 650mg.
Daftar Bahan
(mg/t Ite Nama % Lazim % Jumlah/10

11
ablets m Bahan Pakai 00 tablet
) (g)
500 1 Asam 500 mg 500 500
askorbat mg
2 Avicel ph QS QS
101
3 Amprotab 3-25% 10%
4 Larutan 0,5-5% 5%
PVP
5 Mg 0,25-5% 1%
Stearat
6 Talk 1-10% 2%

IV. Alasan dan Fungsi Bahan


1. Zat Aktif : Asam askorbat
Alasan penggunaan karena asam askorbat berfungsi untuk
antioksidan dan berperan sebagai zat aktif , serta Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, namun dalam keadaan larut, vitamin C
mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama
bila terkena panas. Sehingga Vitamin C di menggunakan metode
granulasi kering Karena termasuk bahan yang tidak tahan terhadap
panas .

2. Bahan Pengisi : Avicel ph 101


Alasan penggunaan karena avicel ph 101 banyak di gunakan
pada metode granulasi dan tablet yang menggunakan avicel
menunjukan kekerasan, friabilitas, sertasifat alir baik. Serta bobot
zat aktif dalam 1x dosis sedikit untuk dibentuk dan dibuat bulk
dan tidak mencukupi bobot total tablet. Bobot yang diinginkan
untuk 1 tablet adalah 500 mg sehingga ditambahkan sebagai
pengisi.
3. Bahan Pengikat : larutan PVP

12
Alasan penggunaan karena dalam formulasi granulasi kering
larutan PVP dapat meningkatkan gaya kohesifitas serbuk,
diperlukan untuk membentuk granul.
4. Bahan Penghancur : Amprotab
Alasan penggunaan karena meningkatkan sifat keterkempaan serbuk dan
aliran. Digunakan sebagai zat penghancur (Disintegrator) agar tablet lebih mudah
pecah secara cepat sehingga akan memperluas permukaan dari fragmen tablet
dan hal tersebut dapat mempermudah pelepasan obatnya serta mampu
meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi kelembaban,
mengembangkan dan meningkatkan daya pembasahan tablet
atau hindrofilisasi di karena pada sediaan tablet sukar untuk
segera hancur ketika kontak dengan cairan lambung. Sedangkan
sediaan tablet dapat mudah pecah menjadi granul ketika
berkontak dengan cairan pada saluran cerna, sehingga dapat
menyebabkan terjadi pelepasan zat aktif,oleh Karena itu
ditambah amilum manihot sebagai penghancur.
5. Bahan Pelincir
- Lubrikant : Mg Stearat
Alasan penggunaan karena Mg Stearat merupakan Boundary
type lubricant yang memiliki daya yang baik terhadap
permukaan metal oksida sehingga Mg stearate di gunakan
karena kemungkinan tablet sulit dikeluarkan dari ruang die
dan terjadi gesekan antara punch dan die yang dapat
menyebabkan bentuk tablet yang tidak rata. Sedangkan yang
diinginkan tablet mudah dikeluarkan dari ruang die dalam
bentuk tablet utuh. Maka ditambahkan mg stearat sebagai
lubrikan membantu memperbaiki fluidity dan compactibilitas
zat aktifnya.
- Antiadheren dan glidant : Talk
Alasan penggunaan karena talk mampu sebagai antiadheran
dan glidan yang baik karena kemungkinan massa cetak
lengket pada permukaan punch dan die di sebabkan
pengeringan yang kurang sempurna. Sedangkan yang

13
diinginkan massa cetak tidak lengket pada permukaan punch
dan die sehingga dihasilkan tablet yang sempurna, tidak
mudah terjadi sticking. Maka ditambahkan talk sebagai
antiadheren membantu memperbaiki fluidity dan
compactibilitas zat aktifnya.

V. Sifat senyawa obat dan bahan tambahan


1. Asam askorbat
Nama lain : Vitamin C
Rumus molekul : C6H8O6
Struktur molekul :

Indikasi : Antioxidant, therapeutic agent..


Pemerian : Berwarna putih atau kuning terang, non
hidroskopis, tidak berbau,serbuk kristal atau kristal
tajam tidak berwarna, rasa asam, bisa berubah
menjadi gelap bila terkena cahaya
PH : 2,1 2,6
Titik leleh : 190o C
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut
dalam 3,5 bagian air, 1 dalam 35 bagian etanol 95%,
1 dalam 50 bagian etanol
Inkompaktibilitas : alkalis, metal ions berat, especially copper dan iron,
oxidizing materials ,methenamine, phenylephrine
hydrochloride, pyrilamine maleate, salicylamide,

14
sodium nitrite, sodium salicylate, theobromine
salicylate, dan picotamide.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. amprotab.

(C6H10O5)n , dengan n = 300-1000

Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-

granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk

yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.

Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;

pengikat tablet.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.

Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada

37C.

3. Avicel PH 101
Rumus molekul : (C6H10O5)n
Struktur molekul :

15
Pemerian : Serbuk putih, tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna merupakan bagian selulosa yang
terdepolimerasik
Kelarutan : sukar larut di 5% b/v larutan sodium hidroksida,
praktis tidak larut dalam air, larutan asam, dan
banyak pelarut organik
Pemerian : Serbuk putih, tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna merupakan bagian selulosa yang
terdepolimerasik
Inkompaktibilitas : dengan agen pengoksidasi kuat.

4. PVP (Polyvinyl pyrrolidone)


Nama lain : Povidone
Rumus molekul : (C6H9NO)n
Struktur molekul :

Pemerian : Halus, berwarna putih atau putih krem, tidak


berbau atau hampir tidak berbau, serbuk higroskopis.

16
Kelarutan : sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),
keton, metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan mineral oil.
Fungsi : Disintegrant, meningkatkan dissolution, agent
suspending, tablet binder
PH :37
Titik leleh : 150o C
Inkompaktibilitas : Kompaktibel dalam larutan dengan garam
inorganik, resin alami dan sintetik dan zat kimia
lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5.Talk
Nama Lain : Talcum
Pemerian : Bentuk serbuk hablur, sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih
atau putih kelabu, tidak berbau, tidak berasa
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Kadar : 1 5 % sebagai antiadheren dan glidant
pH : 6,5 - 10
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penggunaan : Antiadheren dan Glidant
Inkompaktibilitas : Senyawa ammonium kuartener
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. Mg Stearat
Nama Lain : Magnesii Stearas
Pemerian : Bentuk serbuk halus, licin dan mudah melekat pada
kulit, warna putih, bau lemah khas
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,27

17
Kadar : 0,25 5% sebagai lubrikant
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak
larut dalam etanol ( 95 % ) P., praktis tidak larut
dalam eter P
Penggunaan : lubrikan
Inkompaktibilitas : Asam kuat, alkalis dan garam besi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

VI. Perhitungan
Dibuat tablet Asam ascorbat 500 mg dalam 750 mg
Massa slug : Fase dalam 92%
Fase dalam
Total masa slug = 690 mg
Asam ascorbat = 500 mg
Amprotab (10% x 690 mg) = 69 mg
PVP( 5% x 690 mg) = 34,5 mg
Avicel ph 101 (690-(500+69+34,5) = 86,5mg

Fase Luar 8%
Mg Stearat = 7,5 mg
Talk = 15 mg
Amprotab = 37,5 mg
Jumlah total massa cetak : ( 690+ 7,5 + 15 + 37,5) mg = 750 mg

VII. Penimbangan
Dibuat 100 tablet
- Asam askorbat = 500 mg x 100 = 50000 mg = 50 g
- Amprotab = 106,5 mg x 100 = 10650 mg = 10,65 g
- PVP = 34,5 mg x 100 = 3450 mg = 3,45 g
- Mg stearat = 7,5 mg x 100 = 750 mg = 0,75 g
- Talkum = 15 mg x 100 = 150 mg = 0,15 g
- Avicel ph 101 = 86,5 mg x 100 = 8650 mg = 8,65 g

18
Dalam skala laboratorium 1000 tablet
- Asam askorbat = 500 mg x 1000 = 500 g
- Amprotab = 106,5 mg x 1000 = 106,5 g
- PVP = 34,5 mg x 1000 = 34,5 g
- Mg stearat = 7,5 mg x 1000 = 7,5 g
- Talkum = 15 mg x 1000 = 15 g
- Avicel ph 101 = 86,5 mg x 1000 = 86,5g

VIII. Cara Kerja


Pembuatan

Dihaluskan bahan yang menggumpal,


ditimbang

Campur semua bahan yang ada di fase dalam


sampai homogen
Lakukan pre compression /
slugging
Slug di ayak sehingga dihasilkan granul-
granul kasar
Evaluasi terhadap granul yang
dihasilkan
Timbang granu

Sisa fase luar dicampur granul, masa cetak


dikempa
Evaluasi tablet

19
IX. Evaluasi mencetak tablet
1. Waktu alir dan sudut istirahat
100 g dimasukan dalam corong pada alat

Siapkan wadah dibawah corong

Buka tutup corong, catat waktu meluncur granul melewati corong

Kecepatan alir dibagi bobot granul (100 g) dan waktu (g/detik)

h
Sudut istirahat (tg = r )

2. Index pemampatan
Granul dimasukan dalam gelas ukur dan volumnya dicatat (Vo)
Dilakukan pengetuka alat, catat vol ketukan (V1)
%T = (Vo- V1)/ Vo x 100 %
3. Rasio Hausner
Tapped density
Rasio Hausner = Bulk density

4. Carrs Index (Cl)


BJ mampatBJ bulk
Cl = BJ mamapat x 100%

5. Penentuan kadar air granul


Ditimbang granul 5 g, letakan pada piring dibawah lampu sinari

terus sampai berat konstan


Hitung kadar air granul
Berat mula-mula (a), setelah sinar (b)
Kadar air = (a-b)/a x 100%
6. Organoleptis
Tablet diamati secara visual (rupa, rasa, bau)
7. Keseragaman ukuran
Diambil 20 tablet acak, ukur diameter dan tebal tablet dengan
jangka sorong
8. Keseragaman bobot
Diambil 20 tablet acak, timbang, hitung bobot rata-rata dan
penyimpangan bobot rata-ratanya.

20
9. Kekerasan
Alat hardness tester, diambil 20 tablet acak, kekerasan diukur
luas permukaan tablet dengan beban (kg)

10. Friabilitas
Alat fibrator. Diambil 20 atau 40 tablet acak, dbersihkan satu-
satu, ditimbang, diamasukan semua tablet dalam alat, putar
sebanyak 100 putaran, bersihkan lagi, timbang.

11. Keseragaman kandungan


Diambil 20 tablet acak, dihitung kadar 10 tablet satu persatu
dengan metode sesuai

12. Waktu hancur


Masukan tablet dalam alat, waktu hancur dicatat saat tablet
pertama kali hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di
kasa

13. Uji disolusi


Alat metode paddle. Masukan satu tablet pada masing-masing
tabung disolusi, jalankan alat, pengambilan sampel 5 ml pada
selang waktu tertentu.

Daftar Pustaka

21
(1) Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.
130.
(2) Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994 Teori dan Praktek Farmasi Industri,.
Edisi III
(3) Soekemi, R.A., dkk., 1987, Tablet, P.T. Mayang Kencana, Medan, Hal. 2-4, 39-.
50.
(4) Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope.
Indonesia, Edisi III. Jakarta
(5) Hadisoewignyo, L. dan A. Fudholi. 2013. Sediaan Solida. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
(6) Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku.
Kedokteran EGC, Jakarta.
(7)Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Owen, S.C, 2009, Handbook of
Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed Solid
Products, Six Edition, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association, USA
(8)Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Owen, S.C, 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association, USA
(9)Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen
Kesehatan Replubik Indonesia, Jakarta
(10) British Pharmacopoeia Commission Office, 2009, British
Pharmacopoeia Volume I & I, The Department of Health, Social,
Services and Public Safety, London
(11) Lachman, Leon, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Ketiga, UI press, Jakarta
(12) Anonim, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, Badan POM, Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai