Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH :
2016/2017
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan . Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara
oral atau melalui mulut. (Anief, 1994).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet
adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya
lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok.
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan
mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu
(Soekemi, dkk, 1987).
Granulasi merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak tidak
langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang
dihasilkan lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak ,
sedangkan Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering , tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya ,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. (Soekemi, dkk., 1987).
1.2 TUJUAN
2. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (asam
askorbat) yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan tablet
dan mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan
2
tambahan berdasarkan kajian praformulasi bahan aktif yaitu asam
askorbat.
3. Mampu melakukan pembuatan sediaan tablet asam askorbat
dengan metode granulasi kering dan melakukan uji evaluasi
mencetak tablet.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
3
2.1. TABLET
2.1.1 Definisi sediaan tablet
Tablet adalah sediaat padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau
zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan tablet dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
4
2.1.3 Keuntungan sediaan tablet
5
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)
6
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi
kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya
disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Berikut
merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi
massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan
tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal
pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai
dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah
atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan
proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran
ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
7
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara
ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air
2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi
untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut
slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang
didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang
putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik
pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk
yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
8
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk
berat dan pengeringan yang memakan waktu
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi
silang
9
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu
biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan
sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa
kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa
spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi
aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu. Sulit dalam pemilihan eksipien karena
eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik;
kohesifitas dan adhesifitas yang baik
BAB III
10
PRAFORMULASI
I. Spesifikasi Produk
1. Nama produk : Vitacidu
2. Kandungan zat aktif : Asam askorbat
3. Bentuk sediaan : Tablet
4. Kekuatan sediaan : 500 mg / 650 mg
5. Bahan pengemas primer : Strip
III. Formulasi
Akan dibuat tablet Asam askorbat dengan zat aktif sebanyak 500 mg
dan bobot satu tablet dibuat 650mg.
Daftar Bahan
(mg/t Ite Nama % Lazim % Jumlah/10
11
ablets m Bahan Pakai 00 tablet
) (g)
500 1 Asam 500 mg 500 500
askorbat mg
2 Avicel ph QS QS
101
3 Amprotab 3-25% 10%
4 Larutan 0,5-5% 5%
PVP
5 Mg 0,25-5% 1%
Stearat
6 Talk 1-10% 2%
12
Alasan penggunaan karena dalam formulasi granulasi kering
larutan PVP dapat meningkatkan gaya kohesifitas serbuk,
diperlukan untuk membentuk granul.
4. Bahan Penghancur : Amprotab
Alasan penggunaan karena meningkatkan sifat keterkempaan serbuk dan
aliran. Digunakan sebagai zat penghancur (Disintegrator) agar tablet lebih mudah
pecah secara cepat sehingga akan memperluas permukaan dari fragmen tablet
dan hal tersebut dapat mempermudah pelepasan obatnya serta mampu
meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi kelembaban,
mengembangkan dan meningkatkan daya pembasahan tablet
atau hindrofilisasi di karena pada sediaan tablet sukar untuk
segera hancur ketika kontak dengan cairan lambung. Sedangkan
sediaan tablet dapat mudah pecah menjadi granul ketika
berkontak dengan cairan pada saluran cerna, sehingga dapat
menyebabkan terjadi pelepasan zat aktif,oleh Karena itu
ditambah amilum manihot sebagai penghancur.
5. Bahan Pelincir
- Lubrikant : Mg Stearat
Alasan penggunaan karena Mg Stearat merupakan Boundary
type lubricant yang memiliki daya yang baik terhadap
permukaan metal oksida sehingga Mg stearate di gunakan
karena kemungkinan tablet sulit dikeluarkan dari ruang die
dan terjadi gesekan antara punch dan die yang dapat
menyebabkan bentuk tablet yang tidak rata. Sedangkan yang
diinginkan tablet mudah dikeluarkan dari ruang die dalam
bentuk tablet utuh. Maka ditambahkan mg stearat sebagai
lubrikan membantu memperbaiki fluidity dan compactibilitas
zat aktifnya.
- Antiadheren dan glidant : Talk
Alasan penggunaan karena talk mampu sebagai antiadheran
dan glidan yang baik karena kemungkinan massa cetak
lengket pada permukaan punch dan die di sebabkan
pengeringan yang kurang sempurna. Sedangkan yang
13
diinginkan massa cetak tidak lengket pada permukaan punch
dan die sehingga dihasilkan tablet yang sempurna, tidak
mudah terjadi sticking. Maka ditambahkan talk sebagai
antiadheren membantu memperbaiki fluidity dan
compactibilitas zat aktifnya.
14
sodium nitrite, sodium salicylate, theobromine
salicylate, dan picotamide.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2. amprotab.
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-
granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk
Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;
pengikat tablet.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.
37C.
3. Avicel PH 101
Rumus molekul : (C6H10O5)n
Struktur molekul :
15
Pemerian : Serbuk putih, tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna merupakan bagian selulosa yang
terdepolimerasik
Kelarutan : sukar larut di 5% b/v larutan sodium hidroksida,
praktis tidak larut dalam air, larutan asam, dan
banyak pelarut organik
Pemerian : Serbuk putih, tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna merupakan bagian selulosa yang
terdepolimerasik
Inkompaktibilitas : dengan agen pengoksidasi kuat.
16
Kelarutan : sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),
keton, metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan mineral oil.
Fungsi : Disintegrant, meningkatkan dissolution, agent
suspending, tablet binder
PH :37
Titik leleh : 150o C
Inkompaktibilitas : Kompaktibel dalam larutan dengan garam
inorganik, resin alami dan sintetik dan zat kimia
lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5.Talk
Nama Lain : Talcum
Pemerian : Bentuk serbuk hablur, sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih
atau putih kelabu, tidak berbau, tidak berasa
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Kadar : 1 5 % sebagai antiadheren dan glidant
pH : 6,5 - 10
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penggunaan : Antiadheren dan Glidant
Inkompaktibilitas : Senyawa ammonium kuartener
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5. Mg Stearat
Nama Lain : Magnesii Stearas
Pemerian : Bentuk serbuk halus, licin dan mudah melekat pada
kulit, warna putih, bau lemah khas
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,27
17
Kadar : 0,25 5% sebagai lubrikant
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak
larut dalam etanol ( 95 % ) P., praktis tidak larut
dalam eter P
Penggunaan : lubrikan
Inkompaktibilitas : Asam kuat, alkalis dan garam besi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
VI. Perhitungan
Dibuat tablet Asam ascorbat 500 mg dalam 750 mg
Massa slug : Fase dalam 92%
Fase dalam
Total masa slug = 690 mg
Asam ascorbat = 500 mg
Amprotab (10% x 690 mg) = 69 mg
PVP( 5% x 690 mg) = 34,5 mg
Avicel ph 101 (690-(500+69+34,5) = 86,5mg
Fase Luar 8%
Mg Stearat = 7,5 mg
Talk = 15 mg
Amprotab = 37,5 mg
Jumlah total massa cetak : ( 690+ 7,5 + 15 + 37,5) mg = 750 mg
VII. Penimbangan
Dibuat 100 tablet
- Asam askorbat = 500 mg x 100 = 50000 mg = 50 g
- Amprotab = 106,5 mg x 100 = 10650 mg = 10,65 g
- PVP = 34,5 mg x 100 = 3450 mg = 3,45 g
- Mg stearat = 7,5 mg x 100 = 750 mg = 0,75 g
- Talkum = 15 mg x 100 = 150 mg = 0,15 g
- Avicel ph 101 = 86,5 mg x 100 = 8650 mg = 8,65 g
18
Dalam skala laboratorium 1000 tablet
- Asam askorbat = 500 mg x 1000 = 500 g
- Amprotab = 106,5 mg x 1000 = 106,5 g
- PVP = 34,5 mg x 1000 = 34,5 g
- Mg stearat = 7,5 mg x 1000 = 7,5 g
- Talkum = 15 mg x 1000 = 15 g
- Avicel ph 101 = 86,5 mg x 1000 = 86,5g
19
IX. Evaluasi mencetak tablet
1. Waktu alir dan sudut istirahat
100 g dimasukan dalam corong pada alat
h
Sudut istirahat (tg = r )
2. Index pemampatan
Granul dimasukan dalam gelas ukur dan volumnya dicatat (Vo)
Dilakukan pengetuka alat, catat vol ketukan (V1)
%T = (Vo- V1)/ Vo x 100 %
3. Rasio Hausner
Tapped density
Rasio Hausner = Bulk density
20
9. Kekerasan
Alat hardness tester, diambil 20 tablet acak, kekerasan diukur
luas permukaan tablet dengan beban (kg)
10. Friabilitas
Alat fibrator. Diambil 20 atau 40 tablet acak, dbersihkan satu-
satu, ditimbang, diamasukan semua tablet dalam alat, putar
sebanyak 100 putaran, bersihkan lagi, timbang.
Daftar Pustaka
21
(1) Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.
130.
(2) Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994 Teori dan Praktek Farmasi Industri,.
Edisi III
(3) Soekemi, R.A., dkk., 1987, Tablet, P.T. Mayang Kencana, Medan, Hal. 2-4, 39-.
50.
(4) Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope.
Indonesia, Edisi III. Jakarta
(5) Hadisoewignyo, L. dan A. Fudholi. 2013. Sediaan Solida. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
(6) Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku.
Kedokteran EGC, Jakarta.
(7)Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Owen, S.C, 2009, Handbook of
Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed Solid
Products, Six Edition, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association, USA
(8)Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Owen, S.C, 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association, USA
(9)Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen
Kesehatan Replubik Indonesia, Jakarta
(10) British Pharmacopoeia Commission Office, 2009, British
Pharmacopoeia Volume I & I, The Department of Health, Social,
Services and Public Safety, London
(11) Lachman, Leon, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Ketiga, UI press, Jakarta
(12) Anonim, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, Badan POM, Jakarta
22