2. Fixed oil
Fraksi utama dalam jahe dibedakan menjadi fraksi volatil dan fraksi non
volatil yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan :
Distilasi, Ekstrasi dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi
(Robinson,1995). Minyak atsiri biasanya terdapat pada kelenjar minyak
tanaman. Menurut Guenther, proses pelepasan minyak atsiri pada distilasi
bagian tanaman didasarkan pada proses hidrodifusi yaitu difusi minyak atsiri
dan air panas melalui membran tanaman. Distilasi pada tekanan rendah dan
suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga
menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Cara isolasi lain adalah dengan
ekstrasi menggunakan suatu pelarut organik. Beberapa minyak atsiri yang
berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air untuk diekstraksi
dengan pelarut organik secara efisien. Pelarut organik yang efisien misalnya n-
heksana merupakan jenis pelarut organik berfungsi untuk mengekstraksi lemak
atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi
jernih (Mahmudi, 1997). Setelah diperoleh minyak atsiri, kemudian
ditambahkan Natrium Sulfat anhidrat ke dalam gelas beker yang berisi minyak
atsiri. Penambahan ini bertujuan untuk mengikat air yang masih bercampur
dengan minyak atsiri sehingga diperoleh minyak atsiri yang murni.
Standar mutu minyak atsiri jahe menurut ketentuan EOA (Essential Oil
Association) adalah sebagai berikut.
Pelarut
Pada praktikum isolasi minyak jahe dari rimpang jahe menggunakan
metode ekstraksi dengan pelarut n-heksana. Heksana adalah sebuah
senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana
merupakan pelarut non polar yang bersifat stabil dan mudah menguap
sehingga memudahkan untuk refluks, selektif dalam menguapkan zat, dan
pelarut yang ringan dalam mengangkat minyak yang terkandung dalam biji-
bijian. Pelarut ini memiliki titik didih 69 0C sehingga bisa digunakan sebagai
pelarut dalam pemisahan minyak atsiri. Sedangkan minyak jahe memiliki
titik didih 140-1800C. Perbedaan titik didih inilah yang dimanfaatkan untuk
memisahkan minyak jahe dan pelarut n-heksana. Kadar air jahe basah
86,2%, dan randemen rata-rata minyak jahe yang bisa dihasilkan mampu
mencapai 1-3% berat kering, tergantung jenis jahe serta penanganan dan
efektivitas proses penyulingan.
2. Bahan
a. Serbuk jahe 11 gram
b. N-heksana 100 mL
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Ekstraksi Minyak Jahe
Jahe
Ekstrak Filtrat
Residu Filtrat
Kadar air
VII. HASIL PENGAMATAN
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
1. Ekstraksi Minyak Jahe Sebelum Reaksi : Titik didih n- Minyak jahe
Serbuk jahe Pelarut n-heksana - Sesudah Reaksi : Fungsi n-heksana didih minyak
- Serbuk jahe : digunakan sebagai atsiri.
Kuning kecoklatan pelarut non-polar Indeks bias n-
- Soxhlet dan labu ukur
dirangkai menjadi satu - N-heksana hasil karena relatif aman, heksana 1,477555
- Disambung pada kondensor ekstraksi : kuning secara umum tidak Indeks bias
bagian atas
- Dipanaskan sampai hasil - Volume n-heksana reaktif dan mudah minyak jahe
ekstraksi dalam labu : 90 mL diuapkan 1,477453. Hal ini
ekstraktor menjadi tidak
- Hasil ekstraksi : tidak sesuai
berwarna
Fungsi Na2SO4 dengan indeks
berubah warna dari
anhidrous untuk bias secara teoritis
Ekstrak Filtrat kuning menjadi
mengikat air yang Rendemen
tidak berwarna
- Ditambah Na2SO4 anhidrous dan disaring terdapat dalam
- Diekstraksi minyak jahe
minyak atsiri. diperoleh sebesar
Residu Filtrat selama 25 kali
- Massa minyak 2,6887%. Hal ini
- Ditimbang untuk menentukan massa
jahe : 0,270 gram sesuai dengan
- Dihitung rendemen minyak yang
dihasilkan serta indeks biasnya rendemen minyak
Minyak Jahe secara teoritis.
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
- Rendemen
minyak jahe :
2,6887%
- Indeks bias
minyak jahe :
1,477453
- Indeks bias n-
heksana :
1,477555
- Warna minyak
jahe : kuning
kecoklatan
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
2. Penentuan Kadar Air pada Serbuk Jahe Sebelum Reaksi : Serbuk jahe Didapatkan kadar
Pada praktikum kali ini adalah Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe,
pertama-pertama yang dilakukan adalah menimbang jahe yang sudah dijemur dan
dikeringkan dan sudah dalam bentuk serbuk halus sebanyak 10,042 gram. Penghalusan
jahe bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga proses pengekstrakkan
dapat berjalan dengan cepat.
Selain itu proses penjemuran di bawah sinar matahari secara kontinyu membuat
serbuk jahe memiliki kadar air yang rendah dengan begitu proses ekstraksi diharapkan
lebih cepat melalui proses pelarutan komponen (ekstrak) dari tanaman jahe tersebut.
Namun harus berhati-hati dalam menjemur jahe, dikarenakan jahe terdiri dari 2 jenis
komponen senyawa terpenting yaitu komponen senyawa volatile (mudah menguap) dan
nonvolatile (tidak mudah menguap). Harus perhatikan bahwa jahe memiliki senyawa
yang bersifat volatile sehingga ketika dalam penjemuran tidak terlalu intens dijemur
langsung di bawah sinar matahari, prosedur terbaik adalah dengan meletakkan di bawah
pohon saja. Dengan bagitu hasil yang didapatkan pun diharapkan maksimal. Jahe yang
sudah dikeringkan dan dihaluskan menghasilkan warna cokelat.
Fungsi dari penambahan batu didih, yaitu untuk meratakan panas sehingga panas
menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan. Hal ini yang akan menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung kecil pada batu didih. Apabila saat proses pemanasan tanpa
diberi batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian
tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan/ledakan. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap yang panas. Aliran air
yang masuk dalam kondensor dialirkan dari bawah agar alirannya lebih lama sehingga
pendinginannya lebih optimal.
Teknik yang digunakan untuk proses isolasi dan pemurnian minyak atsiri dari
tanaman jahe ini ialah teknik ekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan antara pelarut
yang digunakan (n-heksana) dari minyak atsiri, n-heksana yang terbentuk dari hasil
ekstraksi berwarna kuning sedangkan untuk hasil ekstraksi dari kuning menjadi tidak
berwarna yang membutuhkan ekstraksi sebanyak 25 kali.
= 100%
Dari hasil perhitungan diperoleh rendemen minyak jahe adalah 2,6887%. Hal ini
sesuai dengan teori, dalam literatur yang kami dapatkan rendemen minyak atsiri
rimpang jahe yaitu 1%-3%. (Farry&Murhananto, 1994).
Percobaan selanjutnya adalah menentukan kadar air pada serbuk jahe. Pertama
yang dilakukan adalah menimbang serbuk jahe kering sebanyak 1 gram. Kemudian
serbuk jahe 1,029 gram (berat awal) dimasukkan kedalam oven dengan suhu 110C
selama 10 menit, kemudian ditimbang beberapa kali sampai diperoleh berat konstan.
Dari hasil pengovenan pertama pertama diperoleh berat 0,971 gram. Pada pengulangan
pengovenan kedua diperoleh berat 0,955 gram. Pada pengulangan pengovenan ketiga
diperoleh berat 0,950 gram. Pada pengulangan pengovenan keempat diperoleh berat
0,950 gram. Dan hasil yang diperoleh berat konstan serbuk jahe adalah 0,950 gram dari
berat awal sebesar 1,029 gram. Untuk menentukan kadar air pada serbuk jahe kering
dapat digunakan rumus :
= 100%
Sehingga melalui hasil perhitungan diperoleh kadar air pada serbuk jahe sebesar
7,6773%, ini sesuai dengan teori dari literatur yang menunjukkan bahwa kadar air pada
serbuk jahe 7-12% (Eze&Agbo. 2011)
IX. DISKUSI
Dari percobaan yang kami lakukan, indeks bias minyak jahe yang diperoleh sebesar
1,477453 ini tidak sesuai dengan teori karena menurut teori indeks bias minyak jahe
berkisar 1,486-1,492. Hal disebabkan karena minyak jahe tidak terekstrak dengan
sempurna, sehingga masih terdapat pengotor yang menurunkan indeks bias dari minyak
jahe yang dihasilkan.
X. KESIMPULAN
1. Percobaan Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe dapat dilakukan menggunakan
metode ekstraksi pelarut dengan cara soxhletasi, dimana metode soxhletasi memiliki
prinsip perbedaan titik didih.
2. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah n-heksana. Pelarut n-heksana
memiliki titik didih lebih rendah daripada minyak jahe, sehingga pada suhu tertentu
pelarut n-heksana akan menguap terlebih dahulu dan pada akhirnya yang tertinggal
hanyalah ekstrak minyak jahe.
3. Massa minyak jahe yang diperoleh sebesar 0,27 gram sehingga diperoleh rendemen
minyak jahe sebesar 2,6887 %.
4. Indeks bias minyak jahe sebesar 1,477453 dan indeks bias n-heksana sebesar
1,477555.
5. Massa serbuk jahe konstan yang diperoleh sebesar0,27 gram sehingga diperoleh
kadar air sebesar 7,6773 %.
XI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Buatlah pertanyaan penelitian dari praktikum tersebut !
1) Alat-alat apa saja yang digunakan dalam percobaan isolasi minyak jahe dari
rimpang jahe ?
2) Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam percobaan isolasi minyak jahe
dari rimpang jahe ?
3) Bagaimana cara mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe ?
2. Jelaskan secara singkat prinsip kerja ekstraksi soxhlet yang digunakan dalam
percobaan ini !
Prinsip kerja dari ekstraksi soxhlet pada percobaan ini adalah proses pemisahan
dan pemurnian suatu komponen (ekstrak) dari suatu bahan alam berdasarkan perbedaan
titik didih menggunakan pelarut yang mudah menguap (memiliki perbedaan titik didih
yang besar dengan ekstrak yang diinginkan).
4. Berdasarkan hasil rendemen minyak atsiri yang anda peroleh, apakah cara pengeringan
dan penghalusan serbuk jahe berpengaruh pada hasil ? jelaskan !
Cara pengeringan dan penghalusan serbuk jahe juga berpengaruh pada hasil
rendemen minyak atsiri :
Pada proses pengeringan, apabila dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi
akan merusak minyak jahe, karena sifat minyak yang dapat menguap, maka untuk
mencegah hal tersebut serbuk jahe dijemur di bawah sinar matahari selama 3 hari
dengan panas yang relatif konstan secara berkontinyu. Selain itu pada saat proses
ekstraksi digunakan alat heating mantel (dengan suhu yang dapat dikontrol dan tetap
konstan) untuk memanaskan pelarut n-heksan dengan tujuan yang sama yakni untuk
mencegah minyak jahe menguap.
Pada proses penghalusan, serbuk jahe yang halus memiliki luas permukaan yang
besar, sehingga memudahkan suatu pelarut untuk melarutkan komponen minyak jahe
lebih cepat.
6. Sebutkan minimal lima senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri jahe dan tuliskan
rumus strukturnya !
XII.DAFTAR PUSTAKA
Nuryoto, J. d. (2011). Karakteristik Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh dalam
prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Keujangan".Pp.C07-1.
Soebagio, d. (2003). Common Text Book (Edisi Revisi) Kimia Analitik II. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Kimia Organik. (2017). Panduan Praktikum Kimia Organik I. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
= 100%
0,270
= 100 %
10,042
= 2,6887 %
0,079
= 100 %
1,029
= 7,6773 %
LAMPIRAN FOTO
Alat dan Bahan
Serbuk jahe
N-heksana
EKSTRAKSI MINYAK JAHE