Anda di halaman 1dari 25

I.

JUDUL PERCOBAAN : Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe


II. TANGGAL PERCOBAAN : Senin, 6 Maret 2017
PUKUL : 09.40 selesai.
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan
percobaan yang dikerjakan.
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan
percobaan yang dikerjakan.
3. Mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara
yang tepat.
IV. DASAR TEORI
Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat di isolasi dari
rimpang (akar) jahe sebanyak 1,5-3% dari berat jahe kering. Minyak jahe di
Negara maju digunakan sebagai campuran pembuatan kosmetik, bahan
penyedap makanan, dan sebagai obat. Senyawa penyusun minyak jahe terdiri
dari - pinena, kamfena, 1,8-sineol, bomeol, neral, geraniol, -kurkumina, -
zingeberena, dan -saskuipellandrena (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya. Ketiga jenis itu adalah jahe putih/kuning besar (jahe gajah), jahe
putih/kuning kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Jahe emprit dan jahe merah
mengandung minyak atsiri 1,5-3,8% dari berat keringnya dan cocok untuk
ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya (Tim
Lentera, 2002). Tanaman jahe membentuk rimpang yang ukurannya tergantung
pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan tampak
berbuku-buku. Rimpang jahe berkulit agak tebal yang membungkus daging
rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas (Rismunandar, 1988).
Jahe kering mengandung beberapa komponen kimia, yaitu pati, minyak
atsiri, fixed oil, air, abu, atau serat kasar. Minyak jahe mengandung dua
komponen utama :
1. Minyak Atsiri

Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen dan


zingiberol yang menyebabkan bau tajam. Sedangkan senyawa
penyusunnya adalah n-desialdehid yang bersifat optis dan inaktif, n-
nonil aldehida, d-camphene, d--phellandrone, metal heptenon, sineol,
borneol, dan geraniol, lineol, asetat, dan kaprilat, sitral, chaviol,
limonene, fenol. Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam
minyak selama penyimpanan, persenyawaan akan mengalami
resonifikasi. Zingiberol merupakan sesque-terpen alkohol (C15H26O)
yang menyebabkan bau khas pada minyak jahe.

2. Fixed oil

Jahe mengandung fixed oil sebanyak 3-4% yang terdiri dari


gingerol, shagaol, dan resin. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan
rasa pedas pada jahe juga mengandung oleoresin yang menyebabkan
rasa pedas.

Fraksi utama dalam jahe dibedakan menjadi fraksi volatil dan fraksi non
volatil yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen volatil dan non volatil.


Fraksi Komponen
Non volatil Gingerol, shogaol, gingediols, gingediacetates,
gingerdiones, gingerenones.
Volatil (-) zingiberene, (+) ar-curcumene, -
sesquipelandrene, -bisabolene, -pinene, bomyl
acetate, borneol, champhene, -cymene, cineol,
citral, cumene, -elemene, farnesene.

Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan :
Distilasi, Ekstrasi dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi
(Robinson,1995). Minyak atsiri biasanya terdapat pada kelenjar minyak
tanaman. Menurut Guenther, proses pelepasan minyak atsiri pada distilasi
bagian tanaman didasarkan pada proses hidrodifusi yaitu difusi minyak atsiri
dan air panas melalui membran tanaman. Distilasi pada tekanan rendah dan
suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga
menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Cara isolasi lain adalah dengan
ekstrasi menggunakan suatu pelarut organik. Beberapa minyak atsiri yang
berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air untuk diekstraksi
dengan pelarut organik secara efisien. Pelarut organik yang efisien misalnya n-
heksana merupakan jenis pelarut organik berfungsi untuk mengekstraksi lemak
atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi
jernih (Mahmudi, 1997). Setelah diperoleh minyak atsiri, kemudian
ditambahkan Natrium Sulfat anhidrat ke dalam gelas beker yang berisi minyak
atsiri. Penambahan ini bertujuan untuk mengikat air yang masih bercampur
dengan minyak atsiri sehingga diperoleh minyak atsiri yang murni.
Standar mutu minyak atsiri jahe menurut ketentuan EOA (Essential Oil
Association) adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Standar Mutu Minyak Atsiri Jahe


No. Spesifikasi Persyaratan
1 Warna Kuning muda-kuning
2 Bobot jenis 25/25oC 0.877-0.882
3 Indeks bias 1.486-1.492
4 Putaran optik (-28oC)-(-45o)
5 Bilangan penyabunan Maksimum 20
Sumber : Agromedia, 2008

Pelarut
Pada praktikum isolasi minyak jahe dari rimpang jahe menggunakan
metode ekstraksi dengan pelarut n-heksana. Heksana adalah sebuah
senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana
merupakan pelarut non polar yang bersifat stabil dan mudah menguap
sehingga memudahkan untuk refluks, selektif dalam menguapkan zat, dan
pelarut yang ringan dalam mengangkat minyak yang terkandung dalam biji-
bijian. Pelarut ini memiliki titik didih 69 0C sehingga bisa digunakan sebagai
pelarut dalam pemisahan minyak atsiri. Sedangkan minyak jahe memiliki
titik didih 140-1800C. Perbedaan titik didih inilah yang dimanfaatkan untuk
memisahkan minyak jahe dan pelarut n-heksana. Kadar air jahe basah
86,2%, dan randemen rata-rata minyak jahe yang bisa dihasilkan mampu
mencapai 1-3% berat kering, tergantung jenis jahe serta penanganan dan
efektivitas proses penyulingan.

Menurut Guenther (1987), pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi.


Pemilihan pelarut pada umumnya dipengruhi oleh faktor-faktor antara lain:
1. Selektivitas
Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan cepat dan
sempurna
2. Titik didih pelarut
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut
mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian
dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak
3. Pelarut tidak larut dalam air
4. Pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain
5. Harga pelarut semurah mungkin
6. Pelarut mudah terbakar

Pengukuran Indeks Bias


Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan
refraktometer. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia untuk mutu
minyak atsiri yang baik, rentang harga indeks bias yaitu berkisar 1,486
1,492. Pengukuran indeks bias ini penting untuk pengukuran sifat dan
kemurnian cairan, konsentrasi larutan dan perbandingan komponen dua zat
cair yang diekstraksikan dalam pelarut. Indeks refraksi suatu medium ke
medium lain biasanya bergantung kepada panjang gelombang.
Indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah
ikatan rangkap. Kenaikan nilai indeks bias menunjukkan peningkatan
panjang rantai karbon, dan jumlah ikatan rangkap. Dengan demikian
peningkatan nilai indeks bias mengindikasikan peningkatan komponen-
komponen senyawa kimia yang memiliki susunan rantai karbon panjang
atau ikatan rangkap yang banyak (Nuryoto, dkk., 2011).

Isolasi Minyak Jahe


Dasar pemisahan pada distilasi adalah perbedaan titik didih cairan
pada tekanan tertentu. Pemisahan dengan distilasi melibatkan penguapan
diferesial dari suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material
yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan. Beberapa
teknik distilasi lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif di
laboratorium dan industri. Sebagai contoh adalah pemurnian alkohol,
pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, pembuatan minyak
atsiri dan sebagainya.
Pemisahan dengan distilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara
penguapan. Pada pemisahan dengan distilasi, semua komponen yang
terdapat di dalam campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat
penguapan (volatilitas) masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu
yang sama. Hal ini akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang
dihasilkan dari suatu campuran cairan akan selalu mengandung lebih
banyak komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang dengan
uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang berbeda. Pada
pemisahan dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dari
komponen yang non volatil, karena proses pemanasan.
Ekstraksi pelarut meyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di
antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik
maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga
banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang
kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Alat yang
digunakan berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet,
sampai paling rumit berupa alat counter current craig (Soebagio, dkk.,
2003).
`Dalam percobaan isolasi minyak jahe dari rimpang jahe menggunakan cara
ekstrasi soxhlet. Soxhlet adalah suatu metode / proses pemisahan suatu
komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-
ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang
diinginkan akan terisolasi.
Soxhlet digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu
dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Alat ekstraksi soxhlet 1 set
b. Evaporator 1 set
c. Corong pisah 1 buah
d. Gelas piala 1 buah
e. Refraktometer 1 buah
f. Heating mantle 1 buah
g. Mesin oven 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah
i. Kertas saring 1 buah
j. Kaca arloji 1 buah

2. Bahan
a. Serbuk jahe 11 gram
b. N-heksana 100 mL
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Ekstraksi Minyak Jahe

Jahe

- Dicuci hingga bersih


- Dikeringkan
Jahe kering

- Digiling menjadi serbuk halus n-heksana


- Diambil sebanyak 10 gram
- Dimasukkan ke kertas saring
- Diambil 100 mL
- Dimasukkan dalam soxhlet
- Dimasukkan kedalam labu
ekstraktor
Serbuk jahe Pelarut n-heksana

- Soxhlet dan labu ukur dirangkai menjadi


satu
- Disambung pada kondensor bagian atas
- Dipanaskan sampai hasil ekstraksi dalam
labu ekstraktor menjadi tidak berwarna

Ekstrak Filtrat

- Ditambah Na2SO4 anhidrous


- Disaring

Residu Filtrat

- Ditimbang untuk menentukan massa


- Dihitung rendemen minyak yang
dihasilkan serta indeks biasnya
Minyak Jahe
2. Penentuan Kadar pada Serbuk Jahe

1 gram serbuk jahe

- Dioven pada suhu 110 0C


- Ditimbang
- Dicatat beratnya
Berat sampel

- Diulangi pengovenan dan penimbangan sampai dapat berat konstan


- Dihitung kadar airnya

Kadar air
VII. HASIL PENGAMATAN

No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
1. Ekstraksi Minyak Jahe Sebelum Reaksi : Titik didih n- Minyak jahe

Jahe - Rimpang jahe : heksana 50-70 0C. didapatkan


Berwarna coklat (Ansari,2014) dengan
- Dicuci - Bau : khas jahe Rendemen minyak menggunakan
hingga bersih
- N-heksana : atsiri jahe 1-3%. metode ekstraksi
- Dikeringkan
n-heksana larutan tak (Farry & pelarut dengan
Jahe kering
berwarna Murhananto,1994) cara soxhletasi.
- Digiling menjadi serbuk - Diambil 150 mL - Volume n-heksana Indeks bias minyak Pelarut yang
halus - Dimasukkan
- Diambil sebanyak 10 kedalam labu : 150 mL jahe 1,486-1,492. digunakan dalam
gram ekstraktor - Berat kaca arloji : (Nuryoto dkk, proses ekstraksi
- Dimasukkan ke kertas
29,979 gram 2011) adalah n-heksana
saring
- Dimasukkan dalam - Berat serbuk jahe Indeks bias n- karena titik didih
soxhlet : 10,042 gram n-heksana lebih
heksana 1,3748-
Serbuk jahe Pelarut n-heksana
1,3810 rendah dari titik
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.

Serbuk jahe Pelarut n-heksana - Sesudah Reaksi : Fungsi n-heksana didih minyak
- Serbuk jahe : digunakan sebagai atsiri.
Kuning kecoklatan pelarut non-polar Indeks bias n-
- Soxhlet dan labu ukur
dirangkai menjadi satu - N-heksana hasil karena relatif aman, heksana 1,477555
- Disambung pada kondensor ekstraksi : kuning secara umum tidak Indeks bias
bagian atas
- Dipanaskan sampai hasil - Volume n-heksana reaktif dan mudah minyak jahe
ekstraksi dalam labu : 90 mL diuapkan 1,477453. Hal ini
ekstraktor menjadi tidak
- Hasil ekstraksi : tidak sesuai
berwarna
Fungsi Na2SO4 dengan indeks
berubah warna dari
anhidrous untuk bias secara teoritis
Ekstrak Filtrat kuning menjadi
mengikat air yang Rendemen
tidak berwarna
- Ditambah Na2SO4 anhidrous dan disaring terdapat dalam
- Diekstraksi minyak jahe
minyak atsiri. diperoleh sebesar
Residu Filtrat selama 25 kali
- Massa minyak 2,6887%. Hal ini
- Ditimbang untuk menentukan massa
jahe : 0,270 gram sesuai dengan
- Dihitung rendemen minyak yang
dihasilkan serta indeks biasnya rendemen minyak
Minyak Jahe secara teoritis.
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
- Rendemen
minyak jahe :
2,6887%
- Indeks bias
minyak jahe :
1,477453
- Indeks bias n-
heksana :
1,477555
- Warna minyak
jahe : kuning
kecoklatan
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
2. Penentuan Kadar Air pada Serbuk Jahe Sebelum Reaksi : Serbuk jahe Didapatkan kadar

1 gram serbuk jahe - Massa serbuk dioven atau air sebesar


jahe : 1,029 gram dipanaskan 7,6773%. Hal ini
- Dioven pada suhu 110 0C
- Ditimbang berfungsi untuk sesuai dengan
- Dicatat beratnya Sesudah Reaksi : menguapkan kadar air secara
Berat sampel - Massa serbuk kandungan air teoritis.
jahe : yang terdapat
- Diulangi pengovenan dan penimbangan sampai
dapat berat konstan M1 : 0,971 gram didalam jahe.
- Dihitung kadar airnya M2 : 0,955 gram Kadar air serbuk
M3 : 0,950 gram jahe secara
Kadar air
M4 : 0,950 gram teoritis sebesar 7-
12%.(Eze&Agbo,
- Kadar air : 2011).
7,6773%
VIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1 (Ekstraksi)

Pada praktikum kali ini adalah Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe,
pertama-pertama yang dilakukan adalah menimbang jahe yang sudah dijemur dan
dikeringkan dan sudah dalam bentuk serbuk halus sebanyak 10,042 gram. Penghalusan
jahe bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga proses pengekstrakkan
dapat berjalan dengan cepat.

Selain itu proses penjemuran di bawah sinar matahari secara kontinyu membuat
serbuk jahe memiliki kadar air yang rendah dengan begitu proses ekstraksi diharapkan
lebih cepat melalui proses pelarutan komponen (ekstrak) dari tanaman jahe tersebut.
Namun harus berhati-hati dalam menjemur jahe, dikarenakan jahe terdiri dari 2 jenis
komponen senyawa terpenting yaitu komponen senyawa volatile (mudah menguap) dan
nonvolatile (tidak mudah menguap). Harus perhatikan bahwa jahe memiliki senyawa
yang bersifat volatile sehingga ketika dalam penjemuran tidak terlalu intens dijemur
langsung di bawah sinar matahari, prosedur terbaik adalah dengan meletakkan di bawah
pohon saja. Dengan bagitu hasil yang didapatkan pun diharapkan maksimal. Jahe yang
sudah dikeringkan dan dihaluskan menghasilkan warna cokelat.

Langkah selanjutnya adalah membungkus serbuk jahe yang sudah ditimbang


dengan kertas saring dan diberi tali dibagian atas dan bawah lalu dimasukkan kedalam
alat ekstraksi soxhlet, kertas saring berisi sampel serbuk jahe kering hendaknya
memenuhi bagian dari sixhlet namun tidak boleh melebihi batas pipa yang berada
disamping soxhlet, hal tersebut dilakukan agar semua sampel yang diekstraksi dapat
tersekstrak dengan baik oleh pelarut.

Pelarut yang digunakan dalam peraktikum ini adalah n-heksana. N-heksana


merupakan salah satu pelarut organik yang bersifat non-polar dan sering digunakan untuk
melarutkan senyawa dengan sifat kepolaran yang sama, tujuan penggunaan n-heksana
untuk mempermudah proses pemisahan dan pemurnian antara minyak atsiri jahe itu
sendiri karena adanya perbedaan titik didih yang cukup signifikan, dalam hal ini titik
didih n-heksana lebeih rendah dari titik didih minyak atsiri. Pelarut n-heksana memiliki
titik didih sebesar 68,7oC sedangkan minyak jahe memiliki titik didih sebesar 140-180oC.
N-heksana yang digunakan dalam praktikum ini sebanyak 150 ml (larutan tidak
berwarna) menyesuaikan dengan kapasitas labu ekstraktor. Didalam labu ekstraktor yang
berisi pelarut n-heksana ditambahkan 1 buah batu didih. Kemudian merangkai satu set
alat soxhlet dan memulai proses pemanasan.

Pemanasan dilakukan dengan menggunakan alat heating mantel karena dapat


menjaga suhu pemanasan agar tetap konstan. Proses pemanasan yang dilakukan
bertujuan agar agar pelarut lebih reaktif (mengubah pelarut yang berupa cairan menjadi
uap). Pelarut yang menguap kemudian mencair lagi dan jatuh berupa tetesan
dikarenakan uap panas pelarut didinginkan oleh kondensor yang dialiri oleh air sehingga
uap akan mengembun menjadi cairan. Pelarut yang baru ini lebih reaktif sehingga
mempercepat proses ekstraksi.

Fungsi dari penambahan batu didih, yaitu untuk meratakan panas sehingga panas
menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan. Hal ini yang akan menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung kecil pada batu didih. Apabila saat proses pemanasan tanpa
diberi batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian
tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan/ledakan. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap yang panas. Aliran air
yang masuk dalam kondensor dialirkan dari bawah agar alirannya lebih lama sehingga
pendinginannya lebih optimal.
Teknik yang digunakan untuk proses isolasi dan pemurnian minyak atsiri dari
tanaman jahe ini ialah teknik ekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan antara pelarut
yang digunakan (n-heksana) dari minyak atsiri, n-heksana yang terbentuk dari hasil
ekstraksi berwarna kuning sedangkan untuk hasil ekstraksi dari kuning menjadi tidak
berwarna yang membutuhkan ekstraksi sebanyak 25 kali.

Hasil ekstraksi diuapkan menggunakan alat evaporator bertujuan untuk


memekatkan ekstrak yang telah diperoleh dan memurnikan kembali pelarut n-heksana
yang digunakan, ekstrak jahe yang telah dipekatkan akan berwarna kuning kecoklatan
dan sisa pelarut n-heksana ditampung kembali kemudian dilakukan pengukuran volume
pada pelarut sisanya. Volume sisa pelarut yang didapatkan adalah sebesar 90 mL dari
volume awal pelarut sebesar 150 ml atau bisa dikatakan sisa pelarut n-heksana pada
percobaan ini sebesar 60%. Proses penguapan yang dikategorikan bagus adalah jika
hasil sisa pelarut sebesar 50% dari pelarut asal yang digunakan karena tidak terlalu
banyak pelarut yang hilang akibat dari proses penguapan tersebut. Ekstrak yang
berwarna kuning kecoklatan kemudian ditambahkan dengan Na2SO4(g), fungsi
penambahan natrium sulfat anhidrat ialah untuk mengikat sisa air (H2O) dari proses
penguapan maupun ekstraksi dari minyak atsiri sehingga dihasilkan minyak atsiri
(minyak jahe) dengan kemurnian cukup tinggi.

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan, dimana diperoleh massa minyak jahe


(minyak atsiri) yang berwarna kuning kecoklatan dengan berat 0,27 gram. Untuk
menentukan rendemen minyak jahe menggunakan rumus:


= 100%

Dari hasil perhitungan diperoleh rendemen minyak jahe adalah 2,6887%. Hal ini
sesuai dengan teori, dalam literatur yang kami dapatkan rendemen minyak atsiri
rimpang jahe yaitu 1%-3%. (Farry&Murhananto, 1994).

Selanjtnya adalah mengukur indeks bias menggunakan alat Refraktometer untuk


indeks n-heksana diperoleh sebesar 1,477555 sedangkan untuk minyak jahe sebesar
1,477453 pada suhu ruang 25 C. Alat refraktometer ini menggunakan prinsip Hukum
Snwllius mengenai pemantulan cahaya. Pengukuran indeks bias dilakukan untuk
memeriksa kembali kemurnian minyak jahe yang didapatkan. Dalam literatur yang kami
dapatkan Indeks bias minyak jahe sebesar 1,486-1,492. (Nuryoto,dkk. 2011)

Percobaan 2 (Penentuan Kadar Air Dalam Serbuk Jahe Kering)

Percobaan selanjutnya adalah menentukan kadar air pada serbuk jahe. Pertama
yang dilakukan adalah menimbang serbuk jahe kering sebanyak 1 gram. Kemudian
serbuk jahe 1,029 gram (berat awal) dimasukkan kedalam oven dengan suhu 110C
selama 10 menit, kemudian ditimbang beberapa kali sampai diperoleh berat konstan.
Dari hasil pengovenan pertama pertama diperoleh berat 0,971 gram. Pada pengulangan
pengovenan kedua diperoleh berat 0,955 gram. Pada pengulangan pengovenan ketiga
diperoleh berat 0,950 gram. Pada pengulangan pengovenan keempat diperoleh berat
0,950 gram. Dan hasil yang diperoleh berat konstan serbuk jahe adalah 0,950 gram dari
berat awal sebesar 1,029 gram. Untuk menentukan kadar air pada serbuk jahe kering
dapat digunakan rumus :


= 100%

Sehingga melalui hasil perhitungan diperoleh kadar air pada serbuk jahe sebesar
7,6773%, ini sesuai dengan teori dari literatur yang menunjukkan bahwa kadar air pada
serbuk jahe 7-12% (Eze&Agbo. 2011)

IX. DISKUSI

Dari percobaan yang kami lakukan, indeks bias minyak jahe yang diperoleh sebesar
1,477453 ini tidak sesuai dengan teori karena menurut teori indeks bias minyak jahe
berkisar 1,486-1,492. Hal disebabkan karena minyak jahe tidak terekstrak dengan
sempurna, sehingga masih terdapat pengotor yang menurunkan indeks bias dari minyak
jahe yang dihasilkan.

X. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan :

1. Percobaan Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe dapat dilakukan menggunakan
metode ekstraksi pelarut dengan cara soxhletasi, dimana metode soxhletasi memiliki
prinsip perbedaan titik didih.
2. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah n-heksana. Pelarut n-heksana
memiliki titik didih lebih rendah daripada minyak jahe, sehingga pada suhu tertentu
pelarut n-heksana akan menguap terlebih dahulu dan pada akhirnya yang tertinggal
hanyalah ekstrak minyak jahe.
3. Massa minyak jahe yang diperoleh sebesar 0,27 gram sehingga diperoleh rendemen
minyak jahe sebesar 2,6887 %.
4. Indeks bias minyak jahe sebesar 1,477453 dan indeks bias n-heksana sebesar
1,477555.
5. Massa serbuk jahe konstan yang diperoleh sebesar0,27 gram sehingga diperoleh
kadar air sebesar 7,6773 %.
XI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Buatlah pertanyaan penelitian dari praktikum tersebut !
1) Alat-alat apa saja yang digunakan dalam percobaan isolasi minyak jahe dari
rimpang jahe ?
2) Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam percobaan isolasi minyak jahe
dari rimpang jahe ?
3) Bagaimana cara mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe ?

2. Jelaskan secara singkat prinsip kerja ekstraksi soxhlet yang digunakan dalam
percobaan ini !
Prinsip kerja dari ekstraksi soxhlet pada percobaan ini adalah proses pemisahan
dan pemurnian suatu komponen (ekstrak) dari suatu bahan alam berdasarkan perbedaan
titik didih menggunakan pelarut yang mudah menguap (memiliki perbedaan titik didih
yang besar dengan ekstrak yang diinginkan).

3. Bilamana pemisahan pelarut menggunakan alat evaporator ? berikan alasan !


Pada percobaan isolasi minyak jahe dari rimpang jahe diatas menggunakan alat
soxhlet, namun bilamana pemisahan pelarut menggunakan alat evaporator maka
pelarut yang digunakan adalah bersifat mudah menguap, karena prinsip kerja dari
evaporator yakni sama dengan ekstraksi soxhlet adalah dengan cara menguapkan
pelarut.

4. Berdasarkan hasil rendemen minyak atsiri yang anda peroleh, apakah cara pengeringan
dan penghalusan serbuk jahe berpengaruh pada hasil ? jelaskan !
Cara pengeringan dan penghalusan serbuk jahe juga berpengaruh pada hasil
rendemen minyak atsiri :
Pada proses pengeringan, apabila dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi
akan merusak minyak jahe, karena sifat minyak yang dapat menguap, maka untuk
mencegah hal tersebut serbuk jahe dijemur di bawah sinar matahari selama 3 hari
dengan panas yang relatif konstan secara berkontinyu. Selain itu pada saat proses
ekstraksi digunakan alat heating mantel (dengan suhu yang dapat dikontrol dan tetap
konstan) untuk memanaskan pelarut n-heksan dengan tujuan yang sama yakni untuk
mencegah minyak jahe menguap.
Pada proses penghalusan, serbuk jahe yang halus memiliki luas permukaan yang
besar, sehingga memudahkan suatu pelarut untuk melarutkan komponen minyak jahe
lebih cepat.

5. Apa fungsi Na2SO4 anhidrat dalam percobaan ini ? jelaskan !


Fungsi Na2SO4, yaitu sebagai zat pengering yang digunakan untuk memisahkan
minyak jahe dari pelarutnya (n-heksan) ataupun dari kandungan air yang masih ada di
dalamnya.

6. Sebutkan minimal lima senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri jahe dan tuliskan
rumus strukturnya !
XII.DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E. (1987). Minyak atsiri jilid 1. Jakarta: UI Press.

Mahmudi, M. (1997). Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Pospat Menggunakan


Cara Ekstrasi cair-cair dengan Solven Campuran Isopropanal dan N-heksana.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Nuryoto, J. d. (2011). Karakteristik Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh dalam
prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Keujangan".Pp.C07-1.

Rismunandar. (1988). Hormon Tumbuhan dan Ternak. Jakarta: Swadaya.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi . Bandung: ITB.

Soebagio, d. (2003). Common Text Book (Edisi Revisi) Kimia Analitik II. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Tim Dosen Kimia Organik. (2017). Panduan Praktikum Kimia Organik I. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Menghitung massa serbuk jahe


Massa kaca arloji : 29,979 gram
Massa kaca arloji + serbuk jahe : 40,021 gram
Massa serbuk jahe : 40,021 gram 29,979 gram
=10,042 gram
2. Menghitung massa minyak jahe
Massa gelas kimia : 34,311 gram
Massa gelas kimia + minyak jahe : 34,581 gram
Massa minyak jahe : 34,581gram 34,311 gram
=0,270 gram
3. Menghitung rendemen minyak


= 100%

0,270
= 100 %
10,042
= 2,6887 %

4. Menghitung kadar air serbuk jahe



= 100%

1,029 0,950
= 100 %
1,029

0,079
= 100 %
1,029

= 7,6773 %
LAMPIRAN FOTO
Alat dan Bahan

Labu Ekstraktor Gelas ukur 100 mL Corong kaca

Gelas kimia Kaca arloji Soxhlet

Kondensor Spatula Neraca analitik


Evaporator

Statif dan rangkaian


alat ekstraksi

Serbuk jahe

N-heksana
EKSTRAKSI MINYAK JAHE

Menimbang kaca arloji Menimbang serbuk jahe Mengisi labu ekstraktor


sebanyak 10 gram dengan n-heksana 100
kemudian dimasukkan mL dan merangkai alat
kedalam kertas saring ekstraktor kemudian
dan diikat ujung bawah memulai proses ekstraksi
dan atasnya lalu
dimasukkan kedalam
soxhlet

Proses ekstraksi sedang Hasil ekstraksi Hasil ekstraksi


berlangsung dimasukkan kedalam
labu ekstraktor yang
lebih besar untuk
diproses lebih lanjut
dalam mesin evaporator
Merangkai alat evaporator

n-heksana hasil ekstraksi Diperoleh volume n- Minyak jahe hasil


diukur volumenya heksana sebanyak 90 mL ekstraksi, kemudian
menggunakan gelas ukur ditimbang dan diperoleh
massa minyak jahe
sebesar 0,270 gram

Minyak jahe hasil


ekstraksi diuapkan
MENENTUKAN KADAR AIR SERBUK JAHE

Ditimbang massanya dan


diperoleh sebesar 0,971 gram
Diperoleh dari massa kaca
Menimbang serbuk Dimasukkan arloji+serbuk jahe dikurangi
jahe sebanyak 1 kedalam oven selama massa kaca arloji (30,941-
gram 10 menit 29,970= 0,971)

Ditimbang massanya dan diperoleh sebesar 0,955 gram


Diperoleh dari massa kaca arloji+serbuk jahe dikurangi
massa kaca arloji (30,925-29,970= 0,955)

Dioven lagi sampai


massanya konstan

Ditimbang massanya dan diperoleh sebesar


0,950 gram Ditimbang massanya dan
Diperoleh dari massa kaca arloji+serbuk jahe diperoleh sebesar 0,950 gram
dikurangi massa kaca arloji (30,920-29,970= Diperoleh dari massa kaca
0,950) arloji+serbuk jahe dikurangi
massa kaca arloji (30,920-
29,970= 0,950)

Anda mungkin juga menyukai