Anda di halaman 1dari 108

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu gangguan metabolik pada

metabolisme karbohidrat, yakni kondisi glukosa yang kurang dimanfaatkan dan

menyebabkan hiperglikemia (Balasubramanyam et al., 2006). Lebih dari 346 juta

penduduk dunia mengidap diabetes pada tahun 2010 dan 21,3 juta orang di

antaranya merupakan penderita diabetes di Indonesia. Jumlah ini meningkat dari

tahun 2000 yang berjumlah 8,4 juta penderita (Anonim, 2010).

Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,

tetapi dapat dikontrol dengan melakukan upaya-upaya, seperti perencanaan diet,

mempertahankan bobot badan normal, dan melakukan cukup olahraga. Obat

hanya perlu diberikan, bila setelah melakukan berbagai upaya tersebut secara

maksimal tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah (Sugiwati, 2005).

Salah satu tujuan utama terapi medis bagi pasien diabetes mellitus meliputi

pengontrolan kadar glukosa darah dengan cara pemberian obat hipoglikemik oral

dan insulin (Katno dan Pramono, 2008).

Penyakit diabetes dibagi menjadi beberapa tipe, yakni DM tipe 1,

tipe 2, dan gestasional. DM tipe 1 dikenal sebagai Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM). DM tipe 2 dikenal sebagai Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), yang merupakan bentuk

diabetes yang umum dijumpai, sekitar 90-95% dari penderita diabetes

di negara berkembang menderita diabetes tipe 2 (Balasubramanyam

et al., 2006). Salah satu cara untuk mengatasi khususnya DM tipe II

yaitu dengan penghambatan aktivitas enzim pencernaan.

1
Penghambatan enzim ini efektif dalam mengurangi pencernaan

karbohidrat dan proses absorbsinya dalam usus halus sehingga dapat

menurunkan kadar gula darah post prandial penderita diabetes

mellitus. Penyerapan dipermudah dengan adanya enzim pemecah

ikatan glikosida yaitu enzim -glukosidase dan -amilase yang

terdapat pada batas pertemuan (brush border) sel usus (Katzung,

2002).

Inhibitor -amilase diketahui dapat menghambat karbohidrat

karena terdiri dari komponen yang dapat mencegah penyerapan

karbohidrat oleh tubuh. Hal ini berguna untuk pengobatan obesitas dan

diabetes mellitus. Inhibitor -amilase dapat menurunkan kadar glukosa

darah dengan menghambat enzim -amilase pada saliva dan pankreas

(Frantz et al., 2005). Inhibitor -glukosidase bekerja menghambat

enzim yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim berfungsi untuk

menghidrolisis oligosakarida dan disakarida pada dinding usus halus.

Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan

karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi

peningkatan kadar glukosa postprandial pada penderita diabetes

(Shinde et al., 2008)

Menurut Malviya et al. (2010), terdapat banyak tumbuhan obat yang

dilaporkan bermanfaat dan digunakan sebagai agen antidiabetes secara empiris.

Penelitian tentang penemuan agen antidiabetes baru dari tumbuhan masih terus

dilakukan, walaupun telah diketahui lebih dari 400 tumbuhan memiliki aktivitas

hipoglikemik.

2
Pada penelitian ini, dipilih secara acak 3 jenis tanaman yang secara

empiris terbukti berkhasiat sebagai antidiabetes. Beberapa tanaman tersebut yang

dipilih yaitu labu merah, bunga pisang kepok dan wortel. Labu merah (Cucurbita

moschata Duchesne) dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes. Biji labu merah

memiliki aktivitas antihiperglikemik pada dosis 200 mg/kg (Sharma et al., 2013).

Pisang kepok merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes

juga. Menurut Sunil et al. (2012), ekstrak etanol dan ekstrak etanol:air (1:1) bunga

pisang memiliki aktivitas antihiperglikemik pada dosis 100 mg/kg, 250 mg/kg dan

500 mg/kg. Menurut penelitian, wortel (Daucus carota. L) dapat digunakan untuk

pengobatan seperti: sembelit, batuk, asma, bronkitis, luka, diabetes, dan lain-lain.

Selain itu, ekstrak etanol biji wortel memiliki aktivitas antidiabetes dan

hipoglikemik pada dosis 250 mg/kg dan 500 mg/kg (Desu dan Reddy, 2013).

Dalam penelitian ini sampel tanaman dikelompokkan menjadi 2 yaitu

sampel segar dan sampel kering. Dari masing-masing kelompok ini akan dibuat

infusa dan ekstrak etanol 96%. Infusa dipilih berdasarkan penggunaan secara

tradisional dimasyarakat yaitu secara direbus, sedangkan ekstak etanol dipilih

karena etanol merupakan pelarut universal dan tidak toksik. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan daya inhibisi infusa dan ekstrak etanol pada sampel

kering dan sampel basah dari buah labu merah, wortel, dan bunga pisang kepok

terhadap aktivitas enzim -amilase dan -glukosidase.

Penelitian ini sangat berguna, terutama sebagai informasi bagi masyarakat

mengenai pemanfaatan bunga pisang kepok, buah labu merah dan wortel sebagai

antidiabetes. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kesejahteraan dan

3
kesehatan masyarakat dengan cara mengurangi penggunaan obat-obatan sintetik

secara berlebihan karena memiliki dampak buruk bagi kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani Labu Merah (Cucurbita moschata Durch.)

Adapun klasifikasi labu merah (Cucurbita moschata Durch.)

berdasarkan hasil identifikasi sampel tumbuhan di Laboratorium Botani

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Violales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucurbita

Spesies : Cucurbita moschata Durch.

Nama Lokal : Labu merah

Labu tumbuh merambat atau menjalar dengan kait pada batangnya dan

jarang berkayu. Kait pada batang labu berbentuk melingkar seperti spiral. Batang

tumbuhan ini berwarna hijau muda dan berbulu halus serta berakar lekat. Panjang

4
batangnya mencapai lebih dari 5 meter. Daun tanaman labu merupakan daun

tunggal yang memiliki pertulangan daun majemuk menjari. Daunnya menyebar

disepanjang batang. Bentuk daunnya menyerupai jantung dan bertangkai. Buah

labunya mempunyai bentuk yang bervariasi mulai dari pipih, lonjong, ataupun

panjang dengan alur yang berjumlah antara 15-30 alur. Buah yang masih muda

berwarna hijau dan menjadi kuning kecoklatan ketika tua. Labu umumnya

memiliki banyak biji yang berbentuk pipih, bundar telur, sampai bundar

memanjang. Bagian ujung membulat, sedangkan bagian pangkal meruncing.

Permukaan biji buram, dan licin. Biji terdapat di bagian tengah-tengah buah

(Putra, 2013).

Kandungan kimia dari buah labu merah adalah alkaloid, flavonoid dan

saponin (Supriani dkk, 2014). Selain itu, labu merah juga mengandung asam

linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam stearat, gliserida, cucurbitin

(C5H10O2N2), sterol, beta-karoten, arginin, asparagin, trigonelin, niasin, sitrulin,

molybdenum, manose, karbohidrat, protein, serat, vitamin A, B1, B2, C, E,

mineral termasuk diantaranya zat besi, kalsium, fosfat, sodium, magnesium, K,

seng, dan selenium (Wijayakusuma, 2008).

Kegunaan labu merah yaitu atasi diabetes mellitus, dapat meningkatkan

stamina dan bijinya untuk cacingan (Wijayakusuma, 2008), mengurangi resiko

kanker, membersihkan saluran pencernaan, mengurangi resiko bayi lahir cacat,

menurunkan kolesterol, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah serta

meningkatkan nafsu makan (Putra, 2013).

2.2 Tinjauan Botani Wortel (Daucus carota L.)

5
Adapun klasifikasi wortel (Daucus carota L.) berdasarkan hasil

identifikasi sampel tumbuhan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi

FMIPA Universitas Riau, sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carota L.

Nama Lokal : Wortel

Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang

tahun, terutama didaerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan

lembab, kurang lebih pada ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut. Wortel

membutuhkan sinar matahari dan dapat tumbuh pada semua musim (Wijoyo,

2008).

Tanaman ini berbentuk perdu yang tumbuh tegak denga tinggi 30-100 cm

atau lebuh. Sisstem perakaran tunggang dan serabut. Batang pendek dan

umumnya berwarna hijau. Daun majemuk, menyirip ganda dua atau tiga dan

bertangkai. Bunga berbentuk payung berganda dan berwarna putih atau merah

jambu agak pucat. Biji berkeping dua, berbentuk bulat pipih, dan berwarna

kecoklatan. Bagian yang bisa dimakan adalah umbi akar. Umbi akar berwarna

jingga dan berasa manis (Latief, 2012)

6
Kandungan kimia dari wortel adalah alkaloid, flavonoid, dan steroid (Desu

dan Reddy, 2013). Selain itu, pada 100 gram wortel mempunyai nilai kandungan

vitamin A, kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin

B, dan vitamin C (Wijoyo, 2008).

Wortel berkhasiat mencegah kanker, menurunkan kolesterol, mencegah

dan mengatasi rabun senja, pandangan buram, mata minus, hipertensi, sembelit,

radang kulit, campak, obat kejang jantung, eksim, dan cacing kremi (Utami,

2008).

2.3 Tinjauan Botani Pisang Kepok (Musa balbisiana L.)

Adapun klasifikasi pisang kepok (Musa balbisiana L.)

berdasarkan hasil identifikasi sampel tumbuhan di Laboratorium Botani

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa balbisiana L.

Nama Lokal : Pisang kepok

Tanaman pisang tumbuh di daerah tropis karena menyukai iklim panas

dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang cukup

air pada daerah ketinggian sampai 2000 m dpl. Umumnya, pisang merupakan

7
tanaman pekarangan, walaupun dibeberapa daerah sudah diperkebunkan untuk

diambil buahnya (Dalimartha, 2005).

Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.

Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol)

yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman

baru. Pisang mempunyai batang semu yang sebenarnya tersusun atas tumpukan

pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan

20-50 cm. Daun yang paling muda terbentuk dibagian tengah tanaman, keluarnya

menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progresif membuka.

Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar

30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang

daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau. Pisang

mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh selubung

berwarna merah kecokelatan. Selubung akan lepas dan jatuh ketanah jika bunga

telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga

jantan yang berada diujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh

seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas

setelah selesai berbuah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam

tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buahnya buah buni, bulat

memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna

hijau, kuning, atau cokelat. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan

warnanya hitam (Dalimartha, 2005).

Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang.

Buah pisang selalu ada setiap saat, Karena pisang bukan buah musiman. Buah

8
pisang kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut

menjadi pisang selai, keripik, atau tepung pisang. Pisang yang termasuk pisang

meja adalah Musa sapientum (banana) karena lebih enak dimakan segar, seperti

pisang ambon, ambon lumut, raja, raja sereh, mas susu dan barangan. Kelompok

pisang yang lebih enak dimakan setelah diolah terlebih dahulu adalah Musa

paradisiaca (plantain). Misalnya pisang tandung, oli, nangka, kapas, batu, dan

kepok. Jantung pisangnya dapat dimakan sebagai sayuran. Daun pisang, terutama

daun pisang batu digunakan untuk pembungkus kue, pepesan, atau barang jualan

lainnya. Batang semunya dan buah pisang kadang dikaitkan dengan upacara

tradisional (Dalimartha, 2005).

Kandungan kimia dari bunga pisang kepok adalah flavonoid, saponin dan

steroid (Jawla dkk, 2012). Bunga pisang kepok juga mengandung karbohidrat,

lemak, protein, vitamin A, vitamin B1, B2, B3, asam pantotenat, vitamin B6,

vitamin B9 (folat), vitamin C, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, kalium, seng,

triptofan, tannin, serotonin, norepinefrin, hidroksi triptamin, dopamin, flavonoid,

glukosa, fruktosa, sukrosa, tepung, minyak menguap, vitamin E, pektin, 5-

hidroksi triptamin, dan noradrenalin (Putra, 2013; Dalimartha, 2005).

Pisang memiliki khasiat dapat mengobati pendarahan rahim, merapatkan

vagina, sariawan usus, ambeien, cacar air, telinga dan tenggorokan bengkak,

disentri, amandel, kanker perut, sakit kuning (lever), pendarahan usus besar dan

diare (Putra, 2013).

Buah pisang berguna sebagai penawar racun, penurun panas (antipiretik),

antiradang, peluruh kencing (diuretik), laksatif ringan. Akar berkhasiat sebagai

penawar racun, pereda demam (antipiretik), antiradang, dan peluruh kencing.

9
Batang pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan rambut. Cairan dari

bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan pendarahan

(hemostatik), penurun panas (antipiretik), serta penghitam dan pencegah rambut

rontok. Buah muda berkhasiat antidiare, antidisentri, dan untuk pengobatan tukak

lambung (Dalimartha, 2005).

2.4 Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin

atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi

kronis mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati. Kriteria diagnosis diabetes

melitus adalah kadar glukosa puasa 126 mg/dL atau pada 2 jam setelah makan

200 mg/dL, atau HbA1C 5%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140

mg/dL, tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL, dinyatakan gula toleransi lemah

(Sukandar dkk, 2009).

Penyakit ini mudah diketahui dengan cara memeriksakan kadar gula darah,

namun pada tahap permulaan perjalanan penyakit, gejala yang dirasakan bukanlah

suatu yang mengganggu pasien, bahkan kadangkala tidak menunjukkan gejala

yang khas. Tidak jarang penyakit ini baru diketahui setelah pasien mengalami

komplikasi, seperti luka yang tidak sembuh-sembuh (kaki busuk/gangren), gatal-

gatal yang berkepanjangan (infeksi jamur) atau pada tahap lanjut: serangan

jantung dan stroke (Tara dan Eddy, 2002).

Diabetes melitus ditandai dengan peningkatan urin (poliuria), disebabkan

karena kadar glukosa dalam nefron meningkat sehingga menurunkan reabsorpsi

10
air dan elektrolit. Kondisi ini menyebabkan penderita mengalami dehidrasi,

sehingga mengakibatkan penderita sering minum (polidipsia). Pada diabetes

melitus, glukosa berkadar tinggi didarah namun hanya terbatas yang bisa masuk

ke dalam sel untuk dimanfaatkan sebagai energi. Pembentukan energi yang sedikit

tersebut menyebabkan stimulasi nafsu makan dan mengakibatkan penderita sering

makan (polifagia) (Nugroho, 2012).

Umumnya diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe, sebagai

berikut (Subroto, 2006) :

1. Diabetes melitus tipe 1(Diabetes melitus tergantung insulin)

DM tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pancreas sehingga

kekurangan insulin absolute. Faktor keturunan juga merupakan salah satu

penyebabnya. Penderita diabetes mellitus tipe 1 tergantung pada terapi insulin.

Penderita diabetes mellitus tipe 1 tidak dapat disembuhkan dan tergantung

pada injeksi insulin delama hidupnya.

2. Diabetes melitus tipe 2 (diabetes mellitus tidak tergantung insulin)

DM tipe 2 disebabkan oleh gangguan sekresi insulin yang progresif karena

resistensi insulin. Diabeted mellitus tipe 2 dipicu oleh pola hidup yang kurang

sehat. Rata-rata penderita berumur lebih dari 40 tahun. Proses penuaan juga

menjadi penyebab akibat penyusutan sel-sel beta yang progresif sehingga

sekresi insulin semakin berkurang dan kepekaan reseptornya juga menurun.

Diabetes mellitus Tipe II dapat dikontrol dengan mengubah pola hidup,

terutama dengan mengatur pola makan yang baik dan seimbang, berolah raga

dengan teratur, tidak merokok, dan menghindari konsumsi minuman

beralkohol.

11
3. Diabetes gestasional

Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki

homeostatis glukosa yang normal pada paruh pertama kehamilan dan

berkembang menjadi defisiensi insulin relatif selama paruh kedua, sehingga

terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menghilang pada sebagian besar wanita

setelah melahirkan, namun mereka memiliki peningkatan resiko menyandang

diabetes tipe 2.

4. Diabetes tipe lain

Diabetes tipe ini disebabkan oleh keadaan atau sindrom tertentu

seperti penyakit pankreas, penyakit hormonal, keadaan yang

disebabkan oleh obat atau zat kimia, gangguan reseptor insulin,

dan sindrom genetik tertentu.

Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Untuk mengendalikan penyakit

DM, perlu dilakukan pengaturan pola konsumsi makanan, olahraga,

pengontrolan berat badan, dan penggunaan obat hipoglikemik. Ada

dua macam obat hipoglikemik, yaitu berupa suntikan dan berupa tablet

yang disebut hipoglikemik oral. Antiglikemik oral dapat dibagi dalam 5

golongan, yaitu (Nugroho, 2012):

1 Golongan sulfonilurea

Derivat sulfonilurea bekerja dengan cara merangsang sel beta

pulau Langerhans pankreas untuk mengekskresikan insulin. Obat-

obat yang termasuk golongan sulfonilurea yaitu Tolbutamid,

12
Klorpropamid, Tolazamid, Asetoheksamid, Glibenklamid, Gliburid,

Glipizid, dan Glimepirid.

2 Golongan biguanid

Derivat biguanid mempunyai mekanisme kerja yang berlainan

dengan derivate sulfonilurea. Obat golongan inimempunyai efek

penurunan kadar glukosa darah melalui penurunan produksi

glukosa di hati (glukoneogenesis), meningkatkan penggunaan

glukosa di jaringan adiposa dan otot, menurunkan absorpsi glukosa

di usus dan meningkatkan sintesis glukogen. Obat-obat yang

termasuk golongan biguanid adalah Metformin, Fenformin, dan

Buformin.

3 Golongan thiazolidinedion

Obat ini beraksi mengaktivasi Peroksidae Proliferase Activated

Receptor Gamma (PPAR), suatu reseptor intraseluler yang

terdapat pada jaringan adiposa, otot dan hati. Fungsi Aktivasi

reseptor tersebut menyebabkan peningkatan penggunaan dan

transport glukosa, dan menurunkan resistensi insulin pada jaringan.

Obat yang tergolong thiazolidinedion adalah Troglitazon, Ciglitazon,

Rosiglitazon, dan Pioglitazon.

4 Golongan miglitinida

Obat ini bekerja dengan cara mencetuskan pelepasan insulin

dari pankreas segera setelah makan. Obat golongan ini adalah

13
Replaginida dan Nateglinida. Efek samping dari obat ini yaitu

hipoglikemia dan peningkatan berat badan.

5 Golongan DPP-4 Inhibitor

Obat ini adalah agen antihiperglikemik oral dari kelompok obat

baru yang dikenal sebagai penghambat DPP-4 (dipeptidyl

peptidase-4 inhibitor). DPP-4 dapat mendegradasi GLP-1. GLP-1

adalah hormon yang berperan dalam produksi insulin saat kadar

gula darah tinggi. Oleh karena itu, obat ini dapat meningkatkan

kadar dan aksi dari GLP-1, meningkatkan sekresi insulin dan

menekan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas. Obat yang

tergolong DPP-4 inhibitor adalah Vildagliptin, Linagliptin, Saxagliptin

dan Sitagliptin.

6 Golongan inhibitor -glukosidase

Obat ini bekerja dengan cara menginhibisi secara reversible

kompetitif terhadap enzim hidrolase -amilase pankreatik dan

enzim-enzim pencernaan di usus halus, seperti isomaltase, sukrase

dan maltase. Enzim-enzim ini berperan pada hidrolisis karbohidrat

makanan menjadi glukosa dan monosakarida lainnya.

Pada penderita DM, inhibisi terhadap enzim ini menyebabkan

penghambatan absorbsi glukosa, sehingga menurunkan keadaan

hiperglikemia setelah makan. Obat yang termasuk golongan ini

adalah Akarbose dan Miglitol.

Akarbose merupakan suatu oligosakarida yang diperoleh dari

proses fermentasi mikroorganisme Actiniplanes utahensis. Akarbose

14
merupakan serbuk berwarna putih dengan berat molekul 645.6 bersifat

larut dalam air dan memiliki pKa 5.1 (Anonim, 2009). Rumus empirik

akarbose adalah C25H43NO18 dan struktur kimianya dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Akarbose (Anonim, 2009)

2.5 Tinjauan Umum Enzim

Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk

berbagai reaksi kimia dalam sistem biologis. Hampir tiap reaksi kimia dalam

sistem biologis dikatalis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan

sebagian enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya (Soewoto dkk,

2001).

Seperti molekul protein lainnya sifat biologis enzim sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor fisiko-kimia. Enzim bekerja pada kondisi tertentu yang relatif

ketat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain suhu, pH,

oksidasi oleh udara atau senyawa lain, penyinaran ultraviolet, sinar X, , , dan .

Di samping itu, kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi pula oleh konsentrasi

enzim maupun substratnya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

(Soewoto dkk, 2001):

1 Pengaruh suhu

15
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim

tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja

sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu

ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami

denaturasi. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar

37C. sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai

60C, karena terjadi denaturasi.

2 Pengaruh pH

Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran

aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar

enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0

sampai 9,0. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah,

seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh di luar pH

optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim

maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang

mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.

3 Pengaruh konsentrasi enzim

Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi

enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding

lurus dengan konsentrasi enzim. Makin besar konsentrasi enzim reaksi makin

cepat.

4 Pengaruh konsentrasi substrat

16
Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar,

sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi akan meningkat

sampai suatu batas maksimum. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh

dengan substrat. Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat

membentuk kompleks enzim-substrat (ES), kemudian kompleks ini akan

terurai menjadi (E) dan produk (P). Makin banyak kompleks (ES) terbentuk,

makin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan (ES). Pada

konsentrasi substrat (S) melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan

konstan. Dalam keadaan itu, seluruh enzim sudah berada dalam bentuk

kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak menambah jumlah

kompleks E-S.

Enzim memiliki sisi aktif yang bersifat spesifik untuk mengenali substrat

yang sesuai. Enzim akan bereaksi menghasilkan produk bila sisi aktif berikatan

dengan substrat. Senyawa yang merupakan penghambat suatu enzim akan

menghambat terbentuknya produk.

Penghambatan enzim dapat digolongkan ke dalam dua sifat, yaitu

penghambatan irreversible dan penghambatan reversible. Penghambatan

irreversible terjadi bila suatu penghambat membentuk ikatan kovalen dengan

enzim sehingga membentuk kompleks yang bersifat tetap dan tidak dapat

dilepaskan dengan cara pengenceran maupun dialisis. Penghambat irreversible

disebut juga sebagai inaktifator enzim. Penghambat reversible terjadi bila suatu

penghambat membentuk ikatan nonkovalen dangan enzim sehingga dapat

dilepaskan dari enzim dengan cara pengenceran, filtrasi gel, atau dialisis (Champe

et al., 2005).

17
Penghambat reversible memiliki 3 tipe kerja, yaitu penghambatan

kompetitif, penghambatan non kompetitif, dan penghambatan unkompetitif

(Storey, 2004; McPherson & Pincus, 2007).

1 Penghambatan kompetitif

Penghambatan kompetitif terjadi bila suatu penghambat dengan struktur

yang menyerupai substrat normal, berkompetisi dengan substrat normal untuk

berikatan pada sisi aktif enzim. Efek dari adanya penghambat kompetitif

adalah meningkatnya konsentrasi substrat yang dibutuhkan untuk dapat

mencapai kecepatan reaksi maksimum dalam pembentukan produk.

2 Penghambatan nonkompetitif

Penghambatan nonkompetitif terjadi bila suatu penghambat berikatan

dengan sisi yang berbeda dengan substrat normal pada enzim, sehingga

substrat masih dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Penghambat yang

bersifat nonkompetitif dapat berikatan pada enzim dalam bentuk bebas,

maupun pada enzim yang telah membentuk kompleks dengan substrat.

Adanya penghambat nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan peningkatan

konsentrasi substrat untuk dapat mencapai kecepatan reaksi maksimum enzim

yang sama dengan kondisi sebelum adanya penghambatan sehingga kecepatan

reaksi maksimum akan menurun dengan adanya penghambat nonkompetitif.

3 Penghambatan unkompetitif

Penghambatan unkompetitif terjadi bila suatu penghambat berikatan hanya

dengan kompleks enzim-substrat dan tidak pada enzim dalam bentuk bebas.

Penghambatan jenis ini terjadi bila ikatan antara enzim dengan substrat

menyebabkan terjadinya perubahan konformasi enzim sehingga enzim

18
membentuk tempat ikatan dengan suatu penghambat. Adanya ikatan antara

penghambat dengan suatu kompleks enzim-substrat akan menyebabkan

penurunan kecepatan reaksi maksimum dalam pembentukan produk.

2.6 Enzim -amilase

Pada awalnya -amilase dinamakan diastase yang merupakan enzim

pertama yang ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen tahun 1833. -amilase

ditemukan pada berbagai organisme, dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

sampai dengan mikroorganisme. Pada manusia, -amilase diantaranya ditemukan

dalam saliva dan cairan pankreas. -amilase atau -1,4-glucan-4 glucohydrolases,

EC 3.2.1.1 merupakan keluarga endo-amilase (glycosyl hydrolase 13 family) yang

mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan glikosidik pada pati dan karbohidrat lain.

Hasil dari degradasi oleh enzim -amilase adalah maltosa (Colby, 1985).

Maltosa merupakan disakarida paling sederhana,yang terdiri atas dua

molekul glukosa yang dihubungkan dengan ikatan -(1-4) glikosidik. Maltosa

mengandung dua residu D-glukosa yang dihubungkan oleh suatu ikatan glikosidik

antara atom karbon 1 (karbon anomer) dari residu gula pertama dan atom karbon

4 dari glukosa kedua. Residu glukosa kedua dapat dalam bentuk atau , bentuk

dihasikan dari hidrolisis pati oleh enzim amilase. Maltosa adalah gula pereduksi

karena memiiki gugus karbonil bebas yang dapat dioksidasi (Makfoeld dkk,

2002).

Penentuan gula pereduksi (maltosa) dapat menggunakan metode Asam

Dinitrosalisilat (DNS). Metode ini adalah metode kimiawi. DNS merupakan

senyawa aromatik yang akan bereaksi dengan gula reduksi maupun komponen

pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-nitrosalisilat, suatu senyawa yang

19
mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada 550 nm.

Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan

semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalisilat yang terbentuk.

Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus

aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai

oksidator akan tereduksi membentuk 3-amino-5-nitrosalisilat. Reaksi ini

berlangsung dalam suasana basa. Bila terdapat gula reduksi dalam sampel, maka

larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi

sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan (Lehninger, 1997).

Asam 3,5-dinitrosalisilat asam 3-amino-5-nitrosalisilat


(kuning) (orange kemerahan)
Gambar 2. Reaksi reduksi dinitrosalisilat (Lehninger, 1997).

2.7 Enzim -glukosidase

Enzim -glukosidase adalah enzim yang bertanggung jawab

terhadap konversi karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat akan

dicerna oleh enzim di dalam mulut dan usus menjadi gula yang lebih

sederhana yang kemudian akan di serap kedalam tubuh sehingga

kadar gula darah meningkat. Proses pencernaan karbohidrat tersebut

melibatkan pankreas dalam melepaskan enzim -glukosidase ke dalam

usus yang akan mencerna disakarida menjadi monosakarida,

20
contohnya adalah sukrase yang memecah sukrosa menjadi fruktosa

dan glukosa (Bosenberg, 2008).

Enzim ini berperan sebagai kunci pada akhir pemecahan

karbohidrat. Enzim -glukosidase merupakan jenis enzim hidrolase

yang mengatalisis reaksi hidrolisis terminal non pereduksi dari substrat

menghasilkan -glukosa (Nashiru et al, 2001). Enzim -glukosidase

(E.C.3.2.1.20) berperan dalam metabolisme pati dan glikogen pada

jaringan tumbuhan dan hewan yang dicirikan oleh berbagai substrat

yang mengenalinya yaitu maltosa, glukosamilosa, sukrosa, dan

sebagainya (Chen et al., 2004).

Salah satu cara mengendalikan kadar gula dalam darah

penderita DM adalah menghambat aktivitas enzim -glukosidase

(Suarsana dkk, 2008). Inhibisi terhadap enzim -glukosidase

menyebabkan penghambatan absorpsi glukosa. Senyawa yang dapat

menghambat enzim -glukosidase disebut inhibitor -glukosidase

(IAG). Senyawa IAG banyak digunakan untuk pengobatan pada pasien

diabetes tipe 2 (Floris et al., 2005). Inhibitor merupakan bagian

modulator enzim yang memberikan efek negatif terhadap kerja katalis

enzim (Murray dkk, 2009).

Pengujian penghambatan aktivitas enzim -glukosidase

dilakukan dengan reaksi enzimatis menggunakan p-nitrofenil--D-

glukopiranosa (pNPG) sebagai substrat. Pada uji ini, enzim -

glukosidase menghidrolisis p-nitrofenil--D-glukopiranosa (pNPG)

menjadi p-nitrofenol dan glukosa yang berwarna kuning. Mekanisme

reaksi yang terjadi dapat dilihat pada gambar 3.

21
-glukosidase

p-nitrofenil--D-glukopiranosida p-nitrofenol glukosa


Gambar 3. Reaksi enzimatis -glukosidase dan p-nitrofenil--D-

glukopiranosa (Guo et al., 2010)

Aktivitas enzim diukur berdasarkan hasil absorbansi p-nitrofenol.

Apabila tumbuhan memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim

-glukosidase, maka p-nitrofenol yang dihasilkan akan berkurang (Dewi

et al., 2007; Sugiwati dkk, 2009).

2.8 Metoda Pemisahan (Anonim, 2000)

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut. Beberapa

metode yang sering digunakan dalam ekstraksi bahan alam dengan menggunakan

pelarut antara lain :

1 Cara Dingin

1 Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (suhu kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip

metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti

22
dilakukan pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik

berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi

berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah penyaringan

maserat pertama dan seterusnya.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam

rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar

sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau

pelarut lain. Bila cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah

timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal

penyarian. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali

untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam

sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan

ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan

berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang

ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening.

Keuntungan metode ini adalah cara pengerjaan mudah dan peralatan yang

digunakan sederhana serta dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak

tahan pemanasan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariaannya

kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga kandungan

kimia yang tersari terbatas) serta banyak pelarut yang terpakai. Hasil

penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk

23
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi tidak ikut terlarut dalam

cairan penyari.

Teknik maserasi digunakan terutama jika senyawa organik metabolit

sekunder ada dalam bahan tersebut cukup banyak persentasenya dan

ditemukan suatu pelarut yang dapat melarutkan senyawa tersebut tanpa

dilakukan pemanasan. Maserasi biasanya dilakukan untuk bagian tumbuhan

yang teksturnya lunak, seperti bunga dan daun. Senyawa organik metabolit

sekunder yang ada dalam bahan alam tersebut umumnya dalam persentase

yang cukup banyak, perendaman tidak dilakukan dengan pemanasan. Hasil

perendaman kemudian disaring dan filtrat yang didapat diuapkan dengan alat

rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental tumbuhan.

2 Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak), terus menerus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2 Cara Panas

1 Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2 Sokletasi

24
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3 Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 40-50 oC.

4 Infusa

Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas

air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 86-

98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit). Infusa merupakan penyarian yang

umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari

bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/eksrak

yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu,

sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Panci infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan

aquadest sedangkan panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian

panci yang berisi bahan tidak langsung berbuhungan dengan api.Cara ini

sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional.

Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat

ekstrak. Infusa dibuat dengan cara :

1 Membasahi bahan baku/simplisia dengan air, biasanya dengan air 2x bobot

bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.

25
2 Pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air) selama 15

menit pada suhu 90OC sampai 98OC.

3 Untuk memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan

kimia, misalnya asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium

karbonat.

4 Penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang

mengandung bahan yang mudah menguap.

5 Dekok

Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama ( 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air. Proses ekstraksi akan menghasilkan ekstrak.

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan.

2.7 Spektrofotometri

2.7.1 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri serap adalah pengukuran interaksi antara radiasi

elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati

monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Hal ini didasarkan

pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika

frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut.

Elektron yang terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu

26
daerah frekuensi, yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak

(Henry dan Yanuar, 2002).

Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet meliputi

(panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm). Sedangkan, daerah cahaya tampak

meliputi daerah panjang gelombang 380 nm sampai 780 nm (Anonim, 1979).

Spektrofotometer UV- Vis dapat digunakan baik untuk informasi kualitatif

maupun analisa kuantitatif. Pada aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan

pada larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Perhitungan secara kuantitatif didasarkan pada Hukum Lambert-Beers

yang menyatakan hubungan empirik antara intensitas cahaya yang ditransmisikan

dengan tebalnya larutan (Hukum Lambert), dan hubungan antara intensitas tadi

dengan konsentrasi zat (Hukum Beers).

Hukum Lambert-Beers :

A = log Io/It = .b. c = a. b. c

Keterangan :

A = serapan

Io = intensitas sinar datang

It = intensitas sinar yang ditransmisikan

= absorbtivitas molekuler/konstanta ekstingsi (L/mol.cm)

a = daya serap (L/g.cm)

b = tebal larutan/kuvet (cm)

c = konsentrasi (g/L ; mg/mL)

27
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisa kuantitatif

suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang dimana zat memberikan

serapan yang maksimum (maks), karena keakuratan pengukurannya akan lebih

besar. Serapan yang optimum untuk pengukuran menggunakan spektrofotometri

UV-Vis ini berkisar antara 0,2-0,8 (Henry dan Yanuar, 2002).

2.7.2 Microplate Reader

Microplate Reader merupakan suatu instrument khusus yang dirancang

untuk mengukur serapan sampel kimia hingga 96 sampel dalam suatu prosedur

tunggal. Sampel tersebut ditempatkan dalam suatu wadah khusus yang disebut

sumuran. Sumuran tersebut dapat menampung sejumlah kecil sampel kimia dan

dapat menampung hingga 96 sampel kimia. Sumuran tersebut ideal untuk

melakukan berbagai reaksi kimia sekaligus dengan jumlah sampel yang besar.

Beberapa microplate reader bekerja dalam rentang ultraviolet dan

melakukan analisis antara 340-700 nm. Sistem optik yang dimanfaatkan oleh

banyak produsen menggunakan serat optik untuk menyuplai cahaya untuk sumur

lempeng mikro yang berisi sampel. Keuntungan menggunakan microplate reader

adalah sampel yang digunakan sedikit, sensitifitasnya lebih tinggi, pekerjaan

menjadi lebih cepat serta datanya lebih akurat.

Berkas cahaya yang melewati sampel memiliki diameter yang berkisar

antara 1 sampai 3 mm. Suatu sistem deteksi mendeteksi cahaya yang berasal dari

sampel, menguatkan sinyal dan menentukan absorbansi sampel. Selanjutnya suatu

sistem pembacaan mengubahnya menjadi data yang memungkinkan interpretasi

hasil pengujian. Saat ini beberapa microplate reader menggunakan sistem berkas

cahaya ganda (Anonim, 2008).

28
Gambar 4. Microplate Reader (Zakhartsev et al., 2003)

Keterangan (Zakhartsev et al., 2003):

(A) Tampilan tiga dimensi dari sumuran;

(B) Tampilan tiga dimensi sumuran saat pengoperasian;

(C) Prinsip kerja sumuran.

1. sumuran; 2. insulated flexible tubes; 3. pengatur suhu eksternal; 4. arah

pergerakan sumuranpada saat pembacaan; 5. sumber cahaya; 6. light beams;

7.detektor; 8. aliran udara panas; 9. sumuran yang terisi oleh sampel cair.

BAB III

29
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari-Agustus 2015, bertempat di

Laboratorium Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Laboratorium

Biokimia, dan Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam Universitas Riau.

3.2 Metodologi Penelitian

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan, ini adalah : timbangan analitik

(Shimadzu AUW 320), inkubator, penangas air (Memmert), microplate reader

(Berthold LB 941), rotary evaporator (Buchi), pipet mikro (Scorex), blender,

panci infus, sentrifus, kain flanel, kertas saring, aluminium foil, pH meter, pisau,

plat tetes, thermometer dan alat gelas lainnya.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga pisang kepok,

wortel, buah labu merah, aquadest, etanol 96%, enzim -glukosidase, enzim

-amilase (Liquozyme Supra), p-nitrofenil--D-glukopiranosida (p-NPG), larutan

bufer fosfat pH 7, akarbose (Glucobay), dimetilsulfoksida (DMSO), dinitro

salisilat (DNS), amilum, natrium karbonat (Na2CO3), kloroform, kloroform-

amoniak, kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), natrium hidroksida (NaOH), kalium

natrium tartrat (KnaC4H4O6), larutan H2SO4 2N, pereaksi Mayer, asam asetat

anhidrat, H2SO4 p, pita Mg, etanol, HCl p dan FeCl3 1%.

3.2.3 Rancangan Penelitian

30
1 Identifikasi sampel secara botani

2 Uji fitokimia dari sampel segar dan sampel kering

3 Ekstraksi sampel dengan metoda infusa dan maserasi

4 Uji penghambatan aktivitas enzim -amilase dari ekstrak tanaman

5 Uji penghambatan aktivitas enzim -glukosidase dari ekstrak tanaman

6 Analisa data.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Identifikasi Sampel Secara Botani

Sampel bunga pisang kepok didapat di Jalan Kubang, wortel didapat di

Pasar Selasa Panam Pekanbaru, serta buah labu merah didapat di Pasar Terubuk

Bengkalis. Kemudian ketiga sampel tersebut diidentifikasi di Laboratorium

Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika Pengetahuan Alam Universitas Riau.

1 Persiapan Sampel Segar dan Sampel Kering

Masing-masing sampel yang telah dikumpulkan, disortasi kemudian

sampel dibagi menjadi 2 bagian, satu bagian digunakan dalam kondisi segar

(sampel basah) dan satu bagian digunakan dalam kondisi kering (sampel kering).

Untuk sampel segar dicuci dengan air mengalir, dirajang, dan ditimbang. Untuk

sampel kering dirajang, ditimbang dan dikeringkan menggunakan oven dengan

suhu 30-40C selama 3 hari hingga beratnya konstan dan sampel ini kemudian

diuji fitokimianya. Data berat basah dan berat kering ini dapat digunakan untuk

menentukan % rendemen dari masing-masing sampel.

2 Uji Fitokimia

3.3.3.1 Identifikasi Alkaloid

31
Potong kecil-kecil 2-4 g sampel, kemudian dihaluskan dalam

lumpang dengan menambahkan 10 ml kloroform. Setelah digiling

halus, kemudian tambahkan 10 ml kloroform-amoniak 0,05 N, digerus

lagi perlahan. Kemudian larutan disaring dan hasil saringan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 10 tetes asam sulfat

2N dan dikocok perlahan. Biarkan sejenak sehingga terbentuk lapisan

asam dan lapisan kloroform. Lapisan asam diambil dan ditambahkan 1

tetes pereaksi mayer. Reaksi positif ditandai dengan adanya kabut atau

endapan putih.

3.3.3.2 Identifikasi Flavonoid, Saponin, Terpenoid, dan

Steroid

Sebanyak 4 g sampel dipotong halus, masukkan kedalam

erlenmeyer 100 ml, kemudian maserasi dengan 25 ml etanol dan

dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit. Saring ke dalam

erlenmeyer 50 ml dalam keadaan panas dan letakkan kembali diatas

penangas air sampai seluruh etanol menguap hingga kering.

Tambahkan pelarut kloroform dan air suling masing-masing sebanyak 5

ml (1:1), kocok dengan baik dan kemudian dibiarkan sampai terbentuk

pemisahan yang sempurna antara kloroform dan air. Masing-masing

bagian pelarut yang memisah dipindahkan kedalam tabung reaksi

yang bersih. Lapisan kloroform (fraksi kloroform) dibagian bawah

digunakan untuk pemeriksaaan senyawa terpenoid dan steroid,

sedangkan lapisan air (fraksi air) untuk pemeriksaan kandungan

flavonoid, fenolik dan saponin.

32
1 Identifikasi Flavonoid

Dari lapisan air diambil 1 ml, kemudian masukkan 1-2 potongan

pita Mg dan beberapa tetes asam klorida pekat. Terbentuknya

warna orange sampai merah menandakan adanya flavonoid.

2 Identifikasi Fenolik

Dari lapisan air diambil 3-5 tetes dan masukkan kedalam plat

tetes. Tambahkan kedalamnya 2 tetes pereaksi FeCl 3 1%.

Terbentuknya warna biru - biru gelap menandakan adanya

senyawa fenolik.

3 Identifikasi Saponin

Dari lapisan air diambil 2 ml dan dimasukkan kedalam tabung

reaksi. Tutup mulut tabung reaksi dengan penyumbat karet dan

kocok dengan kuat sehingga terbentuk busa. Terbentuknya busa

yang tidak segera hilang apabila didiamkan selama 15 menit

menunjukkan adanya senyawa saponin.

4 Identifikasi Terpenoid dan Steroid

Lapisan kloroform disaring dengan norit yang diletakkan ke

dalam pipet tetes yang diberi kapas ujungnya, kemudian

ditampung pada plat tetes. Apabila kloroform yang menetes

telah menguap sempurna dan kering, tambahkan kedalam

lobang plat tetes : 1 lobang ditambahkan asam sulfat pekat, 1

lobang ditambahkan asam asetat anhidrat, dan 1 lobang

ditambahkan asam asetat anhidrat dan kemudian asam sulfat

33
pekat. Terbentuknya warna biru biru ungu menandakan adanya

steroid, terbentuknya warna merah menunjukkan adanya

kandungan terpenoid.

3 Ekstraksi Sampel dengan Metode Infusa dan Maserasi

Dari tiga sampel tanaman, tiap tanaman terdiri dari sampel segar dan

sampel kering. Masing-masing sampel diekstraksi dengan metoda infusa

menggunakan pelarut air dan maserasi menggunakan pelarut etanol.

Untuk metode infusa, masing-masing sampel diekstraksi menggunakan

pelarut air sebanyak 50 gram dalam 100 ml air. Ekstraksi dilakukan dengan cara

perebusan selama 15 menit pada suhu 90C. Kemudian air rebusan didiamkan dan

disaring. Lalu dilakukan uji secara in vitro menggunakan microplate reader.

Untuk metode maserasi, masing-masing sampel segar dan sampel kering

diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% hingga sampel terendam selama 24

jam sambil sesekali diaduk. Maserat yang diperoleh dipisahkan menggunakan

kertas saring dan proses maserasi diulang dua kali dengan menggunakan pelarut

yang sama. Semua maserat yang diperoleh dikumpulkan. Maserat kemudian

diuapkan dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 40oC

sampai diperoleh ekstrak kental etanol. Pada tabel 2 dapat dilihat berat sampel

yang dimaserasi.

Tabel 1. Berat sampel yang dimaserasi

No. Sampel Berat Sampel yang


dimaserasi (g)
1. Buah Labu Merah Segar 249,9
2. Buah Labu Merah Kering 13,3

34
3. Wortel Segar 249,9
4. Wortel Kering 24,15
5 Bunga Pisang Kepok Segar 249,7
6. Bunga Pisang Kepok Kering 26,32

4 Uji Inhibisi Sampel Infusa dan Ekstrak Etanol

Terhadap Aktivitas Enzim -amilase

3.3.5.1 Penyiapan Larutan

1 Larutan amilum 0,5 %

Sebanyak 0,5 g amilum dilarutkan dalam 100 ml aquadest, kemudian didihkan

sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirer sampai larutan homogen.

Pendidihan dihentikan sampai terbentuk larutan amilum yang jernih.

2 Larutan DNS

Sebanyak 1 g kristal NaOH dilarutkan dalam 100 ml aquadest, diaduk dengan

magnetic stirrer kemudian ditambahkan kalium natrium tartrat (KNaC 4H4O6)

sebanyak 18,2 g sambil terus diaduk ditambahkan dengan 1 g asam 3,5 dinitro

salisilat (DNS) dan 0,15 g Na2SO3. Pengadukan dilakukan sampai homogen.

3 Larutan Akarbose 1%

Ditimbang serbuk setara 1 g tablet glucobay yang mengandung akarbose

digerus kemudian dilarutkan dalam HCL 2 N dan aquadest dengan

perbandingan (1:1) dalam 100 ml. Campuran disentrifus 15 menit lalu

bagian supernatannya diambil.

4. Larutan Sampel

Dibuat sampel infusa dengan konsentrasi 50%, dan sampel ekstrak etanol

ditimbang sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1 ml DMSO (10.000 ppm),

35
kemudian dipipet 0,1 ml dan ditambahkan DMSO hingga 1 ml

(1000 ppm).

1 Metode Uji Inhibisi Terhadap Enzim -amilase

Uji inhibisi enzim -amilase secara in vitro dilakukan dengan

menggunakan substrat larutan amilum dan enzim -amilase dimana enzim -

amilase akan menghidrolisis substrat menjadi maltosa. Aktivitas inhibisi enzim ini

diukur berdasarkan absorban menggunakan microplate reader pada panjang

gelombang 540 nm.

Tabel 2.Sistem reaksi uji inhibisi enzim -amilase

Volume (l)
Reagen
S1 S0 B1 B0 A1 A0
Sampel 150 150 - - - -
Akarbose - - - - 150 150
Aquadest 250 650 400 800 250 650
Enzim 400 - 400 - 400 -
0
Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 C
Substrat 50 50 50 50 50 50
0
Inkubasi selama 40 menit pada suhu 37 C
DNS 25 25 25 25 25 25
0
Dipanaskan didalam penangas selama 10 menit pada suhu 100 C
Total 875 875 875 875 875 875
Keterangan :
S1 = sampel (sampel + aquadest + enzim + substrat + DNS)
S0 = kontrol sampel (sampel + aquadest + substrat + DNS)
B1 = kontrol (aquadest + enzim + substrat + DNS )
B0 = pembanding kontrol (aquadest + substrat + DNS)
A1 = akarbose (akarbose + aquadest + enzim + substrat + DNS)
A0 = kontrol akarbose (akarbose + aquadest + substrat + DNS)
DNS = Dinitrosalisilat

1 Pengujian sampel (S1)

36
Sebanyak 150 l ekstrak ditambahkan dengan aquadest 250 l dan enzim

400 l, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Selanjutnya

ditambahkan substrat 0,5 % sebanyak 50 l dan inkubasi pada suhu 37C selama

40 menit. Lalu ditambahkan 25 l DNS kemudian divortex dan dimasukkan ke

penangas air selama 10 menit. Lalu ukur absorbansinya pada panjang gelombang

530 nm.

2 Pengujian Kontrol Sampel (S0)

Sebanyak 150 l ekstrak ditambahkan dengan aquadest 650 l, kemudian

diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Selanjutnya ditambahkan substrat

0,5 % sebanyak 50 l dan inkubasi pada suhu 37C selama 40 menit. Lalu

ditambahkan 25 l DNS kemudian divortex dan dimasukkan ke penangas air

selama 10 menit. Lalu ukur absorbansinya pada panjang gelombang 530 nm.

3 Pengujian Larutan Blanko (B1)

Sebanyak 400 l aquadest ditambahkan 400 l enzim, kemudian

diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Selanjutnya ditambahkan substrat

0,5 % sebanyak 50 l dan inkubasi pada suhu 37C selama 40 menit. Lalu

ditambahkan 25 l DNS kemudian divortex dan dimasukkan ke penangas air

selama 10 menit. Lalu ukur absorbansinya pada panjang gelombang 530 nm.

4 Pengujian Larutan Kontrol Blanko (B0)

Sebanyak 800 l aquadest diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit.

Selanjutnya ditambahkan substrat 0,5 % sebanyak 50 l dan inkubasi pada suhu

37C selama 40 menit. Lalu ditambahkan 25 l DNS kemudian divortex dan

dimasukkan ke penangas air selama 10 menit. Lalu ukur absorbansinya pada

panjang gelombang 530 nm.

37
5 Pengujian Larutan Akarbose (A1)

Sebanyak 150 l akarbose ditambahkan dengan aquadest 250 lalu 400 l

enzim, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Selanjutnya

ditambahkan substrat 0,5 % sebanyak 50 l dan inkubasi pada suhu 37C selama

40 menit. Lalu ditambahkan 25 l DNS kemudian divortex dan dimasukkan ke

penangas air selama 10 menit. Lalu ukur absorbansinya pada panjang gelombang

530 nm.

6 Pengujian Kontrol Larutan Akarbose (A0)

Sebanyak 150 l akarbose ditambahkan dengan aquadest 650 l,

kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Selanjutnya ditambahkan

substrat 0,5 % sebanyak 50 l dan inkubasi pada suhu 37C selama 40 menit.

Lalu ditambahkan 25 l DNS kemudian divortex dan dimasukkan ke penangas

air selama 10 menit. Lalu ukur absorbansinya pada panjang gelombang 530 nm.

3.3.6 Uji Inhibisi Sampel Infusa dan Ekstrak Etanol Terhadap Aktivitas

Enzim - glukosidase

3.3.6.1 Penyiapan Larutan

1 Larutan Dapar Fosfat pH 7

Larutan dapar fosfat pH 7 dibuat dari campuran 50 ml potassium dihidrogen

phosphate (KH2PO4) 0,2 M dan 29,1 ml natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N.

Kemudian campuran dilarutkan dalam aquadest hingga 200 ml.

2 Larutan Natrium Karbonat ( Na2CO3) 200 mM

Larutan Na2CO3 dibuat dengan menimbang Na2CO3 sebanyak 1,0599 g

yang dilarutkan dalam 50 ml larutan buffer fosfat pH 7.

38
3 Larutan Substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida 20 mM

Larutan substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida dibuat dengan menimbang p-

nitrofenil--D-glukopiranosida sebanyak 0,1507 g yang dilarutkan dalam 25 ml

buffer fosfat pH 7.

4 Larutan Pembawa Enzim 0,2%

Larutan pembawa dibuat dengan cara 200 mg bovin serum albumin (BSA)

dilarutkan dengan 100 ml buffer fosfat pH 7.

5 Larutan Enzim -glukosidase 0,01%

Larutan enzim -glukosidase dibuat dengan menimbang enzim -glukosidase

sebanyak 1 mg lalu dilarutkan dengan 10 ml larutan pembawa enzim 0,2%.

6 Larutan Akarbose 1%

Ditimbang serbuk setara 1 g tablet glucobay yang mengandung akarbose digerus

kemudian dilarutkan dalam HCL 2 N dan aquadest dengan perbandingan (1:1)

dalam 100 ml. Campuran disentrifus 15 menit lalu bagian supernatannya

diambil.

7 Larutan Sampel

Dibuat sampel infusa dengan konsentrasi 50%, dan sampel ekstrak etanol

ditimbang sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1 ml DMSO (10.000 ppm),

kemudian dipipet 0,1 ml dan ditambahkan DMSO hingga 1 ml (1000 ppm).

1 Metode Uji Terhadap Enzim -glukosidase

Uji inhibisi enzim -glukosidase secara in vitro dilakukan dengan

menggunakan substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida dan enzim -glukosidase

dimana enzim -glukosidase akan menghidrolisis substrat menjadi p-nitrofenol

(berwarna kuning) dan glukosa. Aktivitas inhibisi enzim ini diukur berdasarkan

39
absorbansi sampel yang berwarna kuning menggunakan microplate reader pada

panjang gelombang 410 nm.

Tabel 3. Sistem reaksi uji inhibisi enzim -glukosidase

Volume (l)
Reagen
S1 S0 B1 B0 A1 A0
Sampel 10 10 - - - -
Akarbose - - - - 10 10
Pelarut - - 10 10 - -
Buffer
50 75 50 75 50 75
fosfat
Enzim 25 - 25 - 25 -
Inkubasi 10 menit, suhu 37C
Substrat 25 25 25 25 25 25
Inkubasi 30 menit, suhu 37C
Na2CO3 100 100 100 100 100 100
Keterangan :

S1 = sampel (berisi sampel dengan penambahan enzim)


S0 = kontrol sampel (berisi sampel tanpa penambahan enzim)
B1 = blanko (berisi enzim tanpa sampel)
B0 = kontrol blanko (tanpa enzim dan tanpa sampel)
A1 = akarbose (berisi akarbose dan enzim)
A0 = kontrol pembanding akarbose ( berisi akarbose tanpa enzim)

1 Pengujian sampel (S1)

Pada microplate 96 wells dicampurkan 10 l sampel, 50 l buffer

fosfat (pH 7), 25 l enzim -glukosidase, kemudian inkubasi selama

10 menit pada suhu 370C. Setelah itu ditambahkan 25 l substrat p-

nitrofenil--D-glukopiranosida. Campuran diinkubasi kembali selama

40
30 menit pada suhu 37C. Setelah 30 menit, reaksi dihentikan dengan

penambahan 100 l larutan Na2CO3. Kemudian absorban diukur

dengan microplate reader pada panjang gelombang 410 nm.

2 Pengujian Kontrol Sampel (S0)

Pada microplate 96 wells dicampurkan 10 l sampel, 75 l buffer

fosfat (pH 7), kemudian inkubasi selama 10 menit pada suhu 370C.

Setelah itu ditambahkan 25 l substrat p-nitrofenil--D-

glukopiranosida. Campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu

37C. Setelah 30 menit, reaksi dihentikan dengan penambahan 100 l

larutan Na2CO3. Kemudian absorban diukur dengan microplate reader

pada panjang gelombang 410 nm.

3 Pengujian Blangko ( B1)

Pada microplate 96 wells dicampurkan 10 l air, 50 l buffer fosfat

(pH 7), 25 l enzim -glukosidase, kemudian inkubasi selama 10

menit pada suhu 370C. Setelah itu ditambahkan 25 l substrat p-

nitrofenil--D-glukopiranosida. Campuran diinkubasi selama 30 menit

pada suhu 37C. Setelah 30 menit, reaksi dihentikan dengan

penambahan 100 l larutan Na2CO3. Kemudian absorban diukur

dengan microplate reader pada panjang gelombang 410 nm.

4 Pengujian Kontrol Blangko (B0)

Pada microplate 96 wells dicampurkan 10 l air, 75 l buffer fosfat

(pH 7), kemudian inkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Setelah

itu ditambahkan 25 l substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida.

Campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37C. Setelah 30

41
menit, reaksi dihentikan dengan penambahan 100 l larutan Na 2CO3.

Kemudian absorban diukur dengan microplate reader pada panjang

gelombang 410 nm.

5 Pengujian Akarbose (A1)

Pada microplate 96 wells dicampurkan 10 l akarbose, 75 l buffer

fosfat (pH 7), kemudian inkubasi selama 10 menit pada suhu 370C.

Setelah itu ditambahkan 25 l substrat p-nitrofenil--D-

glukopiranosida. Campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu

37C. Setelah 30 menit, reaksi dihentikan dengan penambahan 100 l

larutan Na2CO3. Kemudian absorban diukur dengan microplate reader

pada panjang gelombang 410 nm.

6 Pengujian Kontrol Pembanding Akarbose (A0)

Pada microplate 96 wells dicampurkan 10 l akarbose, 75 l buffer

fosfat (pH 7), kemudian inkubasi selama 10 menit pada suhu 370C.

Setelah itu ditambahkan 25 l substrat p-nitrofenil--D-

glukopiranosida. Campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu

37C. Setelah 30 menit, reaksi dihentikan dengan penambahan 100 l

larutan Na2CO3. Kemudian absorban diukur dengan microplate reader

pada panjang gelombang 410 nm.

2 Analisa Data

Setelah ketiga sampel dikeringkan, dihitung persen rendemen dari sampel,

dengan menggunakan rumus :

42
Data hasil penelitian dalam bentuk nilai absorbansi (A) dianalisa untuk

menentukan
Berat Sampel Kering
% Rendemen = 100%
persen Berat Sampel Segar inhibisi

dengan menggunakan rumus :

% inhibisi enzim -amilase dan -glukosidase :

( AB 1 AB0 )( AS 1 AS 0)
% Inhibisi = x 100
AB1AB 0

Keterangan ;
AB1 = absorbansi blanko
AB0 = absorbansi kontrol blanko
AS1 = absorbansi sampel
AS0 = absorbansi kontrol sampel

Analisa data persen (%) inhibisi dilakukan menggunakan One way

ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, dilanjutkan dengan

uji Tukey menggunakan program SPSS.

BAB IV

43
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

1 Hasil identifikasi botani dari 3 sampel tanaman obat yaitu buah labu

merah, wortel dan bunga pisang kepok diketahui bahwa spesies dari buah

labu merah adalah Cucurbita moschata Durch, spesies dari wortel adalah

Daucus carota L., dan spesies dari bunga pisang kepok adalah Musa

balbisiana L. (lampiran 7).

2 Hasil persen (%) rendemen dari masing-masing sampel sebanyak 500 g

buah labu merah, wortel dan bunga pisang kepok menjadi 26,60 g

(5,32%), 49,30 g (9,86%) dan 52,64 g (10,52%) (lampiran 8).

3 Hasil uji fitokimia dari buah labu merah segar mengandung saponin, buah

labu merah kering tidak mengandung senyawa apapun, wortel segar

mengandung flavonoid dan terpenoid, wortel kering mengandung

terpenoid, bunga pisang kepok segar mengandung flavonoid, fenolik dan

saponin, dan bunga pisang kepok kering mengandung saponin (lampiran 9

dan lampiran 10).

4 Hasil analisa persen (%) inhibisi enzim -amilase menggunakan Oneway

ANOVA metode Tukey menunjukkan bahwa persen (%) inhibisi infusa

labu merah segar, infusa wortel segar, infusa wortel kering, dan ekstrak

etanol bunga pisang kepok segar tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan

persen inhibisi akarbose. Akan tetapi, infusa labu merah kering, ekstrak

etanol labu merah segar dan kering, ekstrak etanol wortel segar dan kering,

serta infusa dan ekstrak etanol bunga pisang kepok segar dan kering

berbeda nyata dengan persen inhibisi akarbose (lampiran 14).

44
5 Hasil analisa persen (%) inhibisi enzim -glukosidase menggunakan

Oneway ANOVA metode Tukey menunjukkan bahwa persen (%) inhibisi

infusa wortel segar tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan persen inhibisi

akarbose. Akan tetapi, infusa dan ekstrak etanol labu merah segar dan

kering, infusa wortel kering, ekstrak etanol wortel segar dan kering, serta

infusa dan ekstrak etanol bunga pisang kepok segar dan kering berbeda

nyata dengan persen (%) inhibisi akarbose (lampiran 18).

6 Infusa buah labu merah segar, infusa wortel segar dan kering, serta ekstrak
etanol bunga pisang kepok segar berpotensi sebagai inhibitor enzim -
amilase. Infusa wortel segar berpotensi sebagai inhibitor enzim -
glukosidase (lampiran 19).

4.2 PEMBAHASAN

45
Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan adalah bunga pisang kepok

(Musa balbisiana L.), wortel (Daucus carota L.), dan buah labu merah (Cucurbita

moschata Durch.). Menurut penelitian terdahulu, ekstrak etanol dan ekstrak

etanol:air (1:1) bunga pisang kepok memiliki aktivitas antihiperglikemik pada

dosis 100 mg/kg, 250 mg/kg dan 500 mg/kg (Sunil et al., 2012), biji labu merah

memiliki aktivitas antihiperglikemik pada dosis 200 mg/kg (Sharma et al., 2013),

dan wortel dapat digunakan untuk pengobatan seperti sembelit, batuk, asma,

bronkitis, luka, diabetes, serta ekstrak etanol biji wortel memiliki aktivitas

antidiabetes dan hipoglikemik pada dosis 250 mg/kg dan 500 mg/kg (Desu dan

Reddy, 2013).

Ketiga sampel ini disortasi dan dicuci dengan air mengalir untuk

memisahkan kotoran atau bahan asing yang menempel pada tanaman dan dibagi

menjadi 2 bagian. Satu bagian digunakan dalam kondisi segar dan satu bagian

digunakan dalam kondisi kering. Untuk sampel segar dirajang dan ditimbang.

Sedangkan untuk sampel kering dirajang, ditimbang dan dikeringkan

menggunakan oven dengan suhu 30-40C selama 3 hari hingga beratnya konstan.

Sampel yang telah dikeringkan, diblender sehingga menjadi serbuk kasar.

Tujuannya adalah untuk memperbanyak luas permukaan dan mempermudah

proses ekstraksi. Semakin kecil ukuran sampel, maka luas permukaan semakin

besar dan proses ekstraksi akan berlangsung lebih efektif karena interaksi antara

komponen kimia dalam sampel dengan pelarut semakin besar.

Setelah sampel dikeringkan, sampel ditimbang dan didapat berat kering

sampel. Berat bunga pisang kepok, wortel dan buah labu merah yang telah

dikeringkan masing-masingnya adalah 52,64 gram, 49,3 gram, dan 26,6 gram.

46
Kemudian dihitung % rendemen sampel yaitu bunga pisang kepok 10,52%, wortel

9,86% dan buah labu merah 5,32%.

Sampel segar dan kering ini dilakukan uji fitokimia guna melihat

kandungan kimia dari masing-masing sampel. Uji yang dilakukan meliputi

identifikasi alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, steroid dan terpenoid.

Setelah dilakukan uji fitokimia diperoleh informasi bahwa bunga pisang

sampel segar mengandung flavonoid dan saponin, sedangkan sampel kering

mengandung saponin. Buah labu merah sampel segar mengandung saponin,

sedangkan sampel kering tidak mengandung senyawa apapun. Wortel sampel

segar mengandung flavonoid dan terpenoid, sedangkan sampel kering

mengandung terpenoid.

Hasil identifikasi fitokimia dari masing-masing sampel baik dalam

keadaan segar maupun kering apabila dibandingkan dengan literatur ternyata

kandungan senyawa dari masing-masing tanaman ada beberapa perbedaan. Hal ini

diduga karena kandungan senyawa kimia dalam suatu tanaman sangat ditentukan

oleh faktor tanah dan daerah dimana tanaman tersebut tumbuh. Selain itu, proses

pengeringan juga dapat menghilangkan beberapa kandungan senyawa kimia pada

beberapa sampel.

Dari masing-masing sampel segar dan kering, dilakukan ekstraksi sampel.

Ekstraksi dilakukan dengan 2 metode yaitu metode infusa dan metode maserasi.

Metode infusa dipilih karena berdasarkan penggunaan secara tradisional

dimasyarakat yaitu secara direbus, pengerjaan yang cepat dan cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana, mudah dan murah. Sedangkan metode

maserasi dipilih karena pengerjaan mudah dan peralatan yang digunakan

47
sederhana serta dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan

(Anonim, 2000). Setelah dilakukan maserasi menggunakan pelarut etanol, maserat

yang didapat dikumpulkan dan di pekatkan menggunakan rotary evaporator

sehingga didapat ekstrak etanol kental. Infusa dan ekstrak yang diperoleh dari

masing-masing sampel di ujikan terhadap enzim -amilase dan enzim -

glukosidase untuk mengetahui inhibisi sampel terhadap enzim tersebut.

Kedua enzim ini merupakan enzim pencernaan. Enzim -amilase

diantaranya ditemukan dalam saliva dan cairan pankreas. Enzim -amilase

merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan glikosidik pada pati

dan karbohidrat lain. Hasil dari degradasi oleh enzim -amilase adalah maltosa

(Colby, 1985). Enzim -glukosidase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis

disakarida menjadi monosakarida, contohnya maltosa menjadi glukosa dan

glukosa. Dengan menghambat kedua enzim ini dapat mengurangi pencernaan

karbohidrat dan proses absorbsinya dalam usus halus sehingga dapat menurunkan

kadar gula darah post prandial penderita diabetes melitus (Shinde et al., 2008).

Pada uji inhibisi enzim -amilase, dilakukan pengujian sampel (S1),

kontrol sampel (S0), blanko (B1) dan kontrol blanko (B0) seperti yang tertera

pada tabel 2. Uji inhibisi ini dilakukan dengan menggunakan substrat amilum dan

enzim -amilase dimana enzim ini akan menghidrolisis substrat menjadi maltosa.

Aktivitas inhibisi ini diukur berdasarkan absorban menggunakan microplate

reader pada panjang gelombang 530 nm. Pada uji enzim -glukosidase, dilakukan

pengujian sampel (S1), kontrol sampel (S0), blanko (B1) dan kontrol blanko (B0)

seperti yang tertera pada tabel 3. Uji inhibisi ini dilakukan dengan menggunakan

substrat pNPG dan enzim -glukosidase dimana enzim ini akan menghidrolisis

48
substrat menjadi p-nitrofenol dan glukosa. Aktivitas inhibisi ini diukur

berdasarkan absorban menggunakan microplate reader pada panjang gelombang

410 nm.

Kemampuan inhibisi infusa dan ekstrak etanol ketiga sampel tanaman

terhadap enzim -amilase dapat dilihat pada lampiran 9 dan lampiran 10.

Berdasarkan data statistik One way ANOVA metode Tukey pada enzim -amilase

ada 3 infusa yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan persen inhibisi akarbose

yaitu infusa buah labu merah segar, infusa wortel segar dan infusa wortel kering.

Hal ini menunjukkan bahwa tiga infusa ini berpotensi sebagai inhibitor enzim

-amilase. Berdasarkan hasil fitokimia buah labu merah segar, wortel segar dan

wortel kering mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder diantaranya

flavonoid, saponin dan terpenoid.

Infusa buah labu merah kering didapat % inhibisinya lebih dari 100%. Hal

ini disebabkan karena nilai absorbansi (I+S) > (I+E+S) atau S0 > S1. Setelah

dilakukan lebih dari 3 kali pengulangan dan hasilnya tetap lebih dari 100%.

Reaksi yang terjadi belum dapat dijelaskan secara pasti.

Kemampuan inhibisi infusa dan ekstrak etanol ketiga sampel tanaman

terhadap enzim -glukosidase dapat dilihat pada lampiran 12 dan lampiran 13.

Berdasarkan data statistik One way ANOVA metode Tukey pada enzim -

glukosidase hanya infusa wortel segar yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan

persen inhibisi akarbose. Hal ini menunjukkan bahwa infusa wortel segar

berpotensi sebagai inhibitor enzim -glukosidase. Berdasarkan hasil fitokimia

wortel segar mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder diantaranya

flavonoid dan terpenoid.

49
Senyawa yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes yaitu alkaloid,

flavonoid, fenol, dan terpenoid (Arif dkk, 2013). Pada pengujian inhibisi terhadap

enzim -amilase dan -glukosidase, infusa memiliki aktivitas inhibisi lebih bagus

daripada ekstrak etanol, hal ini disebabkan karena infusa menggunakan pelarut air

yang merupakan pelarut yang bersifat lebih polar, sedangkan etanol merupakan

pelarut universal yang menarik senyawa yang bersifat polar dan semi-polar.

Metabolit sekunder seperti flavonoid, fenolik dan saponin merupakan senyawa

yang bersifat polar sehingga kemungkinan akan lebih banyak tertarik oleh pelarut

yang tingkat kepolarannya lebih tinggi yaitu infusa sehingga infusa memiliki lebih

bagus daripada ekstrak etanol.

Berdasarkan dari semua sampel pengujian, ada 2 infusa yang tidak dapat

menginhibisi enzim -amylase yaitu infusa bunga pisang kepok segar dan infusa

bunga pisang kepok kering. Pada enzim -glukosidase ada 3 infusa dan 5 ekstrak

etanol yang tidak dapat menginhibisi enzim -glukosidase yaitu infusa buah labu

merah segar, infusa buah labu merah kering, infusa bunga pisang kepok segar,

ekstrak etanol buah labu merah segar, ekstrak etanol buah labu merah kering,

ekstrak etanol wortel segar, ekstrak etanol wortel kering dan ekstrak etanol bunga

pisang kepok kering. Jadi, ada 10 sampel pengujian yang kemungkinan tidak

bertindak sebagai inhibitor, tetapi diduga bertindak sebagai aktivator. Hal ini

karena nilai absorbansi sampel lebih besar dari absorbansi blanko, maka nilai

persen inhibisi menjadi negatif.

Aktivator adalah suatu senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kerja

enzim. Pada beberapa enzim memerlukan tambahan komponen kimia bagi

aktivitasnya, seperti kofaktor, yaitu molekul anorganik seperti Fe2+, Mn2+ atau

50
Zn2+, atau mungkin juga suatu molekul organik kompleks yang disebut koenzim.

Salah satu jenis koenzim adalah golongan vitamin yang larut air seperti vitamin C

dan vitamin B12 (Sahputra, 2008).

Tanaman buah labu merah berpotensi sebagai inhibitor enzim -amilase

pada infusa sampel segar, tanaman wortel pada infusa kering berpotensi sebagai

inhibitor enzim -amilase, dan tanaman wortel pada infusa segar berpotensi

sebagai inhibitor enzim -amilase dan enzim -glukosidase.

Larutan akarbose digunakan sebagai kontrol positif. Pada penelitian ini

akarbose dapat menghambat enzim -amilase dengan konsentrasi 1000 ppm

sebesar 93,883%0,028 dan menghambat enzim -glukosidase dengan

konsentrasi 10 ppm sebesar 97,999%0,180. Menurut Mogale et al (2011),

akarbose merupakan salah satu obat antidiabetes yang dapat menurukan kadar

gula darah sebagai efek dihambatnya enzim yang menghidrolisis karbohidrat di

gastrointestinal seperti enzim -amilase yang terdapat di saliva dan usus, juga

enzim -glukosidase yang terdapat di usus. Pada penelitian Mogale, akarbose

dapat menghambat enzim -amilase dan enzim -glukosidase dengan IC50 sebesar

16,51,12 mg/ml dan 0,0260,04 mg/ml.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

51
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa

yang dapat berpotensi sebagai inhibitor enzim -amilase adalah infusa labu merah

segar, infusa wortel kering dan infusa wortel segar dengan persen inhibisi

masing-masingnya sebesar 91,751%4,014, 92,288%5,303 dan 89,162%2,771

tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan akarbose 1000 ppm yaitu 93,883%0,028,

sedangkan yang berpotensi sebagai inhibitor enzim -glukosidase adalah infusa

wortel segar dengan persen inhibisi sebesar 96,500%1,714 tidak berbeda nyata

(P>0,05%) dengan akarbose 10 ppm yaitu 97,999%0,180.

5.2 SARAN

Untuk penelitian selanjutnya, perlu diadakan penelitian lanjutan meliputi

IC50 dan pengujian secara in vivo terhadap aktivitas enzim -amilase dan enzim

-glukosidase. Selanjutnya, setelah melalui uji toksisitas, maka dari infusa dapat

dibuat sediaan dalam bentuk minuman fungsional, sedangkan ekstrak etanol dapat

dibuat dalam bentuk sediaan lain seperti serbuk, kapsul atau tablet.

DAFTAR PUSTAKA

52
Anonim, 1979, DepKes RI jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2008, Maintenance Manual for Laboratory Equipment, Edisi ke-2,


WHO Press, Genewa.

Anonim, 2009, British Pharmacopoeia, Vol 1. The Stationery Office, London.

Anonim, 2010, Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus and Its Complications, WHO Publishing, Geneva.

Arif, TG., Sharma, B., Dabur, R., Kumar, V., Gahlaut, A., 2013,
Antidiabetic Agents from Medical Plants : A review, Chemical
Biology Letters, 1:1-13.

Balasubramanyam, A., Garza, G., Rodriquez, L., Hampe, CS., Gaur, L.,
Lernmark, A., dan Maldonado, MR., 2006,Accuracy and Predictive
Value of Classification Schemes for Ketosis-prone Diabetes,
Diabetes Care 29: 2575-9.

Bosenberg, LH., 2008, The Mechanism of Action of Oral Antidiabetic


Drugs : A Review of Recent Literature, The Journal of
Endocrinology, Metabolism an Diabetes of South Africa: 80-88.

Champe, PC., Harvey, RA., dan Ferrier, DR., 2005, Lippincotts Illustrated
Review : Biochemistry, DK Publishing, New York.

Chen, H., Yan, X., Lin, W., Zheng, L., dan Zhang W., 2004, A New Methode for
Screening a Glucosidase Inhobitors and Applications to Marine
Microorganisms, Pharmaceutical Biology 42: 416-421.

Colby, DS., 1985, Ringkasan Biokimia Harper, diterjemahkan oleh Adji Dharma,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Dalimartha, S., 2005, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3, Puspa Swara,
Jakarta.

Desu, BRS., dan Reddy, S., 2013, Hypoglycemic and Antidiabetic Activity of
Daucus carota Seeds In Alloxan Induced Diabetic Rats, International
Journal of Advances in Pharmaceutical Sciences, Vol 4:907-913.

53
Dewi, RT., Iskandar, YM., Hanafi, M., Kardono, LBS., Angelina, M., Dewijanti,
ID., dan Banja, SDS., 2007, Inhibitory Effect of Koji Aspergillus Terreus
on -Glukosidase Activity and Postprandial Hyperglycemia, Pakistan
Journal of Biological Science,Vol 10 (18) : 3131-3135.

Frantz, S., Calvillo, L., Tillmanns, J., Elbing, I., Dienesch, C., Bischoff, H., Ertl
G., Bauersachs, J., 2005, Repetitive Postprandial Hyperglycemia Increases
Cardiac Ischemia/Reperfusion Injury: Prevention by The Alpha-
Glucosidase Inhibitor Acarbose, FASEB Journal, 19:591-593.

Floris, A., Lucassen, PL., Akkermans, RP., Lisdonk, EH., Rutten, GE., dan Weel,
CV., 2005, -glucosidase Inhibitors for Patient with Type 2 Diabetes,
Diabetes Care 28:154-163.

Gandjar, IG., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Guo, LP., Jiang, TF., Lv, Z.H., dan Wang, YH., 2010, Screening Alpha-
glucosidase Inhibitors from Traditional Chinese Drugs by Capillary
Electrophoresis with Electrophoretically Mediated Microanalysis, Journal
of pharmaceutical an Biomedical Analysis, 53: 1250-1253.

Henry, A., MT, S., dan Yanuar, A., 2002, Analisis Spektrofotometri UV-Vis pada
Obat Influenza dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linear,
Komputer dan Sistem Intelijen, Jakarta.

Jawla, S., Kumar, Y., dan Khan, MSY., 2012, Antimicrobial and
Antihyperglicemic Activities of Musa paradisiacal Flowers, Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 914-918.
Katno, dan Pramono, S., 2008 , Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional, Fakultas Farmasi Universitas Gajah
Mada,Yogyakarta.

Katzung, BG., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahan dari Bahasa
Inggris oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Salemba Medika.

Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Lehninger, A.L., 1997, Dasar-Dasar Biokimia, Jilid I, diterjemahkan oleh


Thenawidjaya, Erlangga, Jakarta.

Malviya, N., Jain, S., dan Malviya, S., 2010, Antidiabetic Potential of
Medicinal Plants, Acta Poloniae Pharmaceutica-Drug Research,
67: 113-118.

54
Makfoeld, D., Marseno,DW.,Hastuti, P., Raharjo, S., Sastrosuwignyo, S.,
Suhardi, S., Martoharsono, S., Hadiwiyoto, S., dan Tranggono.,
2002, Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi, Kanisius, Yogyakarta.

McPherson, RA & Pincus, MR., 2007, Henrys Clinical Diagnosis and


Management By Laboratory Methods, Edisi 21, Saunders
Elsevier, Philadelpia.

Mogale, MA., Lebelo, SL., Thovhogi, N., dan Shai, LJ., 2011, -Amylase and
-Glukosidase Inhibitory Effect of Sclerocarya birrea [(A. Rich) Hochst.]
Subspecies caffra (Sond) Kokwaro (Anacardiaceae) Stem-bark Extracts,
African Journal of Biotechnology, 10(66), 15033-15035.

Murray., Robert, K., Daryl KG., dan Victor WR., 2009, Biokimia Harper edisi 27
terjemahan dari Harpers biochemistry 27th oleh brahm U. pendit, 65-69,
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Nashiru, O., Koh, S., Lee, S., Lee, D., 2001. Novel -glukosidase from extreme
thermophile Thermus caldophilus GK24, Journal Biochem and Mol Biol,
34 : 347-354.

Nugroho, AE., 2012, Farmakologi : Obat-obat Penting Dalam


Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Putra, WS., 2013, 68 Buah Ajaib Penangkal Penyakit, Katahati, Yogyakarta.

Sahputra, FM., 2008, Potensi Ekstrak Kulit dan Daging Buah Salak Sebagai
Antidiabetes, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Sharma, A., Sharma, AK., Chand, T., Khardiya, M., dan Yadav, KC.,
2013, Antidiabetic and Antihyperlipidemic Activity of Cucurbita
moschata Duchesne (pumpkin) Seeds on Streptozotocin Induced
Diabetic Rats, Journal Pharmacog Phytochem, 1(6): 108-116.

Shinde, J., Taldone, T., Barletta, M., Kunaparaju, N., Bo, H., Kumar, S.,
2008, Alpha-glukosidase Inhibitory Activity of Syzygium cumini
(Linn.) Skeel Sees Kemel in Vitro and in Goto-Kakizaki (GK) rats,
Carbohydrate Research 343, 1278-1281.

Soewoto, H., Sadikin, M., Kurniati, V., Wanandi, SI., Retno, D., Abadi, P.,
Prijanti, AR., Harahap, IP., dan Jusman, SWA., 2001, Biokimia :
Eksperimen Laboratorium, Bagian Biokimia Fkui, Penerbit Widya
Medika, Jakarta.

55
Storey, KB., 2004, Functional Metabolism : Regulation and Adaptation, Wiley-
Liss Inc, New Jersey.

Suarsana, IN., Priosoeryanto, BP., Bintang, M., dan Wresdiyati, T., 2008, Aktivitas
Daya Hambat Enzim -glukosidase dan Efek Hipoglikemik Ekstrak
Tempe pada Tikus Diabetes, Jurnal Veteriner 9:122-127.

Subroto, MA., 2006, Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus, Penebar


Swadaya, Jakarta.

Sugiwati, S., 2005, Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Buah


Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) Sebagai
Inhibitor -glukosidase in vitro dan in vivo pada Tikus Putih,
Tesis, Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sugiwati, S., Setiasi, S., dan Afifah, E., 2009, Antihyperrglycemic


Activity of The Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (scheff)
boerl.] Leaf Extracts as an Alpha-glucosidase Inhibitor, Makara,
Kesehatan, Vol. 13. No. 2 : 74-78.

Sukandar, EY., Andrajati, R., Sigit, JI., Adnyana, IK., Setiadi, AAP., dan
Kusnandar., 2009, ISO Farmakoterapi, PT ISFI Penerbitan,
Jakarta.

Sunil, J., Kumar, Y., Khan, MSY., 2012, Antimicrobial and


Antihyperglychemic Activities of Musa paradisaca flowers, Asian
Pasific Journal of Tropical Biomedicine, 914-918.

Supriani,S., Fitmawati, Sofiyanti, N., 2014, Studi Etnobotani Dalam


Budaya Kuliner Melayu Riau di Kabupaten Siak dan Uji Fitokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Riau, Pekanbaru.

Tara, E., dan Eddy, S., 2002, Buku Pintar Terapi Diabetes Mellitus, Taramedia
dan Restu Agung, Jakarta.

Utami, P., 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, PT Agromedia Pustaka, Jakarta
selatan.

Wijayakusuma, MH., 2008, Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing, Cetakan V,


Hal 57-58, Puspa Swara, Jakarta.

56
Wijoyo, PM., 2008, Sehat dengan Tanaman Obat, Seri kelima, Bee media
Indonesia, Jakarta.

Zakhartsev, MV.,Portner, HO., dan Blusta, R., (2003), Enviromentally


Low Temperature Kinetic and Thermodynamicstudy of Lactate
Dehydrogenase from Atlantic cod (G. morhua) using 96-well
Microplate Technique, Elsevier, 10-20.

Lampiran 1. Gambar Jantung dan bunga Musa balbisiana L.

Gambar 5. Jantung Musa balbisiana L.

57
Gambar 6. Bunga Musa balbisiana L.
Lampiran 2. Gambar Daucus carota L. dan buah Cucurbita moschata Durch.

Gambar 7. Daucus carota L.

58
3 Sampel
(masing-masing 1kg)

Gambar 8. Buah Cucurbita moschata Durch.


Sampel kering (500g)

Lampiran 3. Tahapan Umum Penelitian

Infusa Maserasi Infusa Maserasi


Disortasi
Dirajang
Ekstrak kental etanol Ekstrak kental etanol
Sampel basah (500g)

Uji fitokimia Uji fitokimia

Uji inhibisi enzim

-glukosidase -amilase

Data % inhibisi
59

Analisis data dengan ANOVA


Gambar 9. Tahapan umum penelitian

Lampiran 4. Skema Pembuatan Infusa dan Pembuatan Ekstrak Etanol

50 gram sampel
Panaskan dalam 100 ml air
pada suhu 90C selama 15
menit diatas penangas air

Infusa

Gambar 10. Skema kerja pembuatan infusa

Sampel (segar/kering)

MaseratDimaserasi dengan etanol dalam

60

Ekstrak kental etanol


wadah tertutup selama 5 hari
dilakukan 3 kali pengulangan,
kemudian disaring

Diuapkan dengan menggunakan


Rotary evaporator

Gambar 11. Skema kerja pembuatan ekstrak etanol

Lampiran 5. Skema Kerja Uji Inhibisi Sampel Terhadap Aktivitas Enzim


-amilase Secara In Vitro
Sampel Blanko Akarbose
150 l sampel 400 l aquadest 150 l akarbose
+250 l aquadest + 400 l enzim -amilase +250 l aquadest
+ 400 l enzim + 400 l enzim
-amilase -amilase

Dimasukkan ke dalam sumur 96 wells


kemudian diinkubasi pada suhu 37C
selama 30 menit
Ditambahkan 50 l
larutan amilum 0,5 %

Diinkubasi kembali pada suhu 37C


selama 40 menit
Ditambahkan 25 l larutan
DNS, lalu divortex
Dimasukkan ke penangas air (100C)
selama 10 menit

Diukur absorban pada


= 61
530 nm
Dihitung % inhibisi

Gambar 12. Skema kerja uji inhibisi enzim -amilase

Lampiran 6. Skema Kerja Uji Inhibisi Sampel Terhadap Aktivitas Enzim


-glukosidase Terhadap Sampel Secara In Vitro
Akarbose
Sampel Blanko
10 l akarbose
10 l sampel 10 l pelarut
+ 50 l buffer fosfat
+ 50 l buffer fosfat + 50 l buffer fosfat
+ 25 l enzim -
+ 25 l enzim - + 25 l enzim -
glukosidase
glukosidase glukosidase

Dimasukkan dalam sumur microplate


reader 96 wells kemudian diinkubasi
pada suhu 37C selama 10 menit
Ditambahkan 25 l
p-nitrofenil--D-
glukopiranosida

Kemudian diinkubasi kembali


pada suhu 37C selama 30 menit
Reaksi dihentikan dengan
menambahkan 100 l larutan
Na2CO3

62
Ukur absorban pada
= 410 nm

Dihitung % inhibisi

Gambar 13. Skema kerja uji inhibisi enzim -glukosidase

Lampiran 7. Surat Hasil Identifikasi Sampel

63
Gambar 14. Surat hasil identifikasi sampel

Lampiran 8. Persen (%) Rendemen Sampel


Tabel 4. Persen (%) rendemen sampel

64
No Nama Tanaman Berat (S) (g) Berat (K) (g) % Rendemen

1. Buah Labu Merah 500 26,60 5,32

2. Wortel 500 49,30 9,86

3. Bunga Pisang kepok 500 52,64 10,52

65
Lampiran 9. Uji Fitokimia Alkaloid, Flavonoid, dan Fenolik Pada Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
Tabel 5. Uji Fitokimia Alkaloid, Flavonoid, dan Fenolik Pada Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
NO Uji fitokimia
Sampel Literatur Alkaloid Flavonoid Fenolik
Hasil Gambar Hasil Gambar Hasil Gambar
1
Buah labu merah (S) - - -
Alkaloid,
flavonoid,
saponin
Buah labu merah (K) - - -

2
Wortel (S) - + -
Alkaloid,
flavonoid,
steroid
Wortel (K) - - -

3 Bunga pisang kepok (S) Flavonoid, - + +


saponin,
steroid

66
Bunga pisang kepok (K) - - -

Lampiran 10. Uji Fitokimia Saponin, Terpenoid dan Steroid Pada Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
Tabel 6. Uji Fitokimia Saponin, Terpenoid dan Steroid Pada Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
NO Uji fitokimia
Sampel Literatur Saponin Terpenoid Steroid
Hasil Gambar Hasil Hasil Gambar
1
Buah labu merah (S) + - -
Alkaloid,
flavonoid,
saponin
Buah labu merah (K) - - -

2 Wortel (S) Alkaloid, - + -


flavonoid,
steroid

67
Wortel (K) - + -

3
Bunga pisang kepok (S) + - -
Flavonoid,
saponin,
steroid
Bunga pisang kepok (K) + - -

Lampiran 11. Uji Inhibisi Enzim -amilase Dari Infusa Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
Tabel 7. Uji Inhibisi Enzim -amilase Dari Infusa Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok

rata-rata
Sampel Ulangan S1 S0 S1-S0 B1 B0 B1-B0 % inhibisi SD
% inhibisi
1 0,505 0,511 -0,005 0,455 0,069 0,386 101,425
Buah Labu
2 0,535 0,564 -0,029 0,445 0,065 0,380 107,632 109,299 8,826906
Merah (K)
3 0,379 0,457 -0,078 0,479 0,065 0,414 118,841
1 0,114 0,083 0,031 0,455 0,069 0,386 91,969
Buah Labu
2 0,117 0,07 0,047 0,445 0,065 0,380 87,632 91,751 4,014442
Merah (S)
3 0,129 0,111 0,018 0,479 0,065 0,414 95,652
1 0,199 0,191 0,008 0,455 0,069 0,386 97,927
Wortel (K) 2 0,173 0,14 0,094 0,445 0,065 0,380 91,316 92,288 5,302607
3 0,147 0.095 0,052 0,479 0,065 0,414 87,440
Wortel (S) 1 0,143 0,113 0,030 0,455 0,069 0,386 92,228 89,162 2,771255
2 0,146 0,102 0,044 0,445 0,065 0,380 88,421

68
3 0,145 0,09 0,156 0,479 0,065 0,414 86,836
1 1,196 0,415 0,781 0,455 0,069 0,386 -102,332
Bunga Pisang
2 1,093 0,459 0,634 0,445 0,065 0,380 -66,842 -97,696 28,816600
Kepok (K)
3 1,298 0,371 0,927 0,479 0,065 0,414 -123,913
1 0,844 0,221 0,623 0,455 0,069 0,386 -61,399
Bunga Pisang
2 0,677 0,217 0,460 0,445 0,065 0,380 -21,053 -37,790 21,032551
Kepok (S)
3 0,761 0,219 0,542 0,479 0,065 0,414 -30,918
1 0,136 0,057 0,079 1,354 0,063 1,291 93,881
Akarbose 2 0,153 0,073 0,080 1,374 0,060 1,314 93,912 93,883 0,028054
3 0,145 0,065 0,080 1,364 0,062 1,302 93,856

Lampiran 12. Uji Inhibisi Enzim -amilase Dari Ekstrak Etanol Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
Tabel 8. Uji Inhibisi Enzim -amilase Dari Ekstrak Etanol Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
rata-rata
Sampel Ulangan S1 S0 S1-S0 B1 B0 B1-B0 % inhibisi SD
%inhibisi
1 0,472 0,316 0,156 0,709 0,345 0,364 57,143
Buah Labu Merah
2 0,464 0,276 0,188 0,709 0,345 0,364 48,352 47,619 9,910333
(K)
3 0,484 0,256 0,228 0,709 0,345 0,364 37,363
1 0,480 0,324 0,156 0,709 0,345 0,364 57,143
Buah Labu Merah
2 0,464 0,288 0,176 0,709 0,345 0,364 51,648 49,451 8,995153
(S)
3 0,468 0,248 0,220 0,709 0,345 0,364 39,560
1 0,464 0,324 0,140 0,709 0,345 0,364 61,538
Wortel (K) 2 0,460 0,264 0,196 0,709 0,345 0,364 46,154 48,718 11,749724
3 0,472 0,248 0,224 0,709 0,345 0,364 38,462
1 0,460 0,276 0,184 0,709 0,345 0,364 49,451
Wortel (S) 2 0,440 0,248 0,192 0,709 0,345 0,364 47,253 45,055 5,814794
3 0,500 0,276 0,224 0,709 0,345 0,364 38,462

69
1 0,506 0,266 0,240 0,709 0,345 0,364 34,066
Bunga Pisang
2 0,492 0,208 0,284 0,709 0,345 0,364 21,978 34,066 0,088000
Kepok (K)
3 0,520 0,324 0,196 0,709 0,345 0,364 46,154
1 0,468 0,288 0,180 0,709 0,345 0,364 50,549
Bunga Pisang
2 0,436 0,302 0,134 0,709 0,345 0,364 63,187 51,832 10,771898
Kepok (S)
3 0,528 0,316 0,212 0,709 0,345 0,364 41,758
1 0,136 0,057 0,079 1,354 0,063 1,291 93,881
Akarbose 2 0,153 0,073 0,080 1,374 0,060 1,314 93,912 93,883 0,028054
3 0,145 0,065 0,080 1,364 0,062 1,302 93,856

70
Lampiran 13. Diagram Persen (%) Inhibisi Sampel Terhadap Enzim -amilase

Akarbose;
Akarbose; 92 93.9
Akarbose; 86.88
Buah Labu Merah; 81

Wortel; 64
Infusa ( Sampel Segar)
Akarbose;
Buah49Labu Merah; 49
% Inhibisi Akarbose; 48 Merah;
Buah Labu 45 Infusa (Sampel Kering)
Wortel; 42
Ekstrak (Sampel Segar)
Ekstrak (Sampel Kering)
Akarbose

Buah
Buah
LabuLabu
Merah;
WWortel;
Bunga
Merah;
ortel;
SampelBunga
Bunga
W
0
Bunga
ortel;
Bunga
00Pisang
0Pisang
Pisang
0Pisang
Pisang
Kepok;
Kepok;
Kepok;
Kepok;
Kepok;
0 00 00

Gambar 15. Diagram persen (%) inhibisi sampel terhadap enzim -amilase

71
Lampiran 14. Hasil Analisis ANOVA Persen (%) Inhibisi Sampel Terhadap Enzim -amilase
Descriptives
Persen Inhibisi
95% Confidence Interval for
Sampel Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Infusa Labu Merah Segar 3 9.17510E1 4.014442 2.317739 81.77857 101.72343 87.632 95.652
Infusa Labu Merah Kering 3 1.09299E2 8.826906 5.096216 87.37208 131.22658 101.425 118.841
Ekstrak Labu Merah Segar 3 4.94503E1 8.995153 5.193354 27.10513 71.79553 39.560 57.143
Ekstrak Labu Merah Kering 3 4.76193E1 9.910333 5.721733 23.00070 72.23797 37.363 57.143
Infusa Wortel Segar 3 8.91617E1 2.771255 1.599985 82.27749 96.04585 86.836 92.228
Infusa Wortel Kering 3 9.22277E1 5.302607 3.061462 79.05526 105.40007 87.440 97.927
Ekstrak Wortel Segar 3 4.50553E1 5.814794 3.357173 30.61058 59.50008 38.462 49.451
Ekstrak Wortel Kering 3 4.87180E1 11.749724 6.783706 19.53007 77.90593 38.462 61.538
Infusa Bunga Pisang Segar 3 -3.77900E1 21.032551 1.214315E1 -90.03775 14.45775 -61.399 -21.053
Infusa Bunga Pisang Kering 3 -9.76957E1 28.816600 1.663727E1 -169.28007 -26.11126 -123.913 -66.842
Ekstrak Bunga Pisang Segar 3 5.18313E1 10.771898 6.219158 25.07245 78.59021 41.758 63.187
Ekstrak Bunga Pisang Kering 3 3.40660E1 12.088000 6.979010 4.03774 64.09426 21.978 46.154
Akarbose 3 9.38830E1 .028054 .016197 93.81331 93.95269 93.856 93.912
Total 39 4.75059E1 57.291122 9.173922 28.93432 66.07758 -123.913 118.841

Test of Homogeneity of Variances


Persen Inhibisi

72
Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.680 12 26 .017

ANOVA
Persen Inhibisi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 120694.878 12 10057.906 64.866 .000
Within Groups 4031.484 26 155.057
Total 124726.361 38

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Persen Inhibisi
Tukey HSD
( I ) Sampel (J) Sampel Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

73
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
Infusa Labu Merah Segar Infusa Labu Merah Kering -17.548333 1.016717E1 .867 -54.49622 19.39955
Ekstrak Labu Merah Segar 42.300667* 1.016717E1 .015 5.35278 79.24855
Ekstrak Labu Merah Kering 44.131667* 1.016717E1 .010 7.18378 81.07955
Infusa Wortel Segar 2.589333 1.016717E1 1.000 -34.35855 39.53722
Infusa Wortel Kering -.476667 1.016717E1 1.000 -37.42455 36.47122
Ekstrak Wortel Segar 46.695667* 1.016717E1 .005 9.74778 83.64355
Ekstrak Wortel Kering 43.033000* 1.016717E1 .013 6.08512 79.98088
Infusa Bunga Pisang Segar 129.541000* 1.016717E1 .000 92.59312 166.48888
Infusa Bunga Pisang Kering 189.446667* 1.016717E1 .000 152.49878 226.39455
Ekstrak Bunga Pisang Segar 39.919667* 1.016717E1 .026 2.97178 76.86755
Ekstrak Bunga Pisang Kering 57.685000* 1.016717E1 .000 20.73712 94.63288
Akarbose -2.132000 1.016717E1 1.000 -39.07988 34.81588

74
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Infusa Labu Merah Kering Infusa Labu Merah Segar 17.548333 1.016717E1 .867 -19.39955 54.49622
Ekstrak Labu Merah Segar 59.849000* 1.016717E1 .000 22.90112 96.79688
Ekstrak Labu Merah Kering 61.680000* 1.016717E1 .000 24.73212 98.62788
Infusa Wortel Segar 20.137667 1.016717E1 .735 -16.81022 57.08555
Infusa Wortel Kering 17.071667 1.016717E1 .886 -19.87622 54.01955
Ekstrak Wortel Segar 64.244000* 1.016717E1 .000 27.29612 101.19188
Ekstrak Wortel Kering 60.581333* 1.016717E1 .000 23.63345 97.52922
Infusa Bunga Pisang Segar 147.089333* 1.016717E1 .000 110.14145 184.03722
Infusa Bunga Pisang Kering 206.995000* 1.016717E1 .000 170.04712 243.94288
Ekstrak Bunga Pisang Segar 57.468000* 1.016717E1 .000 20.52012 94.41588
Ekstrak Bunga Pisang Kering 75.233333* 1.016717E1 .000 38.28545 112.18122
Akarbose 15.416333 1.016717E1 .939 -21.53155 52.36422

75
Mean 95% Confidence Interval
( I ) Sampel (J) Sampel Difference Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Labu Merah Segar Infusa Labu Merah Segar -42.300667* 1.016717E1 .015 -79.24855 -5.35278
Infusa Labu Merah Kering -59.849000* 1.016717E1 .000 -96.79688 -22.90112
Ekstrak Labu Merah Kering 1.831000 1.016717E1 1.000 -35.11688 38.77888
Infusa Wortel Segar -39.711333* 1.016717E1 .027 -76.65922 -2.76345
Infusa Wortel Kering -42.777333* 1.016717E1 .013 -79.72522 -5.82945
Ekstrak Wortel Segar 4.395000 1.016717E1 1.000 -32.55288 41.34288
Ekstrak Wortel Kering .732333 1.016717E1 1.000 -36.21555 37.68022
Infusa Bunga Pisang Segar 87.240333* 1.016717E1 .000 50.29245 124.18822
Infusa Bunga Pisang Kering 147.146000* 1.016717E1 .000 110.19812 184.09388
Ekstrak Bunga Pisang Segar -2.381000 1.016717E1 1.000 -39.32888 34.56688
Ekstrak Bunga Pisang Kering 15.384333 1.016717E1 .940 -21.56355 52.33222
Akarbose -44.432667* 1.016717E1 .009 -81.38055 -7.48478

76
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Labu Merah Kering Infusa Labu Merah Segar -44.131667* 1.016717E1 .010 -81.07955 -7.18378
Infusa Labu Merah Kering -61.680000* 1.016717E1 .000 -98.62788 -24.73212
Ekstrak Labu Merah Segar -1.831000 1.016717E1 1.000 -38.77888 35.11688
Infusa Wortel Segar -41.542333* 1.016717E1 .018 -78.49022 -4.59445
Infusa Wortel Kering -44.608333* 1.016717E1 .009 -81.55622 -7.66045
Ekstrak Wortel Segar 2.564000 1.016717E1 1.000 -34.38388 39.51188
Ekstrak Wortel Kering -1.098667 1.016717E1 1.000 -38.04655 35.84922
Infusa Bunga Pisang Segar 85.409333* 1.016717E1 .000 48.46145 122.35722
Infusa Bunga Pisang Kering 145.315000* 1.016717E1 .000 108.36712 182.26288
Ekstrak Bunga Pisang Segar -4.212000 1.016717E1 1.000 -41.15988 32.73588
Ekstrak Bunga Pisang Kering 13.553333 1.016717E1 .975 -23.39455 50.50122
Akarbose -46.263667* 1.016717E1 .006 -83.21155 -9.31578

77
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Infusa Wortel Segar Infusa Labu Merah Segar -2.589333 1.016717E1 1.000 -39.53722 34.35855
Infusa Labu Merah Kering -20.137667 1.016717E1 .735 -57.08555 16.81022
Ekstrak Labu Merah Segar 39.711333* 1.016717E1 .027 2.76345 76.65922
Ekstrak Labu Merah Kering 41.542333* 1.016717E1 .018 4.59445 78.49022
Infusa Wortel Kering -3.066000 1.016717E1 1.000 -40.01388 33.88188
Ekstrak Wortel Segar 44.106333* 1.016717E1 .010 7.15845 81.05422
Ekstrak Wortel Kering 40.443667* 1.016717E1 .023 3.49578 77.39155
Infusa Bunga Pisang Segar 126.951667* 1.016717E1 .000 90.00378 163.89955
Infusa Bunga Pisang Kering 186.857333* 1.016717E1 .000 149.90945 223.80522
Ekstrak Bunga Pisang Segar 37.330333* 1.016717E1 .046 .38245 74.27822
Ekstrak Bunga Pisang Kering 55.095667* 1.016717E1 .001 18.14778 92.04355
Akarbose -4.721333 1.016717E1 1.000 -41.66922 32.22655

78
( I ) Sampel (J) Sampel Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I- Lower Bound Upper Bound
J)
Infusa Wortel Kering Infusa Labu Merah Segar .476667 1.016717E1 1.000 -36.47122 37.42455
Infusa Labu Merah Kering -17.071667 1.016717E1 .886 -54.01955 19.87622
Ekstrak Labu Merah Segar 42.777333* 1.016717E1 .013 5.82945 79.72522
Ekstrak Labu Merah Kering 44.608333* 1.016717E1 .009 7.66045 81.55622
Infusa Wortel Segar 3.066000 1.016717E1 1.000 -33.88188 40.01388
Ekstrak Wortel Segar 47.172333* 1.016717E1 .005 10.22445 84.12022
Ekstrak Wortel Kering 43.509667* 1.016717E1 .011 6.56178 80.45755
Infusa Bunga Pisang Segar 130.017667* 1.016717E1 .000 93.06978 166.96555
Infusa Bunga Pisang Kering 189.923333* 1.016717E1 .000 152.97545 226.87122
Ekstrak Bunga Pisang Segar 40.396333* 1.016717E1 .023 3.44845 77.34422
Ekstrak Bunga Pisang Kering 58.161667* 1.016717E1 .000 21.21378 95.10955
Akarbose -1.655333 1.016717E1 1.000 -38.60322 35.29255

79
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Wortel Segar Infusa Labu Merah Segar -46.695667* 1.016717E1 .005 -83.64355 -9.74778
Infusa Labu Merah Kering -64.244000* 1.016717E1 .000 -101.19188 -27.29612
Ekstrak Labu Merah Segar -4.395000 1.016717E1 1.000 -41.34288 32.55288
Ekstrak Labu Merah Kering -2.564000 1.016717E1 1.000 -39.51188 34.38388
Infusa Wortel Segar -44.106333* 1.016717E1 .010 -81.05422 -7.15845
Infusa Wortel Kering -47.172333* 1.016717E1 .005 -84.12022 -10.22445
Ekstrak Wortel Kering -3.662667 1.016717E1 1.000 -40.61055 33.28522
Infusa Bunga Pisang Segar 82.845333* 1.016717E1 .000 45.89745 119.79322
Infusa Bunga Pisang Kering 142.751000* 1.016717E1 .000 105.80312 179.69888
Ekstrak Bunga Pisang Segar -6.776000 1.016717E1 1.000 -43.72388 30.17188
Ekstrak Bunga Pisang Kering 10.989333 1.016717E1 .996 -25.95855 47.93722
Akarbose -48.827667* 1.016717E1 .003 -85.77555 -11.87978

80
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Wortel Kering Infusa Labu Merah Segar -43.033000* 1.016717E1 .013 -79.98088 -6.08512
Infusa Labu Merah Kering -60.581333* 1.016717E1 .000 -97.52922 -23.63345
Ekstrak Labu Merah Segar -.732333 1.016717E1 1.000 -37.68022 36.21555
Ekstrak Labu Merah Kering 1.098667 1.016717E1 1.000 -35.84922 38.04655
Infusa Wortel Segar -40.443667* 1.016717E1 .023 -77.39155 -3.49578
Infusa Wortel Kering -43.509667* 1.016717E1 .011 -80.45755 -6.56178
Ekstrak Wortel Segar 3.662667 1.016717E1 1.000 -33.28522 40.61055
Infusa Bunga Pisang Segar 86.508000* 1.016717E1 .000 49.56012 123.45588
Infusa Bunga Pisang Kering 146.413667* 1.016717E1 .000 109.46578 183.36155
Ekstrak Bunga Pisang Segar -3.113333 1.016717E1 1.000 -40.06122 33.83455
Ekstrak Bunga Pisang Kering 14.652000 1.016717E1 .957 -22.29588 51.59988
Akarbose -45.165000* 1.016717E1 .008 -82.11288 -8.21712

81
Mean 95% Confidence Interval
( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Infusa Bunga Pisang Segar Infusa Labu Merah Segar -129.541000* 1.016717E1 .000 -166.48888 -92.59312
Infusa Labu Merah Kering -147.089333* 1.016717E1 .000 -184.03722 -110.14145
Ekstrak Labu Merah Segar -87.240333* 1.016717E1 .000 -124.18822 -50.29245
Ekstrak Labu Merah Kering -85.409333* 1.016717E1 .000 -122.35722 -48.46145
Infusa Wortel Segar -126.951667* 1.016717E1 .000 -163.89955 -90.00378
Infusa Wortel Kering -130.017667* 1.016717E1 .000 -166.96555 -93.06978
Ekstrak Wortel Segar -82.845333* 1.016717E1 .000 -119.79322 -45.89745
Ekstrak Wortel Kering -86.508000* 1.016717E1 .000 -123.45588 -49.56012
Infusa Bunga Pisang Kering 59.905667* 1.016717E1 .000 22.95778 96.85355
Ekstrak Bunga Pisang Segar -89.621333* 1.016717E1 .000 -126.56922 -52.67345
Ekstrak Bunga Pisang Kering -71.856000* 1.016717E1 .000 -108.80388 -34.90812
Akarbose -131.673000* 1.016717E1 .000 -168.62088 -94.72512

( I ) Sampel (J) Sampel Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

82
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
Infusa Bunga Pisang Kering Infusa Labu Merah Segar -189.446667* 1.016717E1 .000 -226.39455 -152.49878
Infusa Labu Merah Kering -206.995000* 1.016717E1 .000 -243.94288 -170.04712
Ekstrak Labu Merah Segar -147.146000* 1.016717E1 .000 -184.09388 -110.19812
Ekstrak Labu Merah Kering -145.315000* 1.016717E1 .000 -182.26288 -108.36712
Infusa Wortel Segar -186.857333* 1.016717E1 .000 -223.80522 -149.90945
Infusa Wortel Kering -189.923333* 1.016717E1 .000 -226.87122 -152.97545
Ekstrak Wortel Segar -142.751000* 1.016717E1 .000 -179.69888 -105.80312
Ekstrak Wortel Kering -146.413667* 1.016717E1 .000 -183.36155 -109.46578
Infusa Bunga Pisang Segar -59.905667* 1.016717E1 .000 -96.85355 -22.95778
Ekstrak Bunga Pisang Segar -149.527000* 1.016717E1 .000 -186.47488 -112.57912
Ekstrak Bunga Pisang Kering -131.761667* 1.016717E1 .000 -168.70955 -94.81378
Akarbose -191.578667* 1.016717E1 .000 -228.52655 -154.63078

( I ) Sampel (J) Sampel Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

83
Difference (I-
J) Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Bunga Pisang Segar Infusa Labu Merah Segar -39.919667* 1.016717E1 .026 -76.86755 -2.97178
Infusa Labu Merah Kering -57.468000* 1.016717E1 .000 -94.41588 -20.52012
Ekstrak Labu Merah Segar 2.381000 1.016717E1 1.000 -34.56688 39.32888
Ekstrak Labu Merah Kering 4.212000 1.016717E1 1.000 -32.73588 41.15988
Infusa Wortel Segar -37.330333* 1.016717E1 .046 -74.27822 -.38245
Infusa Wortel Kering -40.396333* 1.016717E1 .023 -77.34422 -3.44845
Ekstrak Wortel Segar 6.776000 1.016717E1 1.000 -30.17188 43.72388
Ekstrak Wortel Kering 3.113333 1.016717E1 1.000 -33.83455 40.06122
Infusa Bunga Pisang Segar 89.621333* 1.016717E1 .000 52.67345 126.56922
Infusa Bunga Pisang Kering 149.527000* 1.016717E1 .000 112.57912 186.47488
Ekstrak Bunga Pisang Kering 17.765333 1.016717E1 .857 -19.18255 54.71322
Akarbose -42.051667* 1.016717E1 .016 -78.99955 -5.10378

( I ) Sampel (J) Sampel Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

84
Difference (I-
J) Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Bunga Pisang Kering Infusa Labu Merah Segar -57.685000* 1.016717E1 .000 -94.63288 -20.73712
Infusa Labu Merah Kering -75.233333* 1.016717E1 .000 -112.18122 -38.28545
Ekstrak Labu Merah Segar -15.384333 1.016717E1 .940 -52.33222 21.56355
Ekstrak Labu Merah Kering -13.553333 1.016717E1 .975 -50.50122 23.39455
Infusa Wortel Segar -55.095667* 1.016717E1 .001 -92.04355 -18.14778
Infusa Wortel Kering -58.161667* 1.016717E1 .000 -95.10955 -21.21378
Ekstrak Wortel Segar -10.989333 1.016717E1 .996 -47.93722 25.95855
Ekstrak Wortel Kering -14.652000 1.016717E1 .957 -51.59988 22.29588
Infusa Bunga Pisang Segar 71.856000* 1.016717E1 .000 34.90812 108.80388
Infusa Bunga Pisang Kering 131.761667* 1.016717E1 .000 94.81378 168.70955
Ekstrak Bunga Pisang Segar -17.765333 1.016717E1 .857 -54.71322 19.18255
Akarbose -59.817000* 1.016717E1 .000 -96.76488 -22.86912

( I ) Sampel (J) Sampel Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

85
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Akarbose Infusa Labu Merah Segar 2.132000 1.016717E1 1.000 -34.81588 39.07988
Infusa Labu Merah Kering -15.416333 1.016717E1 .939 -52.36422 21.53155
Ekstrak Labu Merah Segar 44.432667* 1.016717E1 .009 7.48478 81.38055
Ekstrak Labu Merah Kering 46.263667* 1.016717E1 .006 9.31578 83.21155
Infusa Wortel Segar 4.721333 1.016717E1 1.000 -32.22655 41.66922
Infusa Wortel Kering 1.655333 1.016717E1 1.000 -35.29255 38.60322
Ekstrak Wortel Segar 48.827667* 1.016717E1 .003 11.87978 85.77555
Ekstrak Wortel Kering 45.165000* 1.016717E1 .008 8.21712 82.11288
Infusa Bunga Pisang Segar 131.673000* 1.016717E1 .000 94.72512 168.62088
Infusa Bunga Pisang Kering 191.578667* 1.016717E1 .000 154.63078 228.52655
Ekstrak Bunga Pisang Segar 42.051667* 1.016717E1 .016 5.10378 78.99955
Ekstrak Bunga Pisang Kering 59.817000* 1.016717E1 .000 22.86912 96.76488
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

86
Homogeneous Subsets
Persen Inhibisi
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Sampel N a b c d
Infusa Bunga Pisang Kering 3 -9.76957E1
Infusa Bunga Pisang Segar 3 -3.77900E1
Ekstrak Bunga Pisang Kering 3 3.40660E1
Ekstrak Wortel Segar 3 4.50553E1
Ekstrak Labu Merah Kering 3 4.76193E1
Ekstrak Wortel Kering 3 4.87180E1
Ekstrak Labu Merah Segar 3 4.94503E1
Ekstrak Bunga Pisang Segar 3 5.18313E1
Infusa Wortel Segar 3 8.91617E1
Infusa Labu Merah Segar 3 9.17510E1
Infusa Wortel Kering 3 9.22277E1
Akarbose 3 9.38830E1
Infusa Labu Merah Kering 3 1.09299E2
Sig. 1.000 1.000 .857 .735
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

87
Lampiran 15. Uji Inhibisi Enzim -glukosidase Dari Infusa Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
Tabel 9. Uji Inhibisi Enzim -glukosidase Dari Infusa Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang

Sampel Ulangan S1 S0 S1-S0 B1 B0 B1-B0 % inhibisi rata-rata % inhibisi SD


1 1,334 0,563 0,771 0,754 0,054 0,700 -10,143
Buah Labu Merah
2 1,335 0,563 0,772 0,75 0,054 0,696 -10,920 -9,950 1,079518
(K)
3 1,343 0,563 0,780 0,771 0,054 0,717 -8,787
1 1,214 0,086 1,128 0,754 0,054 0,700 -61,143
Buah Labu Merah
2 1,311 0,086 1,225 0,75 0,054 0,696 -76,006 -70,867 8,426058
(S)
3 1,344 0,086 1,258 0,771 0,054 0,717 -75,453
1 1,171 0,622 0,549 0,754 0,054 0,700 21,571
Wortel (K) 2 1,173 0,622 0,551 0,75 0,054 0,696 20,833 22,224 1,808207
3 1,165 0,622 0,543 0,771 0,054 0,717 24,268
1 0,225 0,188 0,037 0,754 0,054 0,700 94,714
Wortel (S) 2 0,201 0,188 0,013 0,75 0,054 0,696 98,132 96,500 1,714151
3 0,212 0,188 0,024 0,771 0,054 0,717 96,653
1 1,01 0,331 0,679 0,754 0,054 0,700 3,000
Bunga Pisang Kepok
2 1,015 0,331 0,684 0,75 0,054 0,696 1,724 2,830 1,031560
(K)
3 1,021 0,331 0,690 0,771 0,054 0,717 3,766
1 1,089 0,137 0,952 0,754 0,054 0,700 -36,000
Bunga Pisang Kepok 2,670713
2 1,098 0,137 0,961 0,75 0,054 0,696 -38,075 -35,617
(S)
3 1,089 0,137 0,952 0,771 0,054 0,717 -32,775
1 0,067 0,053 0,014 0,832 0,049 0,783 98,212
Akarbose 2 0,069 0,053 0,016 0,832 0,049 0,783 97,957 97,999 0,180312
3 0,070 0,053 0,017 0,832 0,049 0,783 97,829

88
Lampiran 16. Uji Inhbisi Enzim -glukosidase Dari Ekstrak Etanol Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok
Tabel 10. Uji Inhibisi Enzim -glukosidase Dari Ekstrak Etanol Buah Labu Merah, Wortel dan Bunga Pisang Kepok

Rata-rata
Sampel Ulangan S1 S0 S1-S0 B1 B0 B1-B0 % inhibisi SD
% inhibisi
1 1,28 0,058 1,222 1,098 0,058 1,040 -17,500
Buah Labu Merah
2 1,303 0,058 1,245 1,098 0,058 1,040 -19,712 -17,821 1,753135
(K)
3 1,267 0,058 1,209 1,098 0,058 1,040 -16,250
1 1,438 0,062 1,376 1,098 0,058 1,040 -32,308
Buah Labu Merah
2 1,406 0,062 1,344 1,098 0,058 1,040 -29,231 -30,353 1,699480
(S)
3 1,409 0,062 1,347 1,098 0,058 1,040 -29,519
1 1,224 0,059 1,165 1,098 0,058 1,040 -12,019
Wortel (K) 2 1,2 0,059 1,141 1,098 0,058 1,040 -9,712 -10,769 1,165464
3 1,209 0,059 1,150 1,098 0,058 1,040 -10,577
1 1,168 0,058 1,110 1,098 0,058 1,040 -6,731
Wortel (S) 2 1,2 0,058 1,142 1,098 0,058 1,040 -9,808 -8,814 1,804858
3 1,201 0,058 1,143 1,098 0,058 1,040 -9,904
Bunga Pisang 1 1,242 0,059 1,183 1,098 0,058 1,040 -13,750 -13,045 0,840268
Kepok (K)
2 1,237 0,059 1,178 1,098 0,058 1,040 -13,269

89
3 1,225 0,059 1,166 1,098 0,058 1,040 -12,115
1 0,61 0,097 0,513 1,098 0,058 1,040 50,673
Bunga Pisang
2 0,542 0,097 0,445 1,098 0,058 1,040 57,212 52,436 4,183092
Kepok (S)
3 0,623 0,097 0,526 1,098 0,058 1,040 49,423
1 0,067 0,053 0,014 0,832 0,049 0,783 98,212
Akarbose 2 0,069 0,053 0,016 0,832 0,049 0,783 97,957 97,999 0,180312
3 0,070 0,053 0,017 0,832 0,049 0,783 97,829

90
Lampiran 17. Diagram Persen (%) Inhibisi Sampel Terhadap Enzim
-glukosidase

Akarbose;
Akarbose; 96.5 98

Infusa ( Sampel Segar)


% InhibisiAkarbose; 52.44
Infusa (Sampel Kering)
Ekstrak (Sampel Kering)
Akarbose
Akarbose; 22.22

Buah Labu Merah; 2.830


Wortel;
Buah
Buah
Buah
Labu
Labu
Labu
Merah;
W
Merah;
Bunga
ortel;
Merah;
Bunga
W
Sampel 0
Bunga
W
ortel;
Bunga
ortel;
00Pisang
0Pisang
0Pisang
0Pisang
Kepok;
Kepok;
Kepok;
Kepok;
0000

Gambar 16. Diagram persen (%) inhibisi sampel terhadap enzim -glukosidase

91
Lampiran 18. Hasil Analisis ANOVA Persen Inhibisi Sampel Terhadap Enzim -glukosidase
Descriptives
Persen Inhibisi
Std. 95% Confidence Interval for Mean
Sampel
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Infusa Labu Merah Segar 3 -7.08673E1 8.426058 4.864787 -91.79882 -49.93585 -76.006 -61.143
Infusa Labu Merah Kering 3 -9.950001.079518 .623260 -12.63167 -7.26833 -10.920 -8.787
Ekstrak Labu Merah Segar 3 -3.03527E1 1.699480 .981195 -34.57441 -26.13092 -32.308 -29.231
Ekstrak Labu Merah Kering 3 -1.78207E1 1.753135 1.012173 -22.17569 -13.46564 -19.712 -16.250
Infusa Wortel Segar 3 9.64997E1 1.714151 .989666 92.24148 100.75785 94.714 98.132
Infusa Wortel Kering 3 2.22240E1 1.808207 1.043969 17.73216 26.71584 20.833 24.268
Ekstrak Wortel Segar 3 -8.814331.804858 1.042035 -13.29785 -4.33082 -9.904 -6.731
Ekstrak Wortel Kering 3 -1.07693E1 1.165464 .672881 -13.66451 -7.87416 -12.019 -9.712
Infusa Bunga Pisang Segar 3 -3.56167E1 2.670713 1.541937 -42.25109 -28.98225 -38.075 -32.775
Infusa Bunga Pisang Kering 3 2.830001.031560 .595571 .26746 5.39254 1.724 3.766
Ekstrak Bunga Pisang Segar 3 5.24360E1 4.183092 2.415109 42.04462 62.82738 49.423 57.212
Ekstrak Bunga Pisang Kering 3 -1.30447E1 .840268 .485129 -15.13201 -10.95733 -13.750 -12.115
Akarbose 2 9.80845E1 .180312 .127500 96.46446 99.70454 97.957 98.212
Total 46.70765
38 3.32713 7.576982 -12.02529 18.67956 -76.006 98.212
7

92
Test of Homogeneity of Variances
Persen Inhibisi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6.246 12 25 .000

ANOVA
Persen Inhibisi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 80488.660 12 6707.388 726.747 .000
Within Groups 230.733 25 9.229
Total 80719.393 37

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Persen Inhibisi
Tukey HSD
( I ) Sampel (J) Sampel Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

93
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Infusa Labu Merah Segar Infusa Labu Merah Kering -60.917333* 2.480502 .000 -69.96454 -51.87013
Ekstrak Labu Merah Segar -40.514667* 2.480502 .000 -49.56187 -31.46746
Ekstrak Labu Merah Kering -53.046667* 2.480502 .000 -62.09387 -43.99946
Infusa Wortel Segar -167.367000* 2.480502 .000 -176.41421 -158.31979
Infusa Wortel Kering -93.091333* 2.480502 .000 -102.13854 -84.04413
Ekstrak Wortel Segar -62.053000* 2.480502 .000 -71.10021 -53.00579
Ekstrak Wortel Kering -60.098000* 2.480502 .000 -69.14521 -51.05079
Infusa Bunga Pisang Segar -35.250667* 2.480502 .000 -44.29787 -26.20346
Infusa Bunga Pisang Kering -73.697333* 2.480502 .000 -82.74454 -64.65013
Ekstrak Bunga Pisang Segar -123.303333* 2.480502 .000 -132.35054 -114.25613
Ekstrak Bunga Pisang Kering -57.822667* 2.480502 .000 -66.86987 -48.77546
Akarbose -168.951833* 2.773285 .000 -179.06692 -158.83675

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Infusa Labu Merah Kering Infusa Labu Merah Segar 60.917333* 2.480502 .000 51.87013 69.96454

94
Ekstrak Labu Merah Segar 20.402667* 2.480502 .000 11.35546 29.44987
Ekstrak Labu Merah Kering 7.870667 2.480502 .133 -1.17654 16.91787
Infusa Wortel Segar -106.449667* 2.480502 .000 -115.49687 -97.40246
Infusa Wortel Kering -32.174000* 2.480502 .000 -41.22121 -23.12679
Ekstrak Wortel Segar -1.135667 2.480502 1.000 -10.18287 7.91154
Ekstrak Wortel Kering .819333 2.480502 1.000 -8.22787 9.86654
Infusa Bunga Pisang Segar 25.666667* 2.480502 .000 16.61946 34.71387
Infusa Bunga Pisang Kering -12.780000* 2.480502 .001 -21.82721 -3.73279
Ekstrak Bunga Pisang Segar -62.386000* 2.480502 .000 -71.43321 -53.33879
Ekstrak Bunga Pisang Kering 3.094667 2.480502 .985 -5.95254 12.14187
Akarbose -108.034500* 2.773285 .000 -118.14958 -97.91942

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Labu Merah Segar Infusa Labu Merah Segar 40.514667* 2.480502 .000 31.46746 49.56187

95
Infusa Labu Merah Kering -20.402667* 2.480502 .000 -29.44987 -11.35546
Ekstrak Labu Merah Kering -12.532000* 2.480502 .002 -21.57921 -3.48479
Infusa Wortel Segar -126.852333* 2.480502 .000 -135.89954 -117.80513
Infusa Wortel Kering -52.576667* 2.480502 .000 -61.62387 -43.52946
Ekstrak Wortel Segar -21.538333* 2.480502 .000 -30.58554 -12.49113
Ekstrak Wortel Kering -19.583333* 2.480502 .000 -28.63054 -10.53613
Infusa Bunga Pisang Segar 5.264000 2.480502 .649 -3.78321 14.31121
Infusa Bunga Pisang Kering -33.182667* 2.480502 .000 -42.22987 -24.13546
Ekstrak Bunga Pisang Segar -82.788667* 2.480502 .000 -91.83587 -73.74146
Ekstrak Bunga Pisang Kering -17.308000* 2.480502 .000 -26.35521 -8.26079
Akarbose -128.437167* 2.773285 .000 -138.55225 -118.32208

Mean 95% Confidence Interval


Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

96
Ekstrak Labu Merah Kering Infusa Labu Merah Segar 53.046667* 2.480502 .000 43.99946 62.09387
Infusa Labu Merah Kering -7.870667 2.480502 .133 -16.91787 1.17654
Ekstrak Labu Merah Segar 12.532000* 2.480502 .002 3.48479 21.57921
Infusa Wortel Segar -114.320333* 2.480502 .000 -123.36754 -105.27313
Infusa Wortel Kering -40.044667* 2.480502 .000 -49.09187 -30.99746
Ekstrak Wortel Segar -9.006333 2.480502 .052 -18.05354 .04087
Ekstrak Wortel Kering -7.051333 2.480502 .244 -16.09854 1.99587
Infusa Bunga Pisang Segar 17.796000* 2.480502 .000 8.74879 26.84321
Infusa Bunga Pisang Kering -20.650667* 2.480502 .000 -29.69787 -11.60346
Ekstrak Bunga Pisang Segar -70.256667* 2.480502 .000 -79.30387 -61.20946
Ekstrak Bunga Pisang Kering -4.776000 2.480502 .767 -13.82321 4.27121
Akarbose -115.905167* 2.773285 .000 -126.02025 -105.79008

Mean 95% Confidence Interval


Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

97
Infusa Wortel Segar Infusa Labu Merah Segar 167.367000* 2.480502 .000 158.31979 176.41421
Infusa Labu Merah Kering 106.449667* 2.480502 .000 97.40246 115.49687
Ekstrak Labu Merah Segar 126.852333* 2.480502 .000 117.80513 135.89954
Ekstrak Labu Merah Kering 114.320333* 2.480502 .000 105.27313 123.36754
Infusa Wortel Kering 74.275667* 2.480502 .000 65.22846 83.32287
Ekstrak Wortel Segar 105.314000* 2.480502 .000 96.26679 114.36121
Ekstrak Wortel Kering 107.269000* 2.480502 .000 98.22179 116.31621
Infusa Bunga Pisang Segar 132.116333* 2.480502 .000 123.06913 141.16354
Infusa Bunga Pisang Kering 93.669667* 2.480502 .000 84.62246 102.71687
Ekstrak Bunga Pisang Segar 44.063667* 2.480502 .000 35.01646 53.11087
Ekstrak Bunga Pisang Kering 109.544333* 2.480502 .000 100.49713 118.59154
Akarbose -1.584833 2.773285 1.000 -11.69992 8.53025

Mean 95% Confidence Interval


Difference (I-
( I ) Sampel (J) Sampel J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

98
Infusa Wortel Kering Infusa Labu Merah Segar 93.091333* 2.480502 .000 84.04413 102.13854
Infusa Labu Merah Kering 32.174000* 2.480502 .000 23.12679 41.22121
Ekstrak Labu Merah Segar 52.576667* 2.480502 .000 43.52946 61.62387
Ekstrak Labu Merah Kering 40.044667* 2.480502 .000 30.99746 49.09187
Infusa Wortel Segar -74.275667* 2.480502 .000 -83.32287 -65.22846
Ekstrak Wortel Segar 31.038333* 2.480502 .000 21.99113 40.08554
Ekstrak Wortel Kering 32.993333* 2.480502 .000 23.94613 42.04054
Infusa Bunga Pisang Segar 57.840667* 2.480502 .000 48.79346 66.88787
Infusa Bunga Pisang Kering 19.394000* 2.480502 .000 10.34679 28.44121
Ekstrak Bunga Pisang Segar -30.212000* 2.480502 .000 -39.25921 -21.16479
Ekstrak Bunga Pisang Kering 35.268667* 2.480502 .000 26.22146 44.31587
Akarbose -75.860500* 2.773285 .000 -85.97558 -65.74542

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Wortel Segar Infusa Labu Merah Segar 62.053000* 2.480502 .000 53.00579 71.10021

99
Infusa Labu Merah Kering 1.135667 2.480502 1.000 -7.91154 10.18287
Ekstrak Labu Merah Segar 21.538333* 2.480502 .000 12.49113 30.58554
Ekstrak Labu Merah Kering 9.006333 2.480502 .052 -.04087 18.05354
Infusa Wortel Segar -105.314000* 2.480502 .000 -114.36121 -96.26679
Infusa Wortel Kering -31.038333* 2.480502 .000 -40.08554 -21.99113
Ekstrak Wortel Kering 1.955000 2.480502 1.000 -7.09221 11.00221
Infusa Bunga Pisang Segar 26.802333* 2.480502 .000 17.75513 35.84954
Infusa Bunga Pisang Kering -11.644333* 2.480502 .004 -20.69154 -2.59713
Ekstrak Bunga Pisang Segar -61.250333* 2.480502 .000 -70.29754 -52.20313
Ekstrak Bunga Pisang Kering 4.230333 2.480502 .875 -4.81687 13.27754
Akarbose -106.898833* 2.773285 .000 -117.01392 -96.78375

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Wortel Kering Infusa Labu Merah Segar 60.098000* 2.480502 .000 51.05079 69.14521

100
Infusa Labu Merah Kering -.819333 2.480502 1.000 -9.86654 8.22787
Ekstrak Labu Merah Segar 19.583333* 2.480502 .000 10.53613 28.63054
Ekstrak Labu Merah Kering 7.051333 2.480502 .244 -1.99587 16.09854
Infusa Wortel Segar -107.269000* 2.480502 .000 -116.31621 -98.22179
Infusa Wortel Kering -32.993333* 2.480502 .000 -42.04054 -23.94613
Ekstrak Wortel Segar -1.955000 2.480502 1.000 -11.00221 7.09221
Infusa Bunga Pisang Segar 24.847333* 2.480502 .000 15.80013 33.89454
Infusa Bunga Pisang Kering -13.599333* 2.480502 .001 -22.64654 -4.55213
Ekstrak Bunga Pisang Segar -63.205333* 2.480502 .000 -72.25254 -54.15813
Ekstrak Bunga Pisang Kering 2.275333 2.480502 .999 -6.77187 11.32254
Akarbose -108.853833* 2.773285 .000 -118.96892 -98.73875

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Infusa Bunga Pisang Segar Infusa Labu Merah Segar 35.250667* 2.480502 .000 26.20346 44.29787

101
Infusa Labu Merah Kering -25.666667* 2.480502 .000 -34.71387 -16.61946
Ekstrak Labu Merah Segar -5.264000 2.480502 .649 -14.31121 3.78321
Ekstrak Labu Merah Kering -17.796000* 2.480502 .000 -26.84321 -8.74879
Infusa Wortel Segar -132.116333* 2.480502 .000 -141.16354 -123.06913
Infusa Wortel Kering -57.840667* 2.480502 .000 -66.88787 -48.79346
Ekstrak Wortel Segar -26.802333* 2.480502 .000 -35.84954 -17.75513
Ekstrak Wortel Kering -24.847333* 2.480502 .000 -33.89454 -15.80013
Infusa Bunga Pisang Kering -38.446667* 2.480502 .000 -47.49387 -29.39946
Ekstrak Bunga Pisang Segar -88.052667* 2.480502 .000 -97.09987 -79.00546
Ekstrak Bunga Pisang Kering -22.572000* 2.480502 .000 -31.61921 -13.52479
Akarbose -133.701167* 2.773285 .000 -143.81625 -123.58608

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Infusa Bunga Pisang Kering Infusa Labu Merah Segar 73.697333* 2.480502 .000 64.65013 82.74454

102
Infusa Labu Merah Kering 12.780000* 2.480502 .001 3.73279 21.82721
Ekstrak Labu Merah Segar 33.182667* 2.480502 .000 24.13546 42.22987
Ekstrak Labu Merah Kering 20.650667* 2.480502 .000 11.60346 29.69787
Infusa Wortel Segar -93.669667* 2.480502 .000 -102.71687 -84.62246
Infusa Wortel Kering -19.394000* 2.480502 .000 -28.44121 -10.34679
Ekstrak Wortel Segar 11.644333* 2.480502 .004 2.59713 20.69154
Ekstrak Wortel Kering 13.599333* 2.480502 .001 4.55213 22.64654
Infusa Bunga Pisang Segar 38.446667* 2.480502 .000 29.39946 47.49387
Ekstrak Bunga Pisang Segar -49.606000* 2.480502 .000 -58.65321 -40.55879
Ekstrak Bunga Pisang Kering 15.874667* 2.480502 .000 6.82746 24.92187
Akarbose -95.254500* 2.773285 .000 -105.36958 -85.13942

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Bunga Pisang Segar Infusa Labu Merah Segar 123.303333* 2.480502 .000 114.25613 132.35054

103
Infusa Labu Merah Kering 62.386000* 2.480502 .000 53.33879 71.43321
Ekstrak Labu Merah Segar 82.788667* 2.480502 .000 73.74146 91.83587
Ekstrak Labu Merah Kering 70.256667* 2.480502 .000 61.20946 79.30387
Infusa Wortel Segar -44.063667* 2.480502 .000 -53.11087 -35.01646
Infusa Wortel Kering 30.212000* 2.480502 .000 21.16479 39.25921
Ekstrak Wortel Segar 61.250333* 2.480502 .000 52.20313 70.29754
Ekstrak Wortel Kering 63.205333* 2.480502 .000 54.15813 72.25254
Infusa Bunga Pisang Segar 88.052667* 2.480502 .000 79.00546 97.09987
Infusa Bunga Pisang Kering 49.606000* 2.480502 .000 40.55879 58.65321
Ekstrak Bunga Pisang Kering 65.480667* 2.480502 .000 56.43346 74.52787
Akarbose -45.648500* 2.773285 .000 -55.76358 -35.53342

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Ekstrak Bunga Pisang Kering Infusa Labu Merah Segar 57.822667* 2.480502 .000 48.77546 66.86987

104
Infusa Labu Merah Kering -3.094667 2.480502 .985 -12.14187 5.95254
Ekstrak Labu Merah Segar 17.308000* 2.480502 .000 8.26079 26.35521
Ekstrak Labu Merah Kering 4.776000 2.480502 .767 -4.27121 13.82321
Infusa Wortel Segar -109.544333* 2.480502 .000 -118.59154 -100.49713
Infusa Wortel Kering -35.268667* 2.480502 .000 -44.31587 -26.22146
Ekstrak Wortel Segar -4.230333 2.480502 .875 -13.27754 4.81687
Ekstrak Wortel Kering -2.275333 2.480502 .999 -11.32254 6.77187
Infusa Bunga Pisang Segar 22.572000* 2.480502 .000 13.52479 31.61921
Infusa Bunga Pisang Kering -15.874667* 2.480502 .000 -24.92187 -6.82746
Ekstrak Bunga Pisang Segar -65.480667* 2.480502 .000 -74.52787 -56.43346
Akarbose -111.129167* 2.773285 .000 -121.24425 -101.01408

Mean 95% Confidence Interval


( I ) Sampel (J) Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Akarbose Infusa Labu Merah Segar 168.951833* 2.773285 .000 158.83675 179.06692

105
Infusa Labu Merah Kering 108.034500* 2.773285 .000 97.91942 118.14958
Ekstrak Labu Merah Segar 128.437167* 2.773285 .000 118.32208 138.55225
Ekstrak Labu Merah Kering 115.905167* 2.773285 .000 105.79008 126.02025
Infusa Wortel Segar 1.584833 2.773285 1.000 -8.53025 11.69992
Infusa Wortel Kering 75.860500* 2.773285 .000 65.74542 85.97558
Ekstrak Wortel Segar 106.898833* 2.773285 .000 96.78375 117.01392
Ekstrak Wortel Kering 108.853833* 2.773285 .000 98.73875 118.96892
Infusa Bunga Pisang Segar 133.701167* 2.773285 .000 123.58608 143.81625
Infusa Bunga Pisang Kering 95.254500* 2.773285 .000 85.13942 105.36958
Ekstrak Bunga Pisang Segar 45.648500* 2.773285 .000 35.53342 55.76358
Ekstrak Bunga Pisang Kering 111.129167* 2.773285 .000 101.01408 121.24425
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

106
Persen Inhibisi
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Sampel N a b c d e f g
Infusa Labu Merah Segar 3 -7.08673E1
Infusa Bunga Pisang Segar 3 -3.56167E1
Ekstrak Labu Merah Segar 3 -3.03527E1
Ekstrak Labu Merah Kering 3 -1.78207E1
Ekstrak Bunga Pisang Kering 3 -1.30447E1
Ekstrak Wortel Kering 3 -1.07693E1
Infusa Labu Merah Kering 3 -9.95000
Ekstrak Wortel Segar 3 -8.81433
Infusa Bunga Pisang Kering 3 2.83000
Infusa Wortel Kering 3 2.22240E1
Ekstrak Bunga Pisang Segar 3 5.24360E1
Infusa Wortel Segar 3 9.64997E1
Akarbose 2 9.80845E1
Sig. 1.000 .674 .060 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

107
Lampiran 19. Perbandingan Persen (%) Inhibisi Sampel Terhadap Enzim
-amilase dan -glukosidase
Tabel 11. Perbandingan Persen (%) Inhibisi Sampel Terhadap Enzim -amilase
dan -glukosidase
Nama Jenis % Inhibisi
No Metode
Tanaman Sampel -amilase -glukosidase
Infusa 91,751 4,014d -70,8678,426a
Segar
Buah Labu Etanol 49,4518,995c -30,3531,699b
1
Merah Infusa 109,2998,827d -9,9501,079c
Kering
Etanol 47,6199,910c -17,8211,753c
Infusa 89,1622,771d 96,5001,714g
Segar
Etanol 45,0555,815c -8,8141,805c
2 Wortel
Infusa 92,2885,303d 22,2241,808e
Kering
Etanol 48,71811,749c -10,7691,165c
Infusa -37,79021,033b -35,6172,671b
Segar
Bunga Pisang Etanol 51,83210,772c 52,4364,183f
3
Kepok Infusa -97,69628,817a 2,8301,032d
Kering
Etanol 34,0660,088c -13,0450,840c
4 Akarbose (kontrol positif) 93,8830,028d 97,9990,180g
ket : pangkat huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada
kolom yang sama.

108

Anda mungkin juga menyukai