Anda di halaman 1dari 2

WACANA CL 2 MPKT B 2017

Masalah lingkungan dan sampah

Sampah telah menjadi masalah klasik bagi setiap negara karena berkaitan dengan
kondisi lingkungan negara itu sendiri. Tidak heran bila banyak negara yang mulai
menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada. Di Indonesia
sendiri, masalah sampah juga merupakan masalah yang tidak mudah diselesaikan. Walaupun
pemerintah telah menggalakkan program bank sampah untuk mengurangi jumlah sampah yang
ada, namun masalah lingkungan dan sampah di Indonesia masih tetap ada. Tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) sudah semakin tidak mampu menampung jumlah sampah
setiap harinya. Kesadaran masyarakat Indonesia masih tergolong cukup rendah untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Sistem irigasi, drainase dan tatakota perlu dibenahi untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Cairan rembesan sampah alias lindi atau leacheate banyak dihasilkan
dari sampah menumpuk di TPA Supiturang Kecamatan Sukun, Malang, Jawa Timur, bahkan
sampai menjadi kolam," seperti dikutip dari Antara, Jumat, 26 Agustus 2016. "Dari 700 ton
sampah yang ditampung di TPA setiap hari, setidaknya menghasilkan 42 liter air lindi. Jika air
lindi itu tidak dimanfaatkan, dampaknya adalah pencemaran lingkungan. Kepala Bappeda
Kota Malang Wasto sebelumnya menyatakan akan mendorong pemanfaatan air lindi sebagai
alternatif sumber energi listrik terbarukan. TPA Supiturang Kota Malang, juga bakal dikelola
dengan sistem sanitary landfill yang akan menggantikan sistem open dumping yang selama ini
diterapkan. Sampah yang tidak bisa diperlakukan 3R (reduce, reuse, recycle), maka harus
dibuang di sanitary landfill dan langsung diuruk setiap hari.
Telah diketahui bahwa sampah yang tidak terurus dengan baik berdampak bagi
kesehatan, yang dapat menyebabkan pelbagai penyakit oleh bakteria, virus, jamur maupun
cacing. Sampah juga beracun. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini
berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator. Selanjutnya, dampak sampah terhadap lingkungan akibat cairan rembesan sampah
yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk
ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan
asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Sampah juga berdampak terhadap keadaan
sosial dan ekonomi. Sampah yang masih banyak bertebaran dimana-mana memberikan
dampak negatif terhadap kepariwisataan. Pengelolaan sampah yang tidak memadai juga
menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Dampak penting dalam hal ini adalah
meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan
secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas). Pembuangan sampah
padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas
pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga
dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang
diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien,
orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih
sering dibersihkan dan diperbaiki.
Salah satu jenis sampah yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan adalah sampah
plastik. Plastik, termasuk kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit
dikelola. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara
terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Sampah plastik yang mengandung bahan-bahan
kimia, seperti styrene trimer, bisphenol A, dan lain sebagainya, dapat meracuni air dan udara.
Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan
gas rumah kaca. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya
bagi kesehatan. Proses pembakaran plastik yang tidak sempurna akan menyebabkan plastik
mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia dan
dapat memicu berbagai penyakit seperti: kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan
sistem saraf dan depresi. Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-
saluran air dan tanggul, dan yang terparah merusak turbin waduk. Penyumbatan saluran air
akibat sampah plastik dapat menjadi tempat perkembangbiakan daur hidup nyamuk dan
serangga berbahaya lainnya, seperti nyamuk DBD dan malaria, sehingga menimbulkan
penyakit, juga menjadi penyebab banjir.
Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon
setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Terdapat sekitar 100 juta ton
plastik yang diproduksi di seluruh belahan dunia setiap tahunnya, di mana dari jumlah tersebut
25 juta ton plastiknya merupakan plastik non-degradable semakin bertambah. Terdapat sekitar
70.000 ton plastik dibuang di lautan, yang termakan oleh hewan-hewan air (laut) membuat
kehidupan biota laut (air) tersebut terganggu. Sekitar 80% sampah di lautan merupakan
sampah yang berasal dari daratan, di mana hampir 90%-nya adalah sampah plastik. Pada bulan
Juni 2006, program lingkungan PBB memperkirakan bahwa dalam setiap mil persegi terdapat
setidaknya 46.000 sampah plastik yang mengambang di lautan. Plastik setidaknya telah
membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut, dan juga ikan-ikan yang sudah
tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya. PCB (polychlorinated biphenyl) yang
tidak terurai walaupun sudah termakan oleh para hewan dan tumbuhan akan menjadi suatu
racun berantai sesuai urutan makanannya. Yang mana, tidak menutup kemungkinan bahwa
manusia, termasuk kita sendiri, ada di dalam rantai makanan tersebut.

Disarikan dari:
1. Masalah sampah dan lingkungan perkotaan. Kompasiana, 26 Juni 2015
2. Masalah sampah plastik di Indonesia dan dunia. Lingkungan hidup.co/sampah plastik Indonesia-dunia
3. www. Kompasiana.com/henruihhoesin/masalah sampah dan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai