Anda di halaman 1dari 8

Komponen Konsep Diri

Komponen dari konsep diri ada 4, yaitu: identitas, citra tubuh, harga diri, dan peran.
a. Identitas
Mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi diri seseorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Konsep identitas mencakup konstansi dan
kontinuitas. Identitas menjadi pembeda antara seseorang dengan orang lain namun tetap
menjadi diri sendiri yang utuh dan unik.
Ketika berada dalam usia anak-anak, mereka belajar tentang nilai, perilaku, dan peran yang
diterima sesuai kultur di masyarakat, yang pertama kali diidentifikasi melalui orang tua. Oleh
karena itu, identitas yang diperoleh dari hal tersebut akan berlangsung secara kontinu dan
dipengaruhi situasi lingkungan sepanjang hidup.
Saat seseorang berada pada usia remaja, tugas emosionalnya adalah perkembangan rasa diri
atau identitas yang disertai perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Seseorang yang
memiliki rasa identitas kuat akan merasa terintegrasi.
b. Citra Tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh baik secara internal maupun
eksternal yang mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh serta dipengaruhi
oleh pandangan pribadi tentang karakteristik, kemampuan fisik dan persepsi dari orang lain.
Pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik juga mempengaruhi citra tubuh. Misalnya
perkembangan seseorang dari bayi sampai lanjut usia, saat itu tentu terjadi banyak perubahan
meliputi kematangan fisik, perubahan hormonal sampai pada penurunan fungsi organ yang
dapat mempengaruhi citra tubuh.
Hal lain yang berpengaruh terhadap citra tubuh yaitu sikap dan nilai sosial kultural. Misalnya
hal yang ditekankan di Amerika adalah muda, cantik dan utuh serta takut untuk menghadapi
proses penuaan yang normal. Sedangkan dalam budaya Timur penuaan dipandang sebagai hal
yang normal dan wajar terjadi.
c. Harga Diri
Harga diri sangat erat kaitannya dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di
lingkungan masyarakat. Harga diri merupakan rasa kita terhadap nilai diri, dimana rasa
tersebut adalah suatu evaluasi saat seseorang membuat atau mempertahankan diri. Harga diri
dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan diri ideal.
Diri ideal terdiri dari aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan
diupayakan tercapai, yang berawal dalam usia prasekolah dan berkembang sepanjang hidup.
Diri ideal dipengaruhi oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntutan dari orang tua dan
orang terdekat.
Keluarga membentuk standar yang dapat menjadi tolok ukur individu dalam keluarga tersebut
untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Harga diri sangat penting dalam memelihara konsep diri
dan orang perlu merasa berharga dalam hidupnya.
d. Peran
Mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan
kultur. Perilaku didasarkan pada proses sosialisasi yang didapat sejak lahir dan bisa
mengalami sedikit perubahan selama masa dewasa. Seorang anak mempelajari perilaku yang
diterima di masyarakat melalui beberapa proses:
1. Reinforcement-extinction, perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari, tergantung
diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan.
2. Inhibisi, seorang anak belajar memperbaiki perilaku, bahkan ketika berupaya untuk
melibatkan diri mereka.
3. Substitusi, seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lain yang
memberikan kepuasan pribadi yang sama.
4. Imitasi, seorang anak mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku dari anggota
sosial atau kelompok cultural.
5. Identifikasi, seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model
peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.
Agar dapat berfungsi efektif dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai
yang diharapkan, harus mempunyai keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai serta
harus mampu memenuhi tuntutan peran. Setiap peran mencakup pemenuhan harapan tertentu
dari orang lain yang mengarah pada penghargaan.
Pengaruh Perawat pada Konsep Diri Klien
Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi
rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan
yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun
keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka terhadap
situasi yang baru. Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan. Rencana
keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat
ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya
bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka :
1. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress
3. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut
ditunjukkan.
4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang akan
mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang
terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik itu
sendiri adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Menurut Carl rogers prinsip-prinsip komunikasi terapeutik diantaranya :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3. Perawat harus memahami, manghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan suasana yang memungkinkan
pasien bebas berkembang tanpa rasa kuat.
6. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya sendiri baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang
dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
7. Mampu menetukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
8. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
9. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain
tentang kesehatan, oleh karma itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik
mental, spiritual dan gaya hidup.
10. Bertanggung jawab dalam dua hal yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi seseorang yang berhubungan dengan konsep diri
adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual meupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan suatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan dapat
berupa kehilangan yang nyata (actual loss) yaitu kehilangan orang atau obyek yang tidak lagi
bisa dirasakan, dilihat, diraba atau dialami oleh seseorang dan kehilangan yang dirasakan
(perceived loss) yaitu kehilangan yang sifatnya unik menurut orang yang mengalami
kedukaan.
2. Berduka
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Adapun jenis berduka
yaitu :
a. Berduka normal terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.
b. Berduka antisipatif yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhya terjadi.
c. Berduka yang rumit dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ketahap berikutnya.
d. Berduka tertutup yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
3. Sekarat dan kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang manghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal.
Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Konsep Diri
A) Pengkajian Keperawatan
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaa
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak,
tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
1) Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
2) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan
3) Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya
4) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran
yang kompleks
5) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk
menyesuaikan diri
b. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan
individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
c. Transisi peran sehat sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan
sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
3) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
4) Prosedur pengobatan dan perawata
d. Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio kimia,
gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
3. Perilaku
Data yang di kumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data-data perilaku yang objektif
dapat di amati. Periloaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan
Sundeent, 19991) yaitu yang identitas kacau dan defersonalisasi dapat di lihat di bawah ini:
a. Perilaku dengan Harga Diri yang Rendah
1) Kritik diri sendiri atau orang lain.
2) Produktifitas menurun
3) Destruktif pada orang lain
4) Gangguan berhubungan
5) Perasaan yang berlebihan tentang pentingnya dirinya
6) Perasaan tidak layak
7) Perasaan bersalah
8) Mudah marah dan tersinggung
9) Rasa negative terhadap diri sendiri
10) Pandangan hiduip yang pesimis
11) Keluhan fisik
12) Pandangan hidup terpolarisasi
13) Menolak kemampuan diri sendiri
14) Mengejek diri sendiri
15) Merusak diri
16) Isolasi social
17) Gangguan penggunaan zat
18) Menarik diri dari realitas
19) Khawatir
20) Ketegangan peran.

b. Perilaku dengan Identitas yang kacau


1) Tidak mengindahkan moral
2) Kontradiksi ciri kepribadian
3) Mengurangi hubungan intrapersonal
4) Perasaan kekosongan
5) Perasaan tentang diri yang berubah-ubah
6) Kekacauan identitas seksual
7) Kecemasan yang tinggi
8) Tidak mampu berempati dengan orang lain
9) Kurang keyakinan diri
10) Cinta diri sendiri yang patologi
11) Masalah dalam hubungan intim
12) Kekacauan dan kehilangan identitas sesaat

c. Perilaku dengan Depersonalisasi


Afek 1. Identitas hilang
2. Asing dengan diri sendiri
3. Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
4. Perasaan tidak realistic
5. Merasa sangat terisolasi
Persepsi
1. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Tidak yakin akan jenis kelaminnya
3. Sukar membedakan diri dengan orang lain
Kognitif
1. Kacau
2. Disorientasi waktu
3. Penyimpangan pikiran
4. Daya ingat terganggu
5. Daya penilaian terganggu
Perilaku
1. Afek tumpul
2. Pasif dan tidak ada respon emosi
3. Komunikasi tidak selaras
4. Tidak dapat mengontrol perasaan
5. Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
6. Menarik diri dari lingkungan
7. Kurang bersemangat

d. Mekanisme Koping
Jangka Pendek Jangka Panjang
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat obatan, kerja
keras, nonton TV terus menerus
1. Menutup Identitas :
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang orang yang berarti, tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
2. Kegiatan mengganti identitas sementara :
(ikut kelompok social, keagamaan, politik )
3. Identitas Negatif :
Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
4. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : ( kompetisi olah raga kontes popularitas )
5. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : (penyalahgunaan obat obat)

B) Diagnosa Keperawatan
Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan
kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat
bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri.
Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan
gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan konsep diri

Gangguan gambaran diri : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan hilangnya bagian
tubuh.
Gangguan identitas diri: Gangguan identitas diri berhubungan dengan kesehatan
Gangguan perubahan peran: Gangguan perubahan peran berhubungan dengan kesehatan.
Gangguan harga diri: Harga diri rendah berhubungan dengan kesehatan.

C) Intervensi Keperawatan
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

D) Implementasi Keperawatan
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah dibuat dan
sesuai dengan kondisi klien. Menciptakan lingkungan dan hubungan yang terapiutik serta
mendukung penggalian diri penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah
konsep diri. Mendukung eksplorasi diri dengan menguatkan konsep diri klien, mengurangi
ansietas, dan menunjukkan bahwa klien mempunyai kontrol.

E) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari kemampuan untuk
menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang sesuai, dan mampu menunjukkan
identitas diri.

Anda mungkin juga menyukai