BAB 1 Kristal Ahmad
BAB 1 Kristal Ahmad
PENDAHULUAN
sumbu serta besar sudut yang dibentuk atas sumbu pada bentuk
jumlah,dan posisi sumbu kristal dan bidang krisral yang dimiliki oleh setiap
bentuk kristal.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Penggaris
2. Pensil
3. Kertas
4. Sampel Kristal sebanyak 4 buah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kristal
Kata kristal berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan
yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk
menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen,
biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti
sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan
kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut
selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya
tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini
disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal
yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu
baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai
satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
3. Diploida
4. Hextetrahedral
5. Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)
2. Sistem Tetragonal
2. Bipiramid
3. Bisfenoid
4. Trapezohedral
5. Ditetragonal Piramid
6. Skalenohedral
7. Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
2. Hexagonal Bipramid
3. Dihexagonal Piramid
4. Dihexagonal Bipiramid
5. Trigonal Bipiramid
6. Ditrigonal Bipiramid
7. Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama
lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
2. Trigonal Trapezohedral
3. Ditrigonal Piramid
4. Ditrigonal Skalenohedral
5. Rombohedral
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus (90).
2. Piramid
3. Bipiramid
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling
tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).
2. Doma
3. Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
2. Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat-zat yang
terdapat pada kristal bersifat elektrostatis secara alami.. Tipe dan intensitasnya
sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan,
belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi
termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat. Secara umum, ikatan
kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan
koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
2.4 Simbolosasi Hermann-Mauguin
1. Sistem Isometrik
Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini terbagi menjadi 3 kolom,
yaitu :
Kolom I: Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
(disebut dengan mirror,dalam simbolisasi di tuliskan m jika ada) sumbu
tersebut.
Kolom II: Nilai sumbu yang terletak antara tiga sumbu atau sumbu yang
menembus bidang (111) dan ada tidaknya mirror
Kolom III: Nilai sumbu yang terletak antara dua sumbu Kristal atau sumbu
yang menembus bidang (110) serta ada tidaknya mirror
2. Sistem Tetragonal, Trigonal, dan Heksagonal
Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini terbagi menjadi 3 kolom,
yaitu :
Kolom I: Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
(disebut dengan mirror,dalam simbolisasi di tuliskan m jika ada) sumbu
tersebut.
Kolom II: Nilai sumbu Kristal yang horizontal (a, b, atau d) dan ada
tidaknya mirror
Kolom III: Nilai sumbu yang terletak antara 2 sumbu horisotal serta ada
tidaknya mirror
3. Sistem Ortorombik
Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini terbagi menjadi 3 kolom,
yaitu :
Kolom I: Nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
(disebut dengan mirror,dalam simbolisasi di tuliskan m jika ada) sumbu
tersebut.
Kolom II: Nilai sumbu b dan ada tidaknya mirror
Kolom III: Nilai sumbu c serta ada tidaknya mirror
4. Sistem Monoklin
Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini hanya terbagi menjadi
1 kolom, yaitu nilai sumbu b dan ada tidaknya mirror
5. Sistem Triklin
Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini hanya terbagi menjadi
1 kolom, yaitu ada tidaknya pusat simetri.1 berarti tidak memiliki pusat
simetri.