Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BIOTEKNOLOGI

MATERI BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL


Monosodium Glutamat (MSG)

Disusun oleh:

NURAFNI KHAER FATHA (1414142001)


MAULYDA AWWALIYAH P (1414142006)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
BIOTEKNOLOGI KOVENSIONAL
Monosodium Glutamat (MSG)

A. Pengertian Monosodium Glutamat (MSG)


Monosodium glutamat, juga dikenal sebagai natrium glutamat dan
MSG, yaitu garam sodium dari alami non-esensial asam amino asam glutamat.
MSG dikenal masyarakat sebagai bumbu masak penting.Fungsinya adalah
sebagai penyedap yang menimbulkan rasa gurih. Ia lebih dikenal dengan nama
vetsin atau micin. Secara kimiawi MSG adalah garam natrium dari asam
glutamat. Satu ion hidrogen (dari gugus -OH yang berikatan dengan atom C-
alfa, dari asam amino) digantikan oleh ion natrium.
B. Proses Produksi Monosodium Glutamat (MSG)
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan
bahan baku dan bahan pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta
pengeringan dan pengayakan.
1. Persiapan bahan baku dan bahan pembantu
Bahan baku untuk media tumbuh bakteri harus dipersiapkan
terlebih dahulu. Bakteri tidak dapat langsung memecah makromolekul
seperti polisakarida, tetapi harus diubah dahulu menjadi bentuk yang lebih
sederhana dan akhirnya menjadi monosakarida.
Sebelum masuk ke proses fermentasi, tetes tebu masuk terlebih
dahulu ke proses pengolahan Pretreated Cane Molases (PCM) yang
bertujuan untuk menghilangkan garam-garam anorganik dan bahan koloid
dalam molasses, menghilangkan kotoran yang dapat menyebabkan
timbulnya kerak pada peralatan, dan menghilangkan ion Ca2+ yang dapat
merapuhkan kristal MSG.
Kandungan Ca pada tetes tebu berasal dari proses pengolahan gula
pada pabrik gula yaitu pada tahap pemurnian gula. Pada tahap ini
dilakukan penambahan susu kapur (Ca(OH)2) dan gas CO2 pada nira
sehingga akan terbentuk endapan CaCO3. Penurunan kadar Ca2+ disini
dengan cara direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan Ca2SO4 .
Ca2+ + H2SO4 CaSO4 + 2 H+
Reaksi pengikatan Ca2+ oleh H2SO4 (Fenemma, 1996)
Selain cane molasses untuk bahan baku fermentasi MSG,
digunakan juga tepung tapioca yang merupakan pati dan raw sugar.
Dextrouse (glukosa) ini dibuat dari tepung tapioca (polisakarida).
Polisakarida harus dihidrolisis oleh enzim-enzim yang spesifik sehingga
akan terbentuk monosakarida (Fenemma, 1996).
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam
pembuatan MSG. Bahan pembantu tersebut adalah amina (NH2), asam
sulfat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktif, beet molasses dan raw
sugar (Susanto dan Sucipto, 1994).
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem
biologi yang menghasilkan energi. Fermentasi menggunakan senyawa
organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk
glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis
enzim menjadi bentuk yang lain (Winarno, 1990).
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari
pemecahan-pemecahan kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil
fermentasi terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat),
macam mikroba dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan metabolisme mikroba tersebut (Winarno,
1990).
Sebagian besar asam -Glutamat diproduksi oleh bakteri gram
positif yang tidak membentuk spora, non-motil, dan membutuhkan biotin
untuk tumbuh.

Tabel. Strain Mikrobia yang menghasilkan Asam -Glutamat


Genus Spesies
C. glutamicum,C. lilium, C. callunae, C.
Corynebacterium
herculis
B. divaricatum, B. aminogenes, B. flavum,B.
lactofermentum, B.saccharolyticum,B.
Brevibacterium
roseum, B. immariophilum, B. alunicum,B.
ammoniagenes B. thiogenitalis
M .salicinovolum, M . ammoniaphilum,M .
Microbacterium
Flavum var. glutamicum
Arthrobacter A. globiformis , A. aminofaciens

Untuk mengubah glukosa menjadi senyawa dengan tiga atom dan


dua atom karbon, disamping menggunakan jalur HMP
(hexomonophosphat) juga menggunakan jalur EMP (embdenmeyerhoff-
parnas). Lintasan HMP menghasilkan lebih banyak NADPH 2 yang
diperlukan untuk reaksi konversi asam -ketoglutarat menjadi asam
glutamat. Fermentasi asam glutamat merupakan fermentasi aerobik, maka
kekurangan oksigen selama proses fermentasi menyebabkan jalur EMP
lebih dominan. Hasilnya adalah banyak dihasilkannya asam-asam organik
lain, seperti asam laktat, akibatnya asam glutamat yang terakumulasi
berkurang.
Fermentasi berlangsung selama 35-45 jam kemudian hasil
fermentasi tersebut disentrifus untuk menghilangkan biomassa yang
terbentuk dan bahan-bahan padat organik lainnya. Asam glutamat yang
ada dalam larutan induk dipisahkan dengan resin, di mana asam glutamat
akan tertahan didalam resin.
Adapun kondisi kultur yang optimal untuk pembentukan asam
glutamat, adalah sebagai berikut:

a. Sumber Karbon
Bakteri penghasil asam -Glutamat dapat menggunakan berbagai
macam sumber karbon, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa,
ribosa, atau silosa, sebagai substrat untuk pertumbuhan sel dan
biosintesis asam glutamat. Konsentrasi biotin pada medium harus
benar-benar dikontrol dalam level suboptimal agar memaksimalkan
pertumbuhan sehingga diperoleh asam glutamat yang tinggi. Oleh
karena itu, bahan baku kaya biotin, seperti molase dari gula bit dan
gula tebu, tidak dapat digunakan sebelum ditemukannya pengaruh
mediasi biotin pada penisilin dan asam lemak jenuh C16-C18. Asam
oleik hanya membutuhkan akumulasi mutan asam -Glutamat pada
medium yang kaya biotin ketika konsentrasi asam oleik terkontrol pada
level suboptimal agar pertumbuhan maksimal
b. Sumber Nitrogen dan Kontrol pH
Medium yang baik untuk fermentasi asam -Glutamat
mengandung nitrogen dengan kadar 9,5 %. Contoh sumber nitrogen
yang dapat ditambahkan ke dalam medium adalah amonium klorida
atau amonium sulfat. Bakteri yang menghasilkan asam glutamat juga
memiliki aktivitas urease yang kuat sehingga urea juga dapat
digunakan sebagai sumber nitrogen. Ion amonium berpengaruh pada
pertumbuhan sel dan pembentukan produk sehingga konsentrasinya
dalam medium harus dikontrol pada konsentrasi rendah.
Tingkat keasaman (pH) medium sangat mudah menjadi asam
karena ion amonium terasimilasi dan dihasilkan asam glutamat.
Amonia dalam bentuk gas lebih baik daripada basa cair dalam
menjaga pH pada level 7-8, sebagai pH optimum untuk produksi
asam -Glutamat. Amonia dalam bentuk gas berperan sebagai agen
pengontrol pH dan sebagai sumber nitrogen serta dapat mengatasi
bermacam-macam masalah teknis. Penambahan otomatis gas amonia
dapat mengontrol pH dengan tepat. Selain itu, juga mencegah efek
merugikan dari amonia dan pengenceran yang tidak diinginkan
pada cairan fermentasi.
c. Faktor Tumbuh
Bakteri penghasil asam -Glutamat membutuhkan biotin untuk
pertumbuhan dan konsentrasinya harus dikontrol agar memperoleh
produk yang maksimal. Dampak biotin pada fermentasi asam -
Glutamat sangat erat kaitannya dengan permeabilitas asam -Glutamat
terhadap membran sel.
d. Ketersediaan Oksigen
Biosintesis dari asam glutamat merupakan proses aerob yang
membutuhkan oksigen selama proses fermentasinya. Untuk
mengoptimalkan produksi, kadar oksigen terlarut harus dijaga pada
kondisi optimal. Sel yang melakukan respirasi akan mengkonsumsi
oksigen dalam media hanya dalam beberapa detik sehingga oksigen
harus disuplai secara terus-menerus untuk menjaga konsentrasi oksigen
terlarut.
3. Kristalisasi dan Netralisasi
Kristalisasi merupakan metode yang terpenting dalam purifikasi
senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah (Mc Cabe, et al.
1994). Kristal murni asam glutamat yang berasal dari proses pemurnian
asam glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan MSG. Asam glutamat
yang dipakai harus mempunyai kemurnian lebih dari 99 % sehingga bisa
didapatkan MSG yang berkualitas baik. Kristal murni asam glutamat
dilarutkan dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH atau dengan
Na2CO3 pada pH 6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Pada
keadaan asam glutamat akan bereaksi dengan Na dan membentuk larutan
MSG. Larutan ini mempunyai derajat kekentalan 26 -280Be. Pada suhu
300C dengan konsentrasi MSG sebesar 55 gram/larutan (Winarno, 1990).
Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk
menjernihkan cairan MSG yang berwarna kuning jernih dan juga
menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan selama satu jam lebih
untuk menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan asing
lainnya yang berlangsung dalam keadaan netral. Cairan yang berisi arang
aktif dan MSG kemudian disaring dengan menggunakan vacum filter
yang kemudian menghasilkan filter serta cake berisi arang aktif dan
bahan lainnya. Bila kekeruhan dan warna filter tersebut telah sesuai
dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat dikristalkan (Said, 1991).
Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan
pada kondisi vakum bertekanan 64 cmHg atau setara dengan titik didih 69
gram MSG pelarutan. Pemberian umpan akan menyebabkan terbentuknya
MSG karena larutan dalam keadaan jenuh. Umpan yang diberikan sekitar
2% lalu inti kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan akan diikuti
dengan pemekatan larutan sehingga menghasilkan kristal yang lebih
besar. Proses kristalisasi berlangsung selama 14 jam (Said, 1991).
4. Pengeringan dan pengayakan
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan
dengan metode sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan
dikembalikan pada proses pemurnian dan MSG yang dihasilkan setelah
disaring kemudian dikeringkan dengan udara panas dalam lorong
pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan bertingkat sehingga
diperoleh 3 ukuran yaitu LLC (Long Large Crystal), LC (Long
Crystal), dan RC (Regular Crystal), sedangkan FC (Fine Crystal)
yang merupakan kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai
umpan. Hasil MSG yang telah diayak dalam bentuk kering kemudian
dikemas dan disimpan sementara dalam gudang sebelum digunakan untuk
tujuan lainnya (Said, 1991).
C. Mekanisme Biosintesis Asam -Glutamat
Produksi asam -Glutamat membutuhkan dua enzim penting,
yaitu Phosphoenol Carboxylase dan -Ketoglutarate Dehydrogenase.
Phosphoenol Carboxylase akan mengkatalis karboksilasi dari fosfofenol
piruvat ke dalam bentuk oxaloasetat. Sedangkan -Ketoglutarate
Dehydrogenase, mengubah -Ketoglutarat menjadi suksinil KoA. Efisiensi
dari fiksasi karbondioksida oksaloasetat bergantung pada hasil dari
aktivitas Phosphoenol Carboxylase.
Jalur pembentukan
asam glutamat
melalui siklus
glioksilat
sebagai sistem pembentuk oksaloasetat tanpa pembentukan karbondioksida.

Jalur
pembentukan
asam glutamat
melalui
fosfoenolpiruvat dengan pengikatan karbondioksida.
Asam aspartat menunjukan adanya hambatan dan tantangan enzim.
Penghambatan ini telah ditingkatkan oleh asam -Ketoglutarat. Oleh karena
itu, endogenus asam aspartat dan asam -Ketoglutarat harus diminimalkan
apabila produk asam -Glutamatingin dimaksimalkan. -Ketoglutarate
Dehydrogenase ini penting untuk oksidasi glukosa menjadi CO2. Enzim ini
dicegah oleh cisakonitat, suksinil KoA, NADH, NADPH, piruvat dan oksalat
yang kemudian akan diubah menjadi asetil KoA. Kandungan -Ketoglutarate
Dehydrogenase dari bakteri penghasil asam glutamat sangat menguntungkan
untuk sintesis asam glutamat dari asam -Ketoglutarat, mencegah oksidasi
asam -Ketoglutarat menjadi CO2 dan H2O melalui suksinil KoA. Nilai
K m -Ketoglutarate Dehydrogenase untuk asam -Ketoglutarata adalah
sekitar 117 glutamat dehydrogenase. Enzim ini kemudianmengkatalis
formasi asam glutamat menjadi lebih luas daripada -
Ketoglutarate Dehydrogenase. Akibatnya,, konsentrasi endogenus -
Ketoglutarat yang mengatur daur metabolit -Ketoglutarat mengikuti
biosinteseis asam glutamat ataupun oksidasi. Hal ini ditunjukan dengan cukup
tingginya produksi asam glutamat.
Sintesis asam amino menggunakan dua galur mikroba, yaitu stringent
strain dan relaxed strain. Stringent strain adalah mikroba yangn berhenti
membentuk asam amino apabila jumlah asam amino yang diproduksi sudah
mencukupi kebutuhannya. Mikroba ini bersifat menghemat sumber-sumber
makanan yang jumlahnya terbatas di alam. Sintesa asam amino dihambat
karena terbentuknya senyawa Guanosin Tetra Phosphat dan Guanosin Penta
Phosphat. Relaxed strain tidak membentuk kedua zat tersebut, sehingga dapat
mensintesa asam amino dalam jumlah yang melebihi kebutuhannya.
Mikroba penghasil asam glutamat termasuk dalam relaxed strain. Hal ini
disebabkan karena mikroba tersebut kekurangan enzim -ketoglutarat
dehidrogenase yang diperlukan untuk mengubah asam -ketoglutarat menjadi
suksinil-CoA dalm siklus Kreb. Dengan adanya NH3 yang diberikan selama
fermentasi, asam -ketoglutarat diubah menjadi asam glutarat.
Fermentasi asam glutamat dapat dibedakan menjadi dua grup berdasarkan
kelompok mikroba yang digunakan, yaitu fermentasi galur liar dan fermentasi
galur mutan.
1. Galur Liar
Galur liar yang dapat memproduksi asam glutamat adalah
Arthrobacter, Corynebacterium, Brevibacterium dan Microbacterium.
Kebanyakan bakteri pembentuk asam glutamat adalah gram positif, non
motil, tidak membentuk spora, dan yang terpenting adalah bakteri-bakteri
tersebut semuanya membutuhkan biotin untuk pertumbuhannya, serta
kekurangan enzim -ketoglutaratdehidrogenase.Telah diketahui bahwa
biotin mempunyai peranan dalam ekskresi asam glutamat. Asam glutamat
banyak terakumulasi dalam media kultur bila konsentrasi biotin berada di
bawah kondisi optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan sel bakteri.
Pemberian lebih banyak biotin akan meningkatkan pertumbuhan sel tetapi
menurunkan akumulasi asam glutamat. Konsentrasi kritis biotin untuk
ekskresi asam glutamat adalah 0.5 mikrogram per liter media.
Kekurangan biotin tidak berarti menyebabkan berkurangnya
aktifitas sintesa asam glutamat,tetapi berkurangnya permeabilitas mebran
sel. Kekurangan biotin menyebabkan perubahan komposisi membran sel
yaitu menurunkan kandungan fosfolipid dan meningkatkan rasio
molar dari asam lemak jenuh dan asama lemak tak jenuh menjadi lebih
besar dari satu. Dalam hal ini biotin berperanan dalam sintesa asam lemak
di dalam sel.
Biotin diperlukan dalam sintesa asam-asam lemak. Biotin dan ATP
diperlukan oleh enzim asetil-CoA karboksilase dalam mengubah asetil-
CoA menjadi malonil-CoA yang seterusnya menjadi asam-asam lemak.
Peranan biotin dapat digantikan oleh asam oleat. Mutan yang memerlukan
asam oleat dapat mengakumulasi asam glutamat bila ditumbuhkan pada
media dengan kandungan asam oleat terbatas, walaupun kelebihan biotin.
Penambahan turunan asam lemak yaitu POEFE (poly oxyethilene
fatty acid ester) mempunyai efek yang sama dengan biotin dalam ekskresi
asam glutamat, yaitu menyebabkan perubahan komposisi membran sel.
Penisilin juga menyebabkan ekskresi asam glutamat, namun dalam hal ini
efek penisilin berbeda dengan biotin atau POEFE. Penisilin menghambat
sintesa membran sel, sehingga membran seltipis dan dapat
mengekskresikan asam glutamat. Hal ini diikuti dengan perubahan bentuk
sel menjadi lebih panjang atau lebih cembung.
Kerja POEFE tidak tergantung pada tekanan osmotik media,
sedangkan penisilin hanya dapat mengekskresikan asam glutamat bila
tekanan osmotik cukup rendah, sehingga penisilin tidak efektif digunakan
dalam media dengan tekanan osmotik tinggi.
Penambahan asam lemak jenuh C1618 menghambat sintesa asam
oleat dengan cara menahan enzim asetil-CoA karboksilase. Penurunan
asam oleat menghambat pembentukan fosfolipid, sehingga terjadi
kebocoran sel. Fermentasi dengan menggunakan galur liar memproduksi
asam glutamat dalam jumlah sedikit,karena tergantung pada mekanisme
pengaturan dalam jalur biosintesa. Galur liar Collobacterium
coliform mengakumulasi 15 gram asam glutamat per liter media.
2. Galur Mutan
Mutasi terhadap galur liar dimaksudkan untuk memperoleh galur
yang memproduksi asam glutamat dalam jumlah yang tinggi, mempunyai
toleransi besar terhadap perubahan kondisi, mempunyai kisaran pH dan
suhu yang lebar serta tahan terhadap kadar gula tinggi.
Dua cara yang biasa digunakan untuk pengaturan biosintesa asam
amino ialah feed back inhibition dan feed back repression. Mekanisme
FBI dapat dijelaskan dengan teori protein alosterik dimana hasil metabolit
akhir dari jalur biosintesa menghambat enzim sebelumnya. Enzim yang
dihambat ini adalah protein alosterik yang mempunyai sisi aktif dan sisi
regulatori pada permukaannya. Sisi regulatori dapat bereaksi dengan
inhibitor dan menyebabkan perubahan bentuk (pengkerutan) protein
alosterik serta mempengaruhi sisi aktif. Hal ini menyebabkan sisiaktif
tidak dapat bereaksi dengan substrat dan enzim tidak aktif lagi. Dengan
demikian, inhibisi menghambat kerja enzim.
Berbeda dengan inhibisi, represi menghambat pembentukan enzim.
Dalam proses ini produk akhir mengontrol jumlah enzim dalam jalur
biosintesa. Ada empat gen yang berperan dalam sintesa protein, yaitu
RPOS (operon) yang terdiri dari R (gen represor), P (gen promotor), O
(genoperator), dan S (gen struktural). Pembentukan enzim secara normal
terjadi bila tidak ada korepresor yang bergabung dengan aporepresor dan
menghalangi proses transkripsi. Korepresor biasanya produk akhir atau
turunannya. Jika represor aktif menyerang pada gen O pada DNA,
transkripsi atau transfer kode-kode genetik dari gen S kepada mRNA tidak
terjadi.
Untuk memproduksi beberapa asam amino intermediat pada
biosintesa asam amino, termasuk asam glutamat, dapat digunakan
auksotrop dimana jalur biosintesa telah dihalangi, yaitu dengan membunuh
mikroba pada media yang mengandung sedikit asam amino represor.
Dengan demikian, mikroba masih tetap hidup dan terbebas dari FBI dan
FBR. Mutan tersebut dikenal sebagi mutan auksotrop. Dalam fermentasi
asam glutamat dikenal Brevibacterium thiogenitalisyang merupakan mutan
auksotrop asam oleat dan Corynebacterium alcanolyticum, suatu mutan
auksotrop gliserol.
D. Dampak Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG)
1. Dampak Positif

Beberapa dampak positif penggunaan MSG adalah sebagai berikut:

a. MSG tersusun oleh unsur-unsur nutrisi seperti 75% glutamat, 12%


natrium, dan 10% air. Dimana glutamat merupakan salah satu dari 20
asam amino pembentuk protein yang terdapat dalam makanan dan
tubuh manusia, begitu juga dengan natrium.
b. Glutamat memainkan peranan fisiologi penting pada tubuh. Makanan
yang enak karena glutamat, baik dari makanan ataupun MSG dapat
merangsang produksi cairan pencernaan sehingga daya cerna makanan
menjadi lebih baik. Glutamat yang berada didalam usus halus juga
berfungsi sebagai sumber tenaga absorpsi unsur-unsur nutrisi kedalam
darah, dan memaikan peranan sentral dalam bebagai metabolism
tubuh. Jika saat mengonsumsi makanan yang mengandung glutamat
dan merasa haus, berarti ada yang tidak benar dengan tubuh anda
c. Badan-badan kesehatan dunia menyatakan MSG aman. MSG baik
dikonsumsi sejauh tidak berlebihan. Walaupun aman untuk
dikonsumsi, MSG hendaknya tidak diberikan kepada orang yang
tengah mengalami cidera otak karena stroke, terbentur, terluka, atau
penyakit syaraf. Penumpukan asam glutamat pada jaringan sel otak
dapat menyebabkan kelumpuhan

2. Dampak Negatif
Adapun efek samping dari pengggunaan produk ini adalah :
a. Kerusakan Otak Sulit untuk membayangkan bahwa penyedap makanan
yang umum digunakan ini sebenarnya berbahaya, bahkan dapat
menyebabkan seperti kerusakan otak yang serius.Namun kenyataannya
memang demikian, mengkonsumsi MSG secara rutin dapat
menyebabkan degenerasi otak dan sel-sel sistem saraf. Pertama,
penting untuk mengetahui bagaimana MSG dapat mempengaruhi otak.
Monosodium glutamat adalah jenis excitotoxin. Setelah Anda
mengonsumsi makanan yang kaya MSG, selanjutnya MSG masuk ke
aliran darah sebelum menuju ke otak. Setelah di otak, pada dasarnya
MSG hanya merangsang sel-sel otak untuk berpikir bahwa apa yang
kita makan rasanya lezat. Inilah sebabnya sebabnya, mengapa kita
sering merasa berhasrat untuk makanan yang tinggi MSG. Sayangnya,
overstimulating otak seperti itu dapat menyebabkan kelelahan dan
kematian sel-sel otak Anda.
b. Studi telah berulangkali menghubungkan excitotoxin dan obesitas.
Karena MSG efektif dalam merangsang pikiran untuk menjadi
kecanduan rasa, maka secara otomatis kita mengembangkan keinginan
untuk makan-makanan yang tinggi MSG. Semakin kuat keinginan
makan-makanan Anda, maka semakin besar kemungkinan Anda akan
makan. Semakin banyak Anda makan, maka akan semakin menambah
berat badan. Bahkan, MSG sangat efektif untuk mendorong kenaikan
berat badan, yang digunakan oleh para ilmuwan ketika mereka ingin
menginduksi obesitas pada hewan di laboratorium. Lihat juga :
Manfaat kalsium Bagi kesehatan tubuh
c. ADD dan ADHD Anak-anak, bahkan bayi yang belum lahir seringkali
menjadi korban umum monosodium glutamat. Otak Janin serta anak-
anak sepenuhnya masih berkembang. Perkembangan ini dapat dengan
mudah terganggu oleh bahan kimia berbahaya seperti eksitoksin. Jika
Anda sedang hamil, maka disarankan agar menghilangkan, atau
setidaknya mengurangi MSG untuk makanan sehari-hari. Jika tidak
maka ada kemungkinan jika MSG dapat menyebabkan janin
mengembangkan Attention Deficit Disorder atau Attention Deficit
Hyperactivity Disorder. Hal ini karena MSG akan masuk kedalam
aliran darah, dan pada akhirnya akan dengan mudah mencapai janin
yang sedang berkembang. Orang usia tua juga rentan untuk
mengembangkan neuro-degeneratif penyakit karena eksitoksin.
Bahkan, penelitian telah menunjukkan kemungkinan MSG terkait
dengan penyakit Alzheimer.
d. Sindrom Chinese Food Sindrom Makanan Cina (atau disebut juga
MSG Symptom Complex) mengacu pada beberapa penyakit kesehatan
umum, yang mungkin akan dialami setelah mengonsumsi makanan
yang kaya MSG. Sindrom ini disebut Sindrom makanan Cina karena
makanan Cina dikenal karena mengandung MSG tinggi. Ketika
seseorang mengalami sindrom ini, maka ia akan keringat dan mulai
merasa mati rasa di sekitar mulut. Nyeri dada, jantung berdebar,
kelelahan dan sakit kepala juga reaksi umum karena MSG.

Anda mungkin juga menyukai