Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya refreshing ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan
penulisan laporan ini adalah untuk menambah keilmuan mengenai kanker
mammae, mulai dari sejarah ditemukannya sampai kepada penatalaksanaan dan
pencegahannya.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering
ditemukan pada wanita. Di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara maju lain,
insiden kanker mammae menempati posisi pertama dari kanker yang terjadi
pada kaum wanita. Begitupun di Indonesia kanker mammae menempati urutan
pertama diikuti karsinoma serviks.
Karsinoma mammae tengah mengancam perempuan Indonesia karena 26
dari 100.000 perempuan terdeteksi mengidap kanker mammae. Berdasarkan
data Global Burden of Cancer angka kasus kanker mammae di Indonesia 26
per 100.000 perempuan, dan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun
2007 menunjukkan kejadian kanker mammae mencapai 21,69 persen, lebih
tinggi dari kanker serviks yang angkanya 17 persen.
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker mammae dengan sebab yang tidak jelas telah menarik perhatian
ahli bedah selama berabad-abad. Meskipun telah dilakukan penelitian sejak
2
beribu-ribu tahun yang lalu dan pengembangan penatalaksanaan sesuai dengan
perkembangan zaman, kanker mammae tetap menjadi salah satu penyakit
yang paling ditakuti oleh banyak orang khususnya kaum wanita.1
Bedah Papyrus Smith (3000-2500 SM) merupakan dokumen tertua yang
merujuk tentang kanker mammae. Disebutkan bahwa tidak ada obat yang
dapat menyembuhkan kanker mammae. Beberapa penelitian terus dilakukan
untuk mengatasi keadaan tersebut sampai akhirnya pada abad ke 19, Moore
dari Middlesex Hospital, London menyarankan pengangkatan seluruh
payudara dan kelenjar limfe sekitar yang terlibat untuk menangani kanker
mammae. Bukan hanya tindakan bedah yang dilakukan pada saat itu tetapi
juga mulai dikembangkan radioterapi dan kemoterapi.1
Akhirnya sejak tahun 1970-an, didapat kemajuan besar dalam
mengintegrasikan operasi, radioterapi dan kemoterapi untuk mengendalikan
kanker mammae, meningkatkan kelangsungan hidup penderita dan
meningkatkan peluang mempertahankan payudara.1 Hingga saat ini masih
terus dilakukan penelitian-penelitian dan upaya-upaya untuk menangani kasus
kanker mammae secara tepat sesuai dengan stadium kanker.
Mengenai penyebab kanker mammae, pada tahun 1990, Marrie-Clare King
melaporkan melalui sebuah penelitian bahwa faktor yang paling berperan
dalam perkembangan kanker mammae adalah mutasi gen.3 Diperkirakan
sebesar 5-10% kasus kanker mammae disebabkan oleh faktor herediter
terutama pada wanita yang mengidap kanker mammae pada usia muda (<40
tahun), akibat adanya mutasi gen BRCA-1 dan BRCA-2.1
Sampai detik ini, evaluasi awal kanker mammae dan keterlibatan
pembuluh limfe axilla merupakan hal yang paling penting untuk menentukan
tingkat kelangsungan hidup dan stadium penderita kanker mammae. Selain
itu, diagnosis sebelum tindakan bedah dan intervensi terapi harus didasari oleh
penilaian yang teliti tentang luasnya penyakit secara klinis.3
2.2 Epidemiologi
Kanker mammae adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita
diseluruh dunia. Insiden kanker mammae yang sangat tinggi terjadi hampir di
semua negara, termasuk di AS, Canada, Australia dan negara-negara Eropa,
menujukan angka kejadian sebesar 67,3-86,3/100.000 populasi per tahun
3
kecuali Jepang. Sedangkan di negara-negara sub-Saharan Africa dan Asia
angka kejadian pertahun mencapai 30/100.000 populasi.1 ACS (American
Cancer Society) memperkirakan inseiden kanker mammae sebesar 29% dan
16% dari jumlah tersebut diperkirakan meninggal dunia. Data dari
Surveilance, Epidemyology End Result (SEER) melaporkan bahwa wanita
kulit putih di Amerika Serikat mempunyai resiko terkena kanker mammae
sebesar 13,1% dibandingkan dengan wanita kulit hitam di Africa hanya
sebesar 9,6%.4
Angka kejadian kanker mammae diperkirakan terus meningkat sesuai
umur. Pada usia 25 tahun kanker mammae menyerang 5/100.000 populasi,
pada usia 50 tahun menyerang 150/100.000 populasi dan pada usia 75 tahun
kanker mammae menyerang 200/100.000 populasi. Insiden kanker mammae
pada pria diperkirakan < 1% yaitu sebesar 2,5/100.000 populasi.2
2.3 Embriologi
Mammae berasal dari perkembangan extodermal garis susu (milk streak)
sejak minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Pada masa awal kehidupan
janin, milk streak terbentang sepanjang axilla sampai pubis namun pada akhir
trimester pertama milk streak menjadi atrofi kecuali pada bagian dada yang
akan berkembang menjadi puting susu. Sedangkan ductus dan lobulus susu
berasal dari extodermal yang tumbuh ke dalam, sehingga mammae dapat
berkembang menjadi suatu organ.3
4
Mammae adalah modifikasi dari kelenjar keringat yang berkembang di
bagian anterior tubuh dan bagian lateral dari thorax. Secara umum
perkembangan mammae akan meluas ke bagian superior (costa II), bagian
inferior (costa VI), bagian medial (sternum) dan bagian lateral (garis mid
axilla). Sedangkan kompleks puting-areola terletak antara costa IV dan V.6
Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak.
Masing-masing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai
mempunyai ductus lactiferus. Terdapat ligament yang terbentang sepanjang
fascia pektoralis profunda sampai lapisan fascia superfisialis di dalam dermis
yang berfungsi menyokong mammae, disebut sebagai Ligamentum Coopers.1
5
Clavicul
Parietal a
pleural Pectoralis mayor
muscle
Pectoralis
Visceral mayor fascia
pleural
Nippl
e
Intercostal
muscle Subcutaneous fatty
tissue
Coopers
ligament
6
a.axill a.mamma
a ry interna
a.intercos
tal
a.thorac
posterior
ic
lateral
7
atau pembuluh limfe intrapectorial terletak antara m.pectoralis mayor dan
m.pectoralis minor. 3
I
I
I
I
I
8
n.intercostobrachia Melewati axilla menuju Baal pada area persarafan
l lengan
Mammae yang mature terdiri dari 3 tipe jaringan yaitu : epitel glandular,
stroma fibrosa dan struktur penyokong, serta lemak. Sel yang terinfiltrasi,
termasuk limfosit dan makrofag juga ditemukan dalam mammae. Pada wanita
muda jaringan yang paling dominan adalah epitel dan stroma, yang akan
digantikan oleh jaringan lemak setelah menopause.7
2.5 Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara tergantung dari beberapa rangsang
hormonal termasuk estrogen, progresteron, prolactin, hormon tiroid, kortisol
dan growth hormon. Estrogen, progresteron dan prolaktin memiliki efek yang
sangat penting untuk perkembangan dan fungsi mammae. Estrogen mengawali
perkembangan duktus sementara progresteron bertanggung jawab terhadap
diferensiasi epitel dan perkembangan lobus mammae. Prolactin adalah
hormon utama yang dapat merangsang lactogenesis pada kehamilan tua dan
masa menyusui. Hormon tersebut juga memperbaharui regulasi reseptor-
reseptor hormon dan merangsang perkembangan epitel mammae.1
Mammae berkembang selama pubertas karena peran mammotrophic
hormon, ada lima fase perkembangan payudara menurut Tanner. Fase I (8-10
tahun) adalah penonjolan puting susu tanpa disertai perkembangan kelenjar
susu. Fase II (10-12 tahun) pembentukan gundukan kelenjar susu atau
pembentukan kelenjar subaerolar. Fase III (11-13 tahun) penambahan jumlah
kelenjar dan peningkatan pigmentasi daerah aerola. Fase IV (12-14 tahun)
peningkatan pigmentasi dan penambahan luas aerola. Fase V ( 13-17 tahun)
9
merupakan fase akhir dimana perkembangan dan pembentukan payudara
menjadi sempurna. 3
Peningkatan drastis estrogen dan progresteron pada siklus ovarium dan
placenta terjadi selama masa kehamilan, yang mengawali perubahan mencolok
dari bentuk dan substansi mammae. Mammae membesar seiring dengan
proliferasi epitel, penggelapan areola dan tubulus Montgomery menjadi
menonjol. Pada masa awal kehamilan, duktus bercabang dan berkembang,
selama trimester tiga, lemak terakumulasi disekitar epitel dan colostrum
mengisi sinus dan ductus yang kosong. Pada akhir kehamilan, prolaktin
merangsang pengeluaran lemak susu dan protein.1
Pada masa menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progresteron
oleh ovarium dan involusi ductus pada mammae. Jaringan ikat sekitar
meningkat dan jaringan mammae (kelenjar mammae) digantikan oleh jaringan
lemak.6
Duktus duktus akan berakhir pada duktus terminal yang disebut acini.
Pada acini terdapat kelenjar pembuat air susu yang bersama-sama dengan
duktus-duktus kecil lainnya yang disebut lobulus. Acini terbentuk dari
jaringan ikat longgar yang terdiri dari pembuluh darah, limfosit dan
mononuklear sel. 6
2.6.1 Etiologi
- Mutasi gen
Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting
dalam tubuh. Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada
(17 p 13), BRCA-2 pada (13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan
mutasi androgen-receptor gen pada (kromosm Y). 2
- Terpapar radiasi
Terpapar radiasi adalah penyebab kanker mammae yang paling tidak bisa
dipungkuri terutama pada wanita muda. Hasil penelitian membuktikan
wanita muda yang menjalani terapi radiasi karena Limfoma Hodgkin
memiliki resiko terkena kanker mammae 75x lebih besar daripada wanita
seusianya yang tidak terpapar radiasi. 1
- Hormonal
10
Telah terukti bahwa hormon ikut berperan dalam pembentukan kanker
mammae. Hormon estrogen baik tunggal maupun kombinasi dengan
progresteron pada beberapa sedian kontrasepsi oral penggunaan jangka
panjang meningkatkan resiko terjadinya kanker mammae.2 Berhubungan
dengan peningkatan estrogen tersebut, faktor-faktor yang meningkatkan
jumlah siklus menstruasi seperti menarke dini, nulipara, melahirkan anak
pertama pada usia >30 tahun (ada perubahan pada epitel terminal
payudara) dan menopause terlambat juga akan meningkatkan resiko
kanker mammae. Sedangkan pengurangan siklus menstruasi dianggap
mengurangi resiko kanker mammae seperti banyak beraktifitas dan
menyusui.
- Diet
Penyebab kanker mammae pada wanita muda biasanya juga dapat
disebabkan oleh konsumsi makanan tinggi lemak dan gula. Penelitian
menyatakan bahwa diet tinggi lemak atau obesitas berhubungan dengan
peningkatan sekresi hormon adrenal yaitu konversi androstenedione ke
estron oleh jaringan lemak dan terus berlangsung sampai menopause.
Akhirnya tumor-promoting steroid hormons yang larut dalam lemak akan
terakumulasi dalam jaringan mammae. 1,2
- Alkohol
Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat
pada wanita yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal
meningkatkan kadar serum estradiol yang ikut meningkatkan kadar
estrogen dalam tubuh.1
11
- Pemeberian estrogen postmenopause
- Terpapar radiasi
2.6.3 Patologi 2, 7
12
kemungkin normal. Empat kategori morfologi adalah prototipe dari lesi
murni, namun pada kenyataannya tipe tersebut menyatu satu sama lain. Tipe
papillary dan cribriform dapat berubah menjadi kanker invasif dalam waktu
yang lama dan stadium yang lebih rendah. Berbeda dengan tipe solid dan
comedo, lesi umumnya dengan cepat dapat berubah menjadi lesi invasive
dengan stadium yang tinggi.7
13
Non Invasive Karsinoma
Mammae
Noninvasive breast cancer. A, Lobular carcinoma in situ (LCIS). The neoplastic cells
are small with compact, bland nuclei and are distending the acini but preserving the
cross-sectional architecture of the lobular unit. B, Ductal carcinoma in situ (DCIS),
solid type. The cells are larger than in LCIS and are filling the ductal rather than the
lobular spaces. However, the cells are contained within the basement membrane of
the duct and do not invade the breast stroma. C, DCIS, comedo type. In comedo
DCIS, the malignant cells in the center undergo necrosis, coagulation, and
calcification. D, DCIS, cribriform type. In this type, bridges of tumor cells span the
14
Invasive Karsinoma
Mammae
Invasive breast cancer. A, Invasive ductal carcinoma, not otherwise specified (NOS). The
malignant cells invade in haphazard groups and singly into the stroma. B, Invasive lobular
carcinoma. The malignant cells invade the stroma in a characteristic single-file pattern and
may form concentric circles of single-file cells around normal ducts (targetoid pattern). C,
Mucinous or colloid carcinoma. The bland tumor cells float like islands in lakes of mucin. D,
Invasive tubular carcinoma. The cancer invades as small tubules, lined by a single layer of
well-differentiated cells. E, Medullary carcinoma. The tumor cells are large, very
undifferentiated with pleomorphic nuclei. The distinctive features of this tumor are the
infiltrate of lymphocytes and the syncytial-appearing sheets of tumor cells.
15
Metastasis ke kelenjar limfe axilla terjadi pada 55% - 70% pasien yang
terdeteksi dengan screening mammography. Prognosisnya tergantung dari
jumlah kelenjar limfe yang terkena menurut pemeriksaan histologi. Biasanya
neoplasma yang pertumbuhannya lebih cepat lebih sering bermatastasis ke
lenjar limfe dibandingkan dengan neoplasma yang pertumbuhannya lambat.
Selain itu ukuran tumor berhubungan erat dengan terjadinya metastasis ke
kelenjar limfe.2
Lebih dari 80% kanker mammae menunjukan proses fibrosis aktif yang
menyerang jaringan epitel dan stroma mammae. Akibat dari pertumbuhan
kanker dan invasi sel kanker ke jaringan mammae menyebabkan tertariknya
ligamentum Coopers sehingga dapat terjadi retraksi pada kulit mammae
(dimpling). Peau dorange (edema yang terlokalisasi) juga dapat terjadi ketika
drainase cairan limfe dari kulit terhambat sehingga menarik folikel rabut ke
dalam dan memberikan gambaran kulit jeruk. Semakin tumbuhnya sel kanker
maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya invasi pada kulit, yang
akan menimbulkan ulserasi karena terjadinya iskemik. 1
16
Semakin besar ukuran kanker primer, sel-sel kanker akan masuk ke dalam
ruang interselular dan terbawa aliran limfe menuju kelenjar limfe regional
teruma kelenjar limfe axilla. Tanda awal terjadinya metastasis pada kelenjar
limfe berupa nyeri dan teraba benjolan yang lembut tetapi berubah menjadi
keras seiring pertumbuhan sel kanker.1
3. Metastasis Jauh
Kira-kira pada penggandaan sel kanker yang ke-20, maka sel kanker sudah
mempunyai neovaskularisasi sendiri. Keadaan tersebut juga dapat
menyebabkan sel kanker melaului vena axilla atau vena intercostal yang
kemudian menuju vena pleksus Batson, akan bermetastasi ke organ lain dalam
tubuh. Keberhasilan implantasi fokus metastasi dapat terjadi setelah diametr
kanker primer > 0,5 cm atau kira-kira pada penggandaan ke 27. 1
2.7 Diagnosis
2.7.1 Temuan Fisik dan Differential Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksa menentukan usia pasien dan tanyakan riwayat reproduksi,
termasuk usia saat menarche, ketidakteraturan menstruasi, dan usia saat
menopause. Tanyakan apakah pernah operasi payudara sebelumnya,
khususnya biopsi payudara dan apa saja temuan patologisnya. Tanyakan
apakah pernah histerektomi. Tanya tentang riwayat kehamilan dan menyusui.
Riwayat penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada menopause. Tanyakan
riwayat kanker khususnya kanker mammae di keluarga.7
Tanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien terutama pada bagian
payudara, apakah ada nyeri payudara, keluar cairan dari puting, dan ada atau
tidaknya massa di payudara. Jika ada massa berapa lama massa itu hadir, apa
yang telah terjadi sejak penemuannya, dan apakah ada perubahan dengan
siklus haid. Jika mengarah pada kanker, lakukan penyelidikan tentang gejala
konstitusional seperti nyeri tulang, penurunan berat badan dan perubahan
pernapasan.7
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dimulai dengan pasien dalam posisi duduk tegak dengan
inspeksi untuk melihat adanya massa, asimetris, dan perubahan kulit. Puting
susu diperiksa, apakah ada retraksi atau tidak, keluar cairan atau tidak, cairan
17
berwarna apa dan perhatikan apakah ada retrasi payudara, perubahan warna
payudara menjadi kemerahan, massa pada axilla dan ketidaknyamanan otot
sekitar payudara.7,2
Penggunaan pencahayaan yang tepat secara tidak langsung dapat
mengobservasi adanya dimpling halus dari kulit atau puting disebabkan oleh
neoplasma menarik ligamen Cooper. Manuver sederhana seperti peregangan
lengan ke atas kepala atau menegangkan otot pectoralis dapat menilai
kesimetrisan payudarai dan dimpling. 7
Edema kulit, sering disertai dengan eritema, menghasilkan tanda klinis
dikenal sebagai peau d'orange. Hati-hati jika ada peradangan dapat keliru
dengan mastitis akut. Perubahan inflamasi dan edema pada kanker
disebabkan karena obstruksi saluran limfatik subkutis oleh emboli sel
karsinoma. Kadang-kadang, tumor besar dapat menghasilkan obstruksi
saluran getah bening yang mengakibatkan edema kulit diatasnya (nodul
satelit). 7
Keterlibatan puting dan areola merupakan hal yang umum pada karsinoma
mammae. Letak tumor tepat di bawah areola dapat mengakibatkan retraksi
puting. Terjadinya retraksi puting susu bisa disebabkan oleh fibrosis pada
kondisi trumor jinak tertentu, terutama pada saluran ektasia subareolar. Tetapi
jika retraksi telah berlangsung selama berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan dan unilateral merupakan indikasi adanya karsinoma. Tumor yang
terletak di pusat dapat langsung menyerang dan mengulserasi kulit areola atau
puting. Sedangkan tumor perifer mungkin hanya merusak kesimetrisan dari
puting oleh karena adanya traksi pada ligamen Cooper.7
Sementara pasien masih dalam posisi duduk, pemeriksa mengangkat
lengan pasien dan palpasi ketiak untuk mendeteksi adanya pembesaran
kelenjar getah bening axilla. Ruang supraklavikula dan infraklavikularis
sama-sama diraba untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar limfe.
Massa dideskripsikan sesuai dengan ukuran, bentuk, konsistensi, mobile atau
terfiksir, nyeri atau tidak dan lokasi. 7
18
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari diagnosis fisik
massa payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum 22-gauge. Kegunaan
utama FNA ialah dapat membedakan massa yang solid dari massa kistik, dan
dapat dilakukan setiap kali massa ditemukan pada payudara. FNA akan
ditunda jika mamografi atau hasil evaluasi radiografi lain membingungkan.
Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan rutin payudara, biopsi terbuka
dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang lain.
Karsinoma tidak akan terdeteksi jika biopsi bedah dilakukan ketika (1)
aspirasi jarum tidak menghasilkan cairan kista dan massa padat yang dapat
didiagnosis, (2) cairan kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah, dan
(3) cairan dapat dihasilkan tetapi massa tidak terlihat. 7 Sensitivitas FNA untuk
menentukan kanker mammae 90-99% dan spesifitasnya 98%.2
Biopsy Ultrasound
2. Mamografi
19
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae adalah massa
solid dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil disekitarnya), penebalan
jaringan mammae yang asimetris, dan mikrokalsifikasi. Gambaran kalsifikasi
disekitar lesi atau massa mengindikasikan adanya kanker mammae pada
massa yang tidak dapat teraba dan mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya
gambaran kanker mammae pada wanita muda.1
3. MRI
4. Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting
termasuk jika mengandung darah. Sebelumnya kontras disuntikan ke salah
satu atau lebih duktus kelenjar mammae kemudian lakukan mammografi
dengan posisi supinasi. Kanker akan terlihat sebagai massa irregular atau
multipel filling defect intraluminal. 1
5. Ultrasonografi
20
6. Tumor Marker
21
T4d Karsinoma inflamatory
Pembuluh Limfe/Node (N)
N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh
N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)
N0 (i+) Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm
N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)
(mol-)
N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)
(mol+)
N1 Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari
biopsy
N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)
N1a Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3
N1b Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel
N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan
biopsy
N2 Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+)
tanpa metastasis ke axilla
N2a Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm
N2b Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)
N3 Metastasis ke 10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe
axilla dan int. mammary metastasis
N3a 10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular
N3b Klinik int. mammary (+) 1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+)
dengan int. mammary (+) dari biopsy
N3c Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)
M (Metastasis)
M0 Tidak terdapat metastasi jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
22
American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka
Harapn Hidup
STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)[*]
0 Tis, N0, M0 100
I T1, N0, M0 100
IIA T0, N1, M0 92
T1, N1, M0
T2, N0, M0
IIB T2, N1, M0 81
T3, N0, M0
IIIA T0, N2, M0 67
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
IIIB T4, N0, M0 54
T4, N1, M0
T4, N2, M0
[]
IIIC Semua T, N3, M0
IV Semua T, Semua N, M1 20
23
2. Umur untuk Mastektomi profilaksis
Umur tidak begitu ditentukan jika seseorang ingin melakukan mastektomi
profilaksis karena beresiko tinggi terkena kanker mammae, tetapi
disarankan setelah usia mencapai 30 tahun.
2.10 Terapi
Sebelum dilakukannya therapi, harus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
terlebih dahulu :
24
Stadium Kanker
0 I II III IV
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik X X X X X
Hitung Darah Perifer Lengkap X X X X
Tes fungsi hati dan alkali phosfatase X X X X
X-ray thorax X X X X
Mamografi bilateral atau USG X X X X X
Status hormon receptor X X X X
EkspresiHER-2/neu X X X X
Scan tulang X X X
CT scan / MRI abdominal dan pelvis X X X
Terapi pembedahan:
25
pemeriksaan histologik. ASCO merekomendasikan Sentinel Lymphe Node
Dissection dilakukan pada pasien stadium awal kanker mammae. 2
2. Breast Conservation Therapy (BCT)
BCT termasuk pada reseksi dari kanker primer regional dengan batas
normal jaringan payudara, terapi radiasi adjuvant, dan penilaian status
kelenjar getah bening regional. Biasanya BCT dilakukan pada kanker
mammae stadium I dan II.5
- Radical mastectomy : reseksi dari semua jaringan payudara, node
axilla dan m.pectoralis mayor & minor.
- Simple mastectomy : reseksi semua jaringan payudara
- Lumpectomy dan axillary node dissection : reseksi massa tanpa
jaringan normal dan dilakukan axillary node disection, kosmetika lebih
baik
3. Rekonstruksi Payudara dan Dinding Dada
Tujuannya adalah bedah rekonstruktif pasca mastektomy untuk penutupan
luka dan rekonstruksi payudara.
1. Terapi radiasi 8
26
- Pada terdapat masa tumor atau residu post op (mikroskopik
atau makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy
kecuali pada aksila 15 Gy
2. Kemoterapi 8, 2
Kombinasi CAF 2
Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari 1
Interval : 4 minggu
Kombinasi CEF
Dosis C : Cyclophospamide 500 mg/ m2 hari 1
Interval : 4 minggu
Kombinasi CMF 2
Dosis C : Cyclophospamide 100 mg/m2 PO hari 1 s/d 14
Interval : 4 minggu
27
Kombinasi AC
Dosis A : Adriamicin 600 mg/m2 hari 1
Interval : 3 minggu
1.Pemeriksaan Reseptor ER + PR +
ER + PR
ER - PR +
2. Status hormonal
Additive : Apabila
ER - PR +
ER + PR (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)
ER - PR +
Ablasi : Apabila
28
tanpa pemeriksaan reseptor
premenopause
menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+) perjalanan
penyakit slow growing & intermediated growing
29
B. Follow up :
DAFTAR PUSTAKA
3. Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New York. 2001
30
5. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc
Graw Hill. United State of America. 2003
6. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York. 2006
31