Anda di halaman 1dari 15

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF ILMU PENYAKIT MATA

Rumah Sakit MataDr. Yap

Nama : Samsul Rizal Almadani

NIM : 112016039

Dr. Pembimbing : dr. Rinanto Prabowo, SpM, MSc.

Fak. Kedokteran : UKRIDA

Tinjauan Pustaka

Lensa berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat di sebelah posterior
iris dan disangga oleh serat-serat zonula, yang berasal dari corpus siliare. Serat-serat ini menyisip
pada bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu membran basalis yang mengelilingi
substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus
berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang lebih tua
dimampatkan ke nukleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat, di sekeliling nukleus,
menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan,
nutrisi lensa didapat dari aqueous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous.

Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat karena kemampuan
lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang dikenal sebagai akomodasi.
Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis),
tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan zonula
dikendalikan oleh aktivitas musculus ciliaris yang bila dikontraksikan akan mengendurkan
tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang
lebih kuat untuk memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi musculus ciliaris akan
menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, membuat lensa mendatar dan
memungkinkan objek-objek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa
akan berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan elastisitasnya.

Gejala-gejala yang berhubungan dengan kelainan lensa pada umumnya berupa gangguan
penglihatan. Gejala-gejala presbiopia disebabkan oleh berkurangnya kemampuan akomodasi
pada penuaan dan berakibat pada berkurangnya kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan
dekat. Hilangnya transparansi lensa menimbulkan penglihatan kabur (tanpa nyeri), baik
penglihatan dekat maupun jauh. Hal ini disebut sebagai katarak.1

Anamnesis

Pengambilan riwayat penyakit yang teliti penting untuk menentukan progresivitas penyakit dan
gangguan fungsional penglihatan yang dihasilkan karena katarak dan untuk mengidentifikasi
penyebab lain pada kekeruhan lensa. Seorang pasien katarak senilis sering kali ditemukan
dengan riwayat penurunan dan gangguan penglihatan progresif yang terjadi secara bertahap.
Gangguan penglihatan demikian bervariasi bergantung pada jenis katarak yang dialami oleh
pasien.

Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, hilang-timbul, dan cepat timbulnya
gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus diperhatikan,
demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat mata yang dipakai belakangan ini dan
semua gangguan mata yang pernah maupun yang sedang terjadi harus dicatat. Selain itu,
semua gejala mata lain yang berhubungan perlu dipertimbangkan. Keluhan yang sering
diungkapkan pasien katarak antara lain:
Penurunan ketajaman visual

Cahaya yang menyilaukan

Pergeseran miopik

Riwayat kesehatan terdahulu berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan,
bila ada, penyakakit sistemik yang penting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai
manifestasi mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik. Selain
itu, seperti halnya riwayat medik umum, harus diketahui obat-obat mata yang dipakai dan
obat-obatan sistemik pasien.

Riwayat keluarga berhubungan dengan sejumlah gangguan mata, seperti strabismus,


ambliopia, glaukoma, atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablatio retina atau
degenerasi makula. Penyakit diabetes juga mungkin relevan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata lengkap perlu dilakukan dimulai dengan ketajaman visual untuk penglihatan
dekat maupun jauh. Ketika pasien mengeluhkan silau, ketajaman visual perlu diuji pada ruangan
dengan cahaya terang. Sensitivitas terhadap kontras juga perlu diperiksa, terutama jika riwayat
penyakit menunjuk pada kemungkinan masalahnya.

Pemeriksaan adneksa mata dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk terhadap
penyakit pasien dan akhirnya prognosis untuk penglihatannya. Pemeriksaan prabedah juga
mencakup apakah ada infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat menjadi penyulit
yang berat berupa panoftalmitis pascabedah dan fisik umum.

Pemeriksaan sinar celah (slitlamp) hendaknya tidak hanya berpusat pada mengevaluasi
kekeruhan lensa tetapi juga struktur mata lainnya (seperti konjungtiva, kornea, iris, bilik depan).
Penebalan kornea dan adanya kekeruhan kornea seperti kornea guttata juga perlu diperiksa
dengan teliti. Tampilan lensa perlu diperhatikan dengan cermat sebelum ataupun setelah pupil
berdilatasi.

Pada pupil yang berdilatasi, ukuran nukleus dan adanya brunescence sebagai indikator terhadap
densitas katarak dapat diperiksa sebelum operasi dilaksanakan. Posisi lensa dan keutuhan serat-
serat zonular juga perlu diperiksa karena subluksasi lensa dapat mengindikasikan adanya riwayat
trauma mata, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.

Perlu ditekankan pentingnya oftalmoskopi langsung dan tidak langsung dalam mengevaluasi
keutuhan kutub posterior. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menjadi penyebab gangguan
penglihatan yang dialami oleh pasien. Lebih jauh, prognosis setelah ekstraksi lensa dipengaruhi
secara signifikan oleh deteksi patologis pada kutub posterior sebelum operasi dilakukan
(misalnya, edema makular, degenerasi makular terkait umur). Pada pemeriksaan dengan
oftalmoskop, katarak terlihat seperti bintik hitam dengan latar merah karena memblokir pantulan
cahaya dari retina. Bentuk katarak yang paling sering ditemukan merintangi cahaya di bagian
sentral lebih besar daripada di bagian perifer. Katarak tidak pernah mengganggu persepsi cahaya
secara total. Jika hilangnya persepsi cahaya merupakan keluhan utama, adanya katarak tidak
cukup untuk menjelaskan kelainan tersebut sehingga harus dilakukan pemeriksaan selanjutnya.2,3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan lab dilakukan sebagai bagian uji tapis sebelum pembedahan untuk mendeteksi ada
tidaknya penyakit penyerta seperti diabetes mellitus (pemeriksaan gula darah puasa dan tes
urine), hipertensi, kelainan jantung. Trombositopenia juga perlu diperhatikan karena dapat
mengarah pada perdarahan perioperatif, dengan demikian, perlu dideteksi dan ditangani sebelum
operasi dilaksanakan.2

Working Diagnosis

Katarak senilis
Katarak senilis merupakan jenis yang paling umum terjadi di seputar dunia dan merupakan
penyebab utama menurunnya penglihatan akibat usia. Dengan penuaan normal, nukleus dan
korteks lensa melebar seraya serat-serat baru dibentuk di bagian kortikal lensa. Pada nukleus,
serat yang tua menjadi lebih tertekan dan terdehidrasi. Perubahan metabolik terjadi dan protein
lensa menjadi lebih sukar larut, dan konsentrasi kalsium, natrium, kalium, dan fosfat meningkat.
selama stadium awal pembentukan katarak, pigmen kuning dan vakuol berakumulasi di serat
lensa. Molekul protein yang tidak melipat, persilangan kelompok-kelompok sulfhidril, dan
konversi dari protein larut menjadi tak larut membuat hilangnya kejernihan lensa. Onsetnya
bertahap, dan satu-satunya gejala ialah meningkatnya penglihatan kabur dan kelainan
penglihatan.

Diagnosis katarak didasarkan pada pemeriksaan oftalmoskopi dan derajat gangguan penglihatan
pada uji penglihatan Snellen. Pada pemeriksaan oftalmoskopi, katarak dapat terlihat sebagai
kekeruhan besar yang memenuhi celah pupil atau sebagai bayangan hitam berlawanan dengan
latar merah pada fundus.4

Perubahan terkait usia pada lensa mempengaruhi kekuatan lensa dan kemampuan transmisi
cahaya sehingga menyebabkan fluktuasi pada penglihatan dan terhamburnya cahaya.
Pemeriksaan celah sinar (slitlamp), metode yang biasa digunakan untuk mengamati lensa, dapat
digunakan untuk mengelompokkan dan membedakan kekeruhan lensa. Masing-masing tipe
kekeruhan memiliki perbedaan secara klinis, dan sering terjadi kombinasi dari tipe yang berbeda.

Katarak senilis dapat dibagi menjadi 3 jenis utama:

Katarak nuclear

Katarak nuclear dihasilkan dari sklerosis nuclear dan perubahan menjadi kuning, dengan
konsekuensi pembentukan kekeruhan lentikular sentral. Kekeruhan nuklear disebabkan
oleh peningkatan densitas lensa secara bertahap pada lapisan paling dalam dari nukleus,
berjalan perlahan untuk melibatkan lapisan-lapisan yang lebih luar. Nukleus juga
mungkin berubah warna dari bening (tidak berwarna) menjadi kuning hingga coklat dan
kadang-kadang hitam. Nukleus yang sangat keruh dan coklat dinamai brunescent nuclear
cataract. Pasien mungkin mengalami peningkatan myopia (dikarenakan peningkatan
indeks bias lensa) dan penurunan yang progresif lambat pada ketajaman visual dan
hilangnya sensitivitas terhadap kontras.

Katarak kortikal
Perubahan komposisi ionik dari korteks lensa dan mungkin juga perubahan pada
pengairan serat-serat lensa menghasilkan katarak kortikal. Kekeruhan kortikal
menyebabkan beberapa gejala pada awalnya karena sumbu visual tetap jernih, tetapi
belakangan kekeruhan meliputi sebagian besar dari korteks lensa.

Katarak subkapsular posterior.

Pembentukan granul dan kekeruhan seperti plak pada korteks subkapsular posterior
sering memperlihatkan pembentukan katarak subkapsular posterior. Kekeruhan
subkapsular posterior dimulai di daerah kutub posterior, kemudian menyebar ke perifer.
Pasien mengalami gangguan silau yang signifikan karena cahaya berhamburan pada titik
dekat mata.

Pada akhirnya, seluruh lensa akan menjadi keruh. Lensa mungkin kemudian membengkak
(katarak intumescent). Materi kortikal akan mencair (katarak Morgagnian) dan kemudian
diabsorbsi kembali menyebabkan nukleus yang padat menjadi tenggelam ke bawah kantung
kapsular.

Katarak dibagi menjadi 4 stadium:

Stadium insipient stadium paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Dengan
koreksi, visus masih dapat 5/5 5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis
relatif masih jernih. Gambaran inilah yang disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil
dilebarkan. Pada stadium yang lanjut, gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil normal.
Stadium imatur kekeruhan belum mengenai seluruh lensa. Kekeruhan itu terutama terdapat
di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa,
maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanoa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan
dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, dilihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai
refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Stadium matur pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar
yang mengenai pupil akan dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada
bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test
membedakan stadium matur dari imatur dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan
midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test yang (-), oleh
karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa
kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium
imatur (shadow test (+)), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,
bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau 1/, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya
belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut stadium vera matur.
Stadium hipermatur (katarak Morgagni) korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur
telah mencair, sehingga nukleus lensa turun ke bawah oleh karena daya beratnya. Melalui
pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian
bawah, dengan warna yang lain, dari pada bagian yang di atasnya yaitu kecoklatan. Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeable, sehingga isi
korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus
lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada pemeriksaan, didapatkan iris yang
tremulans, di mana camera oculi anterior (coa) menjadi dalam sekali dan iris yang
membentuk sudut coa, sekarang tergantung bebas, tak menempel pada lensa, sehingga pada
pergerakan bola mata, iris bergetar.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan, yang disebut
intumesensi, yaitu penyerapan cairan akuos oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan iris
terdorong ke depan, coa menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi. Pada umumnya terjadi
pada stadium II. 2,5

Differential Diagnosis

1. Katarak matur

2. katarak insipien

Epidemiologi

Katarak senilis terus menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia. Pada
penelitian baru-baru ini di Cina, Kanada, Jepang, Denmark, Argentina, dan India, katarak
diidentifikasi sebagai penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan dengan rentang
statistic 33,3% (Denmark) sampai 82,6% (India). Ada perkiraan sekitar 1,2% dari seluruh
populasi di Africa yang mengalami kebutaan, 36% disebabkan oleh katarak.2

Etiologi

Penyakit sistemik

Katarak senilis banyak dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes,


hipertensi, dan lain-lain. Hipertensi baru-baru ini ditemukan secara signifikan
meningkatkan resiko untuk katarak subkapsular posterior. Kemungkinan jalur bagi
peranan hipertensi dan glaucoma pada pembentukan katarak senilis ialah dengan
menginduksi perubahan struktur konformasi protein pada kapsul lensa yang
menyebabkan gangguan pada transport membran dan permeabilitas ion, dan akhirnya
meningkatkan tekanan intraokular yang mengakibatkan kekambuhan dalam pembentukan
katarak.

Sinar Ultra Violet (UV)

Sinar UV kemungkinan berpengaruh pada pembentukan katarak melalui peningkatan


kerusakan yang bersifat oksidatif. Mata yang menua lebih rentan terhadap kerusakan
karena UV karena filter bebas UV yang menurun seraya penuaan dan hasil pemecahan
dari filter ini dapat berperan sebagai perangsang terhadap cahaya, yang menyebabkan
terbentuknya oksigen yang reaktif dan proses oksidasi terhadap protein. Resiko katarak
nuklear dan kortikal ditemukan paling tinggi di antara populasi yang sering terpajan sinar
matahari pada usia yang lebih muda.

Faktor lain

Transparansi/kejernihan lensa bergantung pada pengaturan yang baik sel-sel lensa dan
protein intraseluler pada lensa. Kelainan genetik, metabolik, nutrisi, dan lingkungan, serta
penyakit mata dan penyakit sistemik dapat menimbulkan katarak dengan mempengaruhi
kejernihan lensa. 2,5
Patofisiologi

Lensa sebagian besar terbuat dari air dan protein. Proteinnya tersusun pada tempat yang tepat
sehingga menjaga lensa tetap jernih sehingga bisa dilalui cahaya. Namun, seraya proses penuaan,
beberapa protein dapat menggumpal satu sama lain dan mulai menghalangi sebagian kecil area
di lensa. Seraya waktu berlalu, katarak dapat menjadi lebih luas dan lebih menghalangi lensa
sehingga semakin sulit untuk melihat dengan baik. 6

Patofisiologi katarak senilis rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Pada semua
kemungkinannya, patogenesisnya multifaktorial melibatkan interaksi yang rumit dalam berbagai
proses fisiologis. Seraya lensa menua, beratnya dan ketebalannya meningkat sementara
kemampuan akomodasinya menurun. Karena lapisan korteks yang baru bertambah secara
konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, mengalami sebuah proses yang disebut
nuclear sclerosis.

Berbagai mekanisme turut berperan dalam hilangnya kejernihan lensa secara progresif. Epitel
lensa dipercaya mengalami perubahan yang berkaitan dengan penuaan, khususnya penurunan
pada densitas sel epitel lensa dan kelainan diferensiasi dari sel-sel serat lensa. Meskipun epitel
dari lensa katarak mengalami laju apoptosis yang rendah, yang sepertinya tidak menyebabkan
penurunan densitas sel yang signifikan, akumulasi dari hilangnya epitel dalam skala kecil dapat
berakibat pada gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis, yang pada akhirnya
mengarah pada hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh, seraya lensa menua, penurunan ambang
di mana air dan, mungkin, metabolit larut air dengan berat molekul yang rendah dapat masuk ke
dalam sel-sel nukleus lensa melalui epithelium dan korteks, terjadi dengan diikuti oleh
penurunan transportasi air, nutrisi, dan antioksidan.

Sebagai akibatnya, kerusakan oksidatif yang progresif terhadap lensa bersamaan dengan
penuaan, mengarah pada perkembangan dari katarak senilis. Berbagai penelitian memperlihatkan
peningkatan hasil oksidasi (seperti glutation teroksidasi) dan penurunan vitamin antioksidan dan
enzim superoxide dismutase menekankan peranan penting dari proses oksidatif pada
pembentukan katarak.

Mekanisme lainnya yang terlibat ialah perubahan dari protein sitoplasmik lensa berat molekul
rendah yang larut menjadi gumpalan protein larut dengan berat molekul tinggi, fase tidak larut,
dan matriks protein membrane yang tak larut. Perubahan protein yang dihasilkan menyebabkan
fluktuasi mendadak pada indeks bias, terhamburnya cahaya, dan menurunnya kejernihan. Bagian
lain yang juga diperiksa mencakup peranan nutrisi pada perkembangan katarak, terutama
keterlibatan glukosa dan mineral serta vitamin.2

Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul bergantung pada apakah katarak terjadi unilateral atau bilateral, dan derajat
serta letak dari kekeruhan. Jika katarak terjadi unilateral, pasien bisa jadi tidak menyadarinya
sampai katarak juga menutupi mata yang masih baik. Pasien mungkin mengeluh kesulitan saat
membaca (yang perlu dibedakan dari presbiopia yang normal pada orang tua), kesulitan
mengenali wajah (yang juga terjadi pada degenerasi makular), dan kesulitan saat menonton
televisi. Mereka mungkin mengeluh bahwa penglihatan mereka memburuk pada cahaya terang,
terutama jika kekeruhan mereka terdapat di sentral.

Kadang-kadang, pasien mengalami monokular diplopia dan melihat halo disekeliling lampu; hal
ini terjadi karena kekeruhan lensa terganggu dengan sinar cahaya yang melewatinya menuju
bagian belakang mata. Beberapa pasien mungkin bahkan mengatakan bahwa mereka dapat
melihat tanpa kacamata. Ini terjadi ketika katarak sklerosis nuklear meningkatkan kekuatan
penyebaran lensa, sehingga membuat pasien menjadi miopi (tidak mampu melihat jauh).

Gangguan penglihatan demikian bervariasi bergantung pada jenis katarak yang dialami oleh
pasien.

Penurunan ketajaman visual

Merupakan keluahan paling umum dari pasien katarak senilis. Katarak dapat
dipertimbangkan jika ketajaman visual dipengaruhi secara signifikan. Lebih jauh, jenis
lain katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman visual.

Sebagai contoh, katarak subkapsular posterior derajat ringan dapat menghasilkan


penurunan ketajaman visual dengan ketajaman penglihatan dekat lebih terganggu
daripada ketajaman penglihatan jauh, kemungkinan sebagai akibat miosis akomodatif.
Namun, sklerosis nuklear sering dihubungkan dengan menurunnya ketajaman
penglihatan jarak jauh dan penglihatan dekat yang baik.

Derajat gangguan penglihatan dapat bervariasi pada keadaan berbeda. Misalnya,


gangguan refraksi miopia (nearsighted) yang tidak dikoreksi tampak lebih berat di
lingkungan yang gelap. Hal ini terjadi karena dilatasi pupil memungkinkan lebih banyak
berkas cahaya yang tak terfokus jatuh di retina dan makin mengaburkan pandangan.
Katarak setempat di sentral tampak lebih parah di bawah sinar matahari. Dalam hal ini,
konstriksi pupil mengurangi jumlah cahaya yang dapat melintasi lensa yang keruh.
Pandangan kabur akibat edema kornea semakin membaik saat siang karena adanya
dehidrasi kornea akibat penguapan dari permukaan.

Cahaya yang menyilaukan

Meningkatnya kesilauan adalah keluhan umum lainnya pada pasien katarak senilis.
Keluhan dapat mencakup seluruh spektrum mulai dari menurunnya sensitivitas kontras
pada lingkungan dengan cahaya terang.

Gangguan penglihatan seperti itu terutama khas pada katarak subkapsular posterior dan,
pada tingkat yang lebih rendah, pada katarak kortikal. Hal ini lebih jarang dihubungkan
dengan sklerosis nuklear. Banyak pasien dapat menoleransi kesilauan derajat sedang
tanpa banyak kesulitan, dan dengan demikian, kesilauan itu sendiri tidak memerlukan
tindakan operasi.

Pergeseran miopik

Perkembangan katarak kadang-kadang mungkin meningkatkan kekuatan dioptri lensa


menghasilkan miopi ringan sampai sedang atau disebut pergeseran miopik. Sebagai
akibatnya, pasien presbiopi melaporkan adanya peningkatan pada penglihatan dekat dan
kurang memerlukan kacamata baca yang disebut penglihatan kedua. Namun, kejadian ini
hanya sementara, dan seraya kualitas penglihatan lensa menurun, penglihatan kedua ini
akhirnya menghilang.

Khasnya, pergeseran miopi dan penglihatan kedua tidak ditemukan pada katarak kortikal
dan subkapsular posterior. Lebih jauh, perkembangan asimetrik miopia yang diinduksi
lensa dapat berakibat pada anisometropi simptomatik yang signifikan yang mungkin
memerlukan penanganan operasi.

Monokular diplopia

Kadang-kadang, perubahan nuklear terkonsentrasi pada lapisan dalam dari lensa,


menghasilkan area refraktil di tengah lensa, yang sering terlihat jelas dalam refleks merah
melalui retinoskopi atau oftalmoskopi langsung.

Fenomena demikian dapat mengarah pada monokular diplopia yang tidak dikoreksi
dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.1,2

Komplikasi

Kegagalan dalam menangani katarak secara bedah dapat mengarah pada akibat yang merugikan
seperti lensa membengkak dan menggembung, glaukoma sekunder.
Pembedahan katarak juga dapat diikuti dengan komplikasi walaupun jarang. Kesulitan yang
umum muncul setelah pembedahan ialah peradangan yang menentap, perubahan pada tekanan
bola mata, infeksi, pembengkakan retina, dan retinal detachment. Lensa yang baru ditanam juga
bisa jadi berpindah atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan mungkin perlu untuk diatur
kembali posisinya, diganti, atau diangkat. Komplikasi-komplikasi ini sangat jarang terjadi namun
dapat mengarah pada kehilangan penglihatan yang signifikan jika tidak ditangani dengan baik,
oleh karena itu, pemantauan ketat diperlukan sesudah pembedahan.2,7

Penatalaksanaan

Phacoemulsification cataract extraction untuk mengeluarkan lensa tetapi meninggalkan


kapsul lensa pada tempatnya:

Phacoemulsification untuk memecah lensa dengan getaran ultasonik

Potongan-potonganya dikeluarkan

Penanaman lensa intraokular.

Extracapsular cataract extraction:

Lensa dihilangkan dalam satu potongan, kapsul dibiarkan utuh

Lensa intraokular ditanam.

Intracapsular cataract extraction pada seluruh lensa dan kapsul:

Jarang dilakukan; mungkin diperlukan pada kasus traumatik

Lensa intraokular dipasang di depan iris.

Pembedahan laser untuk mengembalikan ketajaman visual jika membran sekunder


terbentuk di capsul lensa posterior yang utuh setelah dilakukan extracapsular cataract
extraction.

Insisi dan aspirasi mungkin masih dilakukan pada anak-anak dengan katarak yang lunak.
Lensa kontak atau lensa tanam setelah pembedahan untuk memperbaiki ketajaman visual,
penglihatan binokular, dan persepsi kedalaman.

Preventif

Gunakan kacamata hitam dan topi dengan tepi lebar untuk menghalangi sinar UV dari matahari
bisa jadi dapat membantu menunda perkembangan katarak. Berhentilah merokok dan pada ahli
percaya bahwa nutrisi yang baik dapat membantu mengurangi resiko katarak senilis ini. Mereka
merekomendasikan sayuran hijau, buah, dan makanan lain dengan kandungan antioksidan.

Bagi yang berusia 60 tahun ke atas dianjurkan melakukan pemeriksaan mata yang menyeluruh
setidaknya dua tahun sekali. Di samping katarak, pemeriksaan tersebut juga dapat menganisipasi
tanda-tanda kelainan mata lainnya seperti degenerasi macula terkait usia, glaukoma, dan kelainan
penglihatan lainnya. Dengan deteksi cepat, pengobatan segera dapat diberikan dan sering kali
menyelamatkan mata dari hal buruk termasuk kebutaan.7

Prognosis

Pada keadaan di mana tidak terdapat penyakit mata lain yang menyertai sebelum pembedahan,
yang dapat mempengaruhi penglihatan secara signifikan, seperti degenerasi macular atau atrofi
saraf optik, pembedahan katarak yang sukses sangat menjanjikan perbaikan pada ketajaman
penglihatan, seperti yang terlihat pada uji Snellen. Pada awalnya penglihatan bisa jadi masih
buram karena mata memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri agar dapat berfokus sesuai
dengan mata yang lain.2,7
Daftar Pustaka

1. Riordan-Eva P, Whitcher J P. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum; alih bahasa:


Brahm U Pendit. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.

2. Ocampo V V D Jr, Foster S. eMedicine Senile Cataract. Diunduh dari:


http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. 06 Januari 2017.

3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2010.

4. Carroll E W, Jens S A, Curtis R. Disorder of visual function. Dalam: Port C M, Matfin G.


Pathophysiology concepts of altered health states. China: Lippincott Williams &
Wilkins; 2009.

5. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual effects of


cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2. China: Mosby Elsevier.
2009.

6. National Eye Institute National Institute of Health. Facts about cataract. Diunduh dari:
http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp#top. 06 januari 2017.

7. Cataract. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/cataracts/page11_em.htm. 06


januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai