Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH KONSELING GIZI

SIROSIS HEPATIS

ARIFAH NUR UTAMI


1603400005

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN GIZI
2017
A. Pengertian Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis atau sirosis hati adalah salah satu bentuk pengerasan di hati dan
merupakan salah satu kelainan dari bentuk serta fungsi hati sebagai salah satu organ besar
manusia yang berfungsi untuk membantu menetralisir racun didalam tubuh.

Jika seseorang yang mempunyai masalah sirosis hepatis maka akan mengalami suatu
pergantian jaringan hati yang normal dengan jaringan parut yang akan menyebabkan terjadinya
kerusakan sel hati sehingga fungsinya tidak bisa bekerha secara normal. Penyakit sirosis
hepatis terdiri dari hepatis ringan sampai parah. Penyakit hepatis ringan biasanya bisa
memperbaiki fungsi hati sendiri, sehingga bisa bekerja sama dengan normal lagi. Sedangkan
untuk penyakit sirosis hepatis parah, maka jaringan parut yang terlalu banyak sudah membuat
fungsi hati tidak akan bekerja normal. Cara penyembuhan yang dilakukan pada penyakit sirosis
hepatis adalah dengan cara melakukan pencangkokan hati dengan cara yang normal.

Perubahan yang terjadi disfungsi hati misalnya seperti :

1. Kegagalan membuat protein yang cukup seperti albumin yang bekerja untuk membantu
mengatur komposisi dari cairan yang ada didalam aliran, darah serta tubuh
2. Kegagalan dalam membuat bahan kimia yang cukup dibutuhkan untuk proses
pembekuan darah
3. Kurang bisa mengolah limbah kimia bilirubin sehingga akan menyebabkan terjadinya
pembentukan didalam hati
4. Kurang bisa memproses obat, racun dan juga bahan kimia lainnya yang kemudia akan
mengalami penumpukan didalam tubuh

Sirosis memiliki 4 jenis sirosis, yakni :

1. Sirosis Laennec
Sirosis ini disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal sirosis ini, liver
akan membersar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, liver akan mengencil dan
nodular
2. Sirosis pascanektrotik
Sirosis ini terjadi akibat nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin
biasanya berasal dari virus hepatitis. Liver akan mulai mengecil dengan banyak nodul
dan jaringan fibrosa.
3. Sirosis bilier
Terjadi akibat adanya obstruksi empedu dalam liver dan ductus koleduktus komunis
(ductus sisikuis)
4. Sirosis jantung
Sirosis jantung disebabkan oleh gagalnya jantung sisi kanan (gagal jantung kongestif)
B. Patofisiologi
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis Hepatis,
yaitu :

Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada
keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka
pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid
osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat
merupakan tanda kritis untuk timbulnya asites.

Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esophagus,
maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun
pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal,
maka asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi).
Hipertensi portal mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal
pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga aldosteron juga
meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit terutama
natrium . dengan peningkatan aldosteron maka terjadi terjadi retensi natrium yang pada
akhirnya menyebabkan retensi cairan.

C. Faktor risiko
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Gangguan imunitas
5. Faktor lingkungan (hygiene dan sanitasi)
6. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica
7. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
8. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
9. Zat toksik

D. Gejala Sirosis Hepatis:


1. Pembengkakan
Ukuran perut yang semakin membesar dan juga pergelangan kaki juga akan
membengkak merupakan salah satu gejala sirosis hepatis karena hati akan
membengkak ketika ada inflamasi atau kerusakan.
2. Mengalami kelelahan
3. Kelemahan
4. Nafsu makan hilang
5. Merasa mual serta ingin muntah
6. Muncul penyakit kuning akibat penumpukan dari bilirubin
7. Gatal-gatal yang disebabkan oleh penumpukan racun
8. Kecenderungan lebih mudah berdarah serta lebih mudah memar (hidung berdarah, gusi
berdarah,
9. Sesak nafas
10. Nyeri lambung

E. Tanda klinis
Tanda-tanda klinis yang dapat terjadi yaitu :
a. Adanya icterus (penguningan) pada penderita sirosis
Timbulnya icterus pada seseorang merupakan tanda bahwa sedang mengalami
penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak
bisa menyerap bilirubin. Icterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati.
Icterus terjadi sedikitnya pada 60% penderita selama perjalana penyakit.
b. Timbulnya asites dan edema
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk
pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema umunya timbul setelah timbulnya
asites sebagai akibat dari hypoalbuminemia dan resistensi garam dan air
c. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar
sekitar 2-3 cm dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan
d. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap
diatas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi
terhadap aliran darah melalui hati.

F. Tatalaksana diet :
a. Tujuan
1. Mencegah kerusakan jaringan hati lebih parah
2. Mengurangi beban kerja hati
3. Mencegah katabolisme protein
4. Memperbaiki jaringan hati yang rusak
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Memperbaiki/mempertahankan status gizi pasien
7. Menghindari komplikasi

b. Syarat diet
- Energi : 40-45 kkal/kg BB per hari
- Lemak : 20-25% dari kebutuhan energi total, MCT ( Medium Chain Trygliseride)
- Protein : 1,25-1,5 g/kg BB. Pada pasien hepatitis fulminant dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah proten diabatasi 30-40
g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi protein diberikan 1,25 g/kg BB. Asupan minimal
protein sehari 0,8 -1 g/kg BB/hari
- Protein diberikan secara bertahap (disesuaikan dengan keadaan klinik)
1. gram/kg BB pre koma
2. 1 gram/kg BB sadar
3. 1 gram/kg BB taraf penyembuhan
Diutamakan protein tinggi Asam Amino Rantai cabang ( BCAA: Branched Chain Amino
Acid) ; Leusin, Isoleusin, Valin
- Bila ada anemia diberikan suplementasi vitamin B kompleks, C dan K
- Konsumsi sayur dan buah
- Pemberian garam dibatasi apabila ada oedem dana sites
Oedema : bengkak pada bagian tubuh terutama kaki dan tangan
Ascites : bengkak pada bagian perut, karena cairan tertimbun di bawah kulit perut
- Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan saluran cerna
- Diet rendah natrium serta diuretic untuk membantu mengurangi cairan yang mengalami
penumpukan didalam tubuh

c. Jenis diet dan indikasinya

1. Diet hati 1
- Pasien sirosis hepatis berat, hepatis akut, pre koma/sesudah pasien dapat makan
- Protein dihindarkan
- Berupa cairan KH sederhana ; sari buah, sirup, the manis
- Cairan : 2 liter (tanpa ascites), 1 liter (ascites)
2. Diet hati II
- Keadaan akut/pre koma dapat diatasi, ada nafsu makan
- Bentuk makanan lunak/cincang
- Protein dibatasi 30 gr/hr
- Lemak mudah cerna
3. Diet hati III
- Nafsu makan cukup
- Bentuk makanan lunak/biasa
- Protein: 1 gram/kg BB
- Lemak mudah cerna
- Rendah garam
4. Diet hati IV
- Nafsu makan baik
- Proteintinggi (tidak menunjukkan gejala sirosis aktif)
- Rendah garam (ascites)

Anda mungkin juga menyukai