Anda di halaman 1dari 11

DESKRIPSI KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA

KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PURWOKERTO


PADA MATERI RELASI FUNGSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan


Penyelesaian Magang 3

Oleh :
EVAH YULI SETIAWATI
1301060006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA


KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PURWOKERTO
PADA MATERI RELASI FUNGSI

Oleh :

EVAH YULI SETIAWATI

1301060006

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Purwokerto, 9 September 2016

Kepala Sekolah, DPPM

Sri Indarsih, S.Pd. Reni Untarti, S.Pd.Si.,M.Pd.


NIP. 19620313 198303 2 016 NIK. 2160509
1. Pendahuluan
Pelaksanaan Program Magang 3 dilaksanakan selama satu bulan

bertempat di SMP Negeri 7 Purwokerto yang terletak di Jalan HOS

Notosuwiryo No. 1, Teluk. Program Magang 3 merupakan lanjutan dari

program magang sebelumnya, dimana pada program magang ini, mahasiswa

bertugas menjadi asisten guru mata pelajaran. Kesan yang tidak sedikit

didapat selama pelaksanaan program magang 3. Selama satu bulan, kurang

lebih enam kali melaksanakn proses pembelajaran menjadi asisten guru

mengajarkan materi relasi fungsi. Proses pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan media power point dan alat peraga. Adapun masalah dan

kendala dialami pada saat proses pembelajaran diantaranya (1) siswa belum

memanfaatkan sumber buku bacaan yang lain, mereka hanya memanfaatkan

sumber buku yang ada sehingga sangat minim pengalaman, (2) Keaktifan

siswa dalam pembelajaran masih kurang, hanya didominasi oleh beberapa

siswa saja, (3) Kemampuan matematis siswa yang masih kurang dilihat pada

saat menjawab pre test, post test, serta tugas mandiri.


Dari beberapa penjelasan masalah diatas, penulisan artikel ini

dirasa penting untuk memberikan gambaran kondisi siswa dalam proses

pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Adapun manfaat yang

di peroleh dalam penulisan artikel ini yaitu agar sekolah dan guru dapat

meningkatkan kualitas siswa khususnya kemampuan matematis supaya

menjadi lebih baik lagi.

2. Pembahasan
A. Kemampuan Matematis
NCTM (2000) menyebutkan bahwa pembelajaran matematika

adalah proses pembelajaran peserta didik agar memiliki kemampuan

untuk berpikir matematis serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

dasar matematika, dimana proses tersebut meliputi pemecahan masalah

(problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication),

penelusuran pola atau hubungan (connection), dan representasi

(representation).
Berikut gambaran mengenai kemampuan matematis siswa,

khususnya siswa kelas VIII B pada materi relasi dan fungsi :


a. Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam

menyelesaikannya. Kebenaran, ketepatan dan kecepatan adalah

suatu hal yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah.

Keterampilan siswa dalam menyusun suatu strategi adalah suatu

kemampuan yang harus di lihat oleh guru. Jawaban bukan standar

ukur mutlak, namun proses yang lebih penting darimana siswa

dapat mendapatkan jawaban tersebut.


Pada pembelajaran materi relasi dan fungsi, siswa diberikan

permasalahan yang beragam oleh guru, namun kemampuan

pemecahan masalah siswa yang masih kurang menjadi kendala

dimana waktu yang dialokasikan menjadi tidak tepat dari yang

direncanakan sebelumnya. Kemampuan pemecahan masalah yang

masih kurang dilihat dari proses pengerjaaan siswa yang belum

tepat karena proses yang dipilih tidak sesuai maka hasil akhirnya

salah.
b. Kemampuan Penalaran (Reasoning)
Penalaran merupakan salah satu kompetensi dasar

matematik disamping pemahaman, komunikasi dan pemecahan

masalah. Penalaran juga merupakan proses mental dalam

mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.


Penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan

satu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang bersifat

umum dapat ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual.

Tetapi dapat pula sebaliknya, dari hal yang bersifat individual

menjadi kasus yang bersifat umum. Bernalar adalah melakukan

percobaan di dalam pikiran dengan hasil pada setiap langkah

dalam untaian percobaan itu telah diketahui oleh penalar dari

pengalaman tersebut. Sedangkan Shurter dan Pierce penalaran

didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis

berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.


Berikut ciri-ciri penalaran yaitu :

1) adanya suatu pola pikir yang disebut logika. Dalam hal

ini dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan

suatu proses berpikir logis. Berpikir logis ini diartikan

sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut

logika tertentu.
2) proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan

suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu

analitik, dalam kerangka berpikir yang dipergunakan

untuk analitik tersebut adalah logika penalaran yang

bersangkutan.

Adapun Kemampuan penalaran meliputi:


1) penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan

untuk menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah.


2) kemampuan yang berhubungan dengan penarikan

kesimpulan, seperti pada silogisme, dan yang

berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari

suatu argumentasi.
3) kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak

hanya hubungan antara benda-benda tetapi juga hubungan

antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan hubungan

itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.

Kemampuan penalaran siswa tidak berbeda jauh dengan

kemampuan pemecahan masalah yang masih kurang, dimana

pada saat diberikan soal pre test sebelum masuk pada materi

pembelajaran hampir sebagian besar siswa tidak dapat

mengerjakan soal tersebut. Padahal guru memberikan apresepsi

relasi dan fungsi yang mengingat kembali mengenai materi

himpunan kelas VII.

c. Kemampuan Komunikasi (Comunnication)


Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai

suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang

diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang

terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan.

Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang

dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi


penyelesaian suatu masalah, Pihak yang telibat dalam peristiwa

komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara

pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.


Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis

pada pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214)

dapat dilihat dari :


1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui

lisan, tertulis dan mendemontrasikannya serta

menggambarkannya secara visual.


2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan

mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan

maupun bentuk visual lainnya.


3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-

notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk

menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan

model-model situasi.

Berdasarkan dari hasil pengamatan pembelajaran menjadi

asisten guru , siswa kelas VIII B kemampuan komunikasinya

masih perlu ditingkatan baik komunikasi tertulis maupun

komunikasi secara lisan. Dalam materi relasi dan fungsi siswa

masih keliru dalam menyajikan suatu relasi kedalam diagram

cartesius dan masih kurang tepat dalam membaca pada notasi

fungsi .

d. Kemampuan Penulusuran Pola dan Hubungan (Connection)


Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM

(1989), yaitu modeling connections dan mathematical

connections. Modeling connections merupakan hubungan antara

situasi masalah yang muncul di dalam dunia nyata atau dalam

disiplin ilmu lain dengan representasi matematiknya, sedangkan

mathematical connections adalah hubungan antara dua

representasi yang ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari

masing-masing representasi.
Keterangan NCTM tersebut mengindikasikan bahwa

koneksi matematika terbagi kedalam tiga aspek kelompok

koneksi, yaitu: aspek koneksi antar topik matematika, aspek

koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan aspek koneksi dengan

dunia nyata siswa/ koneksi dengan kehidupan sehari-hari.


Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai

keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematika dapat diartikan

sebagai keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara

internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri

ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan

bidang lain baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan

sehari-hari.
Bruner menyatakan dalam matematika setiap konsep

berkaitan dengan konsep yang lain. Begitupula dengan yang

lainnya, misalnya dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara

topik dengan topik, ataupun antara cabang matematika dengan

cabang matematika lain. Oleh karena itu agar siswa lebih


berhasil dalam belajar matematika, maka harus banyak

diberikan kesempatan untuk melihat keterkaitan-keterkaitan itu.


Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.

Artinya dalam memperkenalkan suatu konsep atau bahan yang

masih baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah

dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan

dengan bahan yang baru dipelajari, dan sekaligus untuk

mengingatkannya kembali.
Menurut Sumarmo (2005 : 7), kemampuan koneksi

matematis siswa dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:

1) Mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama


2) Mengenali hubungan prosedur matematika suatu

representasi keprosedur representasi yang ekuivalen

Dari penjelasan mengenai kemampuan koneksi diatas,

dengan realita yang diperoleh dari proses pembelajaran pada

relasi dan fungsi bahwa dapat disimpulkan kemampuan koneksi

matematis siswa masih perlu ditingkatkan seperti kemampuan

matematis yang lain. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang belum

mampu mengkaitkan konsep dalam relasi fungsi dengan konsep

yang lain.

e. Kemampuan Representasi (Representation)

Kemampuan representasi matematis adalah salah satu

standar proses yang perlu ditumbuhkan dan dimiliki siswa.

Standar proses ini hendaknya disampaikan selama proses belajar

matematika
Pada kemampuan repren

B. Upaya Peningkatan Kemampuan Matematis


Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas

bahwa faktor siswa sangat penting dalam faktor lain. Kepentingannya

dapat ditinjau dari proses terjadinya perubahan, karena salah satu hakekat

belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku siswa berkat adanya

pengalaman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika

perubahan itu dikehendaki yang belajar,


Upaya perubahan dapat dilakukan dengan pemilihan teknik, model

dan strategi dalam pembelajaran yang tepat guna tercapainya perubahan

sehingga meningkatkan kemampuan matematis siswa. Dalam hal ini

pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan

PAKEM ( Pembelajaran yang aktif , Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)

3. Penutup
Kesimpulan
Pendekatan PAKEM ( Pembelajaran yang aktif , Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan) merupakan salah satu dari upaya untuk

meningkatkan kemampuan matematis siswa meliputi pemecahan masalah


(problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication),

penelusuran pola atau hubungan (connection), dan representasi

(representation).

Anda mungkin juga menyukai