Anda di halaman 1dari 4

Dasar Klasifikasi Filum Annellida

Filum Annelida dikeompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelas Polychaeta,


Oligochaeta, dan Hirudinea. Pada ketiga kelompok tersebut memiliki bentuk
tubuh dan sistem reproduksi yang berbeda-beda.
1. Kelompok Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku)
merupakan annelida berambut banyak. Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi
daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Kelompok
Polychaeta dibagi dalam dua kelompok, yaitu polycaeta Erratia dan Sedentaria.
Penggolongan itu di dasarkan perkrmbangan anterior dan cara hidup hewan dari
masing-masing kelompok.
a. Kelompok polycaheta Erratia memiliki sumbu tubuh bersegmen
banyak yang serupa (metameri), sSegmen tubuh sama dari kepala sampai
ekor, dan parapodia sama dari depan sampai belakang, mempunyai
kepala yang ditandai sejumlah palpus, antenna, dan siri tentakel. Hewan-
hewan itu hidup bergerak bebas dan kuat dan acap kali bersusunan
kompleks, yang dapat dijadikan ciri penentu jenis. Organ indera
berkembang baik
Contoh
Tomopteris : berenang bebas & bioluminesce.
b. Kelompok Polychaeta Sedentaria Segmen tubuh & parapodium tidak
sama. Faring tidak punya rahang, Sedentari & bersembunyi dalam
lumpur / hidup dalam tabung di lumpur, Parapodia & organ saraf
mereduksi, Bentuk kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai
fungsinya sebagai ciliary feeder. Memakan substrat atau memakan
plankton dan butiran-butiran sampah.
Contoh:
Sabella (cacing kipas), struktur dikepala seperti bulu yang
disebut radiola
Chaetopterus, hidup dalam tabung berbentuk huruf U,
notopodium mengsekresi kantong lendir yang menjaring
makanan dari air. Kantong secara periodik akan masuk ke dalam
mulut ventral suckers
Arenicola, Hidup dalam tabung berbentuk huruf J.
Sistem Reproduksi.
a. Reproduksi Seksual
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh dan terutama di dalam air. Telur
yang telah dibuahi akan menjadi larva yang disebut trakofora. Beberapa
spesies mengembangkan segmen khusus yang berisi gamet dan melakukan
epitoksi. Segmen itu dilepaskan dan gamet meledak lalu membentuk individu
baru.
b. Reproduksi Aseksual
tubuh melakukan epitoksi (pembentukan individu reproduktif) dan
hewan menjadi tampak 2 bagian yang akhirnya akan membentuk individu
baru.

2. Kelas Oligochaeta.
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku)
yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia,
namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Cacing ini bersifat saprofit
dengan memakan zat organik dan organisme yang telah mati. Pada kelompok
Oligochaeta ini dibedakan menjadi tiga ordo, antara lain Lumbriculida,
Moniligastrida, Haplotaxida.
a. Ordo Lumbriculida
Gonopure jantan dan testis terletak pada ruas yang sama.
contoh : lumbriculusOrdo
b. Ordo Moniligastrida
Gonopore jantan terletak dibelakang ruas yang mengandung testis.
contoh : moniligaster
c. Ordo Haplotaxida
Gonopore jantan sedikit 1 ruas di belakang ruas yang mengandung testis.
Contoh : limnodrillus.
Sistem Reproduksi.
Cacing tanah bersifat hermafrodit, di dalam tubuhnya dapat dijumpai ovarium
dan testis. tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu karena, matangnya
sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin jantan.
Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke-9 sampai ke-14 dan organ
reproduksi jantan terdapat di segmen ke-10 sampai ke-15. Di segmen ke-32
sampai ke-37 terdapat klitelum, yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil
lendir. Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan
membungkus kedua cacing dan menjaga sperma dari kekeringan. Selubung
(coccon) lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah
itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki coccon. Jika
melewati lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon akan
dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai pembuahan,
coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur
yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi
cacing.

3. Kelas Hirudinea.
Hirudinea adalah annelida yang tidak memiliki seta. Mereka akan menghisap
darah hewan-hewan lain sebagai makanannya. Mereka memiliki organ sucker
yang digunakan untuk menempel pada tubuh mangsanya. Mereka memiliki
semacam alat tajam terbuat dari kitin yang digunakan untuk melubangi kulit
mangsanya. Setelah terbentuk lubang, mereka akan menyedot darah dari jaringan
luka tersebut sambil mengelurkan zat kimia tertentu untuk menghalangi terjadinya
pembekuan darah. Pada kelompok Hirudinea ini terbagi menjadi empat ordo,
antara lain Acanthobdellia, Gnathobdelia, Rhyncobdellida, Pharyngobdellida.
a. Ordo Acanthobdellia.
Mempunyai setae; hanya satu marga yang ada, ditemukan di Finlandia
dan Rusia, Tidak punya alat isap pada anterior, Pada segmen 2-4 terdapat dua
pasang seta tiap ruas,
Contoh: Acanthobdella

b. Ordo Gnathobdelia.
Punya alat isap anterior & posterior, Lintah bergigi tiga buah (walau
kadang-kadang tereduksi), mulut lebar, hampir menyatu denga bibir batil isap
oral, biasanya barmata 5 pasang.Punya 3 buah rahang, pharink tidak dapat
dijulurkan.
Contoh : Hirudo medicinalis, Haemadipsa
c. Ordo Rhynchobdellida.
Lintah degan proboscis yang eversible, mulut kecil, di tengah batil isap
oral, kelompok glossiphoniid hidup di air tawar, kelompok piscicolid hidup
sebagai parasit ikan.
contoh:
Galssiphonia. Punya anterior sucker/tidak, Tidak punya rahang, tapi
punya belalai.
Piscicola, Helobdella
d. Ordo Pharyngobdellida
Faring tidak bergigi, bermata 6-8 pasang, kebanyakan berhabitat air
tawar.
contoh : erphopdella
Sistem Reproduksi.
Monoceous, jantan: 4-12 pasang testis. 1 pasang ductus spermaticus., betina:
2 ovarium & Oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin & vagina di
median yang bermuara di belakang porus genitalia jantan, Tidak ada tingkat larva.
Lintah membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi & kokon
akan diletakkan dalam air/tanah.

Anda mungkin juga menyukai