BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan pendidikan dasar membawa
konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang
tradisional (model atau metode pembelajaran yang lebih berpusat guru) ke pengembangan
model atau metode yang lebih berpusat pada siswa. Hal demikian menuntut kemampuan guru
dalam merancang model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, sesuai dengan
karakteristik bidang kajian dan karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh
kerana itu peran guru dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain: (a)
peranan guru sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai
pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang
kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang
berbeda pula, (c) proses belajar mengajar lebih ditekankan pada belajar daripada mengajar.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran peran
guru dalam pembelajaran, yaitu :
a. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek
pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Dalam diri
siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh katena itu dalam
konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa
untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, hanya sebagian kecil guru SMPN 2
Cikeusik yang telah menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (yang selanjutnya disebut PAKEM) dalam pelaksanaan KBM. Mereka yang
telah menerapkan PAKEM adalah guru-guru yang di bawah binaan UNICEF, yakni guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Matematika, B.Inggris, dan IPS. Guru-guru lain belum
menerapkan pendekatan PAKEM dengan alasan mereka belum mendapatkan pelatihan
penerapan PAKEM. Bahkan, sebagian guru yang masuk dalam kelompok binaan UNICEF pun
belum sepenuhnya menggunakan PAKEM.
Melihat kondisi tersebut nampaknya perlu usaha untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada guru SMPN 2 Cikeusik tentang penerapan PAKEM. Untuk mewujudkan
kompetensi dan peran guru dalam penerapan PAKEM perlu adanya upaya yang dilakukan baik
oleh dinas pendidikan, pengawas sekolah, maupun kepala sekolah. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan keterampilan guru dalam penerapan
PAKEM adalah melalui Pelatihan dan Bimbingan (yang selanjutnya disebut LATBIM).
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah
untuk mengetahui efektivitas kegiatan LATBIM yang dilakukan kepala sekolah terhadap
peningkatan keterampilan guru dalam penerapan PAKEM.
B. Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya keterampilan guru
SMPN 2 Cikeusik, khususnya guru-guru yang tidak termasuk dalam mapel binaan UNICEF
dalam menerapkan PAKEM, antara lain:
a) Kurangnya atau tidak adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan tentang PAKEM;
b) Keterbatasan sarana dan prasana pembelajaran untuk mengembangkan PAKEM;
c) Masih kurangnya tenaga kependidikan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan,
sehingga sulit untuk mengembangkan PAKEM;
d) Motivasi guru dan tenaga kependidikan lainnya masih rendah;
e) Tidak berfungsinya peran pengawas sekolah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga
dan biaya yang tersedia, penelitian tindakan sekolah ini hanya membatasi pada
masalah kurangnya atau tidak adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan tentang PAKEM
menjadi salah satu penyebab kurangnya atau lemahnya keterampilan guru dalam PAKEM.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian di
rumuskan sebagai berikut:
Bagaimana efektivitas kegiatan pelatihan dan bimbingan (LATBIM) yang dilakukan
Kepala Sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam penerapan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) di SMPN 2 Cikeusik
Kabupaten Pandeglang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui
efevtivitas upaya peningkatan keterampilan guru dalam penerapan PAKEM melalui LATBIM di
SMPN 2 Cikeusik kabupaten Pandeglang.
Sedangan tujuan umum dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk
peningkatan kualitas proses dan hasil belajar di SMPN 2 Cikeusik.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk perbaikan
dan peningkatan proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini.
1. Bagi Siswa : Dengan penerapan pendekatan PAKEM, siswa akan tergugah semangat belajarnya
sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan
yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan
antusias belajar siswa lebih meningkat.
2. Bagi Guru : Kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melaksanakan
tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, dan guru hanya mengarahkan saja.
3. Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
G. Definisi Istilah
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini, antara lain:
1. PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan; Kreatif
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa; Efektif bermakna bahwa proses pembelajaran
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, sedangkan Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi.
2. Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM) pengembangan PAKEM adalah gabungan kegiatan
pelatihan dan sekaligus bimbingan tentang penerapan PAKEM.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan pojok baca
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
Materi/Kegiatan Alokasi
No.
Waktu
LATBIM DALAM BENTUK WORKSHOP
1. Pembukaan 1 hari
2. Pre Test
3. Teori Pengembangan Pendekatan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
4. Praktek Menyusun RPP yang menerapkan metode
dan/atau model yang mengedepankan pendekatan
PAKEM.
5 Post Test
LATBIM DALAM BENTUK PRAKTEK LANGSUNG DI KELAS (I)
6 Pembimbingan pembuat perangkat pembelajaran
yang mengdepankan pendekatan PAKEM
7. Real Teaching atau KBM menggunakan RPP 1
yangmenerapkan metode dan/atau model yang Minggu
mengedepankan pendekatan PAKEM.
8. Refleksi dan pembimbingan untuk merevisi perangkat
pembelajaran yang akan digunakan pada siklus
berikutnya
LATBIM DALAM BENTUK PRAKTEK LANGSUNG DI KELAS (II)
9. Real Teaching atau KBM menggunakan RPP yang 1
menerapkan metode dan/atau model yang Minggu
mengedepankan pendekatan PAKEM (hasil revisi
tahap sebelumnya).
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti LATBIM pengembangan PAKEM ini dilaksanakan dalam bentuk sidang pleno dan
praktek di kelas (Real Teaching).
a) Sidang pleno berupa presentasi materi-meteri umum oleh nara sumber yang diikuti oleh tanya-
jawab dan diskusi masalah-masalah yang terkait langsung dengan pokok materi yang disajikan.
Tahap pertama setelah pembukaan disampaikan Teori Pengembangan Pendekatan PAKEM.
Selanjutnya tahap ke dua diisi dengan Praktek Menyusun Silabus dan RPP yang
menerapkanpendekatan PAKEM. Selesai kegiatan ini dilanjutkan dengan post tes. Hal ini
disebabkan karena kegiatan berikutnya akan dilaksanakan dalam bentuk praktek langsung
dikelas.
b) Real Teching berupa kegiatan mempraktekkan Silabus dan RPP yang menerapkan pendekatan
PAKEM. Silabus dan RPP ini harus sudah dibuat pada sidang pleno. Setelah kegiatan real
teaching dilaksanakan diadakan refleksi untuk mengetahui beberbagai kekurangan yang
selanjutnya dijadikan dasar untuk kegiatan real teaching berikutnya.
Adapun tingkat pendidikan orang tua siswa 50% SD, 30% SMP, 8% SMA, 2% S1, dan
10% di bawah SD.
Tenaga Pendidik di SMP Negeri 2 Cikeusik berjumlah 18 orang dengan rincian :
Sarjana 16 orang (89%) dan belum sarjana 2 orang (11%). Sedangkan tenaga kependidikan
berjumlah 4 orang dengan rincian : 3 orang (75%) lulusan SMA/SMK, dan 1 (25%) orang
lulusan SMP.
Potensi yang dimiliki oleh para siswa SMP Negeri 2 Cikeusik yang dapat dikembang,
diantaranya olah raga (atletik, bola voly dan sepak bola), seni membaca Al Quran, Seni
Qasidah, Vokal Grup dan pengembangan di bidang akademik. Namun, hal tersebut kurang
dapat berkembang secara maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya sarana penunjang dan dana
yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan potensi tersebut.
Saat ini SMP Negeri 2 Cikeusik termasuk salah satu dari sekian SMP di Kabupaten
Pandeglang yang mendapat binaan langsung dari Program Mainstreamig Good Practices in
Basic Education (MGP-BE) kejasama Dinas Pendidikan Dengan UNICEF dari Bantuan Uni
Eropa. Salah satu program MGP-BE ini adalah adalah meningkatkan kapasitas/kemampuan
guru dalam pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyeangkan. Namun, dalam
pelaksanaannya program tersebut baru menyentuh mata pelajaran Bahasa Indonesia, B.
Inggris, Matematika, IPA dan IPS. Sedangkan mapel lainnya belum mendapat pembinaan
khusus.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan (action) atas
rumusan permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas.
Sesuai dengan judul penelitian: Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam
Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Melalui Kegiatan
Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM) di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang yang menjadi
hipotetsis tindakan dalam PTS adalah: Apabila kegiatan pelatihan dan bimbingan (LATBIM)
penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) dapat
dilaksanakan dengan baik maka keterampilan guru dalam penerapan PAKEM di SMPN 2
Cikeusik Kabupaten Pandeglang akan meningkat
A. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilakukan di SMPN 2 Cikeusik, Kabupaten
Pandeglang.
A. Persiapan Penelitian
1. Rapat Membangun Komitmen 2 Oktober 2010
2. Identifikasi Masalah 2 Oktober 2010
2. Diskusi Penentuan Permasalahan 2 Oktober 2010
3. Pembuatan Proposal Kegiatan 2 Oktober 2010
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Rencana Tindakan 4 23 Oktober 2010
2. Pelaksanaan Rencana Tindakan 4 23 Oktober 2010
3. Observasi 4 23 Oktober 2010
4. Refleksi 4 23 Oktober 2010
C. Pengolahan Data 25-26 Oktober 2010
D Penyusunan Laporan
1. Penyusunan Draf Penelitian 27 Oktober 2010
2. Penyempurnaan Draf 28 Oktober 2010
3. Finishing 29-30 Oktober 2010
C. Subjek Penelitian
Populasi penelitian dalam PTS ini adalah seluruh guru di SMPN 2 Cikeusik yakni
sebanyak 17 orang. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka yang yang dijadikan subyek
dalam penelitian ini hanya 3 orang, yakni 1 orang Guru mapel PKn, 1 orang Guru Mapel
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan 1 orang Guru mapel Seni Budaya. Ketiga mata pelajaran
(mapel) tersebut merupakan mapel yang tidak termasuk dalam kelompok mapel binaan
UNICEF.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini berjudul Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Melalui Kegiatan Pelatihan
Dan Bimbingan (LATBIM) Di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang. Sesuai dengan judul di
atas, maka yang menjadi variabel penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi dalam peneliian ini adalah adalah
Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM)
2. Variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah Peningkatan
Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan
(PAKEM.
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
F. Teknik Pembahasan
Analisis atau pembahasan data dalam PTS ini dilakukan sejak awal, artinya analisis
data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles
dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa . the ideal model for data
collection and analysis is one that interweaves them form the beginning. Ini berarti model ideal
dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja,
(2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat
mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengkaitkan atau menghubungkan
data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.
G. Rancangan Tindakan
Dalam PTS ini, rancangan tindakan yang akan dilakukan adalah pelatihan dalam bentuk
workshop yang diikuti seluruh guru dan kegiatan bimbingan dalam praktek langsung di kelas
(khusus dilaksanakan untuk 3 orang guru yang menjadi subyek penelitian). Secara rinci
tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut
1. Mengadakan workshop pengembangan PAKEM yang diikuti seluruh guru SMPN 2 Cikeusik.
Kegiatan ini bertujuan: a) Meningkatkan pemahaman Guru SMPN 2 Cikeusik dalam
mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SMPN 2 Cikeusik dalam
mengembangkan PAKEM;
2. Membimbing guru untuk membuat persiapan mengajar (RPP) berbasis pendekatan PAKEM.
Dalam PTS ini difokuskan terhadap 3 orang guru yang menajdi subyek penelitian.
3. Mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan
PAKEM (dalam PTS ini difokuskan terhadap 3 orang guru yang menajdi subyek penelitian)
4. Mengadakan refleksi (diskusi antara peneliti/kepsek dengan guru yang diamati) tentang
kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan PAKEM yang telah
dilaksanakan dan mencoba membuat formula untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
BEASISWA S2 BAGI GURU SMP PNS DAN NON PNS TAHUN 2015 (klik
disini)
IJAZAH PNS AKAN DICEK GUNA MEMASTIKAN ASLI / PALSU (Klik Di Sini)
Share5
4 komentar:
HARSONO said...
Post a Comment
Create a Link
Search
---------------------------------
---------------------------------
---------------------------------
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang di atas, identifikasi masalah yang dikemukakan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya guru dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana upaya agar para guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif dengan
baik ?
3. Apa yang harus dilakukan peneliti agar kemampuan guru dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif dapat meningkat ?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran model kooperatif yang masih rendah.
Sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif masih
rendah, dimaksudkan adalah bahwa para guru kelas V Sekolah Dasar Gugus Katini
Kecamatan Kedawung, belum mampu melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna
bagi siswa, guru melakukan pembelajaran masih cenderung rutinitas, tanpa model-model
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, belum memanfaatkan alat peraga secara
maksimal dan mereka masih bersifat tradisional serta belum menggunakan metode yang
bervariasi dan model-model inovatif.
Adapun yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah pembinaan khusus kepada guru
dalam mengelola proses pembelajaran di kelasnya, maupun kinerja yang diwujudkan setiap
harinya, baik secara individu maupun secara kelompok guru dalam melaksanakan tugasnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas V SD dengan
model pembelajaran kooperatif di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen
semester I tahun pelajaran 2013/2014 ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah ;
Untuk mengetahui besar kemampuan guru kelas V Sekolah Dasar dengan model
pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung
Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi guru ;
Dapat meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat
pada Model Pembelajarn Kooperatif.
2. Manfaat bagi Peneliti ;
Untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan guru dalam
melakukan pembelajaran berpusat kooperatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
guru itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Penelitian perlu dilakukan karena hasilnya memiliki manfaat yang baik terhadap kemajuan
pendidikan saat ini maupun saat mendatang. Hal ini khususnya di SD Negeri dalam Gugus
Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Kajian Teori
1. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif.
a. Hakikat Kemampuan
Seorang guru yang profesional diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai bukti yang harus dijalani dalam
melaksanakan pembelajaran sehari-hari di kelasnya.
Proses pembelajaran akan berhasil dengan maksimal manakala diawali dari penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat sesuai Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) dalam jadwal yang telah ditentukan, dan RPP ini disusun oleh guru
kelas itu sendiri, merupakan perangkat yang penting dalam sasaran mutu pembelajaran.
Dalam penelitian ini kemampuan yang dimaksud adalah kompetensi atau potensi yang
dinyatakan dalam perilaku, yang dimiliki oleh seorang guru untuk menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS. Purwadarminto,
bahwa kompetensi berarti kewenangan/ kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan
sesuatu hal. Istilah kompetensi memiliki banyak makna sebagai mana penjelasan berikut ini
;
Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be enti rely meaningful
( Broke and Stone, 1975) bahwa kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku guru yang tampak dan sangat berarti.
Adapun kompetensi guru ( teacher competensy) the ability of a teacher to responsibility
perform has or her duties appropriately, merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.
Dari gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya dan
dinyatakan dalam kinerjanya.
b. Hakikat Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peristiwa pembelajaran
banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep, oleh karena itu, perwujudan
pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model. Menurut Moh. User Usman ( 1995 : 4)
dalam bukunya Menjadi guru Profesional, Proses belajar mengajar adalah suatu proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar dukungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
proses pembelajaran. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih
luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi hubungan yang bersifat
interaktif edukatif.
c. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat bermakna bagi siswa adalah model belajar
kelompok kecil yang sering disebut Pembelajaran Kooperatif. Menurut Sugiyanto ( 2010, 37-
41 ) dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Inovatif bahwa Pembelajaran Kooperatif
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam hal ini guru memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan
mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu belajar sederhana, membuat
anak merasa butuh dan memiliki ilmu pengetahuan yang diberikan. Sedangkan dilihat dari
sisi siswa dalam pembelajaran, siswa mempunyai keinginan yang aktif bertanya,
mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan sendiri di
kelompoknya. Peserta Didik mampu menguasai ketrampilan tepat waktu, berani mencoba,
bertanya, mengemukakan isi hati, dan berani mempertanyakan gagasan, sehingga kondisi
diri peserta didik selalu terasa nyaman bekerja sama dengan teman-temannya dengan
penuh semangat belajar.
2. Supervisi Klinis
a. Hakikat Supervisi
Supervisi dalam pengertian tradisional ialah pekerjaan inspeksi melihat dari atas,
mengawasi dalam arti mencari kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi
tradisional ini disebut Snooper Vision, yaitu tugas memata- matai untuk menemukan
kesalahan. Dari pengertian ini kemudian berkembang, tentang supervisi yang bersifat ilmiah
yaitu : (1) sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara terus - menerus,
(2) obyektif, dalam pengertian ini adalah data yang didapat berdasarkan observasi nyata,
bukan berdasarkan tafsiran pribadi, (3) menggunakan instrumen yang dapat memberikan
informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Dalam pengertian lain dikatakan supervisi merupakan kegiatan pembinaan pada personil
sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajaran dapat
meningkat. Supervisi dalam hal ini dilakukan pada komponen siswa, guru, kurikulum,
prasarana pendidikan, pengelolaan dan lingkungan sekolah. Sebagai dampak dari
meningkatnya kualitas pembelajaran, maka diharapkan meningkat pula prestasi belajar
siswa dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. ( Arikunto, 2004 ).
Pada penelitian ini supervisi yang dimaksud adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan
peneliti dalam memberikan bimbingan teknis terhadap tugas pokok guru dalam
melaksanaan Pembelajaran berpusat kooperatif oleh guru kelas V di kelas masing masing.
b. Hakikat Supervisi Klinis
Supervisi Klinis diartikan sebagai bentuk pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran. ( Sulivan & Glanz, 2005 )
Tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan mengajar
guru di kelas. Dalam hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru. Dalam supervisi klinis, akan langsung dirasakan guru dalam
kinerjanya yang mana harus diperbaiki serta dikembangkan.
Prosedur supervisi klinis dalam penelitian tindakan sekolah ini berlangsung dalam suatu
proses yang berbentuk siklus. Tindakan yang dilakukan ada tiga tahapan, yaitu tahap
pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Tiga tahapan ini
dilaksanakan dengan urut berkelanjutan.
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitin ini kerangka berfikir peneliti adalah guru sebagai penentu keberhasilan
pembelajaraan perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang standar proses
pembelajaran dan pedoman pembelajaran berpusat kooperatif yang telah ditentukan agar
dalam melaksanakan pembelajaran lebih bermutu. Untuk itu perlu dilakukan pembimbingan
yang lebih intensif oleh pengawas sekolah sekaligus sebagai peneliti.
Supervisi secara individu dari pengawas sekolah merupakan model pembimbingan yang
langsung mengena pada sasaran yaitu mengetahui tingkatan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Pada model ini pengawas sekolah menempatkan diri sebagai
teman guru, yang langsung berinteraksi secara interpersonal dalam merencanakan langkah
pembelajaran bersama guru. Guru tidak merasa takut kepada pengawas sekolah, sehingga
ia dapat mengemukakan ide-idenya dengan senang hati dan terbuka. Pengawas sekolah
aktif memberi contoh dan melakukan simulasi pembelajaran. Guru merasa diperhatikan dan
dibantu, sehingga merasa nyaman tersentuh hatinya dalam melaksanakan tugasnya.
Akhirnya dalam melaksanakan tugasnya lebih baik, sehingga dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan selanjutnya meningkatkan prestasi siswa.
Atas dasar itu diduga bahwa dengan supervisi klinis oleh peneliti yang dilakukan secara
kelompok pada siklus I dan secara individu pada siklus II dapat meningkatkan kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif, sehingga pada gilirannya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru membuat kondisi kelas yang menarik bagaikan
kelas ini sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Harapan yang diinginkan di
samping itu guru selalu berinisiatif serius kepada peserta didik dengan cara membentuk dan
membagi kelompok-kelompok kecil, sehingga anak-anak akan lebih bersemangat menerima
pelajaran yang disampaikan. Evaluasi hasil belajar dapat tercapai bukan saja tinggi nilai
angkanya, tetapi lebih dari itu adalah terciptanya sikap perilaku yang menunjukkan prestasi
yang benar-benar menjadi harapan masyarakat.
Jika Anda menyukai Artikel di web ini, Silahkanklik disiniuntuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan
mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit diwww.qizz234.blogspot.com / Pusat segala Informasi
6 komentar:
1.
Reply
2.
Reply
3.
Reply
4.
Reply
5.
Read more:http://qizz234.blogspot.com/2014/03/contoh-penelitian-tindakan-sekolah-
pts.html#ixzz4NasOvVP3
---------------------------------
Statistik Pengunjung
37257972
---------------------------------
---------------------------------
Followers
----------------------------------
ENTRI POPULER
CARA LOGIN GURU PEMBELAJAR ONLINE (GPO) BAGI GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (GTK)
SOAL DAN KUNCI JAWAB LATIHAN UN SMP TAHUN 2016
CEK SKTP 2016 (SD SMP SMA SMK) DI LAMAN INFO GTK/PTK
PENCAIRAN TUNJANGAN SERTIFIKASI GURU 2016
DOWNLOAD BUKU GURU DAN BUKU SISWA KELAS VII (7) KURIKULUM 2013 EDISI REVISI TAHUN
2016 SEMUA MATA PELAJARAN
DOWNLOAD KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
CARA PENGGUNAAN APLIKASI PMP 2016 (PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN 2016)
DOWNLOAD MODUL GURU PEMBELAJAR TK SD SMP SMA DAN SMK
DOWNLOAD PROTA, PROMES, RPP DAN KKM SEMUA MAPEL KELAS 7, KELAS 8 DAN KELAS 9
SMP/MTS KTSP
CARA CEK KEASLIAN NIK (Nomor Induk Kependudukan)
ENTRI POPULER
PENCAIRAN TUNJANGAN SERTIFIKASI GURU 2016
CEK SKTP 2016 (SD SMP SMA SMK) DI LAMAN INFO GTK/PTK
SOAL DAN KUNCI JAWAB LATIHAN UN SMP TAHUN 2016
HASIL PUPNS TERINDIKASI ADA 57 RIBU PNS FIKTIF ALIAS MISTERIUS
SOAL-SOAL LATIHAN UN SMP TAHUN 2016
DOWNLOAD KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DOWNLOAD KISI-KISI SOAL UKG 2015 SEMUA MAPEL
JADWAL IMSAKIYAH PUASA RAMADHAN 2017 / 1438 H
CARA LOGIN GURU PEMBELAJAR ONLINE (GPO) BAGI GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (GTK)
PENCAIRAN GAJI KE 13 DAN GAJI KE 14 TAHUN 2016 SERTA INFO GAJI POKOK PNS TERBARU
1. Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun
terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
ditarik
sesuatu yang
berasal dari luar diri seseorang yang dapat memungkinkan terjadinya
Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber
belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah
: buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). Jenis sumber belajar
yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan
(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus
dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah,
tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film,
sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.[2]
1. Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya;
2. Orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan
lembaga, tokoh karier dan sebagainya;
3. Bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk
pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya;
6. Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko,
museum, kantor dan sebagainya.[3]
1. Sumber belajar cetak: buku, majalah, ensiklopedi, brosur, koran, poster, dan
denah.
2. Sumber belajar non cetak: film, slide, video, model, boneka, dan audio kaset.
1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada pesert didik
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat
secara langsung dan konkret
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas
a. mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik; dan
b. mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah.
1. Kelebihan Perpustakaan
a. Sebagai tempat pencarian informasi/ sumber belajar yang murah dan lengkap
c. Memungkinkan untuk dapat belajar dalam waktu yang lama, karena buku dapat
dipinjam
d. Kebanyakan buku adalah hasil tulisan/ penelitian para ilmuwan, sehingga tingkat
kebenarannya tinggi
e. Buku sebagai media belajar yang berupa kertas, mempunyai keuntungan yaitu
praktis dan mudah dibawa
2. Kekurangan Perpustakaan
b. Kurang perawatan terhadap buku-buku, sehingga buku mudah rusak karena sering
dipinjam
c. Penataan buku-buku yang kurang teratur sehingga memerlukan waktu yang lama
untuk mencari
d. Stok buku terbatas, sehingga harus menunggu buku dikembalikan oleh peminjam
sebelumnya
3. Kelebihan Internet
4. Kekurangan Internet
b. Tingkat kebenaran relatif rendah karena sebagian besar adalah menurut pendapat
pribadi/ artikel pribadi dan belum teruji
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar,
baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta
didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Dalam arti luas, sumber belajar adalah (learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni semua sumber
yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan
fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan
2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber
belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan,
diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar-salah satunya adalah media massa.
adapun para ahli telah mengemukakan pendapat tentang pengertian sumber belajar sebagai
berikut:
1. Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan
dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
2. Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
Sumber belajar dapat berupa tempat yang sebenarnya, kantor pos, kantor
polisi, pemadam kebakaran,sawah, peternakan, hutan,perkapalan, lapangan udara,
dan lain sebagainya. Tempat-tempat itu memberi informasi secara langsung dan
alamiah. Anak dapat mengadakan tanya jawab sendiri ditempat tersebut dan juga
dapat mengamati sendiri serta berpraktek langsung.
3. Nara sumber
Para nara sumber dapat ditata oleh sekolah , sehingga pada saat tertentu
mereka dapat dihadirkan dan dipertemukan dengan anak.kebiasaan mendengar
suara pembicara lain selain suara gurunya sangat membantu guru dalam
memperluas wawasan anak.
Hubungan yang baik dengan tokoh maupun para nara sumber lainnya harus
dilaksanakan dengan baik , melalui jalur formal maupun dilaksanakan secara
persaudaraan.Para tokoh dan pakar merupakan nara sumber yang d
apat memberikan informasi tangan pertama , langsung dan benar.
4. Media cetak
Yang termasuk dalam media cetak adalah bahan cetak, buku, majalah
tabloid, dan sebagainya. Gambar gambar yang ekspresif dapat memberi
kesempatan anak untuk bernalar dan mengungkapkan pikirannya dengan
menggunakan kosa kata yang makin hari makin canggih. Media ini berperan sekali
apalagi sengan adanya pengaruh televisi yang dapat meningkatkan pengetahuan
anak sehingga mencapai tingakat yang tidak terduga. Karena itu pemikiran bahwa
guru yang paling tahu seringkali meleset dan tidak tepat lagi.
5. Alat peraga
Alat peraga adalah semua alat yang digunakan oleh guru untuk
menerangkan atau memeragakan pelajaran didalam proses belajar mengajar.
Namun harus dibedakan antara alat peraga guru dan alat-alat yang dimainkan oleh
anak.
Ruang tersebut dengan sendirinya harus tertata rapi dalam ruang yang cukup
penerangannya dan tidak memberikan kesan seperti gudang. Rak-rak maupun
lemari diberi label tentang isinya agar mempermudah pencarian barang tersebut. Di
Tk yang tergolong baik, ruang sebagai halnya jantung sekolah seperti halnya
perpustakaan.
1. Pesan (massage), informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk
ide, fakta, pengertian dan data. Contoh: Bahan-bahan pelajaran (sumber belajar
yang dirancang), cerita rakyat, dongeng, nasehat (sumber belajar yang
dimanfaatkan).
1. Sumber belajar yang dirancang (by design) untuk tujuan belajar seperti
misalnya guru, dosen, pelatih, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan, bengkel
kerja, simulator, modul.
1. Sumber belajar cetak: buku, majalah, ensiklopedi, brosur, koran, poster, dan
denah.
2. Sumber belajar non cetak: film, slide, video, model, boneka, dan audio kaset.
Sumber belajar yang dapat diperoleh secara alamiah dari lingkungan terdekat
anak.
Sumber belajar yang terdiri atas bermacam-macam alat belajar seperti alat
peraga, alat permainan ,buku pegangan , peralatan seni, model-model bagian tubuh
dan banyak lagi yang dapat dikumpulkan da ditaruh disesuatu tempat atau ruang.
Yang tidak boleh kita lupakan adalah para sumber belajar dari berbagai ilmu.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas
Adapun manfaat dan tujuan dari sumber belajar itu sendiri adalah:
Berikut ini adalah beberapa manfaat sumber belajar menurut Depdiknas (1983:7)
dalam Karwono (2000), yaitu :
1. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit dan langsung
kepada pelajarnya.
2. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan atau dikunjungi
dan dilihat secara langsung oleh siswa.
3. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di
dalam kelas.
7. Sumber belajar dapat meranggsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih
lanjut.
1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada pesert didik
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat
secara langsung dan konkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas
Eliyawati, Cucu. 2008. Media Dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://istyas.wordpress.com/2009/12/04/sumber-belajar/
http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/sumber-belajar-jenis-jenis-sumber-
belajar-dalam-pendiidikan-fungsi-sumber-belajar-kriteria-memilih-sumber-belajar-
bagaimana-memanfatkan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar-prosedur-merancang-
sumb/
http://nurul-pai.blogspot.com/2013/01/sumber-belajar.html
A. PENDAHULUAN
Bergulirnya Kurikulum masa depan yaitu kurikulum berbasis Kompetensi atau KBK, pada dasarnya harus me
pembenahan, diantaranya dalam mempersiapkan desain dan inovasi-inovasi dibidang sumber belajar, media pem
Kecenderungan dunia kreativitas dari para pendidik untuk bidang-bidang ini akan ditantang, sejauhmana
kompetensi yang harus dicapai siswa dalam menempuh KBK ini. Atas pemikiran inilah maka penulis merasa p
ini, sebagai stimulus bagi kita semua untuk kembali mampu memikirkan, melakukan-memproduksi, mengujic
dalam KBK ini diantaranya mampu dioptimalkan pencapaiannya melalui penggunaan dan pemanfaatan sumber
Akan tetapi dalam pelaksanaannya terutama pada tahap pengenalan dan pemetaan dari ketiga konsep ini, yai
masih simpang siur. Untuk itu pada awal pembicaraan ini penulis akan memulainya dengan salah satu ilust
kembali melakukan analisis secara lebih cermat.
Ketika seorang guru bernama pak Ahmad akan mengajarkan sebuah kompetensi dasar, denga judul bangun ru
menyiapkan sebuah kubus, kawat dan penggaris dengan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Pertama-tama
dalam pelajaran tersebut serta aktivitas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Kemu
tersebut, mulai dari panjang, lebar dan tinggi, diagonal ruang dan satuan serta ukuran-ukuran yang penting k
dengan cara menunjukkan bagian-bagian yang penitng dari ciri-ciri kubus tersebut pada Kubus yang ia pegang
Pak Ahmad menusukkan kawat-kawat yang dipeganggnya ke dalam kubus tersebut pak Ahmad terus menjel
lama siswa disuruh mengambil mistar , kemudian Pak Ahmad mengajak seorang siswa ke depan kelas untuk m
tersebut mulai dari sudut kiri atas hingga tembus ke sudut kanan bawah seperti terlihat pada gambar di bawah in
Saat itu pula siswa mengukurnya kemudian siswa tersebut menyebutkan berapa panjang kawat yang ma
menjawabnya dengan serempak . Pak Ahmad pun tersenyum puas, ternyata jawaban siswa serta upaya siswa y
Dari ilustrasi di atas, maka terdapat beberapa peranan penting yang dapat dipahami, mana yang termasuk sum
peranan tersebut yaitu: (1) Pak Ahmad sebagai guru matematika memberikan penjelasan dan bimbingan kepad
untuk menjelaskan materi pembelajaran; (3) mistar atau penggaris yang dipakai siswa untuk mengukur panjan
kondisi serta proses pembelajaran yang berlangsung seperti diatas, dapat ditemukan bahwa peranan (1), (2) dan
media pembelajaran , karena informasi pembelajaran yang diberikan kepada siswa disampaikan melalui alat p
peraga, karena mistar digunakan untuk membuktikan taksiran an perkiraaan panjang dari diagonal ruang kubus
Akan tetapi penatapan ketiga peraga yang dihubungkan dengan perbedaan antara sumber belajar, media dan al
pendapat lain. Mungkin juga kubus dapat dijadikan sebagai alat peraga juga, atau kawat yang dipegang P
kenyataan di lapangan bahwa memang semuanya tidak salah. Akan tetapi perlu dijadikan patokan bahwa yang
alat peraga. Untuk lebih jelasnya perbedaan ketiganya dapat dilihat dari konteks tujuan penggunaan, dan kontek
Berikut ini penulis mencoba mendiskusikan kembali pemikiran-pemikiran pokok mengenai ketiga konsep d
peraga.
1. Sumber Belajar
Suatu pandangan yang keliru jika sumber belajar berarti di luar apa yang dimiliki guru, atau siswa. Guru mer
wawasan keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat d
aktivitas belajar, pengalaman belajar, pengetahuan dan keterampilan, maka dalam konteks tertentu apa yang
mempelajari suatu pengalaman-pengalaman belajar yang baru.
Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah, sekitar seko
sebagainya. Yang perlu dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada k
Vernon S. Gerlach & Donald P. Ely (1971) menegaskan pada awalnya terdapat jenis sumber belajar yaitu manu
a. Manusia
Manusia dapat dijadikan sebagai sumber belajar, peranannya sebagai sumber belajar dapat dibagi ke dalam dua
dipersiapkan khusus sebagai sumber belajar melalui pendidikan yang khusus pula, seperti guru, konselor, ad
manusia atau orang yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk menjadi seorang nara sumber akan teta
pembelajaran yang akan disampaikan, misalnya dokter, penyuluh kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.
b. Bahan
Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membawa pesan/ informasi untuk pembelajaran. Baik pesan
CD interaktif dan sebagainya. Kelompok ini biasany disebut dengan media pembelajaran. Demikian halnya
pembelajaran dapat dibedakan menjadi du akelompok yaitu bahan yang didesain khusus untuk pembelajara
penjelasan materi pembelajaran yang relevan.
c. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian belajar. Lingkungan
untuk pembelajaran, seperti laboratorium, kelas dan sejenisnya. Sedangkan lingkungan yang dimanfaatkan u
antaranyai lingkungan museum, kebun binatang dan sejenisnya.
Sumber belajar dalam bentuk alat atau perlengkapan adalah alat dan perlengkapan yang dimanfaatkan untuk pr
untuk membuat program belajar jarak jauh, komputer untuk membuat pembelajaran berbasis komputer, tape r
bahasa Inggris, terutama untuk menyampaikan informasi pembelajaran mengenai listening (mendengarkan), da
e. Aktivitas
Biasanya aktivitas yang dapat diajdikan sumber belajar adalah aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan
penyajian dengan sumber belajar lainnya yang memudahkan siswa belajar. Seperti aktivitas dalam bentuk disk
2. Media Pembelajaran
Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur yang terkandung , yaitu (a) pesan atau bahan pengajaran yang
perangkat keras. Sebagaii contoh guru akan mengajarkan bagaimana urutan gerakan melakukan sholat. Kem
dalam selembar kertas, ia menggambarkan setiap gerakan sholat tersebut dalam kertas tersebut, saat di kelas
dengan cara memperlihatkan poster yang bergambarkan gerakan-gerakan yang telah ia buat sebelumnya. Kem
dalam poster tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya poster ini termasuk ke dalam media sederhana.
Dalam perkembangannya dan pemanfaatannya media pembelajaran ini dapat dibagi berdasarkan jenisnya, daya
Pembagian Jenis Media Pembelajaran
3. Alat Peraga
Kata kunci dalam memahami alat peraga dalam konteks pembelajaran adalah Nilai Manfaat , dalam arti s
penyampaian, pengembangan dan pemahaman informasi atau pesan pembelajaran. Ada istilah lain dari alat pe
Sebagai ilustrasi, misalnya Pak Budi akan mengajarkan bagaimana gambar dalam televisi bisa terlihat
membukanya di depan kelas, kemudian menjelaskan satu-persatu fungsi dari masing-masing komponen telev
terlihat pad alayar televisi. Dalam ilustrasi tersebut kedudukan televisi adalah sebagai alat peraga , bukan sebag
Pada dasarnya baik sumber belajar, media maupun alat peraga memiliki esensi penting jika ketiganya dii
adalah informasi. Jadi informasi yang terkandung, yang melalui, yang diolah, atau yang disampaikan, semua
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dimaksud. Dengan kata lain ketiganya harus memperhati
Hamodjoyo (2001) menyatakannya, yaitu:
Informasi yang terdapat, atau dimuat dalam sumber belajra, media dan alat mestinya memperhatikan daya ja
menggunakan dan memanfaatkan sumber belajara media dan alat peraga agar informasi pembelajaran dapat me
Penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar, media dan alat pera setidaknya harus mampu menambah atau m
tetapi mampu didengan cepat pula difahami oleh peserta didik dengan cepat pula.
Dimensi Amount (Jumlah/ Kuantitas Informasi)
Keluasan dan varisi informasi pembelajaran yang menyulitkan siswa untuk memahaminya, maka diperlukan
Dengan demikian serumit apapun informasi pembelajran tertentu, maka dengan adanya penggunaan dan pema
informasi tersebut akan bisa diterima peserta didik dengan sistematis.
Informasi yang tepat, sesuai dengan objek yang dipelajari maka pencapaian pengetahuan yang dibutuhkan ak
dan alat peraga. Kecenderungan informasi yang bersifat kognitif akan kongkrit dan lebih bermakna jika meng
Informasi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa akan lebih bermakna dan akan lebih lama tersimpan da
informasi tersebut diperolehnya melalui pancaindera baik visual, pendengaran maupun perabaan. Dalam kaitan
yang digunakan perlu kiranya diperhatikan relevansinya.
Informasi yang terlahir dari proses berpikir manusia akan memiliki latar belakang kebutuhan untuk keseimb
terkandung dari sumber belajar, media, dan alat peraga akan mampu memberikan motivasi bagi peserta didik.
Agar sumber belajar, media dan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat mendukun
patokan, acuan, kriteria atau prinsip masing-masing. Demikian juga dalam melakukan pemberdayaanny
mendukungnya.
Dalam pemilihan sumber belajar tergantung kepada (1) motivasi; (2) kemampuan guru dalam penggunaannya.
1.
1. Program Pengajaran
2. Kondisi Lingkungan
3. Karakteristik siswa
4. Karakteristik sumber belajar
Kelima hal tersebut harus menjadi patokan dalam memilih sumber belajar yang akan dimanfaatkan dalam prose
Dalam pemilihan media pembelajaran harus dikaitkan dengan : (1) kompetensi dasar; (2) strategi pembelajara
Tujuan Pemilihan; b)karakteristik media; 3)alternatif pemilihan. Faktor yang perlu diperhatikan : 1) objekt
dan kondisi; 5) kualitas teknis; 6) keefektifan dan efesiensi penggunaan. Kriteria Pemilihan , mencakup:
Terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga untuk pembelajaran masa kini terutama j
1. kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis kegiatan yan
5. kemampuan dana;
6. kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.
Dengan ketersediaan ataupun hasil produksi, maka penggunaan sumber belajar, media dna alat peraga tidak ha
pihak guru, sekolah, siswa, orang tua, komiter sekolah dan dewan sekolah untuk melakukan upaya-upaya p
penggunaannya tidak monoton.
Asep Herry (2002), mengemukakan beberapa contoh upaya pemberdayaan sumber belajar yang mudah, murah
1. Barang Bekas (Babe), seperti bekas, bungkus rokok, korek api, kertas, kotak bungkus, dan
seperti dalam melakukan pembekalan keterampilan dalam menghias, menggunting, dan
2. Realitas (sekolah, rumah , pemukiman), misalnya akan efektif dalam memberikan pengala
sekolah.
3. Benda yang mempunyai nilai khusus, dapat digunakan untuk menyampaikan materi tenta
diambil dari perlakukan mereka terhadap benda-benda terebut.
Pemberdayaan sumber belajar, media dan alat peraga dapat dilakukan pada tahapan :
1. diawal pembelajaran
Dalam hubungannya dengan upaya memelihara sumber belajar, media dan alat peraga di sekolah, maka perlu
kependidikan lainnya, pengawas akademis, supervisor, orang tua, dewan sekolah, bahkan siswa itu sendiri.
Terdapat beberapa media sederhana yang dapat dikembangkan guru untuk kepentingan yang segera dipenuh
bergambar dengan menggunakan foto, OHT, rekaman ceritera (pembelajaran melalui audio), papan planel d
ditempuh dalam memproduksi beberapa jenis media sederhana.
Dalam memproduksi sebuah poster, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a)objek sasaran
simbol yang sesuai; e)harus mampu dibaca dengan singkat.
Langkah dalam membuat poster adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan rancangan isi : tema poster; tujuan khusus; pokok-pokok materi yang akan di
4. Pemberian warna.
Disclosure, yaitu oht dengan penyajian penutupan bagian yang belum dijelaskan serta me
Overlays , yaitu oht dengan penyajian bagian demi bagian yang saling melengkapi dengan
proses) kemudian dilengkapi dengan bagian gambar selanjutnya dari oht berikutnya hingg
Pada dasarnya masih banyak sumber belajar, media dan alat peraga sederhana yang dapat diproduksi oleh kita.
G. PENUTUP
Pada dasarnya uraian informasi pelatihan dalam makalah kecil ini semata-mata hanya merupakan rethinking (
telah biasa dilakukan. Akan tetapi dari apa yang sudah didiskusikan akan mampu memberikan dorongan bagi k
era KBK ini melalui penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar, media dan alat peraga secara lebih tepat dan
H. DAFTAR PUSTAKA
Ase S. Muchyidin, 2001. Analisis Kebutuhan Sumber Informasi dan Sumber Belajar. , Baha
Pendidikan Propinsi Banten
Asep Herry Hernawan. 2001. Sumber Belajar: Bahan Diklat e- Learning Propinsi Baten tah
Gerlach S. Vernon & Donald P. Ely, 1971, Teaching & Media : A Systematic Approach.New
Depdiknas Propinsi Banten, 2002, Pelatihan g Guru Kelas Sekolah Dasar, Banten: Dinas Pe
Triggs Teal. 1995. Communicating Design in Visual Communication. London: Basford Ltd.
Subpages (3): DESAIN PERANCANGAN (FLOW CHART) PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Film Pendidikan Ditinjau Dar
Comments
Sign i
Catatan : .......................................................................
.......................................................................
SUKARNO, S.Pd
NIP. 19541015 197512 1 002
Catatan : .......................................................................
.......................................................................
SUKARNO, S.Pd
NIP. 19541015 197512 1 002
DAFTAR HADIR
GURU KELAS V SD DALAM GUGUS KARTINI
Gr.
No Nama L/P Tanda Tangan
Kelas
1 Sriyono, A.Ma..Pd. L V
1 ..........................
2 Sri Lestari, A.Ma.Pd. P V
2 ............................
3 Asih Sri Lestari, S.Pd. p V
3 ..........................
4 Sri Wahyuningsih, S.Pd. P V
4 ............................
5 Sumiyarsih, S.Pd. p V
5 ..........................
6 Suwardi, S.Pd. L V
6 ............................
7 Sukimin, S.Pd. L V
7 ..........................
8 Sukinah, S.Pd. P V
8 ............................
9 Indriyani, S.Pd. P V
9 ..........................
10 Drs. Sadi. L V
10 ..........................
11 Nurmiyati, A.Ma.Pd. P V
11 ..........................
Gr.
No Nama L/P Tanda Tangan
Kelas
1 Sriyono, A.Ma..Pd. L V
1 ..........................
2 Sri Lestari, A.Ma.Pd. P V
2 ............................
3 Asih Sri Lestari, S.Pd. P V
3 ..........................
4 Sri Wahyuningsih, S.Pd. P V
4 ............................
5 Sumiyarsih, S.Pd. P V
5 ..........................
6 Suwardi, S.Pd. L V
6 ............................
7 Sukimin, S.Pd. L V
7 ..........................
8 Sukinah, S.Pd. P V
8 ............................
9 Indriyani, S.Pd. P V
9 ..........................
10 Drs. Sadi. L V
10 ..........................
11 Nurmiyati, A.Ma.Pd. P V
11 ..........................
Sragen, 7 Oktober 2013
Pengawas Sekolah TK, SD, SDLB
Sebagai Peneliti
Skor
NO Uraian kegiatan
1 2 3
1. Penyusunan RPP yang inovatif, kreatif kooperatif
2. Kesesuaian rencana dengan pelaksanaan pembelajaran
3. Pemberdayaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif
4. Peka terhadap interaksi siswa yang saling asah asih asuh
5. Aktif mendampingi kelompok belajar peserta didik
6. Mendampingi penciptaan interaksi saling mencerdaskan
7. Pengelolaan pembelajaran tepat waktu
8. Dilakukan evaluasi belajar tiap kelompok dan individu
9 Suasana kelas tercipta saling membutuhkan antar siswa
10 Variasi tampilan unjuk kerja dan adanya tindak lanjut
Jumlah skor
Total skor
Keterangan : Skor : 1 Kurang, Skor : 2 Cukup, Skor : 3 Baik terpenuhi.
Catatan : .......................................................................
.......................................................................
Skor
NO Uraian kegiatan
1 2 3
1. Penyusunan RPP yang inovatif, kreatif kooperatif
2. Kesesuaian rencana dengan pelaksanaan pembelajaran
3. Pemberdayaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif
4. Peka terhadap interaksi siswa yang saling asah asih asuh
5. Aktif mendampingi kelompok belajar peserta didik
6. Mendampingi penciptaan interaksi saling mencerdaskan
7. Pengelolaan pembelajaran tepat waktu
8. Dilakukan evaluasi belajar tiap kelompok dan individu
9 Suasana kelas tercipta saling membutuhkan antar siswa
10 Variasi tampilan unjuk kerja dan adanya tindak lanjut
Jumlah skor
Total skor
Keterangan : Skor : 1 Kurang, Skor : 2 Cukup, Skor : 3 Baik terpenuhi.
Catatan : .......................................................................
.......................................................................
DINAS PENDIDIKAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KEDAWUNG
Alamat : Ngabean, Kedawung, Sragen, Kode Pos 57292
Yang bertandatangan di bawah ini Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kedawung
Kabupaten Sragen memberi ijin kepada saudara :
Nama : Drs. SUKAMTO, M.Pd.
NIP : 19580405 197802 1 004
Pangkat /Gol : Pembina Utama Muda / IVC
Jabatan : Pengawas Sekolah TK, SD, SDLB
Unit Kerja : UPT Dinas Pendidikan Kec. Kedawung
Untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung
Kabupaten Sragen sejak 22 Juli 2013 sampai 11 November 2013.
Dengan judul PTS ;
Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Kelas V Sekolah Dasar Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Melalui Supervisi Klinis Di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten
Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
Demikian surat ijin ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Kepala
UPT Dinas Pendidikan Kec. Kedawung
TOBARONI, S.Pd,MM.
NIP. 19581010 198602 1 011
PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN
DINAS PENDIDIKAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KEDAWUNG
Alamat : Ngabean, Kedawung, Sragen, Kode Pos 57292
SURAT KETERANGAN
No. 800/178/XI/2013
Yang bertandatangan di bawah ini Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kedawung
Kabupaten Sragen menerangkan sesungguhnya bahwa :
Nama : Drs. SUKAMTO, M.Pd.
NIP : 19580405 197802 1 004
Pangkat /Gol : Pembina Utama Muda / IVC
Jabatan : Pengawas Sekolah TK, SD, SDLB
Unit Kerja : UPT Dinas Pendidikan Kec. Kedawung
Telah menyerahkan hasil karya tulis ilmiah di bidang pendidikan berupa laporan Penelitian
Tindakan Sekolah dengan judul :
Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Kelas V Sekolah Dasar Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Melalui Supervisi Klinis Di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten
Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
Untuk didokumentasikan di Perpustakaan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kedawung
Kabupaten Sragen.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Pustakawan Kepala
UPT Dinas Pendidika Kec.Kedawung UPT Dinas Pendidikan Kec. Kedawung
Kabupaten Sragen
KRINI SETYOWATI TOBARONI, S.Pd,MM
NIP.19660905 198603 2 007 NIP. 19581010 198602 1 011
DAFTAR KELOMPOK : A
Gr.
No Nama L/P Unit Kerja
Kelas
1 Nurmiyati, A.Ma.Pd. P V
SD Negeri Kedawung 4
2 Sri Lestari, A.Ma.Pd. P V
SD Negeri Mojokerto 2
3 Sriyono, A.Ma.Pd. L V
SD Negeri Mojokerto 1
4 Sukimin, S.Pd. L V
SD Negeri Kedawung 1
5 Sumiyarsih, S.Pd. p V
SD Negeri Mojokerto 3
Gr.
No Nama L/P Unit Kerja
Kelas
1 Suwardi, S.Pd. L V
SD Negeri Mojokerto 3
2 Asih Sri Lestari, S.Pd. P V
SD Negeri Mojokerto 1
3 Sri Wahyuningsih, S.Pd. p V
SD Negeri Mojokerto 2
4 Drs. Sadi L V
SD Negeri Kedawung 3
5 Sukinah, S.Pd. p V
SD Negeri Kedawung 1
6 Indriyanii, S.Pd. P V
SD Negeri Kedawung 2
Jika Anda menyukai Artikel di web ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email,
dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di
www.qizz234.blogspot.com / Pusat segala Informasi
Ketikkan em
3 komentar:
1.
Saya berterima kasih jika bapak berkenan mengirim contoh PTS dan lampirannya untuk
pedoman bagi kami memahami penulisan PTS untuk pemberdayaan diri dan siswa untuk
lebih baik
Reply
2.
Reply
3.
Load more...
Perhatian !!!
1. No link (baik live link maupun link tidak aktif);
2. Dilarang berkomentar yang tidak sesuai dengan norma, karena ini adalah
blog pendidikan;
3. Dilarang berkomentar dengan huruf kapital semua;
4. Yang tidak mematuhi, mohon maaf komentar akan dihapus.
Create a Link
Artikel Terkait
Contoh Penelitian TIndakan Sekolah (PTS) Part 3
Mesin Pencari
CEK NISN
Powered by Blogger.