TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vitamin
penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin dapat
berakibat terganggunya kesehatan, karena itu diperlukan asupan harian dalam jumlah
tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Vitamin merupakan senyawa
organik yang berperan bagi fungsi fisiologis normal vitamin juga tergolong ada dua
kelompok yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein
C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak
terdapat pada sayuran hijau, sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin
usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli. Vitamin K3
(menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang
Vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1 yang
terdapat pada sayuran hijau. Dalam beberapa kali Kongres Nasional Ilmu Kesehatan
Indonesia (PHTDI) ke VIII tahun 1998 dan ke IX tahun 2001 telah direkomendasikan
pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini mendorong
bayi baru lahir, yang merekomendasikan bahwa semua bayi baru lahir harus
Sejak lama fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah,
walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Baru sejak tahun 1970-an
para ahli mengetahui secara lebih jelas peranan vitamin K didalam tubuh, yang
ternyata tidak hanya dalam pembekuan darah saja. (Almatsier, 2009). Pada
Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K
dalam hati yang relatif lebih rendah dibanding bayi yang lebih besar. Sementara itu
asupan vitamin K dari ASI belum mencukupi (0,5 ng/L), sedangkan vitamin K dari
makanan tambahan dan sayuran belum dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir
PDVK. Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena PDVK berkisar antara
1: 1.200 sampai 1 : 1.400 Kelahiran Hidup. Angka tersebut dapat turun menjadi
1:10.000 dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir (Kemenkes
RI, 2009).
kematian 10 50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu
sampai 6 bulan, dengan akibat angka kecacatan 30 50%. Secara nasional belum ada
data PDVK, sedangkan data dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM (tahun
komplikasi perdarahan intrakranial (catatan medik IKA RSCM 2000) (Kemenkes RI,
2009).
Selain itu, salah satu akibat defisiensi vitamin K terlihat pada kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI) berupa perdarahan yang timbul sekitar 2 jam sampai 8 hari
paska imunisasi. Dari data Komnas KIPI jumlah kasus perdarahan paska imunisasi
yang diduga karena defisiensi vitamin K selama tahun 2003 sampai 2006 sebanyak 42
bayi baru lahir yang memiliki risiko saja seperti BBLR, bayi lahir dengan tindakan
traumatis, bayi lahir dari ibu yang mengkonsumsi obat anti koagulan dan obat anti
kejang. Berkaitan dengan kasus KIPI yang diduga kuat karena defisiensi vitamin K,
dapat menimbulkan hemoragi pada kulit, mukosa, dan jaringan lain. Bayi baru lahir
dibawah dura meter pada kelahiran sukar hingga dapat memberikan gejala seperti
Kejadian demikian lebih sering ditemukan pada bayi premature (Pudjiadi, 2000).
Kadar vitamin K bahan makanan belum diketahui dengan pasti. Olson (1973)
telah membuat ringkasan kadar vitamin K bahan makanan yang dikumpulkan dari
semakin tinggi kandungan vitamin K nya. Bahan makanan lain yang mengandung
sayuran lain. Sumber penting vitamin K lain adalah flora bakteri dalam usus halus
dan jenis kelamin untuk Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.2 (Almatsier, 2009).
ada luka atau pada operasi terjadi pendarahan. Kekurangan vitamin K karena
Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan apsorpsi lemak bila produksi
empedu kurang atau pada diare. Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila
perdarahan berlebihan.
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk
hemolisis sel darah merah,sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak
(Almatsier,2009).
neonatorium dan timbul pada umur 2 atau 3 hari. Adapun gejalanya ialah perdarahan
pada lambung dan usus sehingga menyebabkan muntah darah dan berak darah,
kadang-kadang juga perdarahan dari hidung dan umbilicus. Keadaan yang berarti
dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan kekurangan vitamin K, dan bayi cukup
bulan yang dilahirkan dengan ekstrasi forsep atau vakum: 1 mg selama 3 hari
bulan sesudah lahir. Bayi baru lahir dibagi menjadi dua : bayi baru lahir dini usia 0
sampai 7 hari dan bayi baru lahir lanjut usia 7 sampai 28 hari (Zunera, 2006).
Masa perinatal dan neonatal merupakan masa yang kritis bagi kehidupan bayi.
Dua pertiga kematian bayi terjadi dalam masa 28 hari (neonati dini) dimana 60% nya
terjadi dalam waktu 7 hari setelah persalinan. Dengan pemantauan kontinu/ketat dan
asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah angka kematian bayi.
Infeksi, Kelahiran preterm atau bayi berat lahir rendah, Asfiksia, Hipotermi.
Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermi,
1995).
di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (JNPK-
KR/POGI, 2007).
Adapun cara pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir yaitu: pertama;
injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml. kedua;
dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir. Vitamin K1 injeksi
1-2 jam. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan
cara yang sama. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1
dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang
sama. Ketiga; Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi (Kemenkes
RI, 2009).
gambaran pengetahuan ibu hamil tentang vitamin K pada Bayi Baru Lahir di Desa
Banjarsari, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan ibu hamil
tentang vitamin K pada bayi baru lahir dari 50 responden terdapat 35 responden
vitamin K oleh Bidan pada bayi baru lahir di Puskesmas Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2010, penelitian ini menunjukkan mayoritas dari segi Umur 10 orang (32,2 %)
pada rentang usia 36-40 tahun, dan berdasarkan Pendidikan sebagian besar 28 orang
responden (29 %) lama berkerja 16-20 tahun, dan sebagian besar 31 orang (100 %)
ruang bersalin oleh tenaga kerja CPP dan ruang observasi anak, terdapat 18 anak yang
Green (1980), bahwa Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor luar perilaku (non behavior causes) sedangkan perilaku ditentukan
Faktor pertama lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang
dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja
pengalaman kerjanya sedikit. Menurut Ranupendoyo dan Saud (1990), semakin lama
seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang
Masa kerja adalah rata-rata masa kerja responden yang dihitung setelah dia
menjalankan tugas dan pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu secara
terus menerus dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan kedewasaan
Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
Faktor ketiga sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Allport, 1954). Menurut Purwanto
(1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk
bertindak terhadap suatu obyek. Ciri-ciri sikap adalah, sikap bukan dibawa sejak lahir
biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. Sikap dapat berubah-ubah
karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-
sikap pada orang itu. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang
dirumuskan dengan jelas. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi
motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari
dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif,
untuk mendukung tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai beban tugasnya dan
fungsi institusi pelayanan. Menurut Heni (2009), prosedur ketersediaan alat meliputi:
Tersedia peralatan sesuai dengan standar, ada mekanisme keterlibatan. Ada buku
inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang. Ada
pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu. Ada prosedur
keputusan dari pemerintah dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan. Khususnya
oleh fasilitas kesehatan pemerintah, swasta dan masyarakat yang berbasis hak anak
jangkauan pelayanan pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 pada bayi baru lahir.
Mengupayakan kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir yang bermutu dan
anggaran terpadu.
dalam mendeteksi, menemukan dan menangani kasus gizi buruk sedini mungkin.
Selain itu pemerintah juga membentuk Tim Asuhan Gizi yang terdiri dari dokter,
perawat, bidan, ahli gizi, serta dibantu oleh tenaga kesehatan lain. Diharapkan dapat
memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus gizi buruk baik di
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati
secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu:
aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai
gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang
ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan
sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan
pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang
bersifat pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),
bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Perilaku terhadap pelayanan
kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini
menyakut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan
faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut antara lain ; susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar,
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan dengan
kepada bidan untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik pada ibu dan bayinya .
Demikian juga, penerimaan perilaku baru atau adopsi melalui proses yang didasari
oleh pengetahuan, kesadaran,dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung untuk
mewujudkan perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut dengan faktor pendukung
atau faktor pemungkin. Misalnya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, dan
hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas
terutama petugas kesehatan. Demikian juga halnya dengan pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir, tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau
petugas pelayanan kesehatan ibu dan anak di semua unit pelayanan kesehatan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi bayi baru lahir dengan pemberian vitamin
K1.
diberikan pada bayi baru lahir, karena semua bayi dilahirkan dengan tingkat rendah
vitamin K1. Risiko bayi yang tidak diberikan vitamin K1 adalah HDN adalah antara 1
: 10.000 dan 1 dari 25.000, diketahui bahwa bayi paling berisiko dari HDN adalah bayi
yang memiliki kelahiran traumatik (klinis, bayi yang dilahirkan secara forsep,
ventouse atau darurat caesar, atau bayi yang memar). Tidak ada jaminan bahwa bayi
yang lahir secara fisiologis akan terkena HDN dan bayi diberikan vitamin K masih
dapat terkena HDN, atau menderita efek samping lainnya (Sara Wickham, 2001).
Faktor Predisposing :
- Pengetahuan
- Sikap
- Nilai
- Kepercayaan
- Variabel Demografi
Faktor Enabling :
- Sumber-sumber yang
Tersedia /
Perilaku Kesehatan
Ketersediaan Fasilitas
- Keterampilan lain
- Fasilitas
Faktor Reinforcing :
- Dukungan Keluarga
- Dukungan Tenaga
Kesehatan
- Dukungan Tokoh
Masyarakat
- Peraturan/Program
Pemerintah
Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
Faktor Predisposisi
- Masa kerja
- Pengetahuan
- Sikap
Faktor Reinforcing
- Program Pemerintah