Anda di halaman 1dari 6

2.5.

Las Listrik
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari
sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua
logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua
logam tersebut. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan
memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif
(katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke tutub positif (anoda). Dari
kutub positif mengalir partikel positif ke kutub negatif. melalui proses ini ruang
udara di antara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk
menghantar arus listrik dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai
arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya
dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari
benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur
sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek.

2.5.1. Peralatan-peralatan pada Las Listrik


Adapun peralatan-peralatan pada las listrik terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut.
1. Peralatan Utama
Peralatan utama pada las listrik yang terdapat pada labolatorium proses
produksi Teknik Mesin Universitas Diponegoro adalah:
a. Pembangkit Arus Listrik
Pembangkit listrik merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur arus
yang diperlukan saat melakukan pengelasan.
Gambar 2.1 Pembangkit Listrik (Laboratorium Proses Produksi, 2017)
b. Holder
Holder adalah alat yang berfungsi untuk memegang elektroda yang akan
digunakan pada saat pengelasan.

Gambar 2.2 Holder (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


c. Klem Masa
Dipasang pada saat proses pengelasan pada benda kerja atau pada meja
kerja sebagai kutub pengelasan.

Gambar 2.3 Klem Masa (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


d. Meja Kerja
Meja las berfungsi untuk menaruh benda kerja yang akan di las digunakan
jika benda kerjanya berukuran kecil.
Gambar 2.4 Meja Kerja (Laboratorium Proses Produksi, 2017)
2. Peralatan Pembantu
Peralatan pembantu berfungsi sebagai alat penunjang pada saat proses
pengelasan. Peralatan tambahan yang ada pada saat proses pengelasan yaitu:
a. Tang Penjepit
Digunakan untuk menjepit benda kerja, karena setelah proses pengelasan
benda kerjakan panas dan berbahaya jika dipegang langsung.

Gambar 2.5 Tang (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


b. Palu Las
Digunakan untuk membersihkan kerak pada benda kerja, biasanya
dipukulkan pada bekas pengelasan.

Gambar 2.8 Palu Las (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


c. Sikat Baja
Digunakan untuk membersihkan kerak pada benda kerja, bisanya untuk
kerak yang susah dibersihkan atau di sela-sela benda kerja.
Gambar 2.7 Sikat Baja (Laboratorium Proses Produksi, 2017)
d. Kipas Blower
Untuk menyedot asap pada saat pengelasan agar tidak terhirup karena gas
sisa pengelasan sangat berbahaya bagi kesehatan.

Gambar 2.8 Kipas Blower (Laboratorium Proses Produksi, 2017)

3. Peralatan Keamanan
Peralatan-peralantan keamanan yang diperlukan pada saat proses
pengelasan diantaranya yaitu:
a. Sarung Tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dari percikan api pada saat proses
pengelasan.

Gambar 2.9 Sarung Tangan (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


b. Topeng Las
Digunakan untuk melindungi mata dan wajah dari percikan api pada
proses pengelasan.

Gambar 2.10 Topeng Las (Laboratorium Proses Produksi, 2017)

2.5.2 Parameter yang Mempengaruhi Pengelasan


Ada beberapa parameter yang dapat memperngaruhi proses pengelasan,
antara lain sebagai berikut.
1. Tegangan dan Arus Pengelasan
Energi listrik pada las busur nyala listrik diukur dalam tegangan (volt) dan
arus (ampere). Tegangan pengelasan ditentukan oleh panjang busur nyala listrik.
Panjang busur nyala listrik bergantung pada ukuran dan jenis elektroda yang
digunakan. Panjang busur nyala listrik yang baik kurang lebih setengah dari
diameter elektroda. Stabilitas busur nyala listrik dapat dirasakan dari suara
pengelasan yang stabil. Arus listrik merupakan energi listrik yang lebih praktis
untuk diukur dalam melaksanakan pengelasan busur nyala listrik. Besar kecilnya
arus yang digunakan tergantung dari bahan benda kerja, ukuran (ketebalan) benda
kerja, bentuk kampuh sambungan, posisi pengelasan, jenis elektroda, dan
diameter elektroda. Pada umumnya, arus listrik yang rendah dan diameter
elektroda yang lebih kecil diperlukan untuk melakukan pengelasan benda kerja
yang kecill dibandingkan benda kerja yang lebih besar pada ketebalan yang sama.
Benda kerja yang tipis memerlukan arus yang lebih rendah dibandingkan benda
kerja yang tebal, dan elektrode berdiameter kecil memerlukan arus yang rendah
pula dibandingkan elektrode yang berdiameter lebih besar. Daerah las yang
memiliki kapasitas panas tinggi akan memerlukan arus las yang besar, bahkan
memerlukan adanya pemanasan pendahuluan.
2. Kecepatan Pengelasan
Kecepatan pengelasan tergantung dari jenis elektroda, diameter Elektroda,
bahan benda kerja, bentuk sambungan, dan ketelitian sambungan. Kecepatan
pengelasan berbanding lurus dengan besar arus. Kecepatan yang tinggi
memerlukan arus yang besar. Semakin cepat langkah pengelasan semakin kecil
panas yang ditimbulkan sehingga perubahan bentuk bahan dapat dihindarkan.
Hasil pengelasan terbaik akan didapatkan dengan cara mengatur panjang busur
nyala, mengatur kecepatan pengelasan dan pemakanan elektroda (feeding) secara
konstan sesuai dengan kecepatan lebur elektroda.
3. Polaritas Listrik
Polaritas listrik ditentukan oleh bahan fluks pada elektroda, ketahanan
benda kerja terhadap panas, kapasitas panas pada sambungan, dan sebagainya.
Polaritas besar cocok digunakan pada pengelasan benda kerja yang mempunyai
titik cair tinggi dan kapasitas panas yang besar, demikian pula sebaliknya.
4. Dampak Bakar
Dampak bakar merupakan tingkat kedalaman penembusan (penetrasi) jalur
lasan terhadap bidang kerja yang disambung. Kekuatan sambungan las ditentukan
oleh dampak bakar. Kedalaman dampak bakar dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan
fluks, polaritas listrik, besar kecilnya arus, tegangan busur dan kecepatan
pengelasan.
5. Penyulutan Elektroda
Penyulutan elektroda dilaku-kan dengan mengadakan hubungan singkat
pada ujung Elektroda dengan logam benda kerja yang kemudian secepat mungkin
memisahkannya dengan jarak tertentu (biasanya setengah dari diameter
elektroda). Busur nyala listrik dapat dimatikan dengan mendekatkan elektroda
dengan benda kerja, kemudian secepat mungkin dijauhkan. Langkah pemadaman
busur listrik ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas lasan.
Semua parameter diatas perlu diperhitungkan pada saat melakukan pengelasan
dengan las busur nyala listrik, agar didapatkan urutan manik las pada sambungan
yang merata, halus, serta menghindari terjadinya takikan dan kubangan terak.

Anda mungkin juga menyukai