Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Gagal ginjal adalah suatu keadaan hilangnya kemampuan ginjal secara

total/sebagian untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

serta mengeluarkan sisa produksi (Soeparman, 1993).

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan yang memburuk pada suatu

ginjal yang ditandai dengan berkurangnya output yang berlangsung lama

(menahun) serta adanya peningkatan ureum dan kreatinin darah. Gagal ginjal

kronik dapat juga diartikan suatu sindrom yang terdiri atas anemia, asidosis,

neuropati dan kelemahan umum yang seringkali disertai dengan hipertensi dan

edema. Gejala yang kompleks berkembang sebagai akibat dari berkurangnya

fungsi ginjal secara nyata dengan gangguan fungsi ekskresi dan metabolik.

2. Etiologi

Penyebab gagal ginjal cukup banyak, tapi untuk keperluan klinis

secara praktis dapat dibagi dalam dua kelompok :

a. Penyakit ginjal primer

- Glomerulonefritis

- Pielonefritis

- TBC ginjal

7
- Penyakit ginjal polikistik

- Nefrosklerosis benigna, maligna dan stenosis arteri

renalis.

b. Penyakit ginjal sekunder

- Nefritis lupus, poliarteritis nodosa, sclerosis sistemik

progresif.

- Nefropati

- Amidosis ginjal, gout, hiperparatiroidisme, Diabetes

Mellitus.

c. Penyakit ginjal obstrukif.

- Pembesaran prostat

- Batu saluran kemih

- Refluks ureter

Secara garis besar dapat dikategorikan penyebab gagal ginjal yaitu :

a. Infeksi yang berulang dari nefron yang

memburuk.

b. Obstruksi saluran kemih

c. Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan

hipertensi yang lama.

d. Scar pada jaringan ginjal dan trauma langsung

pada ginjal.

3. Patofisiologi

8
Patogenesis CRF yaitu memburuknya dan terjadinya kerusakan dari

nefron dengan kehilangan secara progresif fungsi ginjal. Kerusakan ginjal

yang berlanjut dan kehilangan fungsi ginjal, mengakibatkan GFR menurun

sehingga tubuh menjadi tidak dapat membersihkan dirinya dengan cairan,

garam dan berbagai zat buangan yang diproduksi dan dibuang melalui ginjal.

Jika GFR kurang dari 10 20 ml/menit, maka secara klinik uremia akan

terjadi dan tubuh mengalami toksikasi.

4. Tahapan Gagal Ginjal

Seorang penderita gagal ginjal kronik dimulai dengan beberapa

tahapan yang paling ringan sampai yang paling berat, sehingga apabila

ditemukan penderita pada tahap ringan secepatnya diambil langkah-langkah

untuk sekurang-kurangnya mencegah agar tidak berlanjut ke tahap yang lebih

berat.

Adakalanya langkah yang diambil itu berhasil, tetapi tidak kurang

bahwa sekalipun telah dilakukan usaha-usaha pencegahan ternyata

penyakitnya berlanjut terus sampai pada tahap akhir.

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga

stadium :

a. Stadium I

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40 % - 75 %). Tahap

inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini

penderita belum merasakan gejala-gejala dan pada pemeriksaan

9
laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini

kreatinin serum dan kadar BUN dalam batas normal dan penderita

asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui

dengan memberikan beban kerja yang berat tersebut, seperti test

pemekatan kemih yang lama atau dengan test GFR yang teliti.

b. Stadium II

Insufisiensi ginjal (faal ginjal antara 20% - 50%). Pada tahap ini

penderita dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya

konsentrasi ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat

dalam hal ini mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan

jantung dan pencegahan pemberian obat-obatan yang bersifat mengganggu

faal ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat

mencegah penderita masuk ke tahap yang lebih berat.

Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.

Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan

konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam

diet. Pada stadium ini kadar kreatinin serum juga mulai meningkat

melebihi kadar normal.

Azetomia biasanya ringan, kecuali bila penderita misalnya

mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada

stadium ini pula gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan

10
perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya

tidak terlalu memperlihatkan gejala-gejala ini.

Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai

sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kali

waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih

siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1 sudah tentu nokturia

kadang-kadang terjadi juga sebagai respon terhadap kegelisahan atau

minum yang berlebihan.

Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang

terutama menyerang tubulus, meskipun biasanya poliuria bersifat sedang

dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya juga ditemukan anemia pada

gagal ginjal dan faal ginjal 5 % - 25 %. Faal ginjal sangat jelas menurun

dan timbul gejala kekurangan darah. Tekanan darah akan naik, terjadi

kelebihan cairan, aktivitas penderita mulai terganggu.

c. Stadium III

Uremia (faal ginjal kurang dari 10 %)

Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan

dimana tak dapat melaksanakan tugas sehari-hari sebagaimana biasa.

Gejala-gejala yang timbul antara lain : mual, muntah, nafsu makan kurang,

sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur,

kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.

11
Stadium akhir timbul akibat sekitar 90 % dari massa nefron telah

hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin

mungkin sebesar 5 10 % ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini

kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok

sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai

merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi

mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh. Penderita

biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500 ml/hari

karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula

menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala

yang dinamakan sindrom uremik memperngaruhi setiap sistem dalam

tubuh.

5. Manifestasi klinik

Oleh karena berbagai penyebab, maka tahap awal dari gagal ginjal pun

bervariasi. Walaupn kerusakan ginjal terjadi progresif pada tahap akhir,

manifestasi klinik menjadi sangat bervariasi.

Manifestasi klinik dari CRF dengan retensi produk buangan nitrogen akan

terjadi perubahan cairan, elektrolit dan gangguan asam basa.

Kehilangan fungsi normal ginjal akan terjadi sepanjang masa, dan tidak satu

pun organ tubuh yang akan tidak terpengaruh.

Secara umum manifestasi klinik dapat ditinjau dari berbagai aspek :

a. Pengaruh keseimbangan cairan dan elektrolit

12
Dengan kehilangan fungsi ginjal maka kemampuan pengaturan

keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu. Pada awal akan terjadi

gangguan filtrasi dan reabsorbsi sehingga terjadi peningkatan konsentrasi

urine. Garam-garam dan sedikit yang dapat ditahan sehingga klien dapat

mengalami dehidrasi sehingga terjadi poliuria, nokturia dan peningkatan

berat jenis urine. Hiperkalemia dimanifestasikan adanya kelemahan otot,

parestesia, perubahan EKG penurunan absorbsi kalsium menyebabkan

hambatan aktivasi vitamin sehingga dapat menyebabkan 99 ekskresi ion

hydrogen dan produksi buffer sehingga dapat menyebabkan asidosis

metabolik yang ditandai dengan pernafasan kussmaul, malaise,

kelemahan, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri abdomen.

b. Pengaruh terhadap kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskuler sering menyebabkan kematian pada klien dengan

gagal ginjal yang didukung oleh adanya hipertensi, hiperlipidemia dan

meningkatnya volume cairan ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya

edema seluler sehingga terjadi gagal jantung.

Edema pulmonal pada pasien dengan CRF dapat juga disebabkan gagal

jantung. Adanya penumpukan toksin metabolik dapat mengiritasi kantong

pericard dan menyebabkan terjadinya inflamasi pada pericard dan

selanjutnya terjadi temponade jantung akibat penumpukan cairan pada

kantong pericard.

13
Anemia disebabkan oleh berbagai faktor termasuk pengaruh uremia,

menurunnya produksi eritropoetin dan efesiensi besi.

c. Pengaruh terhadap gastrointestinal

Anoreksia, nausea merupakan keluhan utama akibat uremia. Ulserasi pada

lambung merupakan pengaruh dari uremia yang dapat menyebabkan stress

pada lambung, di samping itu juga nafas yang berbau dapat menyebabkan

klien anoreksia. Konstipasi disebabkan karena adanya pembatasan cairan,

makanan rendah serta pembatasan aktivitas.

d. Efek terhadap sistem respirasi

Pengaruh uremia akan memudahkan terjadinya infeksi respirasi dan

gangguan fungsi imun dan kesulitan pengeluaran sekresi jalan nafas.

meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan penurunan sisa-sisa

metabolisme dalam paru akan meningkatkan resiko edema paru sehingga

pasien mengalami gangguan pernafasan dalam pleural effusion.

e. Efek terhadap sistem persarafan

Gangguan pada pusat persarafan dan saraf tepi akibat pengaruh uremia

ditandai dengan adanya perubahan status mental, kesulitan berkonsentrasi,

kelelahan, insomnia. Bila terjadi uremia encephalopaty maka akan

memberikan gejala kejang dan koma. Hambatan pada saraf perifer

mengakibatkan gangguan pada aktivitas sensorik motorik misalnya terjadi

parestesia, kelemahan otot, refleks tendon menurun.

f. Pengaruh terhadap muskuloskeletal

14
Hipokalsemia akibat dari uremia yang menstimulasi sekresi hormon

paratiroid. Hormon paratiroid menyebabkan reabsorbsi kalsium dari

tulang akan meningkat untuk mempertahankan kadar kalsium darah.

Reabsorbsi dari tulang dan dikombinasikan dari penurunan sintesa vitamin

D serta penurunan kalsium dari sistem pencernaan akan meningkatkan

osteoporosis, perubahan ini pula menyebabkan terjadinya nyeri

osteodistrophy menyebabkan meningkatnya resiko fraktur spontan.

g. Pengaruh terhadap sistem endokrin dan metabolisme penumpukan sisa-

sisa produk metabolisme protein merupakan faktor utama pada semua

pengaruh dari manifestasi dari uremia, misalnya peningkatan asam urat

akan meningkatkan resiko gout.

Pengaruh penggunaan insulin pada kondisi uremia akan menyebabkan

terjadinya intoleransi glukosa sehingga akan menyebabkan terjadinya

peningkatan kolesterol darah dan menurunnya hal yang menyebabkan

terjadinya arteriosklerosis.

Pengaruh terhadap sistem reproduksi akibat adanya uremia menyebabkan

haid tidak teratur, impoten, penurunan jumlah sperma di samping itu juga

terjadi infertilitas pada wanita.

h. Integumen

Anemia dan pigmentasi pada kulit akan menunjukkan pasien tampak pucat

atau kekuningan. Kulit menjadi kuning sehingga turgor kulit jelek akibat

terjadinya dehidrasi dan atrofi kelenjar keringat. Sisa-sisa metabolik yang

15
seharusnya dibuang dari ginjal dapat menumpuk pada kulit akan

mengakibatkan pruritus.

6. Diagnostik test

a. Urine

Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau

urine tidak ada (anuria).

Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan

oleh pus, bakteri, lemak, partikeloid, fosfat.

Sedimen : Kecoklatan menunjukkan adanya darah, HB,

mioglobin, porfirin.

Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010

menunjukkan kerusakan ginjal berat).

Klirens kreatinin : Mungkin agak menurun.

Natrium : Lebih besar dari 40 mEg/L karena ginjal tidak

mampu mereabsorbsi natrium.

Protein : Derajat tinggi protein uria (3 4) secara kuat

menunjukkan glomerulus bila sel darah merah dan

fragmen juga ada.

b. Darah : BUN/kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam

proporsi, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir mungkin rendah

yaitu 5.

Hitung darah lengkap :

16
Ht : Menurun pada adanya anemia.

Hb : Biasanya kurang dari 7 8 g/dl

Sel darah merah : Waktu hidup menurun pada defesiensi eritropoetin

seperti azotemia.

AGD PH penurunan asidosis metabolic (kurang

dari 7.2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal

untuk mensekresi hidrogen dan amonia atau hasil

akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun,

PCO2 menurun.

Natrium serum : Mungkin rendah bila ginjal kehabisan natrium atau

normal (menunjukkan status dilusi hipernatremia).

Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai

dengan perpindahan seluler (asidosis) atau

pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap

akhir perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai

kalium 6,5 mEg atau lebih besar.

Magnesium/fosfat : Meningkat

Kalsium : Menurun

Protein : Khususnya albumin : kadar serum menurun dapat

menunjukkan kehilangan protein melalui urine,

perpindahan cairan, penurunan pemasukan/

17
penurunan sintetis karena kurang asam amino

essensial.

Osmolatitas serum : Lebih besar dari 285 Mosm/kg : sering sama dengan

urine.

c. Prosedur diagnostik

KUB foto : Menunjukkan adanya ukuran

ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya

obstruksi (batu).

Pielogram retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan

ureter.

Ateriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan

mengidentifikasi ekstravaskuler, massa.

Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,

refluks ke dalam ureter, retensi.

Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih dan

adanya massa, kista, obstruksi pada saluran

perkemihan bagian atas.

18
Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk

menentukan sel jaringan untuk diagnosis

histologis.

Endoskopi ginjal, nefroskopi : Dilakukan untuk menentukan pelvis

ginjal : keluar batu, hematuria dan

pengangkatan tumor selektif

EKG : Mungkin abnormal menunjukkan

ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.

Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : Dapat menunjukkan

demineralisasi, kalsifikasi

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan gagal ginjal ada dialisis, transplantasi ginjal,

diet, pengobatan.

a. Dialisis

1.) Indikasi hemodialisis

a.) Bersihan kreatinin menurun di bawah 10 ml/m atau sebanding

dengan kadar kreatinin serum 8 10 mg/dl.

b.) Kerancuan obat.

c.) Azotemia.

d.) Asidosis yang tidak dapat diatasi.

2.) Tujuan penatalaksanaan dialisis adalah :

a.) Tujuan produk hasil dari metabolisme protein dari darah.

19
b.) Mempertahankan konsentrasi elektrolit dan serum.

c.) Memperbaiki asidosis.

d.) Mengeluarkan cairan yang berlebihan dari darah.

3.) Jenis dialisis :

a.) Peritoneal dialisis.

b.) Hemodialisis

Peritoneal dialisis dilakukan untuk mengganti fungsi ginjal dengan

menggunakan membran semipermeable untuk atificial membran pada

pneumodialisis. Peritoneal dialisis biasanya dilakukan pada pasien

dengan komplikasi penyakit kardiovaskuler yang berat di samping itu

juga pasien dengan komplikasi diabetes.

Kontra indikasi tindakan peritoneal dialisis : peningkatan katabolisme,

uremi toksik kondisi tubuh yang jelek dan perlengkapan membran

peritoneal, obesitas, penyakit abdominal (peritonitis).

Hemodialisis dilakukan pada pasien gagal ginjal akut adalah gagal

ginjal irreversible dan gangguan. Keseimbangan cairan dan elektrolit.

Prosedur dialisa yaitu dimana darah pasien masuk ke dalam dializer

dan kembali ke pasien.

Pada pembuluh darah pasien untuk memudahkan pengaliran darah

melalui pipa maka dibuat arterivenosus fistula untuk memudahkan

pelaksanaan dialisis pada pasien yang sering dilakukan dialisis.

Saluran penyambung tersebut dilakukan dengan menyambung arteri

20
dan vena. Pada lengan biasanya dilakukan antara arteri radialis dengan

vena basilica, dapat berupa end-to-side, side-to-end, side-to-side, dan

end-to-end. Dan saluran ini baru dapat digunakan pada 2 6 minggu

setelah pembedahan.

Hemodialisis biasanya dilakukan selama 3 4 jam setiap tindkan dan

dilakukan 3 kali seminggu.

4.) Komplikasi hemodialisis :

a.) Otot menjadi kram akibat hiponatremi.

b.) Terjadi infeksi pada daerah insersi.

c.) Tranplantasi ginjal

Transplantasi ginjal dilakukan dengan bedah implantasi ginjal

orang lain. Hal ini dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal

irreversible. Faktor penghambat utama adalah tidak tersedianya

ginjal atau organ donor dari keluarga maupun orang lain.

Pembedahannya dilakukan dengan menempatkan ginjal pada

ekstraperitoneal dalam fossa illiaca dimana arteri renalisis

disambung dengan arteri hipogastric dan vena renalis disambung

dengan vena illiaca. Komplikasi transplantasi ginjal : penolakan

donor, infeksi, komplikasi lain pada organ lain.

d.) Diet

21
Dengan mempertahankan intake setiap hari dimana menghindari

protein. Hal penting lainnya adalah peningkatan intake kalori 40

50 kalori/kg BB/hari berupa karbohidrat selemah. Diet elektrolit

dapat dianjurkan adalah dibatasi misalnya pembatasan garam

kalium dan pemberian untuk intake kalsium karbonat adalah

kalsium laktat kalisum glukonat.

e.) Pengobatan

(1.) Diuretik untuk menstimulasi eksresi ginjal.

(2.) Pemberian vitamin.

(3.) Pemberian antihipertensi.

(4.) Pemberian antiemetik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pada asuhan keperawatan ini dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu proses

pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki dan memelihara

pasien sampai optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk membantu

pasien. Proses keperawatan terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan bagi orang dengan kegagalan ginjal kronis sangat

kompleks, terutama karena menyangkut berbagai sistem dan kekronisan dari

22
gangguan. Pengkajian harus mencakup fisik, psikologis dan parameter sosial.

Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik harus mendapatkan berbagai

macam informasi demi penegakkan diagnosa keperawatan yang cocok.

Data dasar Pengkajian pasien :

Aktifitas/Istirahat

Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.

Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen).

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.

Palpitasi ; nyeri dada (angina).

Tanda : Hipertensi; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting

pada kaki, telapak tangan.

Disritmia jantung

Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan

hypovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.

Friction rub perikardial (respons terhadap akumulasi sisa)

Pucat; kulit coklat kehijauan, kuning.

Kecenderungan perdarahan.

Integritas Ego

Gejala : Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya.

Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

23
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan

kepribadian.

Disritmia jantung

Eliminasi

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut).

Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat

berawan.

Oliguria, dapat menjadi anuria.

Makanan/cairan

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan

(malnutrisi).

Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap

pada mulut (pernafasan amonia).

Penggunaan diuretik.

Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).

Perubahan turgor kulit/kelembaban

Edema (umum, tergantung)

Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.

Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak

bertenaga.

Neurosensori

24
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur.

Kram otot/kejang; sindrom kaki gelisah ; kebas rasa terbakar

pada telapak kaki.

Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah

(neuropati perifer).

Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,

ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,

penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.

Ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala; kram otot/nyeri kaki (memburuk

saat malam hari).

Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi; gelisah

Pernafasan

Gejala : Nafas pendek; disritmia nokturnal paroksismal; batuk

dengan/tanpa sputum kental dan banyak.

Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman

(pernafasan Kussmaul).

Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema

paru).

Keamanan

Gejala : Kulit gatal.

Ada/berulangnya infeksi.

25
Tanda : Pruritus, petekia, area ekimosis pada kulit.

Demam (sepsis, dehidrasi); normotermia dapat secara aktual

terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh

lebih rendah dari normal.

Seksualitas

Gejala : Penurunan libido; amenorea; infertilitas

Interaksi sosial

Gejala : Kesulitan menentukan kondisi.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat Diabetes Mellitus keluarga, penyakit polikistik, nefritis

herediter, kalkulus urinaria, malignansi.

Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.

Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang.

Diagnosa Keperawatan :

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi.

b. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan

produksi/sekresi eritropoetin.

c. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis,

akumulasi toksin (urea, amonia).

26
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolik, sirkulasi dan sensasi

e. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan

dengan kurang/penurunan salivasi, pembatasan cairan.

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

g. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem nilai pasien, perubahan

mental.

2. Perencanaan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume

sirkulasi.

Tujuan : Keseimbangan cairan/elektrolit stabil.

Kriteria hasil :

- Mempertahankan curah jantung dengan bukti TD dan frekuensi

jantung dalam batas normal.

- Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler.

Intervensi :

1.) Awasi TD dan frekuensi jantung

Rasional : Kelebihan volume cairan, disertai dengan hipertensi

(sering terjadi pada gagal ginjal) dan efek uremia,

27
meningkatkan kerja jantung, dan dapat menimbulkan

gagal jantung.

2.) Kaji warna kulit, membran mukosa, dan dasar kuku.

Perhatikan waktu pengisian kapiler.

Rasional : Pucat mungkin menunjukkan vasokontriksi atau anemia,

sianosis mungkin berhubungan dengan kongesti paru dan

atau/gagal ginjal.

3.) Perhatikan terjadinya nadi lambat, hipotensi, kemerahan,

mual/muntah, dan penurunan tingkat kesadaran.

Rasional : Peggunaan obat (contoh antasida) mengandung

magnesium dapat mengakibatkan hipermagnesemia,

potensial disfungsi neuromuskuler dan resiko henti

nafas/jantung.

4.) Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat adekuat dan

berikan bantuan dengan perawatan dan aktivitas yang diinginkan.

Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kerja jantung.

5.) Awasi pemeriksaan laboratorium.

Rasional : Perubahan konsentrasi elektrolit dapat berubah setiap saat

pada gagal ginjal.

6.) Berikan/batasi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Curah jantung tergantung pada volume sirkulasi.

28
b. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan

penekanan produksi/sekresi eritropoetin.

Tujuan : Komplikasi dicegah/minimal.

Kriteria hasil :

- Tak mengalami tanda/gejala perdarahan.

- Mempertahankan.menunjukkan perbaikan nilai laboratorium.

Intervensi :

1.) Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan.

Rasional : Dapat menunjukkan anemia. Dan respons jantung untuk

mempertahankan oksigenasi sel.

2.) Awasi tingkat kesadaran dan perilaku.

Rasional : Anemia dapat menyebabkan hipoksia serebral dengan

perubahan mental, orientasi, dan respons perilaku.

3.) Evaluasi respons terhadap aktivitas, kemampuan untuk

melakukan tugas.

Rasional : Anemia menurunkan oksigensi jaringan dan

meningkatkan kelelahan, sehingga memerlukan

intervensi, perubahan aktivitas dan istirahat.

4.) Observasi perdarahan terus menerus dari tempat tusukan.

Rasional : Perdarahan dapat terjadi dengan mudah karena kerapuhan

kapiler/gangguan pembekuan darah dan dapat

memperburuk anemia.

29
5.) Berikan obat-obatan sesuai indikasi

Rasional : Berguna untuk memperbaiki gejala sesuai dengan indikasi

penyakit.

c. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan

fisiologis, akumulasi toksin (urea, amonia).

Tujuan : Proses pikir tidak berubah/meningkat.

Kriteria hasil :

- Meningkatkan tingkat mental biasanya.

- Mengidentifikasi cara untuk mengkompensasi gangguan

kognitif/defisit memori.

Intervensi :

1.) Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori, dan

orientasi

Rasional : Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan

kekacauan/peka minor dan berkembang ke perubahan

kepribadian atau ketidakmampuan untuk mengasimilasi

informasi dan berpartisipasi dalam perawatan.

2.) Pastikan dari orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.

Rasional : Memberikan perbandingan untuk mengevaluasi

perkembangan/perbaikan gangguan.

3.) Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien.

30
Rasional : Beberapa perbaikan dalam mental mungkin diharapkan

dengan perbaikan kadar BUN, elektrolit dan pH serum

yang lebih normal.

4.) Berikan lingkungan tenang dan izinkan menggunakan

televisi, radio dan kunjungan.

Rasional : Meminimalkan rangsangan lingkungan untuk menurunkan

kelebihan sensori/peningkatan kekacauan saat mencegah

deprivasi sensori.

5.) Orientasikan kembali terhadap lingkungan, orang dan

sebagainya.

Rasional : Memberikan petunjuk untuk membantu dalam pengenalan

kenyataan.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan

status metabolik, sirkulasi dan sensasi.

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Kriteria hasil :

- Mempertahankan kulit utuh

- Menunjukkan prilaku/teknik untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.

Intervensi :

1.) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.

31
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat

menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi.

2.) Ubah posisi dengan sering; gerakkan pasien dengan perlahan.

Rasional : Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.

3.) Berikan perawatan kulit

Rasional : Soda kue, mandi dengan tepung menurunkan gatal dan

mengurangi pengeringan dari pada sabun. Losion dan

salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering.

4.) Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.

Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan

evaporasi lembab pada kulit.

5.) Berikan matras busa/flotasi.

Rasional : Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat

membatasi perfusi selular yang menyebabkan iskemia.

e. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral

berhubungan dengan kurang/penurunan salivasi, pembatasan cairan.

Tujuan : Tidak ada kerusakan membran mukosa oral.

Kriteria hasil :

- Mempertahankan integritas membran mukosa.

- Mengidentifikasi/melakukan intervensi khusus untuk meningkatkan

kesehatan mukosa oral.

Intervensi :

32
1.) Inspeksi rongga mulut; perhatikan kelembaban, karakter

saliva, adanya inflamasi, ulserasi, leukoplakia.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk intervensi segera dan

mencegah infeksi.

2.) Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang

ditentukan.

Rasional : Mencegah kekeringan mulut berlebihan dari periode lama

tanpa masukan oral.

3.) Berikan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan asam

asetik 25%.

Rasional : Membran mukosa dapat menjadi kering dan pecah-pecah.

Perawatan mulut menyejukkan, melumasi, dan membantu

menyegarkan rasa mulut, yang sering tak menyenangkan

karena uremia.

4.) Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan pada saat

tidur.

Rasional : Menurunkan pertumbuhan bakteri dan potensial terhadap

infeksi.

5.) Anjurkan pasien menghentikan merokok dan menghindari

produk/pencuci mulut yang mengandung alkohol.

Rasional : Bahan ini mengiritasi mukosa dan mempunyai efek

mengeringkan, menimbulkan ketidaknyamanan.

33
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat

informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien meningkat.

Kriteria hasil :

- Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.

- Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan

untuk tindakan.

- Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup yang perlu.

- Berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :

1.) Kaji ulang proses penyakit/prognosis dan kemungkinan yang

akan dialami.

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi.

2.) Kaji ulang pembatasan diet.

Rasional : Pembatasan fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk

pergeseran kalsium dari tulang.

3.) Diskusikan terapi obat.

Rasional : Mencegah komplikasi serius, contoh penurunan absorpsi

fosfat dari traktus GI dan pengiriman kalsium untuk

mempertahankan kadar normal serum.

34
4.) Buat program latihan rutin, dalam kemampuan individu;

menyelingi periode istirahat dengan aktivitas.

Rasional : Membantu dan mempertahankan tonus otot dan

kelenturan sendi.

5.) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan intervensi medik.

Rasional : Memudahkan dalam mencegah terjadinya komplikasi dan

mencari pertolongan medis.

g. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem nilai pasien,

perubahan mental.

Tujuan : Mematuhi/kooperatif terhadap program pengobatan

Kriteria hasil :

- Menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan pemahaman

program terapi.

- Berpartisipasi dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan

- Membuat pilihan pada tingkat kesiapan berdasarkan informasi yang

akurat.

Intervensi :

1.) Yakinkan persepsi/pemahaman pasien/orang terdekat

terhadap situasi dan konsekuensi perilaku.

Rasional : Memberikan kesadaran bagaimana pasien memandang

penyakitnya sendiri dan program pengobatan dan

membantu dalam memahami masalah pasien.

35
2.) Tentukan sistem nilai.

Rasional : Program terapi mungkin tidak sesuai dengan pola hidup

sosial/budaya, dan rasa tanggung jawab/peran pasien.

3.) Dengarkan/mendengar dengan aktif pada keluhan/pernyataan

pasien.

Rasional : Menyampaikan pesan masalah, keyakinan pada

kemampuan individu dan mengatasi situasi dalam cara

positif.

4.) Identifikasi prilaku yang mengindikasikan kegagalam untuk

mengikuti program pengobatan.

Rasional : Dapat memberikan informasi tentang alasan kurangnya

kerja sama dan memperjelas area yang memerlukan

pemecahan masalah.

5.) Kaji tingkat ansietas, kemampuan kontrol, perasaan tak

berdaya.

Rasional : Tingkat ansietas berat mempengaruhi kemampuan pasien

mengatasi situasi.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi

tindakan-tindakan yang direncanakan oleh perawat.

36
Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim

kesehatan-kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri, yang

meliputi 3 hal :

a. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik

dengan standar praktek dan sumber-sumber yang ada.

b. Mengidentifikasi respon klien.

c. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan

dan respon pasien.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :

- Kebutuhan klien.

- Dasar dari tindakan.

- Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.

- Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.

- Sumber-sumber dari instansi.

4. Evaluasi

Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon

pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil

yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus

menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan yang

dilaksanakan.

37
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap

tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam

hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon

pasien, revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

38
Tgl. MRS : 29 07 2002

Tgl. Pengkajian : 03 09 2002

No. Register : 053427

Ruangan : L.I. Bawah

Dx. Medis : CRF

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas pasien

- Nama : Ny. S

- Jenis kelamin : Wanita

- Umur : 56 tahun

- Kawin/belum kawin : Kawin

- Agama : Islam

- Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

- Pendidikan : SPK

- Pekerjaan : Pegawai kesehatna

- Alamat : Bone

b. Identitas penanggung

- Nama : Ny. S

39
- Umur : 56 tahun

- Suku : Bugis

- Agama : Islam

- Pendidikan : SPK

- Pekerjaan : Pegawai kesehatan

- Alamat : Bone

- Keterangan : Biaya ditanggung oleh PHB (Askes)

atas nama klien sendiri.

B. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Keluhan utama : Mual, muntah dan nyeri kedua pinggang.

2. Riwayat keluhan utama :

- Mulai timbulnya keluhan : dialami sejak 30 hari yang lalu, setiap habis

makan dan minum banyak dan aktivitas.

- Sifat keluhan : nyeri hilang timbul.

- Munculnya keluhan : pada saat klien makan dan minum.

- Faktor pencetus : karena hipertensi.

- Keluhan yang menyertai : sakit kepala dan pusing.

- Faktor yang memberatkan : bila klien beraktivitas.

- Faktor yang meringankan : bila klien istirahat dan minum obat.

C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

- Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama.

40
- Klien pernah diopname di Rumah Sakit Bone selama 4 hari.

- Tidak mengalami ketergantungan obat-obatan.

- Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol.

- Riwayat hipertensi kurang jelas.

D. Riwayat kesehatan keluarga

- Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: Meninggal

: Tinggal serumah

- Suami meninggal karena penyakit jantung

- Orang tua klien meninggal karena penyakit ketuaan.

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien

41
- Kesadaran : Composmentis.

- Nampak sedang.

2. Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Nadi : 92 x/menit

Suhu badan : 36,5 0C

Pernafasan : 20 x/menit

3. TB : 150 cm BB : 39 kg

4. Kepala

Inspeksi :

- Bentuk kepala simetris.

- Tidak ada kelainan pada kepala.

- Penyebaran rambut merata.

- Warna rambut, hitam dan putih, tidak mudah rontok.

- Kulit kepala bersih.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan.

- Tidak ada massa atau tumor.

5. Muka

Inspeksi :

42
- Muka simetris kiri dan kanan.

- Tidak ada gerakan abnormal.

- Ekspresi wajah cemas dan meringis.

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa.

- Tidak ada nyeri tekan pada wajah.

6. Mata

Inspeksi :

- Palpebra tidak oedema.

- Keadaan bulu mata tumbuh merata.

- Sclera tidak icterus.

- Konjungtiva anemis.

- Gerakan bola mata dapat melihat ke segala arah.

- Posisi mata simetris kiri dan kanan.

Palpasi :

- Tidak ada peningkatan TIO.

- Tidak ada nyeri tekan.

7. Hidung dan sinus.

Inspeksi :

- Posisi mata kiri dan kanan.

- Tidak ada cairan.

- Tidak ada perdarahan.

43
- Fungsi penciuman baik.

- Septum tidak deviasi.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada sinus.

- Tidak teraba adanya benjolan.

8. Telinga

Inspeksi :

- Posisi simetris kiri dan kanan.

- Tidak ada peradangan dan lesi pada aurikel.

- Tidak ada serumen.

- Tidak memakai alat bantu dengar.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan.

Tes pendengaran : dapat mendengar jarak 30 cm.

9. Mulut

Inspeksi :

- Gigi nampak bersih.

- Gusi tidak mengalami perdarahan.

- Tidak memakai gigi palsu.

- Gigi sudah tidak lengkap.

- Lidah nampak kotor.

44
- Bibir nampak kering.

Palpasi :

- Fungsi mengecap baik.

- Fungsi mengunyah baik.

10. Leher/tenggorokan

Inspeksi :

- Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid

Palpasi :

- Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

- Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.

11. Thoraks dan Pernafasan

Inspeksi :

- Bentuk dada simetris kiri dan kanan

- Frekuensi pernafasan 20 x/menit.

- Irama pernafasan reguler.

- Pergerakan dada mengikuti gerak nafas.

Palpasi :

- Vokal fremitus tidak dilakukan.

- Tidak ada nyeri tekan pada dada.

- Tidak teraba adanya massa.

Auskultasi :

- Suara nafas vesikuler

45
- Suara tambahan tidak ada.

Perkusi :

- Terdengar sonor pada lapang paru klien.

- Bunyi pekak pada ICS 3 5 midclavicularis kiri.

12. Jantung

Inspeksi :

- Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi :

- Ictus cordis teraba pada ICS 5 Midclavicularis kiri.

Perkusi :

- Batas jantung pekak pada ICS 3 5 Midclavicularis kiri.

Auskultasi :

- Bunyi jantung I dan II murni reguler.

- Tidak ada bunyi tambahan.

13. Abdomen

Inspeksi :

- Warna kulit sama dengan sekitarnya.

- Ada luka lecet

- Tidak ada pembesaran perut

- Tidak ada nyeri tekan.

Auskultasi :

- Peristaltik usus 5 kali permenit

46
- Bising usus tidak ada.

Perkusi :

- Bunyi tympani

Palpasi :

- Tidak teraba pembesaran hepar.

- Tidak ada massa atau tumor.

14. Genitalia dan Anus : Menurut klien tidak ada kelainan.

15. Ekstremitas

Ekstremitas atas

Inspeksi :

- Simetris kiri/kanan.

- Tidak ada oedema, lesi dan tumor

- Nampak terpasang infus pada tungkai kiri atas

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada kedua tungkai.

- Tidak teraba adanya lesi, oedema pada kedua tungkai.

Refleks Biceps kanan/kiri : +/+

Refleks Triceps kanan/kiri : +/+

Ekstremitas Bawah

Inspeksi :

47
- Simetris kiri/kanan.

- Tidak oedema, lesi, tumor/massa.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada kedua tungkai.

- Tidak teraba adanya lesi, oedema pada kedua tungkai.

Refleks Achilles kanan/kiri : +/+

Refleks Patologis Babinsky kanan/kiri : - / -

16. Kulit

Inspeksi :

- Warna kulit sama dengan sekitarnya.

- Tidak ada lesi.

- Turgor sedikit menurun.

- Kulit kering

F. Pemeriksaan Diagnostik

Tgl. 21 08 2002 Kreatinin : 5,51 mg/dl

Tgl. 10 08 2002 Kreatinin : 5,6 mg/dl

Ureum : 96,8 mg/dl

G. Pola Kegiatan Sehari-Hari

1. Nutrisi

48
a. Kebiasaan

- Pola makan : nasi, sayur, lauk dan buah kadang-kadang.

- Frekuensi makan : 3 x sehari.

- Nafsu makan baik.

- Makanan pantang : tidak ada.

- Banyak minum : 1000 1500 cc/hari.

- Minuman yang disukai : air putih.

2. Eliminasi

a. BAK (Buang Air Kecil).

Kebiasaan

- Frekuensi : 3 4 x dalam sehari.

- Warna : Kuning

- Bau : Pesing

Perubahan selama sakit

- Klien pasang kateter

- Warna : Kuning

- Bau : Pesing

b. BAB (Buang Air Besar)

- Frekuensi : 1 x perhari

- Warna : Kuning

- Konsistensi : Lembek

Perubahan selama sakit tidak ada.

49
3. Olah raga dan aktivitas

Kebiasaan : Klien tidak pernah berolah raga.

4. Istirahat dan tidur

- Tidur siang : Mulai jam 14.00 s.d 16.00 sore

- Tidur malam : Mulai jam 21.00 s.d 05.00 pagi

Perubahan selama sakit

- Klien istirahat di tempat tidur.

- Tidur siang tidak menentu.

5. Personal hygiene

Kebiasaan

- Mandi : 2 x/hari

- Sikat gigi : 3 x/hari

- Cuci rambut : 2 x seminggu

Perubahan selama sakit

- Selama di rumah sakit klien dilap basah di tempat tidur.

6. Pola interaksi sosial

- Orang yang terpenting dan terdekat adalah anak-anaknya.

- Klien mudah mendapat teman.

- Interaksi dengan keluarga, perawat dan pasien lain baik.

7. Kegiatan psikologik

Selama sakit :

50
- Klien berharap agar cepat sembuh.

- Ekspresi wajah kurang ceria.

- Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.

8. Kegiatan keagamaan

Kebiasaan :

- Klien rajin melaksanakan shalat lima waktu.

- Ada perubahan selama sakit, klien tidak pernah melaksanakan shalat.

9. Penatalaksanaan pengobatan dan perawatan

a. Pengobatan

Obat-obat yang diperoleh :

- Cefriaxone 1 gr/hari

b. Perawatan

- Klien bedrest.

- Diet cair 1000 cal

B. KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif :

51
- Klien mengeluh tidak dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

- Klien mengatakan nafsu makan berkurang.

- Klien mengeluh sakit kedua pinggang.

- Klien mengatakan mual dan muntah.

- Klien mengeluh lemah.

Data Obyektif :

- Wajah klien nampak meringis.

- Klien makan porsi dari 1 porsi yang disediakan.

- Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 160/90 mmHg

- Nadi : 92 x/menit

- Suhu : 36,5 0C

- Pernafasan : 20 x/menit

- Keadaan umum lemah.

- Klien tirah baring.

- Kebutuhan dilaksanakan di tempat tidur.

- Bibir kering dan pecah-pecah.

C. ANALISA DATA

52
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data subyektif : Kerusakan pada organ Gangguan rasa
- Klien mengeluh sakit ginjal nyaman nyeri.
kedua pinggang.
Data Obyektif : Sel-sel yang rusak
- Wajah klien nampak mengeluarkan mediator
meringis. kimia (Bradikinin)
- Tanda-tanda vital :
- TD : 160/90 mmHg Stimulus pada saraf sensoris
- N : 92 x/menit

- P : 20 x/menit
Nyeri
- S : 37,5 0C

2. Data Subyektif : Toksin ureum dalam serum Gangguan nutrisi


- Klien mengatakan nafsu kurang dari kebu-
makan berkurang. Mengiritasi mukosa gastrik tuhan.
- Klien mengatakan mual
dan muntah.
Mual
Data Obyektif :

- Klien makan porsi dari
Muntah
1 porsi yang disediakan.

- Bibir kering dan pecah-
Anoreksia
pecah.

Intake kurang

3. Data Subyektif : Aktivitas intoleran


- Klien mengeluh tidak Penurunan fungsi ginjal
dapat melakukan aktivitas

53
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
sehari-hari.
- Klien mengeluh lemas. Peningkatan ureum dalam
Data obyektif : darah
- Keadaan umum kurang.
- Klien tirah baring. Distimulasi hypothalamus
- Kebutuhan dilaksanakan sebagai rangsangan
di tempat tidur.

Mual

Intake nutrisi

Nutrisi jaringan menurun

Badan terasa lemas

Kelemahan fisik

D. PRIORITAS MASALAH

54
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan ginjal.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake oral yang tidak

adekuat.

3. Aktivitas intoleran berhubungan dengan kelemahan fisik

55

Anda mungkin juga menyukai