Chaerul2007
Tujuan dari pengembangan metode baru :
Identifikasi kualitatif analit yang diuji termasuk
informasi struktural untuk mengetahui perilakunya
(waktu retensi, perubahan warna, pH).
Penentuan kuantitatif; secara akurat, presisi dan
reprodusibel.
Mudah dilaksanakan; secara otomatis dan cepat.
Menurunkan biaya melalui penyederhanaan
prosedur jaminan mutu dan pengendalian mutu.
Penyiapan contoh yang cepat, sederhana, hemat
bahan dan sampel yang diperlukan.
Output langsung data kualitatif dan kuantitatif ke
dalam komputer sehingga mudah diinterpretasi,
disimpan, dicetak atau dikirim melalui jaringan Chaerul2007
Akurasi
x=
x
1 x1 (x x)
1
2
n
(x x)
(x x )
2
2 x2 2
2
3 x3 (x x) 2
S=
Nilainya didapat 3 i
4 dari sertifikat CRM x4 (x x)
4
2
n 1
5 x5 (x x)
5
2
6 x6 (x x)
6
2
x (x x)
2
Jumlah n
Rata-rata x -
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
t student two sided test:
1. Tetapkan hipotesis awal (H0) dan
hipotesis tandingan (H1):
H0 : x = ; Rerata nilai hasil uji sama
dengan nilai CRM, rerata nilai hasil
uji tidak berbeda nyata dengan nilai
CRM, metode akurat.
H1 : x ; Rerata nilai hasil uji
tidak sama dengan nilai CRM; rerata
nilai hasil uji berbeda nyata dengan
nilai CRM, metode tidak akurat.
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
t student two sided test, lanjutan:
2.Hitung nilai thitung dari data
menggunakan rumus:
x n n = jumlah data
t hitung =
S
3. Hitung nilai ttabel dari tabel nilai t
dengan derjat bebas,db (degree of
freedom,df) = n-1
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
t table: Critical values for the t-test
df Batas kepercayaan(Level of Confidence)
Two Sided Test One Sided Test
90% 95% 99% 90% 95% 99%
1 6,31 12,71 63,66 3,08 6,31 31,82
2 2,92 4,30 9,92 1,89 2,92 6,97
3 2,35 3,18 5,84 1,64 2,35 4,54
4 2,13 2,78 4,60 1,53 2,13 3,75
5 2,02 2,57 4,03 1,48 2,02 3,36
6 1,94 2,45 3,71 1,44 1,94 3,14
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
df = n1 Level of Confidence = 95%
4.Bandingkan nilai ttabel terhadap thitung:
Jika thitung < ttabel; maka terima H0;
Rerata nilai hasil uji sama dengan
nilai CRM, rerata nilai hasil uji tidak
berbeda nyata dengan nilai CRM, metode
akurat.
Jika thitung > ttabel; maka terima H1;
Rerata nilai hasil uji tidak sama
dengan nilai CRM; rerata nilai hasil
uji berbeda nyata dengan nilai CRM,
metode tidak akurat.
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
Contoh Soal
Lab Air mengevaluasi akurasi dari metode pengujian
kadar klorida dalam contoh AMDK secara Titrimetri.
Beliau menganalisis sebanyak 7 kali ulangan suatu CRM
AMDK yang memiliki nilai benar klorida sebesar 200
mg/L di dalamnya sehingga didapatkan data kadar klorida
hasil pengujian sebagai berikut: 200,30; 199,80; 200,36;
201,10; 200,20; 200,40; 200,10 mg/L. Apakah metode
Lab Air tersebut akurat?
Penyelesaian
n=7
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
Lanjutan Penyelesaian Soal
Ulangan Nilai Benar
Klorida () (mg/L)
Kadar Klorida
Hasil Pengujian (mg/L) (x
n x )
2
1 200,30 0,0004
2 199,80 0,2704
3 200,36 0,0014
4 200,00 201,10 0,6084
5 200,20 0,0144
6 200,40 0,0064
7 200,10 0,0484
Jumlah 1402,26 0,9498
Rata-rata 200,32 -
Akurasi; Perhitungan Analisis CRM
Lanjutan Penyelesaian Soal
S=
i
( x x ) 2
x n
n 1 t hitung =
S
0,9498 200,32 200,00 7
S= t hitung =
7 1 0,3980
t hitung = 2,13
S = 0,3980
Df = n-1 = 7-1 = 6 ; P = 95%
Dari tabel nilai kritis t: ttabel = 2,45
thitung < ttabel; maka terima H0; Rerata nilai hasil uji sama
dengan nilai CRM; rerata nilai hasil uji tidak berbeda
nyata dengan nilai CRM, metode akurat.
Akurasi; Prosedur Spike Recovery
Menggunakan Blangko Matriks/Blangko
Contoh:
Buat plasebo sejumlah yang diperlukan,
simulasi objek uji tanpa analit dalam skala
lab.
Bagi plasebo tersebut menjadi 3 bagian.
Tambahkan analit ke dalamnya masing-
masing sebesar 50, 100 dan 150% dari
konsentrasi uji.
Lakukan analisis berulang terhadap contoh
tersebut di atas minimal 6 kali untuk tiap-
tiap level konsentrasi.
Akurasi; Prosedur Spike Recovery
Menggunakan Blangko Matriks
Hitung hasil ukur, kemudian bandingkan
terhadap konsentrasi analit teoretis.
Metode dikatakan akurat jika didapatkan %
Recovery sesuai syarat keberterimaan.
Recovery dihitung sebagai berikut:
(C x C o )
% Re cov ery = x100 %
Dimana Cx= Konsentrasi analit hasil ukur; Co=
Konsentrasi awal analit dalam blangko (baseline
concentration); = Konsentrasi analit teoretis
Akurasi; Prosedur Spike Recovery
Catatan:
Blangko Matriks/Contoh = Suatu preparat
koreksi latar belakang yang terdiri dari
semua zat dalam contoh, atau setidaknya
mendekati contoh, tanpa analit.
Konsentrasi Uji = Merupakan konsentrasi
analit yang dijadikan patokan dalam
pengujian. Pada produk-produk hasil
buatan, konsentrasi uji sama dengan
konsentrasi analit yuang tertera pada
etiket/label produk. Pada kasus tidak
ditemui label pada objek uji, misalnya
limbah, maka konsentrasi uji sama dengan
urutan prioritas berikut:
Akurasi; Prosedur Spike Recovery
Catatan, konsentrasi uji:
1. Rerata konsentrasi analit dalam
seluruh objek uji sejenis yang
dianalisis selama 3 bulan ke
belakang.
2. Nilai kandungan analit yang yang
menjadi syarat keberterimaan objek
uji berdasar standar yang berlaku
(untuk produk : SNI; limbah : BML).
3. Nilai tengah dari dynamic range
(rentang) metode, jika diketahui.
Akurasi; Spike Recovery
S gabungan =
( n1 + n 2 2)
( x1 x 2 )
t hitung =
1 1
S gabungan x +
n1 n 2
db = n1 + n 2 2
Akurasi; Perbandingan Tehnik Perhitungan
Jika simpulan uji F : S 1 S 2 ,maka :
(x1 x 2 )
t hitung =
S12 S2
2
+
n n
1 2
S1
2
S
2
+ 2
n1 n2
db = 2 2 2
S1 2
S2 2
n1
n2
+
n 1 + 1 n2 + 1
Akurasi; Perbandingan Tehnik Perhitungan
Contoh soal
Sebuah laboratorium ingin menggunakan metode baru
untuk analisis protein sebagai alternatif dari metode
Kjeldahl yang selama ini sudah rutin dikerjakan
sebagai official method yang telah diketahui tingkat
akurasi dan presisinya. Dari 6 kali pengulangan contoh
yang sama didapat data berikut:
Metode Kjeldahl (%): 1,84; 1,92; 1,94; 1,92; 1,85; 1,91.
Metode Baru (%): 1,94; 2,01; 2,03; 2,03; 1,96; 2,00.
Apakah metode baru tersebut sama tingkatan akurasi
dan presisinya?
Akurasi; Perbandingan Tehnik Perhitungan
Penyelesaian soal
Metode Kjeldahl: Rata-rata = 1,90; S = 0,0413; n = 6
Metode Baru: Rata-rata = 2,00; S = 0,0373; n = 6
0,04132 Ftabel (v1=5, v2=5); P=95%
Fhitung = =1,2260 7,146; F
hitung < Ftabel; terima H0.
2
0,0373
( 6 1) 0 ,0413 2 + ( 6 1) 0 ,0373 2 Simpulan:
S gabungan = = 0 ,0393
(6 + 6 2) thitung>ttabel;
1,90 2 ,00 tolak H0:
t hitung = = 4 , 4073
0 ,0393 x
1 1
+
akurasi kedua
6 6 metode tidak
db = 6 + 6 2 = 10
t tabel = 2 , 23
sama
Presisi
Terdapat tiga tingkatan dalam mengevaluasi presisi
suatu metode uji, pelaksanaannya sesuai dengan
ketersediaan prasyarat dan jenis metode uji, yaitu:
Repeatability; sinonim dengan
repitabilitas, keberulangan.
Intra Reproducibility (r); sinonim
dengan presisi intermediet, presisi
antara.
Inter Reproducibility (R); sinonim
dengan reprodusibilitas.
Presisi
Repitabilitas
Merupakan tingkatan presisi yang hanya
mengevaluasi galat yang berasal dari
metode. Diasses menggunakan beberapa
teknik pendekatan, yaitu:
A. Analisis berulang pada level 100%
konsentrasi uji.
Suatu contoh homogen dan representatif
dianalisis sebanyak minimal 7 kali
ulangan oleh analis yang sama pada waktu
yang berdekatan, menggunakan peralatan
dan pereaksi dari batch yang sama.
Presisi
Repitabilitas, Analisis berulang pada level
100% konsentrasi uji
Dari hasil analisis berulang tersebut
hitunglah %RSD (% Relative Standard
Deviation) = %SBR (% Simpangan Baku
Relatif), lalu bandingkan dengan nilai
2/3 x CVHorwitz. Metode memiliki
repeatability yang baik jika diperoleh
nilai %RSD 2/3 x CVHorwitz.
CVHorwitz = 2(1 0,5logC)
Dimana C = Konsentrasi analit dalam
fraksi desimal, konsentrasi analit
dikonversi menjadi sama satuan antara
pembilang dan penyebut.
Presisi
Repitabilitas, Analisis berulang pada level
100% konsentrasi uji
x =
x
n
(x x)
2
S =
i
n 1
S
% RSD = CV = % SBR = 100 %
x
(1 0 , 5 log C )
CV Horwitz = 2
Presisi
Repitabilitas, Analisis berulang pada level
100% konsentrasi uji, contoh soal
Guna mengetahui presisi metode pengujian
kadar H2S secara spektrofotometri dari
contoh air dilakukan 7 kali analisis
berulang terhadap suatu sampel yang
homogen sehingga didapat data kadar
sebagai berikut: 0.035; 0.042; 0.040;
0.038; 0.045; 0.036; dan 0.045 ppm.
Apakah metode tersebut terbukti presisi?
Penyelesaian
Presisi
Repitabilitas, Analisis berulang pada level 100%
konsentrasi uji, contoh soal
Ulangan ppm H2S (x i x )2 0.281
x= = 0.040ppm
1 0.035 2.64e-05 7
2 0.042 3.45e-06 9.89e 05
S= = 0.0041
3 0.040 2.04e-08 7 1
4 0.038 4.59e-06
5 0.045 2.36e-05
6 0.036 1.72e-05
7 0.045 2.36e-05
Jumlah 0.281 9.89e-05
Presisi
Repitabilitas, Analisis berulang pada level 100%
konsentrasi uji, contoh soal
0.0041 Simpulan: %RSD
% RSD = 100% = 10.25% < 2/3CVHorwitz,
0.040
C = 0,040 mg / L sehingga
repeatability
C = 0.040 mg / kg
metode dapat
C = 0.040 mg / 1000.000mg dikatakan
6 8
C = 0.040 x10 = 4.0 x10 memenuhi syarat
(1 0 , 5 log 4.0 x10 8 )
CV Horwitz = 2 = 25.97
2 CV Horwitz = 2 x 25.97 = 17.31
3 3
Presisi
Repitabilitas
B. Analisis berulang pada 3 level
konsentrasi berbeda.
Teknik pendekatan ini merupakan suatu
usaha sinergisasi dengan evaluasi akurasi
(spike recovery) karena data bisa didapat
dari pengerjaan spike recovery. Dihitung
%RSD dari kadar yang didapat pada masing-
masing level konsentrasi spike recovery
untuk kemudian dibandingkan dengan nilai
2/
3 x CVHorwitz.
Presisi
Repitabilitas
Hal mendasar yang perlu diingat dalam
mengevaluasi repeatability adalah
analisis berulang dilakukan oleh satu
orang analis dan dalam waktu yang tidak
berjauhan (dalam hari yang sama jika
memungkinkan), guna mengeliminasi sumber
galat yang berasal dari perubahan
kondisi lingkungan (temperatur, tekanan,
humidity, dsb.)terutama pada
laboratorium-laboratorium yang kurang
terkontrol kondisi lingkungan ambiennya.
Intra Reprodusibilitas
Presisi
Intra Reprodusibilitas (r)
Adalah tingkatan presisi yang selain
mengevaluasi galat yang berasal dari
metode, juga galat yang berasal dari
operator.
Pada prinsipnya teknik evaluasi Intra
Reproducibility dilakukan sama dengan
repeatability, hanya saja dilakukan oleh
operator yang berbeda dan pada waktu
pelaksanaan yang berbeda pula (berbeda
hari)terhadap suatu sampel homogen dan
representatif yang sama.
Presisi, Intra Reprodusibilitas
Diasses menggunakan beberapa teknik
pendekatan, yaitu:
1. Analisis Berulang pada Level 100%
Konsentrasi Uji
Suatu contoh homogen dan representatif
dianalisis sebanyak minimal 7 kali
ulangan oleh analis pertama dan 7 kali
ulangan lagi oleh analis kedua pada waktu
yang berjauhan, menggunakan peralatan dan
pereaksi dari batch yang berbeda jika
memungkinkan. Dari hasil analisis
berulang oleh kedua analis tersebut
sehingga total menghasilkan 14 buah data,
hitunglah %RSD-nya.
Presisi
Intra Reprodusibilitas, Analisis berulang
pada level 100% konsentrasi uji
%RSD yang didapat dari total 14 buah data
tersebut lalu dibandingkan dengan nilai
2/
3 x CVHorwitz.
Metode memiliki intra reproducibility
yang baik jika diperoleh nilai %RSD 2/3
x CVHorwitz.
n n Korelasi
Keterangan :
x i = Datum konsentrasi ke i; y i = Datum respon analitik
20.000 LOL
Ulangan I
15.000
Dynamic Ulangan II
10.000 Range Ulangan III
LOQ
5.000 MDL
IDL
0.000
0 5 10 15 20 25 30
KONSENTRASI
Selektivitas
Prinsip dari evaluasi selektivitas (= spesifitas =
konfirmasi identitas) adalah suatu studi untuk
meyakinkan bahwa respon analitik yang
dihasilkan oleh mekanisme pengukuran hanya
berasal dari analit dan bukan berasal dari
senyawa lain atau bukan merupakan
campuran respon analitik dari analit +
senyawa lain yang memiliki sifat serupa
dengan analit. Parameter ini terutama
menunjukkan kualitas pemisahan analitik dari
suatu metode.
Selektivitas
Selektifitas dievaluasi dengan dua cara, yaitu:
y=
y
n
(y y)
2
S=
i
n 1
y MDL = y + 3S
y MDL
C MDL =
Slope
Limit Deteksi, LOD
MDL,(2). Menggunakan Standar Adisi
Jika analisis berulang terhadap blangko
tidak menunjukkan respon maka tambahkan
ke dalam blangko matriks tesebut standar
analit hingga didapat konsentrasi analit
dalam preparat sebesar lima kali
konsentrasi MDL yang telah diperkirakan
(dapat menggunakan nilai intercept dari
kurva standar operasional).
Lakukan minimal 7 kali ulangan analisis
terhadap preparat standar adisi tersebut.
Limit Deteksi, LOD
MDL-Menggunakan Standar Adisi
Hitung kadar yang didapat dari respon
blangko matriks tersebut (gunakan slope
dari deret standar jika diperlukan, misal
pada pengukuran absorbansi).
Hitung kadar yang didapat dari respon
preparat standar adisi tersebut (gunakan
slope dari deret standar jika diperlukan,
misal pada pengukuran absorbansi).
Hitung rata-rata (x)dan standar deviasi
(S) dari kadar-kadar tersebut.
MDL ditetapkan sebagai x + 3S.
Limit Deteksi, LOD
MDL,(3) Berdasar Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi yang dimaksudkan dalam
hal ini adalah kurva hubungan antara
respon analitik sebagai sumbu Y terhadap
konsentrasi analit (di dalam preparat
blangko matriks yang telah ditambahkan ke
dalamnya secara kuantitatif analit pada
konsentrasi tertentu yang lalu
diperlakukan sama dengan contoh, melewati
perlakuan lengkap metode, termasuk
ekstraksi kimia dan/atau preparasi awal
contoh) sebagai sumbu X. Data kurva
kalibrasi ini dapat diperoleh dari
pengerjaan limit linieritas.
Limit Deteksi, LOD
MDL-Berdasar kurva kalibrasi
Dari data kurva kalibrasi pada Limit of
Linearity (data yang digunakan cukup
hingga konsentrasi LOL saja, konsentrasi
selebihnya dibuang)hitunglah nilai dari
persamaan linier yang didapat =a+bx
(dimana a=intercept, x=konsentrasi,
b=slope) dan (yi- )2. Respon analitik
MDL didefinisikan sebagai a + 3Sy/x,
dimana: a = intercept, dan
Sy/x = {(yi- )2/(n-2)}1/2
Limit Deteksi, LOD
MDL-Berdasar kurva kalibrasi
Pola pendekatan secara statistik ini dipandang
praktis karena dapat menggunakan data kurva
kalibrasi yang telah ada, namun beberapa literatur
kurang menyetujuinya dan lebih memandangnya
hanya sebagai cara untuk memperkirakan nilai MDL
yang harus dibuktikan lebih lanjut lagi dengan
analisis berulang preparat pada konsentrasi MDL
perolehan. Nilai MDL diterima jika diperoleh sebaran
50% data nilai dan 50% data nilai. Jika
masih didapat akurasi & presisi yang baik,
konsentrasi harus diencerkan.
Limit Deteksi, LOD
Instrument Detection Limit-IDL dan
Practical Detection Limit-PDL
IDL dan PDL dievaluasi dengan cara yang
sama sebagaimana mengevaluasi MDL, hanya
saja yang blangko matriks pada MDL
diganti oleh blangko pereaksi pada IDL
dan contoh sebenarnya yang memiliki
kandungan analit amat kecil pada PDL.
Terutama sekali yang sering dikerjakan
adalah IDL dan MDL. PDL hanya dikerjakan
dalam bidang-bidang tertentu saja yang
amat sulit sekali mendapatkan blangko
matriks seperti halnya dalam kimia
lingkungan.
Limit Kuantitasi, LOQ
Demikian pula halnya dengan LOQ,
dievaluasi menggunakan teknik
pendekatan yang sama dengan MDL, hanya
saja berbeda dalam perhitungan, angka 3
yang ditemui dalam tiap perhitungan MDL
diganti menjadi 10.
LOQ = yB + 10S, dimana yB = respon
blangko, dan S = Standar deviasi respon
blangko.
Limit Kuantitasi, LOQ
Sebagai tambahan, dalam LOQ nilai yang
didapat harus kemudian dibuktikan
tingkat presisinya dengan analisis
berulang preparat LOQ (konsentrasi
analit = 10xMDL) sebanyak minimal 7
kali pengulangan. Terhadap 7 data yang
didapat dihitung %RSD-nya untuk
dibandingkan dengan CVHorwitz. Nilai yang
didapat ditetapkan sebagai LOQ jika
%RSD 2/3CVHorwitz.
Robustness
Sebagai variasi dalam uji robustnes
biasanya diambil variabel yang mungkin
terjadi di lapangan, atau dapat juga
sebagai pembuktian dari suatu dugaan
terhadap tahapan metode. Guna keperluan
yang terakhir perlu pemahaman titik-
titik kritis metode.
Akan lebih mudah dalam penentuan
variasi yang akan diteliti pengaruhnya
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti
berikut:
Berapa lama larutan uji stabil?
Robustness
Berapa lama waktu ekstraksi yang
optimum?
Apa pengaruh varisi pH dalam fasa gerak
terhadap hasil analisis HPLC?
Apa pengaruh variasi komposisi fasa
gerak terhadap hasil analisis HPLC?
Apa pengaruh perbedaan merk atau nomor
lot kolom terhadap hasil analisis
kromatografi?
Apa pengaruh perbedaan suhu dan laju
alir terhadap hasil analisis HPLC?
Robustness
Setelah menentukan variasi yang akan
diteliti pengaruhnya, langkah
selanjutnya adalah menyusun suatu
rancangan percobaan. Rancangan paling
sederhana yang sering digunakan adalah
dengan memberikan 1 jenis perlakuan
dengan level berbeda terhadap 1 contoh
homogen dan stabil yang sama guna
melihat pengaruh perlakuan tersebut,
biasa disebut perbandingan beberapa
rataan.
Robustness
Contoh kasus
Percobaan dilakukan terhadap 1 contoh yang
sama untuk meneliti pengaruh cahaya terhadap
hasil ukur analisis fluorometri.
Modifikasi
Metode
TERIMA KASIH