Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan

Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada
normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2.500-4000 gram. Peran dari penolong
persalinan adalah menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Salah satu
upaya yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong
persalinan dengan berdasarkan pada konsep asuhan persalinan normal. Asuhan persalinan
normal merupakan asuhan yang bersih, aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta
upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia
bayi baru lahir. Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor keturunan
memegang peranan penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan
diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada grande multipara. Pada panggul normal, janin
dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran
persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras
(pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar
sulit melalui rongga panggul. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian
lain macet janin dapat meninggal akibat asfiksia. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak
seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan.

Anamnesis

Identitas pasien. 1
Siapa nama bapak/ibu/anak ?
Boleh saya tahu tempat-tanggal lahirnya ?
Bapak/ibu/anak tinggal dimana ya kalau boleh tahu ?
Mohon maaf ibu/bapak/anak, agamanya apa ya ?
Maaf ibu/bapak, kalau boleh tahu pendidikan terakhirnya apa ya ?
Bagaimana bapak/ibu/anak status perkawinannya, apakah sudah menikah ?
Keluhan utama.1
Ada keluhan apa bapak/ibu/anak, sehingga datang kemari ?
Riwayat Penyakit Sekarang.1-3
Bentuk, dan benjolan yang terdapat pada kepala anak ibu/bapak sudah dari kapan?
Apakah kelainan bentuk, dan benjolan tersebut disertai dengan adanya rasa nyeri?
Bagaimanakah dengan konsistensi benjolan tersebut ? Apakah lunak atau keras ?
Bagaimana bentuk atau ukuran benjolan yang terdapat kepala anak ibu/bapak ?
Apakah pada proses kelahiran anak lancar atau mengalami beberapa hambatan ?
Apakah ibu/ayah memiliki kelainan genetik ?
Apakah ketika masa gestasi atau kehamilan ibu pernah mengalami infeksi virus,
misalnya toxoplasma, rubella, CMV, herpes, malaria, ataupun bakteri lainnya ?

1
Apakah ibu sebelumnya pernah mengalami trauma pada perut ibu sebelum proses
persalinan ?
Pada saat proses kelahiran anak ibu, ibu apakah ibu pergi ke dokter atau bidan ?
Apakah anak/bayi ibu secara aktif diberikan obat-obatan yang bersifat hepatotoksik,
seperti paracetamol; atau obat-obatan teratogenik ?
Berapa berat lahir bayi/anak bapak atau ibu ketika dilahirkan ?
Berapa masa gestasi atau kehamilan dari bayi/anak ibu ?
Apakah pada proses persalinan ibu, terjadi penundaan pengikatan tali pusat ?
Apakah pada anak/bayi ibu atau bapak terdapat gejala muntah, letargis, malas
menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu tidak stabil?
Apakah ketika anak ibu/bapak lahir, terdapat riwayat bayi kuning ?
Ini kelahiran anak yang keberapa ? (Tanyakan kepada ibunya, dan tanyakan juga
kondisi mengenai anak yang dilahirkan sebelumnya)
Apakah ada keluhan lain pada anak ibu/bapak ?
Riwayat Penyakit Dahulu.1
Apakah sebelumnya pernah mengalami hal yang sama pada anak/bayi sebelumnya?
Riwayat pribadi, riwayat sosial, dan sebagainya
Bagaimana ibu/bapak kebiasaan makan anaknya/bayinya?
Bagaimana ibu/bapak kesehatan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya ?
Apakah ibu/bapak/keluarga mempunyai penyakit diabetes, kencing manis, jantung,
pencernaan, dan sebagainya ?

Pemeriksaan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan bayi baru lahir

Pemeriksaan bayi baru lahir dapat dilakukan dengan standar yang lazim dipergunakan:1-6

1. standar fisiologis dengan mempergunakan skor Apgar. 4-6


asfiksia berat 0-3
asfiksia sedang 6-7
vigrous baby 7-10
2. vigrous baby standar pemeriksaan fisik:
a. tanda keriput pada dahi
b. nodul payudara
c. rambut kepala
d. bola mata
e. menurunkan testis dan skrotum

Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi meliputi:

(1) Pengukuran berat badan. 1


a. Normal : 2500-3500 gram

2
b. Prematur : < 2500 gram
c. Makrosomia : > 4000 gram
(2) Pengukuran panjang badan. 1,3
1. Ukur panjang badan dengan menggunakan pengukuran panjang badan.
2. Lakukan penilaian dari hasil pengukuran, dengan kategori normal adalah 45-50 cm.
(3) Pemeriksaan kepala.1
1. Ukur lingkar kepala
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter
kepala > 3 cm dari lingkar dada. Bayi mengalami hidrosepalus dan jika diameter
kepala < 3 cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus.3
3. Kaji jumlah dan warna dan adanya lanurgo terutama di daerah bahu dan punggung. 3
4. moulase, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah
simetris atau tidak.3
5. Kaji kaput suksedanium (oedema kulit kepala, lunak, dan tidak berfluktuasi, batas
tidak tegas, dan menyebrangi sutura, akan menghilang dalam beberapa hari) 3
6. Kaji sefalhematoma yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup kaput suksedanium, konsistensinya lunak, berfluktuasi,
berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura dan jika
menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak. Sefalhematom akan
hilang dengan sempurna dalam waktu 2-6 bulan. 3
7. Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala
tampak asimetris dengan palpasi teraba fluktuasi. 3
8. Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi dengan jari tangan, denyutannya
sama dengan denyut jantung kemudian fontanel posterior akan dilihat proses
penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan. 3
(4) Pemeriksaan Mata
Kaji adanya strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna) dengan cara
menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka. 4,6
Kebutuhan jika bayi jarang berkedip/sensitivitas terhadap cahaya berkurang.4
Kaji tanda sindrom down jika ditemukan adanya epikantus yang melebar. 4,6
Kaji adanya katarak kongenital jika pupil berwarna putih. 4,6
Kaji trauma pada mata seperti adanya edema palbebra, perdarahan konjungtiva, retina. 4,6

(5) Pemeriksaan Telinga


Kaji adanya gangguan pendengaran dengan menggunakan bel, apakah terjadi refleks
terkejut, jika tidak terjadi refleks terkejut mungkin bayi gangguan pendengaran. 2,5
Kaji prosedur hubungan mata dengan telinga.

3
(6) Pemeriksaan Hidung dan Mulut

Kaji pada pernapasan dengan cara melihat napas, jika bayi bernapas melalui mulut,
kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas. Karena adanya atresia koana
bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. 2,5
Kaji napas cuping hidung yang menunjukan gangguan paru paru. 2,5
Kaji adanya kista di mukosa mulut. 2,5
Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks menghisap dengan mengamati
saat menyusui. Jika ditemukan lidah menjulur keluar, dapat diduga adanya kacacatan
kongenital. Kemudian kaji bercak di mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya
disebut monila albicans. 2,5
Kaji gusi untuk menilai pigmen gigi apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak
sempurna. 2,5

(7). Pemeriksaan Leher

o Kaji adanya pembengkakan dan benjolan. 2,5


o Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan gerakan, kemungkinan tejadi kelainan
di tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain. 2,5

(8) Pemeriksaan dada dan Punggung

o Kaji adanya kelainan bentuk. 2,5


o Kaji kesimetrisan, jika tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pnemotoraks,
paresis diafragma, atau hernia diafragmatika. 2,5
o Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara maraba duktus kordis dengan
menentukan posisi jantung. 2,5
o Kaji frekuensi dan suara jantung dengan auskultasi stetoskop. 2,5
o Kaji bunyi pernafasan, bunyi napas bayi adalah bronkovesikuler dan bising usus yang
terdengar di daerah dada menunjukan hernia diafragmatika. 2,5

(9) Pemeriksaan Abdomen

o Kaji bentuk abdomen jika ditemukan bentuk abdomen membuncit, kemungkinan


disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. 2,5
o Kaji adanya kembung dengan perkusi. 2,5

(10) Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas

4
o Kaji adanya kelainan tulang belakang (sepeti skoliosis, meningokel, spina bifida)
dengan cara bayi diletakkan pada posisi tengkurap, kemudian tangan meraba
sapanjang tulang belakang.
o Kaji adanya kelemahan atau kelumpuhan dengan cara melihat posisi kedua kaki,
adanya pes equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah
polidaktili.

(11) Pemeriksaan genetalia

o Kaji adanya labia mayora yang menutupi labia minora, lubang uretra dan vagina
terpisah. Jika ditemukan satu lubang terjadi kelainan dan jika ada sekret dilubang
vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon maternal. 2,5
o Fimosis, hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek
disepanjang penis dan epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis. 2,5

(12) Pemeriksaan anus dan rektum

o Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya.


o Kaji adanya mekonium. Secara umum mekonium keluar dalam rentang 24 jam jika
dalam 48 jam belum keluar kemungkinan mekonium pluf syndrome, megakolon,
atau obstruksi saluran pencernaan. 2,5

(13) Pemeriksaan Kulit

o Kaji adanya verniks kasiosa yang merupakan zat bersifat seperti lemak berfungsi
sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan. 2,5
o Kaji adanya lanurgo, yakni rambut halus di punggung bayi, jumlahnya lebih banyak
pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan. 2,5

Dalam pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap kasus ini, juga dilakukan tindakan
pemeriksaan dengan menggunakan APGAR Score, Kurva Lubchenko, Newborn Care, dan
Maturity Index. 2,5

Pemeriksaan Fisik (Tampilan)

Kita melihat apakah ada tanda-tanda sianosis, pelebaran cuping, hidung, retraksi interkostal,
dan mendengkur yang dapat memberikan kesan adanya penyakit paru, kemudian lihat pula
tali pusat, kuku, dan kulit yang ternodai oleh mekonium, yang dapat memberikan kesan

5
distress janin dan adanya kemungkinan pneumonia aspirasi, kemudian jangan lupakan untuk
melihat tingkat aktivitas spontan, tonus otot pasif, kulaitas menangisnya, dan apnea yang
merupakan tanda skrining yang berguna untuk mengevaluasi sistem saraf pada mulanya;
sebetulnya kebanyakan dari bayi sendiri ketika lahir akan menangis dengan keras, lalu
cenderung terjaga selama setengah jam atau lebih, dan sangat aktif selama waktu tersebut,
kemudian mata bayi terbuka, memperlihatkan gerakan menghisap, mengunyah, menelan, dan
ada juga bayi mungkin menyeringai, menangis singkat, atau mendadak melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi berulang pada lengan atau tungkai mereka, dimana aktivitas ini sendiri
dapat berlangsung terus-menerus, dan bahkan dapat diselingi dengan periode dimana, yang
selama waktu tersebut mata mereka akan tetap terbuka; untuk keras, lemah dari tangisannya
sendiri, sebetulnya hal tersebut dapat dijadikan penilaian, dimana apabila bayi menangis,
tangisannya lemah atau lembut, berarti abnormal, tangisan yang bernada tinggi atau
menjeritpun demikian yang menandakan adanya suatu masalah neurologic, sementara untuk
tangisan parau mengesankan paralisis pita suara, hipotiroidisme atau trauma pada hipofaring;
ada kemungkinan juga bayi juga dapat mengalami deformasi, yang dapat diakibatkan oleh
adanya trauma pada ibu, ketika bayi atau janin masih di dalam kandungan ibu. 2,3
Pemeriksaan Fisik (Tanda Vital)

Dimana tanda vital ini, yang diutamakan adalah frekuensi jantung (frekuensi jantung normal
120-160 denyut/menit), frekuensi pernapasan (frekuensi normal 30-60 pernapasan/menit),
suhu (biasanya pada mulanya dilakukan pengukuran per rectal, dan kemudian melalui aksila),
dan tekanan darah (sering dicadangkan untuk bayi yang sakit); selain itu panjang tubuh yang
diukur dari puncak kepala (vertex) sampai lutut dengan tungkai bayi dalam keadaan ekstensi,
berat badan (berat badan minimal bayi baru lahir adalah 2.500 gram), dan lingkaran kepala
harus diukur pada diameter oksipital ke frontal terbesar, dan dicatat pada kurva pertumbuhan
untuk menentukan apakah pertumbuhan normal, terlalu cepat, atau terhambat. 2-5
Pemeriksaan Fisik (Usia Kehamilan)

Usia kehamilan dapat ditentukan atau diperkirakan dengan berbagai cara, beberapa cara yang
dapat dilakukan dengan penilaian didasarkan pada tanda-tanda fisik, dan tanda-tanda
neurologis yang bervariasi menurut usia, dan maturitas janin, dimana kriteria fisik sendiri
akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya juga usia janin, termasuk peningkatan
kekenyalan daun telinga; peningkatan ukuran jaringan payudara, penurunan rambut lanugo
halus, dan imatur pada punggung, dan pengurangan opasitas kulit; kemudian kriteria
neurologic yang merupakan tanda-tanda yang matur seiring usia kehamilan, termasuk

6
penambahan fleksi kaki, pinggul, dan lengan, kemudian penambahan tonus otot fleksor leher,
dan juga penurunan kelemahan sendi, dimana keseluruhan dari tanda-tanda neurologis ini
ditentukan selama usia hari pertama dan ditentukan pula skornya, dan skor kumulatif
dikorelasikan dengan usia kehamilan, yang biasanya akurat sampai 2 minggu; penilaian usia
kehamilan sendiri, memungkinkan deteksi pola pertumbuhan janin abnormal, sehingga
membantu prediksi komplikasi neonatus akibat besar atau kecil menurut usia kehamilan,
dimana bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih besar dari persentil ke-90 menurut usia
dianggap besar menurut usia kehamilan (large for gestational age = LGA), dimana diantara
resiko yang dihubungkan dengan LGA adalah semua resiko bayi dari ibu dengan diabetes dan
resiko yang dihubungkan dengan pasca maturitas, dimana bayi yang dilahirkan dengan berat
badan kurang dari persentil ke-10 menurut usianya (beberapa kurva pertumbuhan kurang dari
dau standar deviasi atau persentil ke-5) adalah kecil menurut usia kehamilan (small for
gestational = SGA), dan mengalami retardasi intrauterine, dan juga masalah-masalah yang
biasanya dihubungkan dnegan bayi SGA adalah malformasi kongenital.2,3

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5%
dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin,
hematokrit, dan hemoglobin.6

Diagnosis Kerja

Bayi makrosomia

- Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram. 1-6
- Menurut Cunningham semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa
memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia. 1-6

Kondisi bayi dengan berat lahir makrosomia membutuhkan perawatan yang lebih/intensif dan
harus selalu dipantau untuk menghindari resiko dikemudian hari. Berat neonatus pada
umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir
lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. 1-6

Persalinan dengan janin besar.

7
Persalinan dengan penyulit makrosomia adalah penyulit dalam persalinan akibat janin besar
yang merupakan kelanjutan dari penyulit kehamilan dengan janin besar. Apabila tidak
ditangani secara tepat akan berakibat fatal bagi ibu dan bayi. Kehamilan Implikasi
makrosomia bagi ibu melibatkan distensi uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan
pada serat-serat uterus. Hal ini menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur
uterus, dan peningkatan insiden perdarahan postpartum. Persalinan dapat menjadi lebih lama
dan tindakan operasi pada saat melahirkan menjadi lebih dimungkinkan. 1-6

Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau
kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau
karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak
seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan). 1-6

Cephalo Hematoma

Cephalo hematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum


karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.
Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada
0,5 2 % dari kelahiran hidup. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada
nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephalhematoma). Kelainan ini agak lama
menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan
hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Kelainan ini
disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang
yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang tengkorak yang sering
terkena ialah tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2% dari kelahiran hidup.
Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau
persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstra cunam atau ekstraktor vakum. 1-6

Manifestasi Klinis

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom: 1-6

1. Adanya fluktuasi

2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .

8
3. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan
kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai
umur 1-2 tahun.

Gejala lanjut yang mungkin terjadi ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang
cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan
intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan
khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada
kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi . 1-6

Diagnosis banding

A. Kaput suksedaneum

Kaput suksedaneum merupakan benjolan yang difus di kepala, terletak pada presentasi kepala
pada waktu bayi lahir. Kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa.Benjolan kaput berisi cairan serum dan
sering bercampur sedikit darah.Secara klinis benjolan ditemukan didaerah presentasi lahir,
pada perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi bersifat
edema tekan.Benjolan terletak di luar periosteum hingga dapat melampaui sutura.Kulit pada
permukaan benjolan sering berwarna kemerahan atau ungu kadang-kadang ditemukan adanya
bercak petekie atau ekimoses. Kaput suksedaneum dapat terlihat segera setelah bayi lahir dan
akan hilang sendiri dalam waktu dua sampai tiga hari. Umumnya tidak memerlukan
pengobatan khusus. Di samping kaput suksedaneum, pada kepala bayi sering teraba adanya
benjolan mulase di daerah sutura.Dapat terlihat segera setelah bayi lahir. Benjolan terjadi
sebagai akibat bertumpang-tindihnya tulang kepala didaerah sutura pada suatu proses
kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat
melalui jalan lahir. Umumnya mulase ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera
setelah bayi lahir. Mulase ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang
sendiri dalam satu sampai dua hari. 1-6 Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput
succedaneum pada bayi baru lahir yaitu:

9
1. Persalinan lama

2. Persalinan dengan ekstraksi vakum

Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah: 1-6

1. Adanya edema dikepala

2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak

3. Edema melampaui sela-sela tengkorak

4. Batas yang tidak jelas

5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

B. Hematoma sub galeal


Sebuah hematoma sub-galeal menggambarkan perdarahan di ruang potensial antara
periosteum dan aponeurosis galea. Ia paling umum terjadi setelah vakum bantuan melahirkan,
tetapi juga dapat dilihat setelah trauma kepala. Pada pasien dengan perdarahan intrakranial
atau patah tulang tengkorak, kejadian perdarahan subgaleal meningkat. 1-6

Epidemiologi

Cephalohematomas terjadi pada 1-2% dari kelahiran hidup. Insiden meningkat dengan
ventouse dan ekstraksi forsep dan dengan demikian lebih sering terjadi pada ibu primipara.
Mungkin ada predileksi 4 laki-laki lebih besar. 1-6

Etiologi

Bayi Makrosomia. 1-6

- Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.

- Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar.

- Faktor genetic

10
- Pengaruh kecukupan gizi

Cephal hematom dapat terjadi karena : 1-6

1. Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah. 1-6

2. Tarikan vakum atau cunam

Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
periosteum. 1-6

3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. 1-6

Patofisiologi

Hematom sefal terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan periosteum. Robekannya pembulu darah ini dapat terjadi pada persalinan yang sukar
dan lama yang menyebabkan adanya tekanan tulang kepala bayi. Hematoma sefal timbul pula
pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi
pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. Akibat
perdarahan ini timbul timbunan darah didaerah subperiost yang dari luar terlihat sebagai
benjolan.Secara klinis benjolan hematoma sefal berbentuk benjolan difus, berbatas tegas,
tidak melampaui sutura sagitalis karena periost tulang berakhir disutura.Pada perabaan terasa
adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan darah yang letaknya dirongga
subperiost.Perdarahan subperiost yang terjadi iuni sifatnya perlahan-lahan; benjolan yang
timbul, biasanya baru tampak jelas beberapa jam setelah bayi lahir (umur 6-8 jam) dan dapat
membesar sampai hari kedua atau ketiga. Hemtoma sefal biasanya tampak didaerah tulang
parietal, kadang-kadang ditemukan pula didaerah tulang oksipital, jarang sekali ditemukan
ditulang frotal. Benjolan hematom sefal dapat bersifat soliter atau multiple. 1-6

Klasifikasi

Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu:

11
1. Subgaleal

Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah
dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga
mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah.Terjadi anemia dan
bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu. Penyebabnya
adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat
terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan
mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama
pada bayi dengan gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar
didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya
lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. 1-6

2. Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma
terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut.Jumlah darah pada tipe
subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa
menyertai. Gejala: kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke
2 atau ke 3.Dapat lebih dari 1 tempat.Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di
daerah parietal. Perjalanan Klinis dan Diagnosis: Pinggirnya biasanya mengalami
klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip
fraktur depresi pada tengkorak.Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.

Penatalaksanaan

Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan lesi
diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat
ke daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi lebih
lanjut. Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal dapat
terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar.
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami
resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun
apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain: 1-6

12
1. Menjaga kebersihan luka agar luka tetap kering dan bersih, karena adanya timbunan
darah dalam benjolan di bawah luka merupakan media yang baik untuk tumbuh bakteri1-6

2. Tidak boleh melakukan massase cephal hematoma karena tekanan pada benjolan yang
masih baru akan diteruskan kesegala arah sehingga makin luas robekan lapisan periost. 1-6

3. Pemberian vitamin K.

4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih. 1-6

5. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin. 1-6

6. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan. 1-6

Gejala sisa berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosis yang sering masih
teraba sebagai benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. Hematom sefal jarang menimbulkan
perdarahan massif yang memerlukan transfuse, kecuali bayi dengan ganguan pembekuan. 1-6

Kejadian hematom sefal kadang-kadanag berhubungan dengan kejadian trauma lahir lainya di
daerah kepala seperti fraktur tulang tengkorak.Sekitar 5-15% hematom sefal mempunyai
hubungan dengan fraktur linier sederhana pada tulang tengkorak.Fraktur linier sederhana
biasanya tidak memerlukan tindakan khusus jika tidak ditemukan komplikasi neurologic
lainya.Untuk mengetahui apakah hematom sefal mempunyai hubungan dengan fraktur linear,
perlu dipelajari riwayat kelahiran bayi.Jika pada kelahiran bayi dicurigai kemungkinan
terjadinya fraktur, maka perlu dilakukan pemeriksaan lainnya.Pemeriksaan radiologic pada
hematom sedal hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada
hematom sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar
dengan/tanpa tarilam cunam yang sulit ataupun kurang sempurna. Kadang-kadang, cephal
hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau kelahiran yang
menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi
paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan
forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas
tegas dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu
atau kedua tulang parietal.Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat
jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah

13
ukuranya pada hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna. Pada
neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan
fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan
kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat
disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. 1-6

Komplikasi

Menjelaskan pada ibu komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi dengan makrosomia: 1-6

Perdarahan intracranial
Distosia bahu dan fraktur anggota gerak
Hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa
menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia
terjadi pada neonatus umur 1 2 jam. 1-6
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar kalsium dalam darah
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl
(dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah
kira-kira 50% pada bayi dari ibu penderita DM. Beratnya hipokalsemia berhubungan
dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungsi kelenar paranoid kadar kalsium
terendah terjadi pada umur 24-72 jam. 1-6
Hiperbilirubinemia yaitu kelebihan kadar bilirubin dalam darah. 1-6
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Bilirubin
pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai
meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu
perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.

Pencegahan
Hal hal yang dilakukan untuk mengantisipasi makrosomia : 1-6
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat badan janin
saat masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.
2. Melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.
3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.
4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.
5. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan, susu, daging,
tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan).
6. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, gula, mie,
roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin selama kehamilan, sehingga dapat memantau

14
penambahan berat badan bayi selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah
langkah untuk mencegah terjadinya bayi besar.
Cephalo hematom disebabkan oleh trauma jalan lahir, jadi untuk mencegah terjadinya
cephalo hematom maka melakukan persalinan yang aman. 1-6

Kesimpulan

Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat


lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal
hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran
perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun
perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase
merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal
hematom dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

Bayi makrosomia adalah gambaran khas untuk Bayi dari ibu diabetes mellitus (BIDM).
Makrosomia karena hiperglikemia pada janin dan hiperinsulinisme janin, sehingga timbunan
lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah. Makrosomia mempertinggi resiko
terjadinya trauma lahir.Bayi dengan makrosomia cenderung lahir dengan distosia bahu, yang
mungkin menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia. Trauma lahir lainnya adalah faktur
humerus, klavikula, palsi Erb, palsi saraf frenikus, dan lain-lain

Daftar Pustaka

1. Alpers, A. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20. Jakarta : EGC, 2006.


2. Cunningham FG. Obstetri Williams. Ed. 21. Jakarta : EGC, 2005.
3. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance Neonatologi. Jakarta : Erlangga, 2009.
4. Behrman RE, Kliegman RM. Esensial Pediatri Nelson. Ed. 4. Jakarta : EGC, 2010.
5. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Ed. 9. Jakarta :EGC, 2008.
6. Marino BS, Fine KS. Blueprints pediatrics. Ed. 5. USA: Wolters Kluwer bussines

15

Anda mungkin juga menyukai