Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukimia adalah keganasan hematologik akibat proses neoplastik

yang disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai

tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari

kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel

leukemia beredar secara sistemik (bakta, 2006 dalam sutikno, 2014).

Pada sumsum tulang terjadi infasi sel limfoblast yang immatur yang

bersifat membahayakan (Potts dan mandleco, 2017 dalam sutikno,

2014). Leukemia limfoblastik akut ( LLA) merupakan poliferasi sel

leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain

dari pada normal, jumlahnya berlebihan, serta dapat menyebabkan

anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Wiwik, 2008 :

89 dalam sutikno, 2014).


Berdasarkan data Internasional Agency for research on cancer

WHO pada tahun 2008, insidensi leukimia diseluruh dunia adalah 5 per

100.000 penduduk dengan angka kematian 3,6 per 100.000 penduduk.

Insidensi leukimia di Australia pada tahun 2000 adalah sebesar 11,6 per

100.000 penduduk diikuti Negara-negara lainnya newzealand 10,1 eropa

barat 8,5 asia timur 5 asia tenggara 2,7. Pada tahun 2006, insisen

leukimia mengalami tingkatan dinegara Australia yaitu 15,5 per 100


2

penduduk dengan angka kematian 6,3 per 100.000 penduduk (Cacer

council SA, 2009 dalam sutikno, 2014). Kasus leukimia tersebut

merupakan kasus keseluruhan tipe leukimia yang terdiri dari leukimia

Mieloblastik Akut (LMA), Leukimia Limfoblastik Kronik (LLK).

Kurang lebih 78% diantaranya merupakan tipe leukimia akut (LLA) dan

(LMA) dan pada umumnya terjadi pada anak kurang dari 15 tahun

(Belson et al, 2007 dalam sutikno, 2014).


Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), di Indonesia

kanker menjadi penyebab kematian no.3 dengan kejadian 7,7 % dari


1
seluruh penyebab kematian karena penyakit tidak menular. Sementara

itu leukimia merupakan jenis kanker tertinggi pada anak di seluruh RS

di Indonesia dengan proporsi sebesar 10,4 %. Selain itu, sejak tahun

2010 pengendalian kanker nasional telah mengembangkan program

kanker pada anak melalui upaya pengenalan tanda dan gejala yang

dikembangkan di puskesmas dan pos pembinaan terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) di masyarakat. (Depkes, 2013 dalam Sutikno,

2014).
Efek pertama leukimia adalah pertumbuhan metastatik sel

leukemik di tempat yang abnormal dalam tubuh. Sel leukimia dari sum-

sum tulang dapat berkembang biak sedemikian hebatnya sehingga dapat

menginvasi tulang disekitarnya, menimbulkan rasa nyeri dan akhirnya,

tulang cenderung mudah fraktur. Hampir semua sel leukimia akan

menyebar ke limpa, nodus limfe, hati, dan daerah pembuluh darah


3

lainnya, tanpa menghiraukan apakah leukimia itu berasal dari sumsum

tulang atau nodus limfe. Efek umum dari leukimia adalah timbulnya

infeksi, anemia berat dan kecenderungan untuk berdarah karena terjadi

trombositopenia (kekurangan trombosit). Berbagai pengaruh ini

terutama diakibatkan oleh penggantian sel nomal dari sumsum tulang

dan sel limfoid oleh sel leukemik yang tidak berfungsi (Masriadi, 2014).
Komplikasi dari pengobatan leukimia sendiri meliputi perawakan

pendek, pengecilan otot, dan nekrosis dari tulang yang disebabkan oleh

terapi steroid dengan dosis tinggi yang biasanya terjadi pada anak-anak,

obesitas dan disfungsi gonad yang dihasilkan akibat efek neuroendokrin,

potensi perubahan dalam perkembangan pubertas dan fungsi gonad,

kardiomiopati, munculnya Leukimia kedua AML (Akut Mieloblastik

Leukimia), disfungsi kandung kemih, kekebalan tubuh menurun, efek

psikososial yang terkait dengan penyakit kronis, serta kekambuhan

kembali penyakit Leukimia Limfoblastik Akut (LLA) . (Burns,

Catherine et al, 2007 dalam Sutikno, 2014).


Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RS

Moewardi pada tahun 2012 ditemukan jumlah kasus Leukimia

Limfoblastik Akut (LLA) sebanyak 307 kasus. Sedangkan jumlah kasus

LLA yang terjadi pada tahun 2013 sampai dengan bulan April sebanyak

103 kasus. Di RSUD Moewardi mencatat kejadian LLA hingga saat ini

terus bertambah di bangsal anak Melati II RSUD Moewardi.


Menurut Shils dalam Sutikno ( 2014 ), masalah keperawatan yang

muncul pada penderita leukemia adalah gangguan kebutuhan nutrisi.


4

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh

tubuh yang bertujuan untuk menghasilkan energi dan digunakan dalam

aktivitas tubuh. Status gizi memberikan efek yang penting pada kualitas

kehidupan pada pasien leukemia. Malnutrisi dan kehilangan berat badan

(BB) seringkali memberikan kontribusi kepada pasien leukemia.

Gambaran klinisnya mencakup kehilangan jaringan, anorexia, atrofi otot

rangka, anemia, hipoalbumenemia. Penyebabnya adalah pengobatan

jangka panjang kemoterapi dan perubahan - perubahan metabolis. Anak-

anak dengan kanker berisiko tinggi kekurangan gizi dan gangguan

pertumbuhan selanjutnya. Dalam sebuah penelitian terhadap anak - anak

yang menderita keganasan kanker yang sedang melakukan perawatan di

rumah sakit oncology pediatrik melaporkan bahwa anak - anak yang

menderita LLA cenderung mengalami kekurangan gizi meningkat tiga

kali lipat dibandingkan dengan anak yang sehat /tidak mempunyai

riwayat penyakit kanker.


Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat

karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An A

dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik Akut

(LLA) di Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Asuhan

Keperawatan pada An. A dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi:


5

Leukimia Limfoblastik Akut di Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi

Surakarta?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Menganalisis Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. A dengan

Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik Akut di

Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.


2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengkajian Asuhan Keperawatan pada An. A

dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik

Akut di Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.


b. Menganalisis diagnosa Keperawatan pada An. A dengan

Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik Akut di

Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.


c. Menganalisis intervensi Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik

Akut di Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.


d. Menganalisis implementasi Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik Akut di

Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.


e. Menganalisis evaluasi Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Kebutuhan Nutrisi : Leukimia Limfoblastik Akut di

Ruang Melati II RSU Dr. Moewardi Surakarta.

D. Manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai salah satu

pengembangan ilmu keperawatan, khususnya di bidang keperawatan


6

anak.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Sebagai pengalaman baru peneliti dalam melakukan penelitian

dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh

dari institusi pendidikan dengan keadaan yang ada di lahan

praktek.
b. Bagi pasien
Dapat bermanfaat untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang

tepat sasaran dengan hasil optimal sesuai standard operasional

yang ditentukan.
c. Bagi institusi akademi
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

pembuatan Karya Tulis Ilmiah lebih lanjut dan dapat digunakan

sebagai masukan bagi rekan-rekan dan peneliti berikutnya untuk

melakukan penelitian maupun studi kasus.


d. Bagi lahan praktek
Hasil studi kasus ini dapat memberikan informasi dalam rangka

perbaikan pengembangan program dan kualitas pelayanan

kesehatan terutama tentang kasus Leukimia pada anak.

E. Keaslian Penelitian

1. Putri, hidayati. (2013), dengan judul Asuhan Keperawatan pada An. A

dengan Leukimia Limfoblastik Akut di Ruang Melati II Rumah Sakit

Dr. Moewardi dengan hasil diagnosa yang muncul pada kasus adalah

nyeri, gangguan nutrisi, gangguan pola tidur dan resiko tinggi infeksi.
7

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan

hasil nyeri pada klien sudah berkurang, nafsu makan meningkat, pola

tidur klien teratasi dengan baik, dan resiko infeksi berkurang.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien adalah dengan

memberikan terapi analgesik dan massase dapat mengurangi nyeri

dan pola tidur klien teratasi dengan baik, memberikan terapi diet

sesuai program menyebabkan gangguan nutrisi tidak terjadi dan

dengan menjaga personal hygiene resiko infeksi pada klien tidak

terjadi.

2. Lubis, F.S. (2013), Dengan judul Asuhan Keperawatan pada An. A

dengan Akut Myeloid Leukimia di Ruang Melati II Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta dengan hasil setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil

stomatitis masih ada dan mukoka bibir masih kering, memerlukan

bantuan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, kualitas tidur masih

sama. Tindakannya observasi keadaan pasien, pemberian tindakan

keperawatan mandiri, pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga

serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian terapi

yang tepat dapat mengurangi masalah yang muncul.

Perbedaan studi kasus terdahulu dengan yang sekarang yaitu

pada subjek, waktu, terapi asuhan studi kasus dan permasalahan

keperawatan, sedangkan persamaan studi kasus terdahulu dengan


8

yang sekarang pada judul dan tempat.

3.

Anda mungkin juga menyukai