Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Ulser didefinisikan sebagai kehilangan lapisan epitelium. Ulser didahului dengan blister (vesikel
atau bula) yang memperlihatkan terjadinya pemisahan jaringan epitel. Lesi ulseratif umumnya
ditemui pada pasien dengan masalah kesehatan gigi dan mulut. Meskipun banyak lesi ulser yang
memiliki tampakan klinis yang serupa, namun etiologinya mencakup berbagai macam kelainan,
termasuk penyakit yang bersifat reaktif, infeksius, imunologi, dan neoplasma.

Etiologi

a. Trauma Fisik atau Mekanik

Ulser merupakan lesi jaringan lunak yang paling sering muncul. Sebagian besar disebabkan oleh
trauma mekanik ringan dan efek hubungan sebab-akibat yang biasanya mudah dilihat. Sebagian
besar akibat trauma yang tidak disengaja dan umumnya terlihat pada regio yang paling mudah
terabrasi dan terjepit diantara gigi geligi, seperti bibir bawah, lidah, dan mukosa bukal.

Yang termasuk trauma fisik secara langsung adalah trauma gigitan, hasil dari maloklusi, protesa
yang tidak fit pada mukosa, tepi plat gigi tiruan atau ortodontik, menyikat gigi dan flossing yang
terlalu keras, kebiasaan buruk pasien yang suka menggigit-gigit pipi atau bibir, dan tindik pada
rongga mulut.

Traumatik ulser pada daerah anterior atau ventral lidah bayi akibat natal teethdisebut
dengan Riga-Fede Disease. Ulkus ini bersifat kronis, dengan gambaran histopatologis yang
disebut ulserasi eosinofilik (traumatic granuloma, traumatic ulcerative granuloma with stromal
eosinophilia [TUGSE], eosinophilic granuloma of the tongue).

Trauma tergigit yang akut, sering terjadi pada oral mukosa dan dapat parah bila terjadi saat
mukosa mati rasa akibat anastesi lokal perawatan dental. yang muncul pada permukaan ventral
lidah.

Pada kondisi yang tidak umum, lesi mungkin bersifat self-induced akibat kebiasaan buruk, dan
pada kondisi ini terdapat beberapa masalah psikologis. Kondisi ini disebut factitial injuries yang
biasanya sulit untuk didiagnosis dan dirawat karena tampakan klinis yang membingungkan,
terutama apabila tidak ada penyebab yang dicurigai bersifat self-induced. Konsultasi dengan
psikolog mungkin dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini.

b. Faktor Iatrogenik

Traumatik ulser juga dapat bersifat iatrogenik (disebabkan oleh praktisi kesehatan yang kurang
hati-hati, akibat perawatan medis, atau akibat prosedur diagnosis). Tentu saja memperhatikan
jaringan lunak rongga mulut yang rapuh merupakan hal yang penting dalam perawatan dental.
Manipulasi jaringan secara berlebihan dalam perawatan dental dapat menyebabkan lesi pada
jaringan lunak yang seharusnya bisa dihindari. Ulser yang muncul bisa disebkan oleh
pengambilan sisa cotton roll yang menempel, alat penyedot saliva yang menekan mukosa, atau
jaringan lunak dan mukosa yang terkena rotary instrument secara tidak sengaja.

c. Trauma Termal

Injuri thermal mencakup trauma terbakar listrik yang biasanya ditemukan pada anak-anak yang
tidak sengaja menelan kabel listrik. Sumber injuri thermal yang lebih sering berasal dari
makanan atau minuman yang panas, misalnya kopi atau lelehan keju dari pizza, dan biasanya
ulkus terdapat pada palatum. Selain itu, injuri thermal juga dapat terjadi secara iatrogenik,
yaitu overheat instrument yang mengenai mukosa. Efek lebih parah terjadi pada mukosa yang
dianestesi, karena pasien tidak dapat merasakan sakit pada mukosa yang berkontak dengan
instrumen tersebut.

d. Trauma Kimiawi

Bahan kimia juga dapat menyebakan ulserasi pada rongga mulut karena sifat asam basa dan
kemampuan untuk beraksi sebagai iritan lokal maupun kontak alergi. Ulserasi akibat bahan
kimia ini dapat bersifat self-induced maupun iatrogrnik. Salah satu contohnya adalah aspirin
burns. Ketika asetylsalicylic acid ditempelkan langsung pada mukosa sebagai upaya pasien
untuk meredakan sakit gigi, mucosal burn atau koagualtif nekrosis muncul. Perluasan lesi
bergantung pada durasi dan jumlah aspirin diaplikasikan. Banyak obat yang beredar untuk
menyembuhkan sakit gigi, ulser aftosa, dan pereda nyeri penggunaan gigi tiruan dapat merusak
oral mukosa apabila digunakan secara sembrono. Obat gigi berlubang, khususnya yang
mengandung fenol, dapat menimbulkan iatrogenik ulser. Bahan etsa gigi dapat mengakibatkan
oral mukosa burn. Perawatan endodontik dan prosedur bleachingyang menggunakan bahan
oksidasi kuat seperti hidrogen peroksida 3o% juga dapat menimbulkan mucosal
burn. Penggunaan tooth impression material seperti wax, hidrokoloid, mauapun dental
compound, sodium perborate dan turpentin tidak dengan hati-hati juga dapat menimbulkan
ulser intraoral.

juga dapat menyebabkan terjadinya ulkus.

Pada penggunaan cotton roll, juga dapat menyebabkan timbulnya ulkus pada mukosa rongga
mulut. Kejadian ini disebut cotton roll burn atau cotton roll stomatitis

e. Terapi Radiasi dan Kemoterapi

Ulser intraoral juga biasanya muncul selama proses terapi radiasi untuk kancer di area kepala
dan leher. Keganasan (paling sering karsinoma sel skuamosa) memerlukan dosis radiasi yang
besar (60-70 Gy). Ulser selalu muncul pada daerah yang tersorot sinar radiasi secara langsung.
Untuk keganasan seperti lymphoma dengan dosis radiasi lebih rendah (40-50 Gy) bersifat
tumorisidal, ulser yang muncul serupa namun tidak separah terapi dengan dosis radiasi 60-70
Gy dan durasinya lebih pendek. Ulser akibat radiasi akan bertahan selama proses terapi radiasi.
Apabila daerah ulserasi dijaga kebersihannya, spontan healing akan muncul tanpa scar. Sama
seperti terapi radiasi, ulser juga akan muncul selama proses kemoterapi, dengan etiologi utama
efek samping dari terapi yang mereduksi regenerasi sel basal, sehingga mengakibatkan atrofi
mukosa dan ulserasi. Pada kemoterapi, mukosa yang terkena adalah mukosa nonkeratinisasi,
seperti mukosa bukal, ventrolateral lidah, palatum mole, dan dasar mulut.

Lesi awal berwarna keputihan dengan sedikit deskuamasi pada keratin, yang kemudian
menimbulkan atrofi pada mukosa dengan gambaran edematous dan eritematous. Selanjutnya
ulkus akan ditutupi oleh membran fibrinopurulen. Ulkus terasa nyeri dengan sensasi rasa
terbakar, serta tidak nyaman

Manifestasi oral akibat terapi radiasi adalah oral mucositis yang timbul pada minggu kedua
setelah terapi, dan akan sembuh perlahan 2-3 minggu setelah terapi dihentikan.

Patofisiologi

Patogenesis ulserasi dan mukositis berhubungan dengan banyak faktor dan melibatkan lima fase
biologis, yaitu: inisiasi primary damage response amplifikasi sinyal ulserasi
penyembuhan.

Mukosa oral terdiri dari lapisan epitel berlapis gepeng yang tipis dan rapuh, dan banyak terdapat
suplai darah. Seperti epidermis dan lapisan saluran pencernaan, epitel oral mempertahankan
integritas struktural oleh proses pembaharuan sel terus-menerus di mana sel-sel yang dihasilkan
oleh pembelahan mitosis dalam lapisan terdalam bermigrasi ke permukaan untuk menggantikan
sel yang membuka. Dengan pembaharuan sel yang berlangsung cepat, penyembuhan luka akan
cepat terjadi, namun kemungkinan untuk mutasi sel dan kerusakan pada sel juga tinggi. Karena
suplai darah yang melimpah dan kerapuhan sel epitel, risiko untuk terjadinya infeksi, inflamasi,
dan trauma meningkat. Gejala ulser traumatik ini adalah sakit, ketidaknyamanan dalam 24
hingga 48 jam sesudah trauma terjadi. Gambaran lesi ulser bergantung pada faktor
iritannya.Pada awalnya daerah eritematous dijumpai di perifer, perlahan-lahan menjadi lebih
muda karena proses keratinisasi. Ulser ini akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 10
hingga 14 hari apabila iritan penyebab dihilangkan karena terjadi proses keratinisasi dan
pembaharuan sel-sel epitel mukosa oral.
Gejala Klinis

Ulser akut membran mukosa oral menunjukkan tanda dan gejala klinis inflamasi akut, meliputi
beragam derajat nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Ulser ditutupi oleh eksudat fibrinosa
kuning-putih dan dikelilingi oleh halo eritem.

Tampak sebagai ulserasi akut dan nekrosis mukosa dengan riwayat cedera yang mendahului.
Perluasan ulser bergantung pada agen yang terlibat dan lokasi bergantung pada aktivitas yang
terlibat. Electrical burn khususnya disebabkan oleh panas tinggi, bersifat ekstensif, melibatkan
bibir, dan terlihat pada anak-anak dan balita. Lesi awalnya hangus dan kering. Setelah beberapa
hari, akan mengelupas, dan ada perdarahan berlebih jika struktur vital terkespos.

Burn dari makanan dan minuman panas biasanya kecil dan terlokalisasi pada palatum durum
atau bibir dan terjadi pada remaja dan dewasa. Area yang terkena tampak nyeri dan eritem yang
berkembang menjadi ulser dalam beberapa jam setelah cedera, dan memerlukan beberapa hari
untuk sembuh bergantung pada perluasan cedera.

Gambaran Klinis

Acute reactive ulcers : inflamasi akut, memiliki berbagai tingkatan rasa nyeri, kemerahan
dan terdapat pembengkakan. Ulser dilapisi dengan eksudat fibrin berwarna putih kekuningan
dan kemerahan di sekelilingnya.

Chronic reactive ulcers : sedikit atau tanpa ada rasa nyeri. Ulser dilapisi oleh membran
berwarna kuning dan dikelilingi oleh lapisan hiperkeratosis sehingga permukaan lesi keras.
Terlihat formasi bekas luka, dan infiltrasi sek inflamatori kronik

Benign chronic ulcers : biasa dikenal dengan traumatic granuloma (traumatic ulcerative
granuloma dengan stromal eosinophilia). Pada umumnya dikaitkan dengan injuri mukosa yang
dalam. Ulser seperti kawah dengan diameter 1-2 mm. Memerlukan waktu penyembuhan selama
beberapa minggu. Ulser ini biasanya ditemukan di lidah. Chronic ulcer yang ditemukan pada
lidah dikenal dengan nama necrotizing sialometaplasia, dikaitkan dengan iskemik nekrosis dari
kelenjar saliva minor dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam beberapa minggu.

Anda mungkin juga menyukai