Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara salah satu negara berkembang dan negara agraris
yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani
merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin
menurun angka tan kekerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar
40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalakan
pertanian termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. Peningkatan
sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat mencapai
hasil yang memuaskan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang
pangan atau sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor
hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang
pertanian tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk
di dalamnya adalah pestisida.
Dalam bidang pertanian, pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-
hama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat menjadi
hal mutlak yang harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang
beracun. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat
membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi
pada produk-produk pertanian dan perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian
disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat
penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang
aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan
pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma.
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak
dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada
petani. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida adalah faktor
dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). Faktor dari dalam tubuh
antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin. Hemoglobin
2

adalah pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah (Rangan & Engka,
2014).
Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen, membawa oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel
ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Tingkat pengetahuan dan status kesehatan.
Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Faktor tersebut antara
lain banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi
penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat
pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian
tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah angin.Hal-
hal tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para petani Indonesia terutama
didaerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan dari
pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan berbagai alasan klasik.

1.2 Epidemiologi
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) dibawah ambang batas normal. Tanda-tanda klinisnya seperti mudah
lemah, letih, lesu dan lelah, bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah terasa licin, denyut
jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu makan kurang, kadang-kadang mudah
pusing , mudah mengantuk. Besaran masalah di Indonesia tahun 2010, penderita anemia
sekitar 50-70 juta, anemi defisiensi zat besi mencapai 20%-33%. Sebesar 40% dialami
wanita hamil. Anemia terjadi pada 45% wanita di daerah berkembang, dan 13 % di
negara maju. Anemia sering terjadi pada wanita usia subur, wanita hamil, dan wanita
menyusui. Kolompok usia yang juga rentan adalah bayi dan anak-anak.
Penyebab anemia yakni defesiensi Fe, infeksi kronik (cacingan), penyakit malaria,
penyakit hemolotok kongenital (seperti talasemia), dan defesiensi nutrien mikro lainnya
(seperti KVA). Berikut merupakan dampak dari penyakit anemia:
a) Pada bayi dan Anak-anak : Bagi bayi meningkatkan risiko kematian, kesakitan, dan
BBLR. Pada balita gangguan perilaku dan pengembangan kecerdasan
b) Pada wanita usia subur : menurunnya performa kerja, menimbulan kelelahan dan
kelemahan
3

c) Pada Ibu hamil : Meningkatkan prevalensi kesakitan dan kematian ibu, dapat
mempengaruhi berat badan bayi, prematur, dan bblr
dari dampak yang terjadi diatas perlunya mengetahui pencegahan Anemia dengan:
1. Memelihara keseimbangan asupan Fe dengan kebutuhan dan kehilangan.
2. Konsumsi suplemen Fe untuk peningkatan intake Fe
3. Fortofikasi produk-produk makanan dengan Fe
4

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi
Anemia merupakan keadaan dimana jumlah eritrosit atau jumlah hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediaakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal. Dapat dibilang anemia apabila keadaan
hemoglobin berada pada batas yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut
sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut.
Anemia aplastik merupakan kegagalan hemopoieses yang relatif jarang ditemukan
namun berpotensi mengancam jiwa (Widjanarko, 2007). Selain itu, anemia aplastik juga
didefinisikan sebagai pansitopenia yang disebabkan oleh aplasia sumsum tulang, dan
diklasifikasikan menjadi jenis primer dan sekunder (Hoffbrand, 2005). Menurut Aghe
(2009) faktor yang mendukung anemia aplastik yaitu penurunan produksi eritroid,
mieloid, dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia
pada darah tepi, serta tidak dijumpai anya sistem keganasan hematopoitik ataupun
kanker metastatik yang menekan sumsum tulang. Menurut (WHO,1968) dinyatakan
anemia apabila terdapat nilai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
2. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
3. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
4. Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
5. Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb < 11 gr/dl
untuk di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya tidak menggunakan
penghitungan menurut WHO namun umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Hb < 10 gr/dl
2.
Hematokrit < 30%
3.
Eritrosit < 2,8 juta/mm 3
P

Pada anemia juga memiliki 4 tingkatan yang memiliki batas hemoglobin sendiri
yaitu ringan sekali, ringan, sedang, dan berat. Untuk ringan sekali yaitu batas Hb 10
gr/dl-13 gr/dl. Pada ringan yaitu Hb 8 gr/dl-9,9 gr/dl. Pada anemia sedang yaitu dengan
Hb 6 gr/dl-7,9 gr/dl. Dan untuk anemia berat yaitu Hb kurang dari 6 gr/dl.
5

2.2 Etiologi
Anemia aplastik membuat penderitanya merasa lelah dan beresiko tinggi
mengalami infeksi pendarahan yang tidak terkontrol. Anemia aplastik dapat terjadi pada
orang-orang dengan usia yang tidak menentu. Anemia ini dapat terjadi sewaktu-waktu
dan terjadi perlahan-lahan dan seiring memburuk dengan membutuhkan beberapa
waktu.
Anemia aplastik terjadi ketika sumsum tulang mengalami kerusakan sehingga
memperlambat produksi sel baru. Sumsum tulang merupakan material seperti spons
bewarna merah yang menghasilkan sel induk (stem cell) yang kemudian berubah mejadi
sel-sel lain. Stem cell sumsum juga memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit.
Pada anemia aplastik, sumsum tulang belakang megalami aplastik atau hipoplasia.
Hal ini berarti sumsum tulang kosong (aplastik) atau mengandung sedikit sel darah.
Salah satu faktor yang membuat sumsum tulang mengalami kerusakan yaitu paparan
bahan kimia beracun serta penggunaan obat-obatan tertentu. Paparan bahan kimia
beracun, seperti yang digunakan dalam pestisida dan insektisida yang dapat
menimbulkan anemia aplastik. Paparan benzena yang termasuk bahan kimia yang
terdapat pada bensin yang dapat dikaitkan dengan anemia aplastik. Jenis anemia ini
yang disebabkan karena bahan kimia beracun dapat berangsur hilang seiring
berkurangnya paparan bahan kimia yang memicu penyakit. Selain bahan kimia,
penggunaan obat-obatan tertentu seperti yang digunakan untuk mengobati rheumatoid
arthritis dan beberapa antibiotik yang dapat menyebabkan anemia aplastik.

2.3 Patofisiologi
Penyebab anemia aplastik yakni faktor kongenital, faktor ini didapat dari bahan
kimia, obat, radiasi, faktor individu, infeksi, idiopatik. Apabila pajanan dilanjutkan
setelah tanda hipoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai
titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel. Disinilah pentingnya
pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan
atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang menyebabkan anemia aplastik.
6

Adanya penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi sumsum tulang
sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk
menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan pergantian oleh lemak.
Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor graulosit, eritrosit dan trombosit,
akibatnya terjadi ansitopeia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Penurunan sel darah (anemia) ditandai dengan menurunnya tingkat hemoglobin dan
hematokrit. Penurunan sel darah merah (Hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah
oksigen yang dikirimkan kejaringan, biasanya ditandai dengan kelemahan, kelelahan,
dispnea, takikardia, ekstremitas dingin dan pucat.
Kerusakan pada sel induk pluripoten menjadi penyebab terjadinya anemia
aplastik. Sek induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal dalam membentuk atau
berkembang menjadi sel-sel darah yang baru. Umumnya hal ini dikarenakan kurangnya
sel induk pluripoten ataupun karena fungsinya yang menurun. Penanganan yang tepat
untuk individu anemia aplastik yang disebabkan oleh gangguan pada sel induk adalah
terapi transplantasi sumsum tulang.
Kerusakan pada microenvironment pada mikrovaskuler, faktor humoral (misal
eritropoitein) maupun bahan penghambat pertumbuhan sel. Hal ini megakibatkan
agalnya jaringan sumsum tulang untuk berkembang. Gangguan pada microenvironment
merupakan kerusakan lingkungan sekitar sel induk pluripoten sehingga menyebabkan
kehilangan kemampan sel tersebut untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel darah. Selain
itu pada beberapa penderita anemia ditemuka cell inhibitor atau penghambat
pertumbuhan sel. Hal ini dibuktikan dengan adanya limfosit T yang menghambat
pertumbuhan sel-sel sumsum tulang.

2.4 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Anemia aplastik timbul akibat kekurangan satu atau lebih jenis sel darah dengan
tanda dan gejala seperti :
a. Kelelahan
b. Sesak nafas
c. Denyut jantung cepat atau tidak teratur
d. Kulit pucat
7

e. Sering infeksi atau infeksi berkepanjangan


f. Mudah memar
g. Mimisan dan gusi berdarah
h. Luka yang mengalami pendarahan berkepanjangan
i. Ruam kulit
j. Pusing
k. Sakit kepala
Anemia aplastik dapat berkembang perlahan-lahan selama beberapa minggu atau
bulan, atau mungkin datang secara tiba-tiba. Anemia aplastik ini bisa sangat parah dan
berpotensi berakibat fatal hingga kematian.

2.5 Prosedur Diagnostik


1. Pemeriksaan labolatorium hematologis
Pemeriksaan labolatorium hemtologis dilakukan secara bertahap sebagai berikut
a. Tes penyaring: tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anema.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
berikut ini.
1) Kadar hemoglobin
2) Indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC)
3) Apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada
sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap
darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retilosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian
besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definit meskipun ada beberapa
kasus yang diagnosisnya tidak memelukan pemeriksaan sumsum tulang.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusu: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika telah
mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk
mengonfirmasi dugaan diganosis tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi
komponen-komponen :
1) Anemia defisiensi besi :serum iron, TBC, saturasi transferi, dan feritin serum
8

2) Anemia megaloblastik: asam folat darah atau eritrosit, vitamin B12


3) Anemia hemofilik: hitung retikulosit, tes Coombs, dan elekroforeis Hb.
4) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
Pemeriksaan ini meliputi:
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang seperti:
1) Biopsi kelenjar lanjutan dengan pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: toraks, bone survey, USG, atau limfangiografi
3) Pemeriksaan sitogenetik
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chain reaction. FISH=
fluorescence in situ hybrydization)

2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis pada anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai
berikut:
a. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemapar lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi, hal ini
sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atay penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
b. Terapi suportif
Terapi ini bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.
Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut
1. Untuk mengatasi infeksi
1) Higiene mulut
2) Identifikasi sumber infeksi serta pemberia antibiotik yang tepat dan adekuat
3) Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
9

2. Usaha untuk mengatasi anemia


Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin <7 gr/d atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik akan menekan eritropoesis ointernal.
Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberiam
transfusi harus lebih berhati-hati.
3. Usaha untuk mengatasi pendarahan
Berikan transfusi konsentrat jika terdapat pendarahan mayor atau trombosit
<20.000/mm 3 .
P P

c. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang


Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang yakni Anabolik steroid, dapat
diberikan oksimetolon atau stanazol dengan dosis 2-3mg/kgBB/hari/hari. Efek terapi
akan tampak setelah 6-12 minggu, efek samping yang dialami berupa virilisasi dan
gangguan fungsi hati.
1. Kortikosteroid dosis sampai menengah
2. GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meingkatkan jumlah neutrofil
d. Terapi definit
Terapi definit meupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang. Terapi ini untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis sebagai berikut
1. Terapi imunosupresif, atara lain:
1) Pemberian anti-lymphocyte globulin (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG)
dapat menekan proses imunologis
2) Terapi imunisupresif lain, yaitu pemberian metilprednisolon dosis tinggi
2. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupaka terapi definit yang memberikan harapan
kesembuhan, tetapi biaya sangat mahal.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
10

Ny. X berusia 19 tahun, mengeluh lemas badan sejak 3 hari sebelum MRS. Rasa
P P

itu perlahan semakin memberat. Pasien mengakui tubuhnya lemas sejak 1 tahun yang
lalu hingga tidak bisa kerja dengan optimal di sawah. Pasien juga tidak bisa melakukan
hubungan seksual dengan suami akibat kelelahan. Pasien tampak pucat. Pasien dibawa
ke RS dan dikatakan hemoglobinnya rendah, pasien kemudian MRS dan mendapatkan
transfusi darah. Setelah ditelusuri pasien mengalami gejala lemas dan pucat yang sama
selama 3 bulan, pasien dibawa ke RS dan dilakukan aspirasi sumsum tulang. Pasien
didiagnosa mengalami anemia akibat kegagalan produksi sumsum tulang. Sampai
sekarang pasien sudah mendapatkan transfusi darah sebanyak 3 kali.
1 tahun yang lalu pasien merasa perutnya sebelah kiri membesar, terasa penuh,
dan mual bila sedang makan. Nafsu makan pasien tetap baik, namun pasien mengalami
penurunan berat badan sebesar 10 kg dalam beberapa tahun terakhir. Pasien berobat ke
dokter umum dan dikatakan hanya mengalami maag biasa dan hanya diberi obat.
Karena gejala tidak membaik, pasien memeriksakan diri ke dokter spesialis, dilakukan
USG abdomen dan hasilnya menunjukkan limpa pasien membesar. Pasien hanya diberi
obat jalan.
Pasien kadang-kadang BAB berwarna merah atau hitam, menurut pasien timbul
tergantung makanannya. Riwayat perdarahan lainnya disangkal. Saat badannya terasa
lemas, pasien juga merasa pusing dan sakit dibagian kepala, pandangan berkunang-
kunang dan mengalami panas badan. Pasien telah bekerja selama 5 tahun menjadi petani
dan selalu menggunakan pestisida untuk membunuh serangga di sawahnya. Menurut
dokter, penyakit pasien ditimbulkan oleh paparan bahan-bahan kimia tersebut.

3.1 Pengkajian
Identitas:
Nama : Ny. X
Umur : 19 th
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku/Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Gombong, Kec. Belik, Kab. Pemalang, Jawa
Tengah
Diagnosa Medis : Anemia Aplastik
Keluhan Utama : Lemas badan
11

Upaya yang telah dilakukan : Tes kadar arsen dalam urin, mendapatkan transfusi darah
sebanyak 3 kali
3.1.1 Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sebelumnya
3 bulan yang lalu pasien terdiagnosa anemia aplastik. 1 tahun yang lalu pasien merasa
perutnya sebelah kiri membesar, terasa penuh, dan mual bila sedang makan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh lemas badan sejak 3 hari sebelum MRS. Pasien tampak pucat. Saat
badannya terasa lemas, pasien juga merasa pusing dan sakit dibagian kepala, pandangan
berkunang-kunang dan mengalami panas badan.
Kesehatan Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di Desa Gombong yang penduduknya sering mengkonsumsi
air yang terkontaminasi arsen.
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon
1. Pola Persepsi Pola Nutrisi Metabolik
Pola nutrisi baik, tetapi kekurangan zat besi.
2. Pola Eliminasi Urine
Terdapat kandungan arsen di dalam urine.
3. Pola Aktivitas
Tetap melakukan kegiatan sehari-hari namun tidak optimal.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Tidak terkaji.
5. Pola Kognitif Perseptual
Pola kognitif masih belum stabil.
6. Pola Persepsi Diri
Merasa dirinya bisa melakukan segala hal yang kerjakan suami.
7. Pola Peran-Hubungan Nervus
Tidak terkaji.
8. Pola Seksualitas
Tidak bisa melakukan hubungan seksual dengan suami akibat kelelahan.
9. Pola Koping
Mengikuti yang menurutnya benar.
10. Toleransi stress
12

Kurang adaptif.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Tidak terkaji
Sumber: Fikri, 2012
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pasien dalam keadaan lemas, pusing, status gizi baik, dan daya tahan tubuh baik.
Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran : GCS 456
b. TD : 100/70 mm Hg
c. Nadi : 82 x/menit,regular
d. RR : 17 x/menit reguler
Pemeriksan Penunjang
a. Hemoglobin : 2,1 g/dl (Cek Hemogloblin menggunankan Cyanmed dengan reagen
kering Hemocue)
b. Hematokrit : 7,5 %
c. Leukosit : 1640 /mm3
d. Trombosit : 72.000/mm3
e. Eritrosit : 1640 /mm3
f. BMP: cadangan besi (-), anemia aplastik
g. Adanya arsen dalam urin
Sumber: Yuli, 2014 dan Fikri, 2012.
Pemeriksaan Head to Toe
Kulit
Inspeksi: pigmentasi, tekstur, turgor, rash, luka, infeksi, Tekstur kenyal, turgor
tumor, petekie, hematom, ekskoriasi, ikterus, kuku, rambut normal, rash (-), hematom
Palpasi: nodul, atrofi, sklerosis (-)
Kepala dan Leher
Inspeksi: Bentuk kepala, sikatrik, pembengkakan
Palpasi: Kelenjar limfe, pembengkakan, nyeri tekan, tiroid,
Anemis +/+, icteric -/-,
trakea, pulsasi vena
JVP R+0 cm H2O
Auskultasi: Bruit
Pemeriksaan: JVP, Kaku kuduk
13

Telinga
Inspeksi: Serumen, infeksi, membran timpani, tophi
Tidak ditemukan kelainan
Palpasi: Mastoid, massa
Hidung
Inspeksi: septum, mukosa, sekret, perdarahan, polip
Tidak ditemukan kelainan
Palpasi: nyeri
Rongga Mulut dan Tenggorok
Inspeksi: pigmentasi, leukoplakia, ulkus, tumor, gusi, gigi,
lidah, faring, tonsil Tidak ditemukan kelainan
Palpasi: Nyeri, tumor, kelenjar ludah
Mata
Inspeksi: Ptosis, sklera, ikterus, pucat, kornea, arkus, merah, Konjungtiva anemic +/+.
infeksi, air mata, tumor, perdarahan, pupil (kanan dan kiri), Sklera ikterik-/-
lapangan pandang Pupil isokor, 3/3 mm
Palpasi: tonometri Tidak dievaluasi
Fundoskopi Tidak dievaluasi
Toraks
I : Simetris, D=S,regular
P : SF D = S
Inspeksi: simetri, gerakan, respirasi, irama, payudara, tumor
P:SS
Palpasi: Stem fremitus
SS
Perkusi: resonansi
SS
Auskultasi: suara nafas, rales, ronki, wheezing, bronkofoni,
A : V V Rh : Wh:
pectoryloquy
VV
VV
Jantung
I : ictus invisible
Inspeksi: iktus P : ictus palpable at MCL S
Palpasi: iktus, thrill ICS V
Perkusi: batas kiri, batas kanan, pinggang jantung P : RHM ~ SL D
Auskultasi: denyut jantung (frekuensi, irama) S1, S2, S3, S4, LHM ~ ictus
gallop, murmur, efection click, friction rub A : S1 dan S2 single,
murmur (-),
Abdomen
14

Inspeksi: kontur, striae, sikatrik, vena, caput medusae, hernia


Palpasi : nyeri, defans/rigiditas, massa, hernia, hati, limpa, Convex, soefl, met (-)
ginjal Liver span 10 cm
Perkusi : resonansi, shifting dullness, undulasi Traube space dullness
Auskultas i: peristaltik usus, bruit, rub
Punggung
Inspeksi: postur, mobilitas, skoliosis, kifosis, lordosis
Tidak ditemukan kelainan
Palpasi: nyeri, gybus, tumor
Extremitas
Inspeksi: gerak sendi, pembengkakan, merah, deformitas,
Anemis +/+
simetri, edema, sianosis, pucat, ulkus, varises, kuku
+/+
Palpasi: panas, nyeri, massa, edema, denyut nadi perifer
Alat Kelamin
Laki-laki: sirkumsisi, rash, ulkus, secret, massa, nyeri Tidak ditemukan kelainan
Rektum
Hemoroid, fisura, kondiloma, darah, sfingter ani, massa,
Tidak ditemukan kelainan
prostat
Neurologi
Berdiri, gaya jalan, tremor, koordinasi, kelemahan, flaksid,
spatik, paralisis, fasikulasi, saraf kranial, reflek fisiologis, Tidak ditemukan kelainan
reflek patologis
Bicara
Disartria, apraksia, afasia Tidak ditemukan kelainan
Sumber: Handani, 2008.
3.1.4 Analisa Data dan Masalah
PARAF
NO DATA PENYEBAB MASALAH
NERS
1. Ds : pasien Gangguan rasa nyaman Gangguan rasa
Nam
mengeluh pusing nyeri nyaman nyeri KE
Do : tampak tidak
sakit pada kepalanya
nyaman pada sakit
pada kepalanya
2. Ds : Pasien Gangguan aktivitas Gangguan
Nam
mengeluh lemas aktivitas KE
badan, pusing, Anemia
15

pandangan
berkunang-kunang, tidak bisa berhubungan
panas badan dengan suami akibat
Do : pasien tidak kelelahan
bisa berhubungan
dengan suami
akibat kelelahan,
konjungtiva
anemis, pucat
HB : 2,1 g/dl
Hematokrit : 7,5 %
Leukosit : 1640
/mm3
Trombosit :
72.000/mm3
3. Ds : Pasien Anemia aplastik Anemia
Nam
mengeluh lemas aplastik
kegagalan produksi KE
badan, pusing,
sumsum tulang
pandangan
terpapar pestisida, urin
berkunang-kunang,
mengandung arsen
panas badan,
bekerja 5 tahun dan
P P

menggunakan
pestisida
Do : perut
membesar, BAB
merah/hitam,
terdiagnosa anemia
aplastik, urin
mengandung arsen,
konjungtiva
anemis, Leukosit :
1640 /mm3, HB :
16

2,1 g/dl,
Hematokrit : 7,5
%, Trombosit :
72.000/mm3,
BMP:
mengesankan
aplastik anemia
4. Ds : Pasien Anemia defisiensi besi Anemia
Nam
mengeluh lemas defisiensi besi
BMP: cadangan besi (-), KE
badan, pusing,
menerima tranfusi darah
pandangan
3 kali
berkunang-kunang,
HB : 2,1 g/dl, Pasien
konjungtiva anemis
mengeluh lemas badan,
Do : HB : 2,1 g/dl,
pusing, pandangan
Hematokrit : 7,5
berkunang-kunang
%, BMP: cadangan
besi (-), menerima
tranfusi darah 3
kali
3.1.5 Pathway

Sumber: Muhlisin, n.d.


17

3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA)


PARAF
NO TGL/JAM DX KEPERAWATAN
NERS
1. 4 November 2016/
07:00-07.30
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
Nam
berkurangnya pengangkutan sel darah KE
merah ke seluruh tubuh ditandai dengan
tampak tidak nyaman pada sakit pada
kepalanya.
2. 4 November 2016/
08:00-09:00
Gangguan aktivitas b.d pasien anemia
Nam
ditandai dengan tidak bisa berhubungan KE
dengan suami akibat kelelahan dan pasien
mengeluh lemas.
3. 4 November 2016/
10:10-10:50
Anemia aplastik b.d kegagalan produksi
Nam
sumsum tulang ditandai dengan terpapar KE
pestisida, urin mengandung arsen
4. 4 November 2016/
11:40-13:00
Anemia defisiensi besi b.d penurunan
Nam
kadar zat besi ditandai dengan Pasien KE
mengeluh lemas badan, pusing, pandangan
berkunang-kunang

3.3 Perencanaan Keperawatan (NOC)


PARAF
TGL/JAM DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
NERS
07:00 Gangguan Setelah dilakukan - Observasi
Nam
rasa nyaman tindakan tanda-tanda KE
nyeri b.d keperawatan selama vital dapat
berkurangnya 3 x 30 menit, pasien membantu
pengangkuta tidak merasa nyeri dalam
n sel darah dibagian kepala menentukan
merah ke dengan kriteria hasil: diagnosa
seluruh tubuh - Diharapkan tanda- keperawatan
ditandai tanda vital normal dan dapat
dengan kembal memberikan
tampak tidak - Nyeri pada kepala tindakan
Nam
18

nyaman pada dapat berkurang keperawatan KE

sakit pada dan hilang, dengan tepat.


07:10 kepalanya. - Posisikan
pasien dengan
tepat dan
nyaman,
memberikan
lingkungan
yang tenang,
membatasi Nam
KE
pengunjung,
menganjurkan
pasien
beristirahat
dengan
tenang.
07:20 - Anjurkan
pasien untuk
menarik nafas
secara
perlahan,
memotivasi
pasien untuk
sembuh
kembali.
08:00 Gangguan Setelah dilakukan - Observasi
Nam
aktivitas b.d tindakan adanya KE
pasien keperawatan selama pembatasan
anemia 3 x 30 menit, pasien klien dalam
08:10 ditandai dapat melakukan melakukan
dengan tidak hubungan seksual, aktivitas Nam
- Dorong klien KE
bisa dengan kriteria hasil:
untuk
berhubungan - Meverbalisasikan
19

dengan suami peningkatan energi mengungkapk


08:20
akibat dan merasa lebih an perasaan
kelelahan dan baik
- Kecemasan
terhadap
Nam
pasien keterbatasan
08:20 KE
menurun - Kaji adanya
mengeluh
- Kualitas hidup
faktor yang
lemas.
meningkat
menyebabkan
- Mempertahankan
kelelahan
Nam
kemampuan untuk KE
- Monitor
08:40 berhubungan
pasien akan
adanya
kelelahan fisik
dan emosi Nam
secara KE

berlebihan
- Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
10:10 Anemia Setelah 3 x 24 jam, - Kolaborasi
Nam
aplastik b.d pasien mengerti akan dengan tenaga KE
kegagalan resiko bahaya medis untuk
produksi pestisida dengan memantau
10:25
sumsum kriteria hasil:
- Peningkatan
kondisi klien
- Pantau input
Nam
tulang KE
10:40
keamanan diri dan output
ditandai
- Pengembalian
klien.
dengan
aktivitas - Catat nilai HB Nam
terpapar
dan HT klien KE
pestisida,
urin
mengandung
arsen
20

11:40 Anemia Setelah 3 x 24 jam, - Dorong


Nam
defisiensi pasien dapat masukan KE
besi b.d menunjukkan nutrisi yang
12:00
penurunan kemampuan cukup
- Ajarkan pasien
kadar zat besi beraktivitas normal
ditandai kehidupan dengan
dan keluarga Nam
12:25 KE
tanda dan
dengan kriteria hasil:
12:40 - Jumlah leukosit gejala anemia
Pasien
- Monitor tanda-
dalam batas
mengeluh
tanda vital
normal
lemas badan, - Monitor status
- Menunjukkan Nam
pusing, kardiovaskuler
perilaku hidup KE
pandangan
berkunang-
sehat.
Nam
KE
kunang

3.4 Intervensi Keperawatan (NIC)


PARAF
WAKTU INTERVENSI IMPLEMENTASI
NERS
07:00 - Observasi tanda-tanda vital - Mengobservasi tanda-
Nam
dapat membantu dalam tanda vital dapat KE
menentukan diagnosa membantu dalam
keperawatan dan dapat menentukan diagnosa
memberikan tindakan keperawatan dan dapat
keperawatan dengan tepat. memberikan tindakan
- Posisikan pasien dengan keperawatan dengan tepat.
Nam
KE
07:10 tepat dan nyaman, - Memposisikan pasien
memberikan lingkungan dengan tepat dan nyaman,
yang tenang, membatasi memberikan lingkungan
pengunjung, menganjurkan yang tenang, membatasi
pasien beristirahat dengan pengunjung,
tenang. menganjurkan pasien Nam
- Anjurkan pasien untuk beristirahat dengan KE

menarik nafas secara tenang.


21

07:20 perlahan, memotivasi - Menganjurkan pasien


pasien untuk sembuh untuk menarik nafas
kembali. secara perlahan,
memotivasi pasien untuk
sembuh kembali.
08:00 - Observasi adanya - Mengobservasi adanya
Nam
pembatasan klien dalam pembatasan klien dalam KE
08:10 melakukan aktivitas melakukan aktivitas
- Dorong klien untuk - Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan mengungkapkan perasaan
Nam
08:20 KE
terhadap keterbatasan terhadap keterbatasan
- Kaji adanya faktor yang - Mengkaji adanya faktor
08:20
menyebabkan kelelahan yang menyebabkan Nam
- Monitor pasien akan adanya
08:40 kelelahan KE
kelelahan fisik dan emosi - Memonitoring pasien akan
secara berlebihan adanya kelelahan fisik dan Nam
- Monitor pola tidur dan KE
emosi secara berlebihan
lamanya tidur/istirahat - Memonitoring pola tidur
pasien dan lamanya tidur/istirahat Nam
pasien KE
10:10 - Kolaborasi dengan tenaga - Mengkolaborasikan
Nam
medis untuk memantau dengan tenaga medis KE
kondisi klien untuk memantau kondisi
10:25 - Pantau input dan output
klien.
klien
- Memantau input dan
Nam
10:40
- Catat nilai HB dan HT klien KE
output klien.
- Mencatat nilai HB dan HT
klien
Nam
KE
11:40 - Dorong masukan nutrisi - Mendorong masukan
Nam
yang cukup nutrisi yang cukup
12:00 KE
- Ajarkan pasien dan - Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala keluarga tanda dan gejala Nam
12:25
anemia anemia KE
- Monitor tanda-tanda vital - Memonitoring tanda-tanda
12:40
- Monitor status
vital
kardiovaskuler - Memonitoring status
22

kardiovaskuler
Nam
KE

Nam
KE

3.5 Evaluasi Keperawatan (SOAP)


PARAF
Tanggal DIAGNOSA EVALUASI
NERS
7 Nov Gangguan rasa nyaman nyeri S : Keluhan (-), sejak tadi
Nam
2016 b.d berkurangnya malam pasien mulai tidak KE
pengangkutan sel darah merasakan sakit pada
merah ke seluruh
tubuh kepalanya
O : tidak ada suara keluhan
ditandai dengan tampak tidak
A : masalah teratasi
nyaman pada sakit pada P : Pantau tingkat
kepalanya. kenyamanan pasien
7 Nov Gangguan aktivitas b.d pasien S : Keluhan (-), sejak tadi
Nam
2016 anemia ditandai dengan tidak malam aktifitas pasien KE
bisa berhubungan dengan mulai membaik
O : Tanda-tanda kelelahan
suami akibat kelelahan dan
tidak terlihat
pasien mengeluh lemas.
A : masalah teratasi
P : Pantau kondisi
kecemasan pasien
7 Nov Anemia aplastik b.d S : Keluhan (-), sejak tadi
Nam
2016 kegagalan produksi sumsum malam pasien tidak KE
tulang ditandai dengan merasakan pusing dan
terpapar pestisida, urin lemas
O : RR 23x/m
mengandung arsen
A : masalah teratasi
P : Pantau pernafasan
pasien
7 Nov Anemia defisiensi besi b.d S : Keluhan (-), sejak tadi
Nam
2016 penurunan kadar zat besi malam pasien tidak KE
ditandai dengan Pasien merasakan pusing dan
mengeluh lemas badan, lemas
23

pusing, pandangan O : HB 18 gr/dl


A : masalah teratasi
berkunang-kunang
P : Pantau tanda-tanda
vital

BAB IV
24

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terkena paparan kandungan berbahaya dalam pestisida dalam jangka waktu
15T

panjang terbukti dapat menyebabkan banyak penyakit, salah satunya anemia aplastik.
Arsen merupakan salah satu zat berbahaya dalam pestisida yang dapat memicu
15T kegagalan produksi sumsum tulang. Walaupun telah memakai APD yang tepat sekali,
menurut contoh kasus dalam jurnal, tetap saja kondisi fisik sesorang tidak dapat
menjaminnya tidak terkontaminasi. Dalam kali ini perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan sesuai standar prosedur yang telah ditetapkan.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas dianjurkan agar perawat selalu mengajarkan
keselamatan dan kesehatan kerja misalnya dengan selalu memakai alat pelindung diri,
meningkatkan konsumsi makanan yang dapat memacu penyerapan penyerapan zat besi,
perlu ada pengawasan dalam rangka pembudayaan keselamatan dan kesehatan kerja,
tentunya pada petani.

DAFTAR PUSTAKA
25

Aghe NS. Aplastic anemia, myelodysplasia, and related bone marrow failure
syndromes. In: Kasper DL, Fauci AS, et al (eds). Harrisons Principle of Internal
Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill, 2009:617-25.
Anonim, 2016. Gejala, Penyebab & Faktor Risiko Anemia Aplastik.
31TU http://www.amazine.co/25522/gejala-penyebab-faktor-resiko-anemia-aplastik/ . 3
U31T

November 2016.
Fikri, E., Setiani, O., dan Nurjazuli. 2012. Hubungan Paparan Pestisida dengan
Kandungan Arsen (As) dalam Urin dan Kejadian Anemia (Studi : Pada Petani
Penyemprot Pestisida di Kabupaten Brebes). Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia. Vol: 11 No. 1 Hal: 29-37.
Handani, W., Haribowo A. S., 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salembu Medika.
Issaragrisil, S.MD, etc. 1997. Aplastic Anemia in Rural Thailand: Its Association with
Grain Farming and Agricultural Pesticide Exposure. Journal of Public Health. Vol:
87 No. 9 Hal: 1551-1554.
Kurniasih, S.A., Setiani, O., dan Nugraheni, S.A. 2013. Faktor-faktor yang Terkait
Paparan Pestisida dan Hubungannya dengan Kejadian Anemia pada Petani
Hortikultura di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang Jawa
Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol: 12 No. 2 Hal: 132-137.
Muhlisin, Ahmad. n.d. Mengenal Anemia Aplastik.
http://mediskus.com/penyakit/anemia-aplastik. 1o November 2016
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Penerbitan IPD FKUI Pusat. Jakarta. 2007 : 627-633
Rangan, A. A., & Engka, J. N. 2014. Kadar hemoglobin pada petani terpapar pestisida
di kelurahan rurukan kecamatan tomohon timur .
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/3759/3282. 9
November 2016.
Salonder H. Maciejewski J. The Pathophysiology of Acquired Aplastic Anemia.
Available in URL: HYPERLINK http://content.nejm.org/cgi/content/fill/336/19/.
4 November 2016.
26

Widjanarko A. Anemia aplastik In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006;637-43.
Yuli, Sri Rahma. 2014. Epidemiologi anemia. Diakses dari
http://srirahmayuli.com/epidemiologi-anemia. 10 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai