Anda di halaman 1dari 10

Prosedur Penilaian Risiko, Estimasi Akuntansi, dan Pihak-Pihak yang Berelasi

Tugas Mata Kuliah

Auditing 1

Oleh:

Nama: Awaly Fajariyah Istiqomah

NIM: 150810301011

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

Tahun 2017
PENDAHULUAN

Dalam melakukan audit, terdapat aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu


prosedur penilaian risiko, estimasi akuntansi, dan pihak-pihak yang berelasi. Tujuan
prosedur penilaian risiko adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman
mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian
intern dari entitas tersebut. Prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk
mendukung penilaian risiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi.
Namun, bukti itu saja tidak cukup. Bukti dari prosedur penialaian risiko harus dilengkapi
dengan prosedur audit lanjutan yang merupakan tanggapan atas risiko yang
diidentifikasi, seperti pengujian pengendalian dan/atau prosedur substantive.

Selain itu, estimasi akuntansi juga penting. Ketika mengaudit estimasi,


tujuannya adalah memperoleh bukti yang cukup dan tepat mengenai estimasi
akuntansi, termasuk estimasi akuntansi dengan nilai wajar, dalam laporan keuangan,
baik yang diakui atau yang diungkapkan, adalah wajar, dan pengungkapan (yang
berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam laporan keuangan (sudah) cukup, sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pengukuran estimasi akuntansi
bisa berbeda-beda tergantung persyaratan atau kewajiban dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan item dalam laporan keuangan.

Terakhir, dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan


ketentuan tentang pihak berelasi, tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat tentang hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak
berelasi sudah diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan diungkapkan dengan tepat
dalam laporan keuangan sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

PEMBAHASAN

Bab IX Prosedur Penilaian Risiko

Selayang Pandang

Tujuan prosedur penilaian risiko adalah mengidentifikasi dan menilai risiko


salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai
pengendalian intern dari entitas tersebut. Informasi dapat diperoleh dari sumber-
sumber eksternal, seperti dari Internet dan publikasi yang diterbitkan asosiasi/industry
yang bersangkutan maupun dari sumber-sumber internal seperti karyawan.

Bukti Audit

Prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk mendukung penilaian


risiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Namun, bukti itu saja
tidak cukup. Bukti dari prosedur penialaian risiko harus dilengkapi dengan prosedur
audit lanjutan yang merupakan tanggapan atas risiko yang diidentifikasi, seperti
pengujian pengendalian dan/atau prosedur substantive.

Audit menggunakan kearifan profesionalnya untuk menentukan prosedur


penilaian risiko yang harus dilaksanakannya, dan seberapa dalam ia perlu memahami
entitas. Auditor perlu melaksanakan prosedur penilaian risiko yang cukup untuk
mengidentifikasi risiko bisnis dan risiko kecurangan yang bisa berdampak pada pada
salah saji yang material. Auditor menyelidiki dengan saksama keadaan yang
menimbulkan keraguan tentang kemampuan entitas melanjutnya usahanya (going
concern).

Ketiga Prosedur Penilaian Risiko

Ketiga prosedur penilaian risiko terdiri atas: a) prosedur menanyakan kepada


manajemen dan pihak lain (inquiries of management and others), b) pengamatan dan
inspeksi (observation and inspection), dan c) prosedur analitikal (analytical
procedures). Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya
audit. Dalam banyak situasi, hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur
lain.

Menanyakan kepada Manajemen dan Pihak Lain

ISA 240.17. Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang:

a) Penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas, dan berapa
seringnya penilaian tersebut dilakukan,
b) Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi
risiko kecurangan dalam entitas itu, termasuk risiko kecurangan yang
diidentifikasi oleh manajemen atau yang dilaporkan kepada manajemen, atau
risiko kecurangan mungkin terjadi dalam jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan,
c) Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam
entitas itu, dan
d) Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan
manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan perilaku etis.

Prosedur bertanya digunakan auditor dalam hubungannya dengan prosedur


penilaian risiko lainnya, untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material.
Perhatian utama dalam pertanyaan yang diajukan adalah pemahaman mengenai
setiap aspek yang wajib diketahui (lihat alinea 11 dan 12 dari ISA 315).

Kebanyakan informasi dalam prosedur inquiry diperoleh dari manajemen dan


mereka yang bertanggungjawab atas pelaporan keuangan. Namun, bertanya kepada
orang lain dalam entitas itu dan pegawai dengan jenjang otoritas yang berlainan dapat
memberikan perspektif yang berbeda, dan juga informasi tambahan yang dapat
berguna untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material yang mungkin
terabaikan.

Prosedur Analitikal

Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian risiko membantu


mengidentifikasi hal-hal yang mempunyai implikasi terhadap laporan keuangan dan
audit. Disamping sebagai prosedur penilaian risiko, prosedur analitikal juga dapat
digunakan sebagai prosedur audit selanjutnya dalam: memperoleh bukti mengenai
asersi laporan keuangan, serta melakukan reviu menyeluruh atas laporan keuangan
pada atau menjelang akhir audit.

Kebanyakan prosedur analitikal tidak terlalu detail atau rumit. Prosedur


analitikal pada umumnya menggunakan data agregatif. Ini berarti, hasil darin prosedur
analitikal hanya memberi indikasi awal yang sangat luas/umum mengenai terjadinya
salah saji yang material.

Hasil prosedur analitikal dibandingkan dengan informasi yang dikumpulkan


untuk: a) mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang
terkadang dalam unsure-unsur laporan keuangan yang signifikan, dan b) membantu
merancang sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya.
Entitas kecil mungkin tidak dapat menyediakan informasi keuangan yang
mutakhir. Mereka mungkin tidak menyiapkan laporan keuangan bulanan. Dalam hal ini,
beberapa informasi mungkin diperoleh melalui prosedur inquiry, namun inquiries yang
lebih detail harus menunggu sampai draf awal laporan keuangan sudah tersedia.

Observasi (Pengamatan) dan Inspeksi

Observasi atau pengamatan dan inspeksi (observation dan inspection)


mempunyai dua fungsi yaitu: a) mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada
manajemen dan pihak-pihak lain, dan b) menyediakan informasi tambahan mengenai
entitas dan lingkungannya.

Rancangan dan Implementasi Pengendalian Internal

Prosedur penilaian risiko meliputi prosedur evaluasi atas rancangan atau


desain dan implementasi pengendalian internal.

Sumber Lain Mengenai Risiko

Prosedur-prosedur lain yang dilakukan audilor dapal digunakan untuk tujuan


penilaian risiko.

Bab X Estimasi Akuntansi

Selayang Pandang

Ketika mengaudit estimasi, tujuannya adalah memperoleh bukti audit yang


cukup dan tepat mengenai apakah: 1) estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi
dengan nilai wajar, dalam laporan keuangan, baik yang diakui atau yang diungkapkan,
adalah wajar, dan 2) pengungkapan (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam
laporan keuangan (sudah) cukup, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.

Beberapa item dalam laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat dan
karenanya, harus diestimasi atau diperkirakan jumlahnya. Estimasi akuntansi beraneka
ragam tingkat kerumitannya dan berkisar dari yang paling sederhana (seperti net
realizable values atau nilai yang dapat direalisasi untuk persediaan barang dan piutang
dagang) sampai yang lebih kompleks (seperti dalam hal pendapatan yang harus
dicatat dari kontrak jangka panjang dan kewajiban di masa yang akan dating dalam hal
produk yang dijual dengan jaminan tertentu).
Pengukuran estimasi akuntansi bisa berbeda-beda tergantung persyaratan atau
kewajiban dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan item dalam laporan
keuangan. Tujuan pengukuran dari suatu estimasi bisa untuk: 1) membuat prakiraan
atau forecast mengenai outcome satu atau lebih transaksi, peristiwa, atau kondisi yang
menyebabkan estimasi akuntansi perlu dibuat, atau 2) menentukan nilai dari transaksi
berjalan atau item laporan keuangan berdasarkan kondisi yang ada ada tanggal
pengukuran, seperti taksiran harga pasar (estimated market price) dari suatu jenis aset
atau kewajiban tertentu.

Risiko salah saji yang material karena estimasi sering kali didasarkan pada
tingkat ketidakpastian estimasi (estimation uncertainty). Dengan kearifan
profesionalnya, auditor harus menentukan apakah estimasi akuntansi dengan
ketidakpastian estimasi yang tinggi (high estimation uncertainty) mengandung risiko
yang signifikan. Jika auditor mengidentifikasi adanya risiko yang signifikan, ia juga
harus memperoleh pemahaman mengenai pengendalian entitas, termasuk kegiatan
pengendalian (control activities).

Ketika bukti audit sudah diperoleh, kewajaran estimasi dievaluasi dan luasnya
salah saji diidentifikasi: 1) dalam hal bukti mendukung suatu point estimate, perbedaan
antara auditors point estimate dan managements point estimate merupakan suatu
salah saji, 2) dalam hal auditor menyimpulkan bahwa dengan menggunakan auditors
range of reasonableness (kisaran yang menurut auditor adalah wajar) memberikan
bukti audit yang cukup dan tepat, maka managements point estimate diluar kisaran
tersebut tidaklah didukung oleh bukti audit.

Perbedaan antara hasil akhir dari suatu estimasi akuntansi (outcome of an


accounting estimate) dan jumlah yang semula diakui dan diungkapkan dalam laporan
keuangan tidak serta-merta merupakan salah saji.

Penilaian Risiko

ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Penilaian Risiko

(540.8) Pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya, (540.9)


Reviu hasil akhir (outcome) estimasi akuntansi, (540.10) Mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji material, (540.11) Pandangan auditor tentang pengidentifikasian
ketidakpastian estimasi.
Untuk entitas yang lebih kecil, membuat estimasi tidak terlalu rumit, karena
kegiatan bisnis terbatas dan transaksinya juga tidak kompleks. Kadang-kadang, satu
orang (biasanya pemilik merangkap pengelola), akan mengidentifikasi kebutuhan akan
estimasi akuntansi, dan auditor dapat memusatkan pertanyaannya pada orang
tersebut. Namun, entitas kecil jarang menggunakan management expert yang dapat
menggunakan pengetahuan dan keahliannya untuk membuat point estimates. Dalam
hal ini, risiko salah saji material akibat estimasi akuntansi, malah meningkat.

Tanggapan Atas Risiko

Dalam tahap ini auditor memberi tangapan atas risiko yang dinilai (assessed
risks) pada tahap sebelumnya.

ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Menanggapi Risiko

(540.12) Kewajiban auditor pasca tahap penilaian risiko, (540.13) Kewajiban


auditor dalam menanggapi risiko, (540.14) Mempertimbangkan perlunya keterampilan
terspesialisasi (specialized skills), (540.15) Kewajiban auditor dalam menghadapi risiko
signifikan, (540.16) Kewajiban auditor jika manajemen belum cukup menangani risiko
signifikan.

Dalam entitas yang lebih kecil, sangat boleh jadi manajemen aktif terlibat dalam
proses pelaporan, termasuk membuat estimasi akuntansi. Akibatnya, pengendalian
atas proses estimasi tidak ada, atau jika ada, mungkin akan beroperasi secara
informal. Oleh karena itu, tanggapan auditor atas risiko yang dinilai bersifat
substantive.

Pelaporan

ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Pelaporan

(540.19) Auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
apakah pengungkapan dalam laporan keuangan mengenai estimasi akuntansi sesuai
dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, (540.20)
Untuk estimasi akuntansi yang berisiko signifikan, auditor juga wajib mengevaluasi
kecukupan dari pengungkapan mengenai ketidakpastian estimasi dalam laporan
keuangan, dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Representasi Tertulis
Auditor meminta (dan harus memperoleh) representasi tertulis (written
representations) dari manajemen mengenai kewajaran dari asumsi-asumsi signifikan
yang digunakan. Juga pertimbangan untuk memperoleh representasi tertulis mengenai
apakah asumsi-asumsi itu mencerminkan niat dan kemampuan manajemen untuk
mengambil tindakan yang relevan untuk memperoleh fair values measurements dan
menyajikan disclosures mengenai hal tersebut.

Bab XI Pihak-Pihak Yang Berelasi

Selayang Pandang

Pihak yang berelasi tidak independen satu dengan yang lain. Oleh karena itu,
risiko terjadinya salah saji material melalui transaksi hubungan pihak berelasi
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi diantara pihak-pihak yang bebas
(unrelated parties). Juga, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku seringkali
menetapkan persyaratan akuntansi dan pengungkapan mengenai transaksi hubungan
pihak berelasi. Dampak transaksi hubungan pihak berelasi, bisa berupa laba yang
dinyatakan terlalu tinggi (overstated) atau terlalu rendah (understated) karena harga
yang diatur (transfer pricing).

Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengungkap pihak-


pihak yang berelasi dan akuntansi atas transaksi hubungan pihak berelasi. Auditor
harus senantiasa waspada terhadap informasi pihak-pihak yang berelasi ketika
mereviu catatan atau dokumen selama audit berlangsung.

Dalam entitas yang lebih kecil, prosedur ini tidak terlalu canggih dan bersifat
informal. Manajemen mungkin tidak mempunyai informasi mengenai pihak-pihak yang
berelasi yang siap tersedia. Sistem informasi juga tidak dirancang khusus untuk
mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi. Oleh karena itu, auditor perlu bertanya dan
mewawancarai manajemen, mereviu akun-akun dengan pihak-pihak tertentu, dan
prosedur lain diluar catatan pembukuan dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Karena pihak-pihak yang berelasi tidak independen satu terhadap yang lain,
banyak kerangka pelaporan keuangan menetapkan persyaratan akuntansi dan
pengungkapan yang spesifik untuk hubungan pihak berelasi, serta transaksi dan saldo-
saldonya.

Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan


persyaratan yang sangat minim atau bahkan tidak menetapkan persyaratan apapun
tentang pihak-pihak yang berelasi, auditor tetap harus memperoleh pemahaman yang
cukup tentang hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi agar ia dapat
menyimpulkan apakah laporan keuangan, sepanjang dipengaruhi hubungan dan
transaksi pihak-pihak yang berelasi: 1) menyajikan secara layak (dalam hal kerangka
pelaporan keuangan penyajian yang layak), atau 2) tidak menyesatkan (kerangka
pelaporan keuangan kepatuhan).

Dalam hal diperolehnya informasi yang mengarah kepada adanya hubungan


dan transaksi pihak-pihak yang berelasi (yang sebelumnya tidak diketahui aatu
diungkapkan oleh manajemen), auditor harus memastikan kebenaran informasi
tersebut.

Tahap 1-Menilai Risiko

Kutipan dari ISA 550 mengenai kewajiban auditor berkenaan dengan pihak-
pihak yang berelasi dan transaksi diantara pihak-pihak yang berelasi dalam tahap
penilaian risiko.

Tahap 2-Menanggapi Risiko

Setelah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material berkenaan


dengan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi dalam tahap pertama,
auditor menanggapi risiko tersebut dalam tahap kedua dari proses audit. Kutipan dari
ISA 550 mengenai kewajiban dalam menanggapi risiko yang diidentifikasi dan
dinilainya.

Dalam hal menanggapi risiko salah saji material yang diidentifikasi berkenaan
dengan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi, auditor perlu
mempertimbangkan beberapa hal: a) dugaan adanya kecurangan berkenaan dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi, b) transaksi pihak berelasi yang signifikan
diluar jalur bisnis normal, c) asersi manajemen

Tahap 3-Pelaporan

Tahap terakhir dalam proses audit ialah tahap pelaporan berkenaan dengan
hasil audit atas hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi. Dalam tahapn audit
terakhir berkenaan dengan hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi, auditor
perlu mempertimbangkan beberapa hal: a) dokumen dan laporan. b) representasi
manajemen, c) tentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi.
KESIMPULAN

Prosedur penilaian risiko terdiri atas: a) prosedur menanyakan kepada


manajemen dan pihak lain (inquiries of management and others), b) pengamatan dan
inspeksi (observation and inspection), dan c) prosedur analitikal (analytical
procedures). Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya
audit. Dalam banyak situasi, hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur
lain.

Kutipan ISA 540 tahapan estimasi akuntansi: estimasi akuntansi dalam tahap
penilaian risiko, estimasi akuntansi dalam tahap menanggapi risiko, dan estimasi
akuntansi dalam tahap pelaporan.

Kutipan ISA 550 memberikan petunjuk mengenai tanggung jawab auditor dan
prosedur audit mengenai pihak-pihak yang berelasi dan transaksi antar pihak-pihak
yang berelasi. Tahapannya terdiri atas: kewajiban auditor dalam tahap penilaian risiko,
kewajiban auditor dalam tahap menanggapi risiko, dan kewajiban auditor dalam tahap
pelaporan.

REFERENSI

Tuanakotta, Theodorus M. 2016. Audit Kontemporer. Jakarta. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai