Anda di halaman 1dari 18

Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan...

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 12 Nomor 1, Juni 2015

PENGARUH PREMANAGED EARNINGS DAN DIVIDEN YANG


DIHARAPKAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

Rosalia Anita Wibiksono


Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya
anita.rosalia@yahoo.com

Felizia Arni Rudiawarni


Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya
felizia@staff.ubaya.ac.id

Abstract

This study aims to determine whether the companies paying dividend in the previous year (payers)
are more likely to perform earnings management than companies that do not (non-payers) in
order to meet the expected dividend. The study also examines the impact of premanaged earnings
and expected dividend on earnings management practices. Sample used in this research are
manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010-2012. The findings suggest
that there is a significant negative relationship between premanaged earnings and discretionary
accruals, and a significant positive relationship between the expected dividends and discretionary
accruals. This study concludes that dividend is important determinant of earnings thresholds.
However, dividend is not a unique motivation to perform earnings management.

Keywords: earnings management, expected dividend, premanaged earnings, dividend thresholds

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan yang membayarkan dividen di
tahun sebelumnya (payers) lebih cenderung melakukan manajemen laba daripada perusahaan
yang tidak membayarkan dividen di tahun sebelumnya (non-payers) agar dapat memenuhi
dividen yang diharapkan. Penelitian menguji bagaimana pengaruh premanaged earnings dan
dividen yang diharapkan dengan praktik manajemen laba. Penelitian ini menggunakan sampel
badan usaha manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 dengan menggunakan teknik
purposive/judgement sampling. Temuan menunjukkan premanaged earnings berpengaruh negatif
signifikan terhadap akrual diskresioner yang merupakan proksi dari manajemen laba. Penelitian ini
menyimpulkan meskipun dividen yang diharapkan adalah salah satu penentu earnings threshold,
namun dividen bukan menjadi unique motivation untuk melakukan manajemen laba.

Kata kunci: manajemen laba, expected dividend, premanaged earnings, dividend thresholds

PENDAHULUAN

Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk
memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan. Teori keagenan
mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemegang
saham sebagai pemilik. Adanya ketidaksamaan insentif antara manajer dan pemegang saham
2 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

dapat menyebabkan manajer menggunakan DeFond dan Park (1997) menyatakan


fleksibilitas untuk melakukan manajemen laba premanaged earnings sebagai laba asli yang
secara oportunistik sehingga menciptakan bersih dari perilaku manajemen laba. Healy
distorsi dalam laba yang dilaporkan. Hal dan Palepu (1990) serta DeAngelo et al. (2000)
ini dikenal sebagai Opportunistic Earnings mengasumsikan dividen yang diharapkan
Management (OEM) (Jiraporn et al. 2008). (expected dividend) sebesar dividen yang
Sejumlah fakta yang terkait dengan dibayarkan pada tahun sebelumnya. Daniel
manajemen laba, terbukti dengan adanya et al. (2008) membandingkan premanaged
kasus-kasus kecurangan korporasi. Skandal earnings dengan dividen yang diharapkan.
keuangan Enron menyebabkan publik Amerika Jika nilai premanaged earnings lebih rendah
Serikat meragukan integritas dan kredibilitas daripada dividen yang diharapkan, atau kondisi
para pelaku dunia usaha. Dalam kasus Enron, tersebut disebut dengan earnings shortfall,
diketahui terjadinya perilaku moral hazard maka perusahaan akan cenderung melakukan
(di antaranya manipulasi laporan keuangan manajemen laba.
dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar Penelitian terdahulu belum banyak yang
AS padahal perusahaan mengalami kerugian). mempertimbangkan efek status pembayaran
Kasus manajemen laba di Indonesia tampak dividen atau earnings shortfall (terkait dengan
pula pada PT Kimia Farma Tbk. Pada laporan kondisi premanaged earnings yang lebih
auditnya, Bapepam menemukan adanya rendah daripada dividen yang diharapkan)
indikasi mark up terhadap laba di mana tahun terhadap akrual diskresioner. Beberapa
2004 tercatat Rp 132 milyar, namun sebenarnya penelitian terdahulu lebih banyak berfokus
hanya senilai Rp 99,594 milyar. pada keterkaitan antara kebijakan dividen
De Angelo et al. (2000) dan Holthausen dan manajemen laba, antara lain penelitian
et al. (1995) menunjukkan bahwa manajemen Kasanen et al. (1996) mendokumentasikan
laba telah meluas dan ada dalam setiap bahwa perusahaan memanipulasi laba menjadi
pelaporan keuangan yang disampaikan lebih tinggi (earnings upwards) sebagai
oleh perusahaan. Kebijakan akuntansi respon terhadap tekanan dari pemegang saham
yang diterapkan di perusahaan sepenuhnya untuk membayarkan dividen kepada mereka.
merupakan pilihan pihak manajemen. Adanya Aurangzeb dan Dilawer (2012) menyatakan
fleksibilitas pihak manajemen untuk memilih bahwa manajemen laba memiliki dampak
kebijakan akuntansi yang diterapkan terkadang
negatif terhadap kebijakan pembayaran dividen
dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk
(dividend payout policy) pada sektor tekstil
dapat memanipulasi laba yang dilaporkan
di Pakistan. Dalam penelitian Aurangzeb dan
dengan berbagai cara.
Dilawer (2012) ini perusahaan berfokus pada
Tujuan utama investor dalam mena-
capital expenditures yang berakibat pada
namkan modalnya adalah untuk mencari
jumlah utang jangka panjang yang meningkat
return yang salah satunya berupa dividen
sehingga perusahaan bertanggung jawab
(Purwanti dan Sawitri 2011). Bagi perusahaan,
untuk melunasi utang tersebut dan akibatnya
pembayaran dividen dapat digunakan untuk
tidak dapat membayar dividen. Penelitian
memperkuat posisi perusahaan dalam mencari
Putri (2012) juga memberikan bukti bahwa
tambahan dana di pasar modal (Subkhan dan
kebijakan dividen berpengaruh secara positif
Wardani 2012). Oleh sebab itu, pembayaran
dividen dianggap sebagai suatu hal yang signifikan terhadap manajemen laba.
penting sehingga dapat memotivasi pihak Di sisi lain, terdapat penelitian dengan
manajemen untuk melakukan manajemen laba hasil yang berbeda. Syed et al. (2010)
terutama pada saat laba yang sesungguhnya menemukan tidak ada hubungan antara
(premanaged earnings) berada di bawah level manajemen laba dan kebijakan dividen di
yang ditargetkan untuk bisa tetap membagikan Pakistan. Laba tidak mempunyai dampak pada
dividen pada periode ini. rasio pembayaran dividen. Hal ini menunjukkan
bahwa manajemen laba dilakukan tidak
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 3

dengan tujuan untuk pembagian dividen. Pada sebelumnya akan melakukan manajemen laba
dasarnya, hukum yang ketat dari kedua negara pada periode ini untuk bisa mencapai dividend
yang tidak mengizinkan adanya manipulasi threshold yang diinginkan. Selain itu, hasil
data membuat pihak manajemen enggan penelitian ini juga menunjukkan bahwa baik
melakukan manajemen laba. perusahaan yang melakukan maupun yang
Penelitian ini berfokus pada satu sektor tidak melakukan pembayaran dividen pada
industri saja, yaitu industri manufaktur, periode sebelumnya memiliki kecenderungan
sebagai obyek penelitian. Pemilihan satu yang sama untuk melakukan manajemen laba
industri saja karena ada kemungkinan tiap pada periode ini.
industri memiliki pola manajemen laba
yang berbeda. Industri manufaktur dipilih
TELAAH LITERATUR DAN
sebab emiten dari sektor industri manufaktur
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
yang paling banyak membagikan dividen.
Berdasarkan data dari IDX Statistic (www.idx.
Scott (2012) menyatakan bahwa
co.id) tidak semua perusahaan yang terdaftar
manajer dapat memilih kebijakan akuntansi
di Bursa Efek Indonesia (BEI) membagikan
dari sekumpulan kebijakan yang ada sehingga
dividen setiap tahunnya. Data menunjukkan
merupakan hal wajar apabila manajer akan
persentase emiten yang membagikan dividen
berusaha memilih kebijakan akuntansi yang
pada tahun 2010 adalah 40%, 44% pada tahun
menguntungkan dirinya. Hal ini berpotensi
2011, dan 42% pada tahun 2012. Dari semua
menimbulkan konflik kepentingan antara
emiten yang melakukan pembayaran dividen
pihak manajemen dan pemegang saham, yang
tersebut, yang paling banyak berasal dari sektor
dikenal sebagai konflik keagenan (Jensen dan
manufaktur, yaitu pada tahun 2012 mencapai
Meckling 1976).
33,51% dari total keseluruhan emiten yang
Jensen dan Meckling (1976) menyata-
melakukan pembayaran dividen. Jika dilihat
kan bahwa teori keagenan mendeskripsikan
dari masing-masing sektor, persentase emiten
pemegang saham sebagai prinsipal dan mana-
yang membagikan dividen yang tertinggi
jemen sebagai agen. Manajemen merupakan
juga berasal dari sektor manufaktur. Di tahun
pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
2012, dari 136 emiten sektor manufaktur, 65
demi kepentingan pemegang saham. Mana-
emiten atau 48% membagikan dividen. Ini
jemen diberikan kekuasaan untuk membuat
adalah persentase yang tertinggi dibandingkan
keputusan demi kepentingan pemegang sa-
dengan sektor industri yang lainnya.
ham. Hal ini dapat mendorong manajemen
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
melakukan moral hazard.
apakah ada pengaruh dividend threshold
terhadap praktik manajemen laba pada Scott (2012) menyatakan bahwa
perusahaan yang termasuk dalam industri pengawasan (observability) dari tindakan agen
manufaktur yang terdaftar di BEI periode dalam konteks owner-manager hampir tidak
2010-2012. Penelitian ini diharapkan dapat mungkin dilakukan karena adanya pemisahan
memberikan kontribusi untuk memperkaya kepemilikan dan kontrol terkait kegiatan
riset terkait dengan dividend threshold operasional perusahaan yang dijalankan
sebagai salah satu motivasi manajemen laba, oleh agen. Setelah kontrak terjadi antara
sekaligus memberikan informasi terkait agen dan prinsipal, manajer akan cenderung
dengan analisis laporan keuangan antara memanfaatkan kondisi asimetri informasi
perusahaan yang melakukan pembayaran akibat kurangnya pengawasan dari pihak
dividen dan perusahaan yang tidak melakukan prinsipal serta fleksibilitas yang dimilikinya
pembayaran dividen. Hasil penelitian ini dalam penentuan kebijakan akuntansi untuk
menunjukkan bahwa perusahaan yang mela- mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri.
kukan pembayaran dividen pada periode Richardson (2000) juga menunjukkan adanya
4 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

hubungan positif antara asimetri informasi dan laba adalah untuk memenuhi thresholds
manajemen laba. yang hendak dicapai. Degeorge et al. (1999)
menyatakan tiga thresholds yang ingin dicapai
Premanaged Earnings (Laba Asli yang manajemen, yakni melaporkan laba positif atau
Bersih dari Perilaku Manajemen Laba) dan sebesar nol, mempertahankan kinerja saat ini,
Dividen yang Diharapkan serta memenuhi perkiraan analis. Oleh karena
DeFond dan Park (1997) menyatakan itu, perusahaan akan cenderung berusaha
premanaged earnings sebagai laba asli meningkatkan laba yang diperoleh sehingga
yang bersih dari perilaku manajemen laba. kinerjanya tampak baik di mata stakeholders.
Komponen ini diperoleh dari arus kas operasi Kecenderungan manajemen untuk
ditambah dengan akrual nondiskresioner (non- melakukan manajemen laba saat premanaged
discretionary accrual) dikurangi dengan dividen earnings rendah tidak terlepas dari tuntutan
untuk saham preferen. Selanjutnya, menurut akan pembayaran dividen. Hal tersebut
Healy dan Palepu (1990) serta DeAngelo et juga didukung oleh Kasanen et al. (1996)
al. (1994), dividen yang diharapkan (expected yang menyatakan bahwa dividen memang
dividend) adalah sebesar dividen yang diba- memengaruhi perilaku manajemen laba.
yarkan pada tahun sebelumnya. Manajemen memanipulasi laba disebabkan
Daniel et al. (2008) menghubungkan adanya implicit managerial contract untuk
antara premanaged earnings dan expected dapat membayarkan dividen yang stabil kepada
dividend. Saat nilai premanaged earnings lebih controlling owners. Hal ini menyebabkan
rendah daripada dividen yang diharapkan, timbulnya insentif untuk memanipulasi laba
atau kondisi tersebut disebut dengan earnings menjadi semakin besar saat unmanaged/
shortfall, maka perusahaan akan cenderung premanaged earnings terlalu rendah untuk
melakukan manajemen laba. membayar dividen yang ditargetkan dan
Daniel et al. (2008) menyatakan bahwa sebaliknya, manajemen akan memanipulasi
perusahaan akan mempunyai nilai defisit yang laba agar semakin kecil untuk penghematan
tinggi saat nilai dari premanaged earnings pajak apabila unmanaged/premanaged
rendah atau saat nilai dari dividen yang earnings lebih tinggi daripada laba yang
diharapkan tinggi. Selanjutnya, untuk meneliti dibutuhkan untuk pembayaran dividen.
apakah variabel premanaged earnings dan Berdasarkan hasil penelitian dan telaah
dividen yang diharapkan ini secara individual literatur di atas, maka hipotesis yang hendak
berpengaruh terhadap akrual diskresioner diuji adalah:
yang merupakan proksi manajemen laba, H1a: Premanaged earnings berpengaruh
maka variabel deficit dijabarkan dengan dua negatif terhadap manajemen laba.
komponen variabelnya yakni tingkat dari
premanaged earnings dan tingkat dari dividen Pengaruh Dividen yang Diharapkan
yang diharapkan. Hasil penelitian Daniel et al. (Expected Dividend) terhadap Manajemen
(2008) mengindikasikan bahwa premanaged Laba
earnings berpengaruh negatif terhadap akrual Healy dan Palepu (1990) serta DeAngelo
diskresioner dan dividen yang diharapkan et al. (1994) mengasumsikan dividen yang
(expected dividend) berpengaruh positif diharapkan sebesar dividen yang dibayarkan
terhadap akrual diskresioner. pada tahun sebelumnya. Daniel et al. (2008)
menyatakan bahwa jika nilai dividen yang
Pengaruh Premanaged Earnings terhadap diharapkan tinggi, maka perusahaan akan
Manajemen Laba cenderung melakukan manajemen laba.
Daniel et al. (2008) menyatakan bahwa Putri et al. (2011) menyatakan bahwa
ketika nilai premanaged earnings rendah, kebijakan dividen berpengaruh positif signi-
maka perusahaan akan cenderung melakukan fikan terhadap manajemen laba. Lintner
manajemen laba. Hal ini tidak terlepas dari (1956) juga menyatakan bahwa manajer tidak
tujuan perusahaan melakukan manajemen mengharapkan akan adanya pemotongan
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 5

dividen, manajer akan selalu mengusahakan dividen pada tahun sebelumnya (dividend
untuk menghindari pemotongan dividen. payer) secara signifikan lebih cenderung
Kasanen et al. (1996) menyatakan bahwa melakukan earnings upward saat premanaged
dividen menjadi penentu perilaku manajemen earnings lebih rendah daripada tingkat
laba. Perusahaan mengelola laba menjadi lebih dividen yang diharapkan (expected dividend
tinggi disebabkan oleh implicit managerial level). Mereka menyatakan bahwa akrual
contract untuk membayarkan dividen yang diskresioner akan berhubungan positif
stabil dari tahun ke tahun kepada pemilik dengan earnings shortfall (kondisi di mana
(controlling owners). Temuan empiris oleh nilai premanaged earnings lebih rendah
Kasanen et al. (1996) tidak hanya mendukung daripada dividen yang diharapkan). Daniel et
pengaruh signifikan dividen untuk perilaku al. (2008) juga menemukan bahwa dividend
manajemen laba pada perusahaan di Finlandia, payers memublikasikan laba yang dilaporkan
tetapi juga munculnya hipotesis baru adanya (reported earnings) dengan nilai yang sangat
perilaku manajemen laba pada perusahaan tinggi di atas tingkat dividen yang diharapkan
dengan keinginan kuat untuk memiliki (expected dividend level).
pembayaran dividen yang stabil. Daniel et al. (2008) juga menyatakan
DeAngelo dan DeAngelo (2006) juga
bahwa laba yang dilaporkan merupakan
menyatakan bahwa dividen adalah hal yang
binding constraint terhadap tingkat dividen
paling utama bagi investor. Namun, pada
dan perusahaan secara aktif memanipulasi
umumnya, setiap perusahaan yang terlibat
laba untuk mengelola dividen dengan
perjanjian kontrak utang akan memiliki
menghindari constraint tersebut. Penelitian
pembatasan atas dividen. Kalay (1982)
menyatakan bahwa setiap perusahaan memi- tersebut menunjukkan hasil bahwa hubungan
liki dividend restriction paling tidak dari antara kondisi earnings shortfall dan akrual
satu instrumen utang. Perjanjian utang ini diskresioner hanya terjadi pada dividend
menentukan batas dividen maksimum yang payers. Dengan demikian, disimpulkan bahwa
dapat dibayarkan dari laba dengan tujuan tingkat dividen yang diharapkan merupakan
untuk melindungi kreditor. Keberadaan per- unique earnings thresholds.
janjian utang tersebut mengimplikasikan Dalam penelitian tersebut, baik bagi
bahwa tingkat laba yang dilaporkan (reported perusahaan payers maupun non-payers,
earnings) adalah penentu penting bagi manajemen laba yang dilakukan mengacu
pembayaran dividen (Lintner 1956). Jika laba pada income maximization. Bagi perusahaan
yang dilaporkan adalah dividend thresholds payers, thresholds yang hendak dicapai berupa
yang penting, maka manajer mempunyai dividen yang diharapkan (sebesar dividen kas
insentif untuk memanipulasi laba menjadi lebih yang dibayarkan pada tahun t-1). Oleh karena
tinggi untuk menghindari dividend cuts saat pembayaran dividen berkaitan erat dengan
dividen yang diharapkan lebih tinggi daripada jumlah laba yang dapat dihasilkan perusahaan,
laba yang dilaporkan atau premanaged maka perusahaan cenderung melakukan income
earnings (Watts dan Zimmerman 1986). maximization saat premanaged earnings yang
Berdasarkan hasil penelitian dan telaah dihasilkan lebih rendah daripada dividen yang
literatur tersebut, maka hipotesis yang hendak diharapkan (Daniel et al. 2008). Semakin
diuji adalah: tinggi dividen yang diharapkan, berarti
H1b: Dividen yang diharapkan (expected semakin tinggi income maximization yang
dividend) berpengaruh positif ter- mungkin dilakukan oleh perusahaan. Dengan
hadap manajemen laba. demikian, diharapkan nilai laba yang tinggi
dapat menjadi sinyal positif bagi stockholders
Dividend Payers, Dividen yang Diharapkan, bahwa perusahan mampu membayarkan
dan Manajemen Laba dividen setidaknya sama dengan tahun lalu
Daniel et al. (2008) menyatakan (Huang et al. 2009; Denis dan Osobov 2008).
perusahaan yang melakukan pembayaran
6 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

Bagi perusahaan non-payers, thresholds sehingga informasi secara tahunan perusahaan


yang hendak dicapai adalah dividen yang dapat diketahui, tidak mengalami delisting
diharapkan (expected dividend) yang sebesar selama periode penelitian, menyajikan lapor-
nol. Hal ini disebabkan perusahaan non- an keuangannya dalam satuan mata uang
payers tidak melakukan pembayaran dividen Rupiah dengan periode yang berakhir tanggal
pada tahun sebelumnya (t-1). Oleh karena 31 Desember, tidak memiliki total ekuitas
itu, perusahaan non-payers lebih berusaha negatif pada tahun t-1 karena terkait dengan
untuk mencapai earnings threshold, yaitu pembayaran dividen sehingga nilai total
berupa melaporkan laba positif atau sebesar ekuitas harus positif, dan untuk membatasi
nol, mempertahankan kinerja saat ini, serta adanya bias dalam penelitian ini, yaitu:
memenuhi perkiraan analis (Degeorge et al. (1) perusahaan dengan total ekuitas negatif
1999). Dengan demikian, perusahaan akan pasti termasuk kategori non-payer dan (2)
berusaha melakukan income maximization perhitungan leverage yang digunakan dalam
saat nilai premanaged earnings rendah. penelitian ini memiliki rasio yang kurang dari
Berdasarkan hasil penelitian dan telaah 1 (perusahaan dalam kondisi normal). Selain
literatur di atas, maka hipotesis yang hendak itu, badan usaha tersebut harus memiliki data
diuji adalah sebagai berikut: yang dibutuhkan terkait dengan variabel yang
H2: Perusahaan yang melakukan pem- digunakan dalam penelitian. Badan usaha
bayaran dividen (payers) lebih cen- yang baru terdaftar di pertengahan tahun tidak
derung untuk melakukan manajemen disertakan dalam penelitian untuk mengisolasi
laba daripada perusahaan yang tidak efek Initial Public Offering (IPO). Hal ini
melakukan pembayaran dividen
disebabkan kecenderungan perusahaan yang
(non-payers) untuk dapat memenuhi
melakukan manajemen laba pada saat IPO
tingkat dividen yang diharapkan.
sehingga kami tidak menyertakan perusahaan
yang baru terdaftar di pertengahan tahun. Teoh
METODE PENELITIAN et al. (1998) menemukan bahwa discretionary
current accrual di sekitar IPO lebih tinggi
Populasi dan Sampel untuk perusahaan yang sedang melakukan
Objek penelitian yang digunakan dalam IPO dibandingkan dengan perusahaan yang
penelitian ini adalah badan usaha sektor tidak sedang melakukan IPO (non-issuer). Jika
manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode perusahaan yang melakukan IPO pada tahun
2010-2012. Pemilihan sektor manufaktur penelitian disertakan dalam penelitian ini,
sebagai objek penelitian disebabkan persentase dikhawatirkan hasil penelitian akan menjadi
perusahaan yang membagikan dividen paling bias karena perusahaan tersebut cenderung
tinggi berasal dari sektor manufaktur, baik melakukan manajemen laba lebih disebabkan
jika dilihat dari total keseluruhan badan usaha karena IPO, bukan karena ingin mencapai
yang terdaftar di BEI, maupun persentase dari
dividend thresholds seperti yang hendak
masing-masing sektor industri. Pengambilan
diteliti dalam penelitian ini.
sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik non-probability purposive sampling
Definisi Operasional Variabel
yaitu penentuan sampel sebagai objek
Dalam penelitian ini, yang menjadi
penelitian untuk memenuhi tujuan penelitian
variabel dependen adalah Discretionary Total
dengan sejumlah kriteria tertentu (Efferin et
Accruals (DTACCt) sebagai proksi manajemen
al. 2008). Kriteria yang ditetapkan yaitu badan
laba mengacu pada Cross Sectional Jones
usaha sektor manufaktur yang terdaftar di BEI
Model (1991).
harus memiliki laporan keuangan dan laporan
Total Accruals dapat dicari dengan
tahunan selama periode penelitian 2010-2012 menggunakan persamaan berikut:
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 7

earnings. Deficit akan bernilai sebesar


earnings shortfall apabila expected dividend >
Setelah itu, TACCt diregresikan dengan pre-managed earnings, dengan:
perubahan penjualan (delta sales) dan nilai
kotor aset tetap (PPE) dengan menggunakan EARNSHORTi,t = EXDIVi,t PREMEi,t ... (5)
Cross Sectional Jones Model (1991) sebagai
Keterangan:
berikut:
EARNSHORT = Earnings shortfall
EXDIV = Dividen yang diharapkan
(expected dividend)
PREME = Premanaged earnings
i = Perusahaan i
t = Periode t
Selanjutnya, nilai 0, 1, dan 2 yang
diperoleh dari hasil regresi di atas digunakan Expected dividend adalah sebesar dividen
untuk mencari nilai non discretionary accruals kas yang dibayarkan perusahaan pada tahun
dengan persamaan sebagai berikut: sebelumnya (t-1).
Premanaged earnings dapat dicari
dengan cara:

PREMEi,t = OCFi,t + NDACi,t PREDIVi,t ... (6)

Keterangan:
PREME = Premanaged earnings
Selanjutnya, Discretionary Total
OCF = Arus kas dari aktivitas operasi
Accruals dihitung dengan rumus:
NDAC = Total akrual nondiskresioner (non-
discretionary total accruals)
PREDIV = Dividen saham preferen
i = Perusahaan i
t = Periode t
Keterangan:
NI = Laba bersih Variabel Deficit ini sendiri terdiri atas
OCF = Arus kas dari aktivitas operasi deficit for payers (DPt) dan deficit for non-
Sales = Nilai penjualan payers (DNPt). Variabel deficit for payers
PPE = Nilai kotor dari aset tetap per- (DPt) dicari dengan cara mengalikan nilai
usahaan Deficit dengan Payer. Nilai dari Payer itu
NDAC = Total akrual nondiskresioner (non- sendiri merupakan dummy variable yang
discretionary total accruals) dinilai sebesar 1 apabila perusahaan tersebut
DTACC = Total akrual diskresioner (discre- membayarkan dividen pada tahun sebelumnya
tionary total accruals) (t-1) dan dinilai sebesar 0 apabila perusahaan
TACC = Total akrual tersebut tidak membayarkan dividen pada
i = Perusahaan i tahun sebelumnya. Jadi, variabel DPt dapat
t = Periode t dicari dengan rumus:
Penelitian ini mengacu pada penelitian DPi,t = DEFICITi,t x PAYER .................... (7)
Daniel et al. (2008). Variabel independen
adalah Deficit, yakni sebesar Max (0, earnings Variabel deficit for non-payers (DNPt)
shortfall). Deficit akan bernilai sebesar 0 dicari dengan cara mengalikan nilai Deficit
apabila expected dividend < pre-managed dengan Non-Payer. Nilai dari Non-payer
8 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

itu sendiri merupakan dummy variable yang ukuran perusahaan (FSIZE) digunakan sebagai
dinilai sebesar 1-payer. salah satu variabel kontrol dalam penelitian
ini.
DNPi,t = DEFICITi,t x NPAYER .............. (8) Scott (2012) menyatakan perusahaan
dengan tingkat utang yang tinggi diduga
Keterangan: melakukan manajemen laba karena perusahaan
DPt = Deficit for Payers terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi
DNPt = Deficit for Non-payers kewajiban pembayaran utang pada waktunya.
NPAYER = Non-payer Oleh karena itu, tingkat utang (leverage)
i = Perusahaan i digunakan sebagai salah satu variabel kontrol
t = Periode t dalam penelitian ini.
Skinner dan Sloan (2002) menyatakan
Terdapat beberapa variabel kontrol pada bahwa perusahaan yang memiliki peluang
penelitian ini yang mengacu pada penelitian pertumbuhan (growth opportunities) memiliki
Daniel et al. (2008), yaitu: (1) payer yang tekanan untuk memenuhi earnings thresholds
merupakan dummy variable yang dinyatakan sehingga perusahaan dengan potensi per-
sebesar 1 apabila perusahaan tersebut mem- tumbuhan yang tinggi akan cenderung
bayarkan dividen pada tahun sebelumnya melakukan manajemen laba. Oleh karena
dan dinilai sebesar 0 apabila perusahaan itu, peluang pertumbuhan perusahaan yang
tersebut tidak membayarkan dividen pada diproksikan dengan market-to-book ratio
tahun sebelumnya; (2) ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu variabel kontrol
yang diukur dengan log natural dari total aset dalam penelitian ini.
(FSIZEt-1); (3) saldo rasio utang terhadap aset
perusahaan yang diukur melalui total utang Model Penelitian
dibagi dengan nilai buku aset perusahaan Berikut permodelan 1 yang digunakan
(Leveraget-1); serta (4) market-to-book ratiot-1 untuk pengujian hipotesis pertama (H1a dan
yakni tingkat pertumbuhan perusahaan yang H1b):
diukur dengan menghitung total dari book
value assets (t-1) dikurangi book value equity DTACCit = + 1(EXDIVit) + 2(PREMEit)
(t-1) ditambah dengan market equity (t-1) + 3(PAYERit-1) + 4(FSIZEit-1)
lalu dibagi dengan book value assets (t-1). + 5(LEVit-1) + 6(MTBit-1)
Variabel kontrol ukuran perusahaan, rasio + it ....................................... (9)
utang, dan tingkat pertumbuhan perusahaan
dalam penelitian ini menggunakan nilai t-1 H1a diterima jika 2 < 0 karena hendak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan pengaruh negatif premanaged
Bergstresser dan Philippon (2006) serta Burns earnings terhadap manajemen laba. H1b
dan Kedia (2006) dalam Daniel et al. (2008). diterima jika 1 > 0 karena hendak menunjukkan
Hal ini disebabkan besarnya variabel-variabel pengaruh positif dividen yang diharapkan
kontrol tersebut pada periode sebelumnya terhadap manajemen laba.
memengaruhi manajemen laba pada periode Berikut permodelan 2 yang digunakan
ini. untuk pengujian hipotesis yang kedua:
Lee dan Choi (2002) menemukan bahwa
ukuran perusahaan adalah variabel yang DTACC it = + 1 ( D P i t ) + 2 ( D N P i t )
memengaruhi tendensi perusahaan untuk + 3(PAYERit-1) + 4(FSIZEit-1)
memanipulasi laba, di mana perusahaan + 5(LEVit-1) + 6(MTBit-1)
yang berskala kecil lebih cenderung untuk + it ..................................... (10)
memanipulasi laba untuk menghindari me-
laporkan kerugian dibandingkan dengan H2 diterima jika 1 > 0 dan 2 = 0 karena
perusahaan berskala besar. Oleh karena itu, hendak menunjukkan bahwa perusahaan yang
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 9

melakukan pembayaran dividen (payers) lebih klasik, maka akan dianalisis berdasarkan hasil
cenderung untuk melakukan manajemen laba uji ANOVA (F-test), uji parsial (t-test), dan
daripada perusahaan yang tidak melakukan koefisien determinasi (R2).
pembayaran dividen (non-payers) untuk dapat
memenuhi tingkat dividen yang diharapkan. HASIL PENELITIAN DAN
Artinya, dividen memang merupakan unique PEMBAHASAN
threshold yang hendak dicapai perusahaan.
Berdasarkan kriteria sampel yang sudah
Keterangan: ditentukan, total perusahaan yang digunakan
EXDIVt = D ividen yang dihara pka n dalam penelitian ini sejumlah masing-masing
(expected dividend) 103 perusahaan pada periode penelitian
PREMEt = Premanaged earnings tahun 2010, 106 perusahaan pada periode
DTACCt = To t a l a k r u a l d i s k r e s i o n e r penelitian tahun 2011, dan 98 perusahaan
(discretionary total accruals) pada periode penelitian tahun 2012 sehingga
DPt = Deficit for payers secara total terdapat 307 tahun perusahaan.
DNPt = Deficit for non payers Tabel 1 menyajikan proses pemilihan sampel
PAYERt-1 = Dummy variable yang dilakukan sesuai dengan kriteria yang
FSIZEt-1 = Ukuran perusahaan (firm size) digunakan:
LEVt-1 = Rasio total utang terhadap total Sebelum dilakukan pengujian terhadap
aset (leverage) seluruh variabel yang ada, keseluruhan nilai
MTBt-1 = Market-to-book ratio dari variabel dalam penelitian ini yang telah
= Konstanta diperoleh melalui perhitungan diringkas dalam
1-7 = Koefisien Regresi bentuk statistik deskriptif. Hasil statistik
i = Perusahaan i deskriptif untuk setiap variabel penelitian
t = Periode t disajikan dalam Tabel 2.
= Error Berdasarkan data yang diperoleh, pada
Analisis data dilakukan dengan meng- penelitian ini perusahaan yang termasuk
gunakan regresi linear berganda. Sebelum kategori payer selama periode penelitian
dilakukan regresi linear berganda, terlebih sebanyak 138 tahun perusahaan, sedangkan
dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk semua perusahaan kategori non-payer sebanyak 169
data yang digunakan dalam penelitian, yang tahun perusahaan. Dari hasil statistik deskriptif
meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, Tabel 2, dapat dilihat bahwa variabel EXDIVit
uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. dan PREMEit memiliki rentang yang cukup
Keseluruhan data yang digunakan dalam jauh antara nilai minimal dan nilai maksimum.
penelitian harus lolos pengujian asumsi Rentang yang berbeda jauh pada variabel
klasik. Setelah semua data lolos uji asumsi ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa

Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Total
Jumlah tahun perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada 2010-2012 404
Perusahaan yang baru listing di pertengahan tahun 2010 dan 2011 (8)
Perusahaan yang mengalami delisting (6)
Laporan keuangan tidak tersedia (6)
Perusahaan dengan laporan keuangan yang tidak berakhir 31 Desember (5)
Perusahaan menyajikan laporan keuangannya tidak dalam satuan mata uang Rupiah (45)
Perusahaan yang memiliki total ekuitas negatif pada tahun t-1 (27)
Jumlah tahun perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 307
10 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

Tabel 2
Ringkasan Statistik Deskriptif (n = 307)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EXDIVit 0 10 0,215 1,03
PREMEit -4.352,30 20,62 617,19 2.389,48
FSIZEit-1 10,07 14,19 12,02 0,65
LEVit-1 0,00 2,98 0,47 0,26
MTBit-1 -1,50 20,13 1,73 2,40
DTACCit -0,79 0,53 0,12 0,14
DPit 0.00 2.951,30 37,35 182,96
DNPit -39,31 4.352,3 76,9 276,86
Semua variabel dinyatakan dalam miliar Rp, kecuali untuk FSIZEit-1, LEVit-1, MTBit-1, dan
DTACCit. EXDIVit = dividen yang diharapkan, PREMEit = premanaged earnings, FSIZEit-1 =
natural logaritma total aset, LEVit-1 = rasio total utang terhadap total aset, MTBit-1 = rasio nilai
pasar terhadap nilai buku perusahaan, DTACCit = total akrual diskresioner, DPit = deficit for payers,
DNPit = deficit for non payers.

perusahaan yang tidak melakukan pembayaran yang disebabkan oleh adanya perusahaan yang
dividen kas pada tahun sebelumnya dan memang tidak melakukan pembayaran dividen
terdapat pula perusahaan yang justru di tahun sebelumnya sehingga cukup banyak
membayarkan dividen kas dalam jumlah yang nilai 0 pada variabel ini.
sangat besar. Sementara itu, rentang nilai pada Variabel DTACCt merupakan variabel
variabel PREMEit mengindikasikan terdapat dependen dalam penelitian ini. Deviasi standar
perusahaan yang memiliki laba yang bernilai DTACCt menunjukkan penyebaran data
negatif dan sebaliknya ada pula yang berhasil DTACCt antar perusahaan. Pada perhitungan
memperoleh laba dalam jumlah sangat besar. ini DTACCt sudah diskala dengan total aset
Deviasi standar menunjukkan seberapa tahun sebelumnya. Nilai DTACCt terendah
besarnya variasi penyebaran data yang sebesar -0,79 yang menunjukkan akrual
terdapat dalam setiap variabel yang digunakan diskresioner negatif, dan nilai tertinggi 0,53
dalam penelitian ini. Berdasarkan Tabel 2, yang menunjukkan akrual diskresioner
dapat dilihat bahwa deviasi standar PREMEit yang positif. Akrual diskresioner negatif
sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mengindikasikan manajemen laba yang
premanaged earnings yang dihasilkan oleh konservatif dan sebaliknya akrual diskresioner
positif mengindikasikan manajemen laba
perusahaan sangat bervariasi. Variabel lainnya
yang agresif (Dechow dan Ge 2006). Hal
yang juga memiliki deviasi standar tinggi
ini menunjukkan bahwa manajemen laba
adalah EXDIVit, yang mengindikasikan
yang dilakukan oleh perusahaan tidak selalu
besaran dividen yang dibayarkan perusahaan
bertujuan untuk mencapai akrual dikresioner
pada periode sebelumnya sangat bervariasi. yang positif atau dengan kata lain pihak
Variabel DPit menunjukkan nilai deficit manajemen perusahaan tidak selalu melakukan
for payers yaitu nilai minimum sebesar 0 manajemen laba yang agresif.
menunjukkan kondisi dividen yang diharapkan Langkah selanjutnya yang dilakukan
itu lebih kecil daripada premanaged earnings. adalah menguji seluruh data penelitian yang
Nilai maksimum dari DPit (Rp 2,95 triliun) digunakan dengan uji asumsi klasik baik untuk
menunjukkan nilai earnings shortfall, yaitu model 1 dan model 2. Selanjutnya, dilanjutkan
suatu kondisi saat dividen yang diharapkan dengan analisis regresi linier berganda untuk
lebih besar daripada premanaged earnings. menguji hipotesis 1 dan hipotesis 2. Hasil
Variabel independen DPit dan DNPit uji regresi untuk hipotesis 1 dan 2 tampak
menunjukkan data yang cukup bervariatif ditunjukkan pada Tabel 3.
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 11

Tabel 3
Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model 1 dan Model 2
Hipotesis 1 Hipotesis 2
Variabel Model 1 Model 2
t t
(Constant) -0,465 -2,901*** -0,100 -0,976
EXDIVit 0,001 2,100**
PREMEit -0,001 -3,789***
DPit 0,001 3,070***
DNPit 0,001 2,170**
PAYER 0,001 0,058 0,007 0,636
FSIZEit-1 0,047 3,439*** 0,016 1,757*
LEVit-1 0,033 0,968 0,074 3,132***
MTBit-1 0,005 0,908 -0,003 -1,126
F test 3,792*** 5,099***
Adj R 2
5,4% 7,8%
*** signifikan pada a 1%
** signifikan pada a 5%
* signifikan pada a 10%
EXDIVit = dividen yang diharapkan, PREMEit = premanaged earnings, FSIZEit-1 = natural
logaritma total aset, LEVit-1 = rasio total utang terhadap total aset, MTBit-1 = rasio nilai
pasar terhadap nilai buku perusahaan, DPit = deficit for payers, DNPit = deficit for non
payers.

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai premanaged earnings berpengaruh negatif


signifikansi F untuk setiap model lebih terhadap akrual diskresioner dan tingkat
kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hal ini dividen yang diharapkan berpengaruh positif
menunjukkan bahwa variabel independen pada terhadap akrual diskresioner.
setiap model secara simultan berpengaruh Hasil penelitian model 1 ini sesuai dengan
terhadap variabel dependennya. Selanjutnya, penelitian Daniel et al. (2008) yang menyatakan
uji parsial t (t-test) dilakukan pada setiap bahwa premanaged earnings yang merupakan
model. Hasil pada model 1 menunjukkan laba yang bersih dari perilaku manajemen
bahwa variabel independen utama, PREMEit laba akan berpengaruh berkebalikan terhadap
memiliki nilai koefisien regresi yang negatif akrual diskresioner. Jika laba yang dihasilkan
dan signifikan (p-value < 1%). Nilai tersebut (premanaged earnings) sudah tinggi,
menunjukkan bahwa variabel PREME maka manajemen akan cenderung tidak
berpengaruh negatif signifikan terhadap melakukan praktik manajemen laba. Namun,
variabel DTACC. Artinya, H1a yang menyatakan tingkat dividen yang diharapkan (expected
premanaged earnings berpengaruh negatif dividends) yang merupakan dividends
terhadap manajemen laba diterima. thresholds berpengaruh positif terhadap
EXDIV memiliki nilai koefisien regresi akrual diskresioner. Jika tingkat dividen yang
yang positif dan signifikan (p-value < 1%). diharapkan semakin tinggi, maka manajemen
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel akan cenderung melakukan manajemen
EXDIV berpengaruh positif signifikan laba untuk mencapai tingkat dividen yang
terhadap variabel DTACC yang merupakan diharapkan (expected dividend).
proksi dari praktik manajemen laba sehingga Hasil ini sesuai dengan penelitian
menunjukkan bahwa H1b diterima. Dengan Kasanen et al. (1996) yang menyatakan bahwa
demikian, hasil ini menyatakan bahwa manajemen laba dan laba yang dilaporkan
12 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

dapat dijelaskan berdasarkan dividend-based merujuk pada status perusahaan apakah pada
target earnings. Hasil ini menunjukkan bukti periode lalu perusahaan tersebut membayar
bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh dividen atau tidak. Namun, jika dilihat dari
kontrak implicit (implicit contract) antara besaran dividen yang dibayarkan pada tahun
perusahaan dan para pemegang saham, yaitu sebelumnya, maka besaran jumlah dividen
munculnya kebutuhan untuk meningkatkan yang dibayarkan pada tahun sebelumnya itulah
laba dari kontrak manajerial yang implisit yang akan memengaruhi ekspektasi investor
(implicit managerial contract) untuk mem- pada periode ini. Investor berharap dividen
bayar dividen yang stabil kepada pemilik yang dibayarkan pada periode ini (dividen
pengendali (controlling owners). yang diharapkan) paling tidak sebesar dividen
Pada pengujian model 1, variabel yang dibayarkan pada periode sebelumnya.
kontrol, FSIZE berpengaruh positif signifikan Hal inilah yang mendorong pihak manajemen
terhadap DTACC (p-value < 1%). Artinya, melakukan manajemen laba pada periode ini.
saat ukuran perusahaan semakin besar, maka Intinya, semakin besar ekspektasi dividen
kecenderungan perusahaan untuk melakukan akan menstimulasi pihak manajemen untuk
manajemen laba juga akan semakin besar. melakukan manajemen laba.
Temuan ini tidak sesuai dengan Political Cost Variabel LEV pada model 1 tidak
Hypothesis (Watts dan Zimmerman 1986) berpengaruh signifikan terhadap DTACC. Hasil
yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran ini sejalan dengan penelitian Zinkeviciene
perusahaan maka perusahaan cenderung mela- dan Rudzioniene (2005) yang menyatakan
kukan manajemen laba dengan pola income bahwa besarnya tingkat utang di perusahaan
decreasing. Namun, temuan ini konsisten tidak dianggap sebagai penentu penting dalam
dengan hasil penelitian dari Kim et al. (2003). pemilihan kebijakan akuntansi. Variabel MTB
Kim et al. (2003) menyatakan bahwa ukuran juga tidak berpengaruh signifikan (p-value >
perusahaan memiliki peranan yang berbeda 5%). Temuan ini selaras dengan penelitian
dalam manajemen laba. Perusahaan dengan Daniel et al. (2008). Hal ini berarti bahwa
skala kecil cenderung melakukan manajemen peluang pertumbuhan (growth opportunities)
laba untuk menghindari melaporkan kerugian, tidak menentukan besarnya manajemen laba.
sedangkan perusahaan dengan skala besar Dengan proksi peluang pertumbuhan yang
dan menengah lebih agresif dalam melakukan berbeda, penelitian Chen dan Liu (2010)
manajemen laba untuk menghindari pelaporan menunjukkan bahwa nilai gabungan dari rasio
laba yang menurun (earnings decrease) nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (market-
daripada perusahaan yang berskala kecil. to-book equtity ratio), rasio nilai pasar terhadap
Perusahaan berskala besar menghadapi nilai buku aset (market value of assets to book
tekanan yang lebih besar untuk melaporkan value of assets), dan rasio nilai kotor aset tetap
peningkatan laba. Barton dan Simko (2002) terhadap nilai pasar perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
juga mengemukakan bahwa perusahaan
Uji parsial t (t-test) juga dilakukan pada
dengan skala besar menghadapi tekanan yang
model 2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
lebih berat untuk dapat memenuhi atau bahkan
variabel independen utama DP dan DNP
melampaui ekspektasi laba dari para analis.
memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan
Variabel kontrol PAYER, LEV, dan MTB
signifikan (DP signifikan pada a 1% dan DNP
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
signifikan pada a 5%). Hasil ini menunjukkan
DTACC (p-value > 5%). PAYER ditemukan
saat deficit for payers (DP) semakin tinggi,
tidak berpengaruh signifikan terhadap maka manajemen akan cenderung melakukan
manajemen laba. Hal ini terjadi karena manajemen laba untuk bisa mencapai
pembayaran dividen pada tahun sebelumnya tingkat dividen yang diharapkan, sedangkan
(PAYER) dianggap bukanlah penentu utama saat deficit for non-payers (DNP) semakin
dilakukannya praktik manajemen laba
tinggi, maka manajemen akan cenderung
pada periode ini karena PAYER hanyalah
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 13

melakukan manajemen laba demi motivasi Watts dan Zimmerman (1986) menya-
lain, misalkan terkait dengan motivasi bonus, takan jika laba yang dilaporkan adalah
motivasi untuk menghindari pelanggaran dividend threshold yang penting, maka manajer
perjanjian utang maupun motivasi yang lain. mempunyai insentif untuk meningkatkan
H2 menyatakan bahwa perusahaan yang laba dalam rangka menghindari pemotongan
melakukan pembayaran dividen (payers) lebih dividen (dividend cuts) ketika laba yang
cenderung untuk melakukan manajemen laba dilaporkan di bawah tingkat dividen yang
daripada perusahaan yang tidak melakukan diharapkan, sedangkan untuk perusahaan yang
pembayaran dividen (non-payers) untuk dapat masuk kategori non-payers lebih disebabkan
memenuhi tingkat dividen yang diharapkan karena adanya motivasi lain.
(expected dividend). Namun, hasil penelitian Nilai dari variabel DNP (deficit for non-
ini menunjukkan bahwa baik perusahaan payers) adalah sebesar premanaged earnings
payer atau non-payer terbukti melakukan yang bernilai negatif. Jadi, perusahaan non-
manajemen laba yang tampak dari hasil payer melakukan manajemen laba disebabkan
pengujian yang positif signifikan untuk kedua karena besarnya laba yang diperoleh dari
variabel tersebut. Dengan demikian, hasil ini kegiatan operasional dan bersih dari perilaku
menunjukkan bahwa H2 ditolak. manajemen laba (premanaged earnings)
Hasil penelitian untuk model 1 pada menunjukkan nilai yang negatif. Dengan
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa expected demikian, semakin buruk nilai premanaged
dividend berpengaruh positif signifikan earnings, maka perusahaan non-payer akan
terhadap perilaku manajemen laba. Ternyata, cenderung melakukan manajemen laba.
hal ini didukung dengan hasil penelitian Hasil uji parsial untuk variabel kontrol
pada model 2, yaitu variabel DP berpengaruh PAYER pada model 2 ini menunjukkan
positif signifikan terhadap manajemen laba. hasil yang tidak signifikan. Hasil untuk
Namun, hasil dari DNP pada model 2 juga variabel PAYER pada model 2 ini konsisten
menunjukkan koefisien regresi yang positif dengan hasil pada model 1, yaitu keduanya
dan signifikan (p-value < 5%). Hasil ini menunjukkan bahwa pembayaran dividen
menjadi bukti bahwa dividen yang diharapkan pada tahun sebelumnya (PAYER) tidak
menjadi salah satu thresholds penting yang memengaruhi praktik manajemen laba pada
hendak dipenuhi oleh perusahaan, tetapi bukan periode ini. Hasil yang tidak signifikan pada
merupakan suatu motivasi yang unik (unique PAYER menunjukkan bahwa walaupun setelah
earnings thresholds). Perusahaan melakukan mempertimbangkan DP dan DNP, maka PAYER
manajemen laba bukan semata-mata demi sendiri tidak menjadi salah satu pertimbangan
mencapai dividen yang diharapkan, tetapi penting karena baik payer maupun non-payer
juga dimungkinkan karena pertimbangan sama-sama melakukan manajemen laba.
bonus seperti yang dihipotesiskan dalam teori FSIZE berpengaruh signifikan (p-value
akuntansi positif (Watts dan Zimmerman < 10%) pada model 2 ini. Hasil ini selaras
1986). Kemungkinan lain disampaikan dengan model 1 di mana FSIZE berpengaruh
oleh Degeorge et al. (1999). Mereka positif signifikan terhadap manajemen laba.
mengidentifikasi tiga thresholds yang akan Pada model 2, variabel LEV berpengaruh
dipenuhi oleh manajemen untuk menghindari positif signifikan terhadap praktik manajemen
efek negatif terhadap harga saham perusahaan. laba. Hasil ini sesuai dengan Debt Covenant
Tiga thresholds tersebut adalah: (1) untuk Hypothesis yang menyatakan bahwa mana-
menghindari melaporkan laba negatif; (2) jemen cenderung melakukan manajemen laba
untuk mempertahankan kinerja saat ini; dan untuk menghindari pelanggaran kontrak utang
(3) untuk memenuhi/melampaui perkiraan (Watts dan Zimmerman 1986). Selain itu, model
analis atau ekspektasi pasar. 2 mempertimbangkan variabel dividend payer
(DP) dan non-payer (DNP), yang menurut
14 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

DeAngelo dan DeAngelo (2006) setiap Analisis Sensitivitas


perusahaan yang memiliki perjanjian utang Pada penelitian ini, juga dilakukan analisis
akan dihadapkan pada pembatasan dividen sensitivitas dengan menggunakan model
sehingga dengan mempertimbangkan variabel pengukuran akrual diskresioner (DTACC)
ini, perusahaan akan berusaha meningkatkan yang lain, yaitu dengan menggunakan model
laba agar bisa tetap membayarkan dividen Dechow et al. (1995) dan Kasznik (1999).
pada periode ini dan di sisi lain perusahaan Dari hasil analisis sensitivitas dengan
juga tidak melanggar kontrak utang dengan menggunakan model akrual diskresioner
kreditur. Dechow et al. (1995) maupun Kaznik
Hasil regresi variabel kontrol tingkat (1999), model 1 juga memberikan hasil
utang (LEV) pada model 1 dan model 2 yang konsisten dengan model Jones (1991).
menunjukkan hasil yang berbeda. Pada model EXDIV berpengaruh positif signifikan ter-
1, dampak dari tingkat utang tidak signifikan hadap manajemen laba dengan p-value <
terhadap manajemen laba, sedangkan pada 1%. PREME berpengaruh negatif signifikan
model 2, tingkat utang berpengaruh positif terhadap manajemen laba dengan p-value <
signifikan terhadap manajemen laba. Namun, 1%. Pengujian tersebut mendukung H1a dan
dari hasil uji sensitivitas diperoleh hasil yang H1b. Kesimpulannya, EXDIV dan PREMEt
konsisten yaitu tingkat utang berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap manajemen
positif signifikan terhadap manajemen laba laba, baik yang dihitung dengan model Jones
baik pada model 1 (untuk H1a dan H1b) maupun (1991), Dechow et al. (1995), maupun dengan
pada model 2 (untuk H2), di mana hasil ini model Kasznik (1999).
sejalan dengan Debt Covenant Hypothesis Analisis sensitivitas pada model 2 dengan
(Watts dan Zimmerman 1986). menggunakan model akrual diskresioner
Variabel kontrol MTB memiliki p-value dari Dechow et al. (1995) dan Kaznik
>5%, yang berarti tidak berpengaruh (1999) menunjukkan variabel DP dan DNP
secara signifikan terhadap DTACC. Hasil berpengaruh positif signifikan terhadap
ini konsisten dengan model 1 penelitian ini manajemen laba (p-value < 1% untuk DP
maupun penelitian Daniel et al. (2008). Hal ini dan p-value < 5% untuk DNP). Hasil ini
berarti bahwa peluang pertumbuhan (growth sama dengan perhitungan DTACC dengan
menggunakan model Jones (1991). Perusahaan
opportunities) tidak menentukan besarnya
yang membagi dividen maupun yang tidak
manajemen laba. Temuan ini berbeda dengan
membagi dividen memiliki kecenderungan
penelitian Chen dan Liu (2010) karena mereka
yang sama untuk melakukan manajemen laba.
mengunakan proksi yang berbeda untuk
Kesimpulannya, kebijakan dividen bukanlah
peluang pertumbuhan perusahaan, yaitu nilai
merupakan motivasi unik yang mendorong
gabungan dari rasio nilai pasar terhadap nilai
perilaku manajemen laba.
buku ekuitas (market-to-book equtity ratio),
Dari analisis sensitivitas tersebut dapat
rasio nilai pasar terhadap nilai buku aset (market
disimpulkan bahwa untuk variabel independen
value of assets to book value of assets) dan
utama yang diteliti, hasilnya konsisten untuk
rasio nilai kotor aset tetap terhadap nilai pasar
berbagai alternatif metode pengukuran
perusahaan. Penelitian ini menyederhanakan
manajemen laba yang digunakan, yaitu model
proksi dari peluang pertumbuhan perusahaan
Jones (1991), Dechow et al. (1995), dan
tersebut dengan menggunakan variabel MTB. Kaznik (1999). Secara umum penelitian ini
Hasil yang tidak signifikan ini menunjukkan menunjukkan hasil yang tegar (robust).
bahwa yang memengaruhi manajemen laba Variabel kontrol yang diteliti juga
memang variabel-variabel yang menjadi memberikan hasil yang konsisten untuk
fokus dalam penelitian ini (EXDIV, PREME, berbagai alternatif metode perhitungan
DP, dan DNP), bukan variabel MTB sebagai manajemen laba. Ukuran perusahaan dan
variabel kontrol. tingkat utang secara konsisten berpengaruh
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 15

positif signifikan terhadap manajemen laba atau memberikan sinyal positif kepada
(baik untuk hipotesis pertama dan kedua) investor dengan menunjukkan bahwa kinerja
untuk semua alternatif metode perhitungan perusahaan masih tetap baik (Charoenwong
manajemen laba, sedangkan variabel PAYER dan Jiraporn 2009). Pengujian hipotesis
dan peluang pertumbuhan perusahaan secara memberikan hasil yang konsisten untuk
konsisten tidak berpengaruh signifikan berbagai alternatif perhitungan manajemen
terhadap manajemen laba (baik untuk hipotesis laba, yaitu dengan menggunakan model
pertama dan kedua) dari berbagai alternatif Dechow et al. (1995) dan Kasznik (1999).
perhitungan DTACC. Kesimpulannya, peng- Hal ini menunjukkan bahwa pengujian ini
ujian pada variabel kontrol menunjukkan hasil memberikan hasil yang tegar (robust).
yang tegar (robust). Penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi kepada pihak-pihak yang ber-
SIMPULAN kepentingan terkait dengan kebijakan dividen
perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan
Dari hasil penelitan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan payer melakukan mana-
bahwa terdapat pengaruh premanaged jemen laba untuk mencapai dividen yang
earnings dan dividen yang diharapkan diharapkan atau menghindari dividend cuts,
terhadap praktik manajemen laba. Hasil meskipun tindakan manajemen laba itu tidak
ini sesuai dengan penelitian Daniel et al. memiliki pengaruh terhadap kas dan tidak
(2008) yang menyatakan bahwa premanaged memengaruhi kapasitas perusahaan untuk
earnings yang merupakan laba yang bersih dari membayar dividen.
perilaku manajemen laba akan berpengaruh Bagi perusahaan non-payer, manajemen
berkebalikan terhadap akrual diskresioner, laba lebih disebabkan adanya motivasi-
sedangkan dividen yang diharapkan, yang motivasi lain, seperti yang dikemukakan
merupakan dividends thresholds, berpengaruh dalam teori akuntansi positif (Watts dan
secara searah terhadap akrual diskresioner. Zimmerman 1986) ataupun untuk mencapai
Hasil pengujian menunjukkan per- earnings threshold yang lain (Degeorge et al.
usahaan payers maupun non-payers memi- 1999). Hasil penelitian ini dapat memperkaya
liki kecenderungan yang sama dalam mela- literatur terkait faktor yang memotivasi
kukan praktik manajemen laba. Dengan perilaku manajemen laba. Hasil penelitian
demikian, tidak terbukti bahwa perusahaan ini menyimpulkan bahwa tingkat dividen
yang melakukan pembayaran dividen pada yang diharapkan bukan merupakan unique
tahun sebelumnya (payers) lebih cenderung thresholds bagi manajemen laba.
melakukan manajemen laba untuk dapat Penelitian ini memiliki beberapa keter-
m e m e n u h i dividen yang dihar a pka n batasan. Pertama, objek penelitian hanya
dibandingkan dengan perusahaan non- sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada
payers (perusahaan yang tidak melakukan tahun 2010-2012 sebagai sampel. Kedua,
pembayaran dividen pada tahun sebelumnya). penelitian ini berasumsi bahwa dividend
Penelitian ini menyatakan bahwa dividen threshold yang hendak dicapai adalah sebesar
yang diharapkan memang menjadi salah satu dividen yang dibagi pada periode sebelumnya,
penentu penting dari earnings thresholds. dengan asumsi pihak manajemen menghindari
Namun, dividen bukan menjadi motivasi yang dividend cut sehingga ada threshold lain yang
unik (unique motivation) bagi perusahaan tidak tercakup dalam penelitian ini.
untuk melakukan manajemen laba. Manajemen Saran bagi penelitian selanjutnya adalah
laba juga dilakukan untuk memenuhi motivasi sebagai berikut. Penelitian yang akan datang
lain, misalkan untuk motivasi bonus (Watts dapat meneliti sektor industri lain sebagai
objek penelitian, atau bahkan meneliti
dan Zimmerman 1986), mencapai earnings
keseluruhan sektor sebagai objek penelitian
threshold yang lain (Degeorge et al. 1999)
dan disertai dengan adanya perbandingan hasil
16 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

antar sektor. Dengan demikian, penelitian Thresholds: Evidence from Singapore


tersebut dapat memberikan informasi lebih and Thailand. Journal of Multinational
terkait hubungan dividen yang diharapkan Financial Management, 19, 221-236.
dengan kecenderungan perusahaan payers Chen, K. Y. and J. L. Liu. 2010. Earnings
dan non-payers dalam melakukan praktik Management, CEO Domination, and
manajemen laba yang mungkin saja memiliki Growth Opportunities: Evidence from
pola hubungan berbeda pada industri yang Taiwan. International Journal of Public
berbeda. Information Systems, 1, 43-69.
Penelitian selanjutnya dapat menam- Daniel, N. D., D. J. Denis, and L. Naveen.
bahkan uji sensitivitas dengan menggunakan 2008. Do Firms Manage Earnings to
berbagai model pengukuran akrual diskresioner Meet Dividend Thresholds? Journal of
(DTACC) yang lain, misalnya model Dechow Accounting and Economics, 45, 2-26.
dan Dichev (2002) atau model Kothari et DeAngelo, H., L. DeAngelo, and D. J. Skinner.
al. (2005). Selain itu, penelitian selanjutnya 1994. Accounting Choice in Troubled
dapat menambah atau menggunakan variabel Companies. Journal of Accounting and
kontrol yang berbeda, seperti mekanisme tata Economics, 17, 113-143.
kelola perusahaan (Siregar dan Utama 2008; DeAngelo, H., L. DeAngelo, and D. J.
Xie et al. 2003) dan kualitas auditor (Becker Skinner. 2000. Special Dividends and
et al. 1998; Krishnan 2003) atau memperluas the Evolution of Dividend Signaling.
periode penelitian sehingga memberikan hasil Journal of Financial Economics, 57,
penelitian dan kesimpulan yang lebih akurat 309-354.
yang menggambarkan hubungan dividen yang DeAngelo, H. and L. DeAngelo. 2006.
diharapkan dengan kecenderungan perusahaan The Irrelevance of the MM Dividend
payers dan non-payers dalam melakukan Irrelevance Theorem. Journal of
praktik manajemen laba. Financial Economics, 79, 293-315.
Dechow, P. and I. Dichev. 2002. The Quality
DAFTAR PUSTAKA of Accruals and Earnings: The Role
of Accrual Estimation Errors. The
Aurangzeb and T. Dilawer. 2012. Earning Accounting Review, 77, 35-59.
Management and Dividend Policy: Dechow, P. and W. Ge. 2006. The Persistence
Evidence from Pakistani Textile of Earnings and Cash Flows and the Role
Industry. International Journal of of Special Items: Implications for the
Academic Research in Business and Accrual Anomaly. Review of Accounting
Social Sciences, 2 (10), 362-372. Studies, 11, 253-296.
Barton, J. and P. J. Simko. 2002. The Balance Dechow, P. M., R. G. Sloan, and A. P. Sweeney.
Sheet as an Earnings Management 1995. Detecting Earnings Management.
Constraint. The Accounting Review, 77, The Accounting Review, 70, 193-225.
1-27. DeFond, M. L. and C. W. Park. 1997.
Becker, C. L., M. L. DeFond, J. Jiambalvo, and Smoothing Income in Anticipation of
K. R. Subramanyam. 1998. The Effect of Future Earnings. Journal of Accounting
Audit Quality on Earnings Management. and Economics, 23, 115-139.
Contemporary Accounting Research, 15, Degeorge, F., J. Patel, and R. Zeckhauser.
1-24. 1999. Earnings Management to Exceed
Bergstresser, D. and T. Philippon. 2006. CEO Thresholds. Journal of Business, 72 (1),
Incentives and Earnings Management. 1-33.
Denis, D. J. and I. Osobov. 2008. Why Do Firms
Journal of Financial Economics, 80,
Pay Dividends? International Evidence
511-529.
on the Determinants of Dividend Policy.
Charoenwong, C. and P. Jiraporn. 2009.
Journal of Financial Economics, 89, 62-
Earnings Management to Exceed
82.
Rosalia Anita Wibiksono, Pengaruh Premanaged Earnings dan Dividen yang Diharapkan... 17

Efferin, S., S. H. Darmadji, dan Y. Tan. Kothari, S., A. Leone, and C. Wasley. 2005.
2008. Metode Penelitian Akuntansi: Performance Matched Discretionary
Mengungkap Fenomena dengan Accruals Measures. Journal of Accounting
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. and Economics, 39, 163-197.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Krishnan, G. 2003. Audit Quality and the
Healy, P. M. and K. G. Palepu. 1990. The Pricing of Discretionary Accrual.
Effectiveness of Accounting-Based Auditing, 22, 109-126.
Dividend Covenants. Journal of Lee, B. B. and Choi. B. 2002. Company
Accounting and Economics, 12, 97-123. Size, Auditor Type, and Earnings
Holthausen, R. W., D. F. Larcker, and R. G. Management. Journal of Forensic
Sloan. 1995. Annual Bonus Schemes and Accounting, 3, 27-50.
the Manipulation of Earnings. Journal of Lintner, J. 1956. Distribution of Incomes
Accounting and Economics, 19, 29-74. of Corporations among Dividends,
Huang, C. S., C. F. You, and S. H. Lin. 2009. Retained Earnings, and Taxes. American
Cash Dividends, Stock Dividends, and Economic Review, 46, 97-113.
Subsequent Earnings Growth. Pacific- Purwanti, D. dan P. Sawitri. 2011. Dampak
Basin Finance Journal, 17 (5), 596-610. Rasio Keuangan terhadap Kebijakan
Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. A Dividen. Jurnal Ilmiah Bisma, 3 (2),
Theory of the Firm: Managerial Behavior, 125-134.
Agency Costs, and Ownership Structure. Putri, I. G. A. M. A. D. et al. 2011. Effect
Journal of Financial Economics, 3 (4), of Good Corporate Governance and
305-360. Organization Culture on Influence
Jiraporn, P., G. A. Miller, S. S. Yoon, and Y. of Dividend Policy on Earnings
S. Kim. 2008. Is Earnings Management Management. Paper dipresentasikan
Opportunistic or Beneficial? An Agency pada acara The 12th Asian Academic
Theory Perspective. International Accounting Association, Bali.
Review of Financial Analysis, 17, 622- Putri, I. G. A. M. A. D. 2012. Pengaruh
634. Kebijakan Dividen dan Good Corporate
Jones, J. 1991. Earnings Management during Governance terhadap Manajemen Laba.
Import Relief Investigation. Journal of Buletin Studi Ekonomi, 17 (2), 99-225.
Accounting Research, 29, 193-228. Richardson, V. 2000. Information Asymmetry
Kalay, A. 1982. Stockholder-Bondholder and Earnings Management: Some
Conflict and Dividend Constraints. Evidence. Review of Quantitative
Journal of Financial Economics, 10, Finance and Accounting, 15, 325-347.
211-233. Scott, W. R. 2012. Financial Accounting
Kasanen, E., J. Kinnunen, and J. Niskanen. Theory, 6th Edition. Toronto: Pearson
1996. Dividend-based Earnings Education Canada.
Management: Empirical Evidence from Siregar, S. V. and S. Utama. 2008. Types of
Finland. Journal of Accounting and Earnings Management and the Effect
Economics, 22, 283-312. of Ownership Structure, Firm Size,
Kasznik, R. 1999. On the Association between and Corporate Governance Practices:
Voluntary Disclosure and Earnings Evidence from Indonesia. The Inter-
Management. Journal of Accounting national Journal of Accounting, 43,
Research, 37, 57-81. 1-27.
Kim, Y., C. Liu, and S. G. Rhee. 2003. Skinner, D. J. and R. G. Sloan. 2002. Earnings
The Effect of Firm Size on Earning Surprises, Growth Expectations, and
Management. Journal College of Stock Returns or Dont Let an Earnings
Business Administration University of Torpedo Sink Your Portfolio. Review of
Hawaii, 6, 1-30. Accounting Studies, 7, 289-312.
18 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 1 - 18

Subkhan dan P. K. Wardani. 2012. Reaksi


Pasar terhadap Pengumuman Dividend
Initiation dan Dividend Omission. Jurnal
Dinamika Akuntansi, 4 (1), 27-35.
Syed, A. S., Y. Hui, and N. Zafar. 2010.
Earnings Management and Dividend
Policy: An Empirical Comparison
between Pakistani Listed Companies
and Chinese Listed Companies.
International Research Journal of
Finance and Economics, 35, 51-60.
Teoh, S. H., I. Welchand, and T. J. Wong.
1998. Earnings Management and
the Underperformance of Seasoned
Equity Offerings. Journal of Financial
Economics, 50, 63-99.
Watts, R. L. and J. L. Zimmerman. 1986.
Positive Accounting Theory. Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Xie, B., W. N. Davidson III, and P. J. DaDalt.
2003. Earnings Management and
Corporate Governance: The Role of the
Board and the Audit Committee. Journal
of Corporate Finance, 9, 295-316.
Zinkeviciene, D. and K. Rudzioniene. 2005.
Impact of Companys Leverage on
Financial Accounting Method Choice.
Engineering Economics, 5 (45), 25-31.

Anda mungkin juga menyukai