Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

EPIDEMIOLOGI LANJUT

Aplikasi Epidemiologi: Kebijakan Kesehatan Dan Perencanaan Kesehatan

Oleh :

Putri rizkiyah s. : 1625201020

Salim : 162520102031

Holilah :162520102032

Latifah hanum :162520102033

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan kesehatan.
Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama
untuk mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem kesehatan
memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan
tidak hanya menilai dan berfokus pada tingkat manfaat yang diberikan, tetapi juga
bagaimana manfaat itu didistribusikan.

Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-


masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-
fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah.
Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik
untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk
mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di
masa yang akan datang.

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi,


yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan
tata nilai baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para
anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada
umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan
Peraturan (Regulation).
Epidemiologi juga lebih jauh mengalami perkembangan seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menunjuk dalam Healthy People (Alan
Dever, 1984), secara umum dijelaskan bahwa untuk memperbaiki kesehatan
penduduk, hal itu harus disusun kembali dalam prioritas perawatan kesehatan dengan
penekanan lebih besar pada pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Dalam
lingkungan rumah sakit, ilmu epidemiologi dapat menjembatani keinginan klinis
untuk menerapkan ilmu biomedik dan bioteknohlogi dalam pengambilan keputusan
klinik dan keinginan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif,
efisien , dan terjangkau pada saat dibutuhkan. (Amiruddin Ridwan,2006) Bagi
manajer rumah sakit, epidemiologi dapat digunakan sebagai pedang bermata dua,
yaitu :
1. Epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan
dalam pelayanan pasien oleh staf rumah sakit.
2. Epidemiologi digunakan untuk memantau pola penyakit dimasyarakat yang
mencerminkan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan jenis-jenis
pelayanan yang dapat diberikan oleh rumah sakit.( Amiruddin Ridwan, 2006)
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dilihat pada epidemiologi perencanaan adalah
untuk mengetahui :
Aplikasi epidemiologi dalam kebijakan kesehatan dan perencanaan kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi,


yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan
tata nilai baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para
anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada
umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan
Peraturan (Regulation).

Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan


sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti
pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung
makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan tertentu.

Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah


keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).

Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh


WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu keadaan yang sempurna yang mencakup fisik,
mental, kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.
Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Kebijakan kesehatan membahas tentang
penggarisan kebijaksanaan pengambilan keputusan, kepemimpinan, public relation,
penggerakan peran serta masyarakat dalam pengelolaan program program
kesehatan.

B. Perumusan Masalah Kebijakan

Masalah kebijakan adalah nilai kebutuhan atau kesempatan yang belum


terpenuhi, tetapi dapat di identifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat
permasalahan tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling
penting.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan,
adalah :

1. Interdepensi (saling ketergantungan)


Interdepensi yaitu kebijakan suatu bidang seringkali mempengaruhi masalah
kebijakan lainnya. Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem
masalah ini membutuhkan pendekatan holistik, satu masalah dengan yang lain
tidak dapat di pisahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif
Subjektif yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,
diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif
dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (Gangguan
kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu
sendiri.
3. Artifisial
Artifisial yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis
Dinamis yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang
terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga
Tidak terduga yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.

Terjadinya masalah-masalah tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor Sosial Ekonomi


Pendidikan rendah, penghasilan rendah sehingga menyebabkan kurangnya
kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan.
2. Gaya hidup dan perilaku masyaralat
Kebiasaan yang merugikan kebiasaan adat istiadat yang tidak menunjang
kesehatan.
3. Lingkungan masyarakat (peran masyarakat)

4. Sistem pelayanan kesehatan


Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh, sarana dan prasarana yang
kurang menunjang, keterbatasan tenaga dan penyebaran tenaga kesehatan yang
belum merata, upaya pelayanan masih bersifat kuratif.
C. Perencanaan Kebijakan Kesehatan
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus
diperhatikan. Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Bagian dari sistem administrasi


Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan
perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan.
Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi
administrasi yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung oleh
perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah
perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara
perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan
perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai,
dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya sehingga terbentuk
suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan. Artinya,
hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan
mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa
yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai
masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun
tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan.
Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangan tersebut dilakukan secara
bertahap, yang harus tercermin pada tahapan perencanaan yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan
secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya dibedakan atas dua macam,
yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus
yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti
bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan
dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun,
apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.
D. Kebijakan Kesehatan di Indonesia

Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan terdiri atas visi, misi, strategi dan
program kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sehat. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain:

1. Pemantapan kerjasama lintas sektor.


2. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat, dan kemitraan swasta.
3. Peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Peningkatan upaya kesehatan.
5. Peningkatan sumber daya kesehatan.
6. Peningkatan kebijakan dan menejemen pembangunan kesehatan.
7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan obat,
makanan dan alat kesehatan yang illegal.
8. Peningkatan IPTEK kesehatan.
E. Program Kesehatan Pemerintah

Pemerintah dalam menjamin kesehatan masyarakat adalah dengan


memberikan pelayanan kesehatan yang merata, dan bisa dijangkau dengan mudah
oleh masyarakat. Pelayanan kesehatan tersebut dilakukan oleh puskesmas yang
memiliki usaha-usaha kesehatan pokok yaitu:

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular


2. Kesehatan ibu dan anak
3. Hygiene sanitasi lingkungan
4. Usaha kesehatan sekolah
5. Usaha kesehatan gigi
6. Usaha kesehatan mata
7. Usaha kesehatan jiwa
8. Pendidikan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
11. Perawatan kesehatan masyarakat
12. Keluarga berencana
13. Rehabilitasi
14. Usaha-usaha farmasi
15. Laboratorium
16. Statistik kesehatan
17. Administrasi usaha kesehatan masyarakat
F. Dasar-Dasar Kebijakan kesehatan di Indonesia
Amandemen UUD 1945 dan TAP No. VII / MPR / 2001 merupakan visi
Indonesia untuk bertanggung jawab dalam hal kesehatan warga negaranya, menjaga
hak asasi manusia dalam kesehatan, dan menjadikannya sebagai jaminan sosial.

Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena tidak ada


kegiatan yang dapat dilaksanakan secara maksimal yang dapat dilakukan oleh orang
sakit. Oleh karena itu cerminan negara sejahtera diukur dalam bentuk HDI (Human
Development Indeks) atau pembangunan manusia yang mencakup kesehatan,
pendidikan, ekonomi. Jika HDI tinggi maka ketiga cakupan tadi akan berada pada
tingkat yang tinggi pula. Yang diukur dalam kesehatan salah satunya adalah usia
harapan hidup. Usia harapan hidup berbanding lurus dengan pendidikan dan ekonomi.
Maksudnya adalah jika ekonomi dan pendididkan seseorang tinggi maka harapan
hidupnya pun akan tinggi pula. Seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan sendiri
harapan hidup warganya masih kalah dengan provinsi tetangganya yakni Kalimantan
Tengah. Menurut perkiraan angka harapan hidup yang rendah ini disebabkan karena
masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.

Menurut HR. Blum derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor dari
yang paling dominan :

1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetik

Perilaku menjadi faktor yang paling mendasar sebab perilaku melekat pada individu
dan memiliki kemungkinan untuk menyebarkannya atau ditiru oleh orang lain.
Misalnya orang tua yang memiliki perilaku hidup yang tidak sehat akan ditiru oleh
anak-anaknya. Meskipun pelayanan yang diberikan pemerintah telah bagus tetapi jika
perilaku masyarakat tidak berubah maka derajat kesehatan tetap tidak akan meningkat
karena tidak ada kemandirian dari individu atau masyarkat untuk meningkatkan dan
menjaga kesehatannya sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota
organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku.

Masalah kebijakan adalah nilai kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi,
tetapi dapat di identifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat
permasalahan tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling
penting.

Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus diperhatikan.


Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana antara lain : bagian dari
sistem administrasi, dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan,
berorientasi pada masa depan, mampu menyelesaikan masalah, mempunyai tujuan,
dan bersifat mampu kelola.

B. Saran

Seharusnya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional didukung oleh


kerjasama dengan semangat kemitraan antar semua pelaku pembangunan, baik
pemerintah secara lintas sektor, pemerintah pusat dan daerah, badan legislatif dan
yudikatif, serta masyarakat, termasuk swasta. Dengan demikian, penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam menanggulangi permasalahan sistem kesehatan nasional, pemerintah


hendaknya berusaha meningkatkan berbagai program kesehatan yang telah
dicanangkan dengan melihat kekurangan yang ada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Anwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga, Bina Rupa Aksara

Publisher, Tangerang.

Amandemen Pertama, Kedua dan Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Dever, Alan, 1984. Epidemiology In Health Service Management, An Aspen Publication,


Rocville Maryland.

Dunn, Wiliam N. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik: Kerangka Analisa Dan Prosedur
Perumusan Masalah, Diterjemahkan Oleh Muhadjir Darwin, Yogyakarta: PT
Hanindita Graha Widya.

Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan.

Ridwan, Amiruddin,2006. Epidemiologi perencanaan dan pelayanan kesehatan. : Makassar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai