Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PERAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Pengadilan Negri - Ungaran

Tahun Pelajaran 2016/2017

Disusun guna memenuhi salah satu penilaian PKL peserta didik

Oleh :

NAIM ITATAMA

PENGADILAN NEGRI

SMK WIDYA PERAJA UNGARAN

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan PKL Pengadilan Negri Ungaran disahkan guna memenuhi salah satu penilain pkl
peserta didik tahun ajaran 2016/2017

Ungaran , 25 Agustus 2016

Ketua Prog. Keahlian Adm.


Perkantoran

Dra. Titin Intan Nurcahyani

Pimpinan

Pengadilan Negri Ungaran

Suwignyo,S.H

Mengetahui ,

Kepala Smk Widya Praja Ungaran

Drs. Eko Sutanto


DAFTAR ISI
BAB l PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Industri(Prakerin)
1.2. Tempat dan Waktu

BAB ll TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN


2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Visi
2.1.2. Misi
2.1.3. Moto
2.2. Kepegawaian dan Disiplin Kerja
2.2.1. Pasal 1(Kepegawaian)
2.2.2. Pasal 1(Disiplin Kerja)
2.3. Struktur Organisasi

BAB lll JUDUL LAPORAN( ISI LAPORAN)


3.1. Sekilas Mengenai Ms. Excel 2007
3.2. Penjelasan Tentang Alat dan Bahan
3.3. Proses
BAB lV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR GAMBAR / FOTO
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu Sub Sistem Pendidikan Nasional,
memiliki kedudukan sangat penting dalam fungsi menyiapkan tenaga kerja terampil untuk
menunjang system pendidikan nasional. Upaya penyiapan tenaga kerja yang terampil
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, didekati melalui kebijakan link and
match adalah penyelenggaraan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin).

Pada dasarnya Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan penyelenggaraan yang


mengintegrasikan secara tersistem pendidikan dunia usaha dan industry. Pengintegrasian
kegiatan pendidikan ini akan menghilangkan perbedaan standar nilai sekolah dan dunia kerja
serta sekaligus mendekatkan supply dan demand ketenaga kerjaan.

Landasan pelaksanaan kegiatan Praktek kerja Industri (Prakerin) Sekolah menengah


Kejuruan (SMK) di dasarkan atas arahan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan
ketentuan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasioanl
serta peraturan-peraturan pendukungnya antara lain :
1. GBHN
2. UU SPN No. 2 tahun 1989 Ban W Pasal (1)
3. PP No. 39 Bab III Pasal 4 Butir (3)
4. Kep. Mendikbud No. 4990/U/1992 Pasal 33 Butir (6).

1.2. Tempat dan Waktu


Adapun tempat Prakerin peserta pada PENGADILAN NEGRI UNGARAN dengan
waktu praktek 20 Juni sampai 20 Agustus 2016

BAB II

PROSES DAN HASIL BELAJAR


A. Peroses Pembelajaran di Industri/DU-DI

1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan peraktik kerja industri (PRAKERIN) di mulai Tanggal


20 Juni 2016 sampai 20 Juli, di laksanakan sampai hari senin, sampai hari
jumat, mulai dari jam 07.30 15.00 Sore. Peraktik kerja Industri di Lakukan di
Pengadilan Negri Ungaran Alamat Jl. Gatot Subroto No.16, Ungaran, Ungaran Bar.,
Semarang, Jawa Tengah, Indonesi. Kami mulai resmi di terima dan bekerja pada tanggal
21 juni 2016 kami mulai di perkenalkan dengan struktur bagian organisasi di pengadilan
negri

Adapun jadwal kegiatan jam kerja adalah sebagai berikut :

Hari Jam Masuk Jam Istirahat Jam Pulang

Minggu Libur Libur Libur


Senin 07.30 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Selasa 07.30 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Rabu 07.30 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Kamis 07.30 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Jumat 07.30 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Sabtu - - -

2. visi dan misi

Visi

"Terwujudnya Badan Peradilan Yang Agung di lingkungan Pengadilan Negeri Kelas IA


Khusus Bekasi"
Misi

Mewujudkan rasa keadilan sesuai Undang undang dan peraturan serta keadilan
masyarakat.Mewujudkan Peradilan yang mandiri dan independent dari campur tangan
pihak lain.

Memperbaiki akses pelayanan dibidang Peradilan kepada masyarakat dengan


berorientasi pada pelayana publik yang prima, memiliki manajemen informasi yang
menjamin akuntanbilitas, kredibilitas, dan transparansi.

Memperbaiki kualitas imput internal Peradilan kepada masyarakat,


memiliki struktur organisasi yang tepat dan manajemen yang jelas dan
terukur dan menyelenggarakan manjemen dan administrasi proses
perkara yang sederhana, cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan
proporsional.
Mewujudkan institusi Peradilan yang efektif, efisien, bermartabat dan
dihormati, dengan mengelola sarana dan prasaran dalam rangka
mendukung lingkungan kerja yang aman, nyaman dan kondusif bagi
penyelenggara Peradilan, mengelola dan membina sumber daya manusia
yang kompeten dengan kinerja obyektif, sehingga tercipta personil
Peradilan yang berintegritas dan profesional didukung pengawasan secara
efektif terhadap prilaku, administrasi, dan jalannya Peradilan.
Melaksanakan kekuasaan kehakiman yang mandiri tidak memihak dan
transparan didukung pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara
mandiri yang di alokasikan secara profesional dalam APBN.
Mewujudkan Peradilan yang modern berbasis Teknologi Informasi (TI)
terpadu.

Sejarah Singkat Berdirinya Lokasi pengadilan negri ungaran


Sebelum kita membahas tugas dan kegiatan saya selama PKL Sayan menceritakan
sedikit sejarah pengadilan negri sesuai yg di terangkan Bpk Rudiyono sebagai berikut :

Pengadilan Negeri Ungaran dulunya bernama Pengadilan Negeri


Ambarawa yang berkedudukan di Jl. Mgr. Sugiyopranoto, Ngampin,
Kecamatan Ambarawa. Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dengan
pertimbangan karena ibukota Kabupaten Semarang di Ungaran maka
mulailah dirintis upaya untuk merealisasi perubahan status Pengadilan
Negeri Ambarawa menjadi Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang
yang berkedudukan di Ungaran.

Usul kepindahan ini juga mengandung unsur pemikiran agar wilayah


hukum Pengadilan Negeri Ambarawa nantinya bisa sama dengan
wilayah daerah Kabupaten Semarang. Disamping itu, untuk
memindahkan kantor tentu membutuhkan dana, namun dengan
dukungan dari berbagai pihak termasuk di dalamnya Bupati Semarang,
maka dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
tertanggal 17 September 1985, Nomor : M.03.AT.01.01 Tahun 1985
maka secara resmi disetujui pemindahan sekaligus perubahan status
Pengadilan Negeri Ambarawa menjadi Pengadilan Negeri kabupaten
Semarang yang berkedudukan di Ungaran atau yang biasa disebut
Pengadilan Negeri Ungaran.

Pada tanggal 23 Juni 1986 dengan dihadiri pula oleh Ketua


Mahkamah Agung Republik Indonesia Bpk. Ali Said, S.H , gedung
Pengadilan Negeri Ungaran diresmikan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Bpk. Ismail Saleh, S.H. Dan sejak diresmikannya
gedung Kantor Pengadilan Negeri Ungaran yang beralamat di Jl. Gatot
Subroto No. 16 Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah maka
segala kegiatan perkantoran Pengadilan Negeri Ambarawa telah
beralih ke Gedung baru dengan nama baru pula.

Sedangkan gedung Pengadilan Negeri Ambarawa yang


berkedudukan di Jl. Mgr. Sugiyopranoto, Ngampin, Kecamatan
Ambarawa. Kabupaten Semarang, Jawa Tengah berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Jawa Tengah
tanggal 21 Agustus 1987 No. W9.PL.02.01-490 ditetapkan sebagai
tempat Sidang Tetap ( Zitting Platzen ). Terhitung sejak tanggal 13
Desember 2006 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung Republik Indonesia .
B. Pengertian Hukum Perdata Arti Luas dan Sempit
1. Pengertian hukum perdata
Arti luas :

Hukum perdata dalam arti luas adalah bahan hukum


sebagaimana tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW) yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan
perseorangan, dan juga Kitab Undang-Undang hukum dagang
Wetboek van Koophandel (WVK) beserta sejumlah undang-undang
yang disebut undang-undang tambahan lainnya seperti peraturan
yang ada dalam KUHPerdata, KUHD, serta sejumlah undang-undang
tambahan (UU pasar modal, UU tentang PT dan sebagainya)).
Arti sempit :

Hukum perdata dalam arti sempit yaitu hukum perdata


sebagaimana yang terdapat dalam KUHPerdata saja.
B. Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal
1. Hukum Perdata Material
Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-
hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi
sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan.
Dalam pengertian hukum materil perhatian ditujukan kepada isi
peraturan.
2. Hukum Perdata Formal
Pengertian hukum perdata formal adalah menunjukkan cara
mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan
dalam perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara
menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum
Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada
cara mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.

C. Sumber Hukum Perdata


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa,
yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya
sanksi yang tegas dan nyata.1[3] Sumber hukum perdata adalah asal
mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di
temukan.
Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam.
Yaitu KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari
keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu
sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud
dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya
kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis.
Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum
perdata tidak tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum
perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis. Seperti terdapat
dalam hukum kebiasaan.
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:
1
1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum
permerintah Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

C. Sistematika Hukum Perdata


Sistematika, yang di dalam bahasa Inggris, disebut systematics,
bahasa Belandanya, yaitu systematiken, yaitu susunan atau struktur
dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Di negara-negara yang
menganut sistem Common Law tidak mengenal pembagian antara
hukum publik dan hukum privat. Sehingga hukum perdatanya tidak
dibuat dalam sebuah kodifikasi, tetapi ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan hukum perdata tersebar dalam berbagai act atau
undang-undang. Namun, di dalam sistem hukum yang menganut Civil
Law, maka sumber hukum utama, yaitu hukum kodifikasi yang
tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berikut ini,
disajikan sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
berlaku di Indonesia, Belanda, Rusia, Perancis dan Jerman.
Sistematika KUH Perdata yang berlaku di Indonesia, meliputi :
1. Buku I : tentang orang
2. Buku II : tentang Hukum Perdata
3. Buku III : tentang Perikanan
4. Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluarsa
Di negeri Belanda, Kitab Undang-Undang Hukum Perdatanya telah
dilakukan penyempurnaan. Dengan adanya penyempurnaan itu, maka
terjadi perubahan sistematika, yang semula hanya terdiri atas lima
buku, yang meliputi :
1. Buku I : tentang hukum orang dan keluarga (Personen-
en-Familierecht)
2. Buku II : tentang Badan Hukum (Rechrspersoon)
3. Buku III : tentang Hukum Kebendaan (Van
Verbindtenissen)
4. Buku IV : tentang Daluarsa (Van Verjaring)
Kelima buku itu telah disempurnakan menjadi sepuluh buku.
Kesepuluh buku itu, meliputi ;
1. Book 1 : Person and Family Law (Hukum orang dan
Keluarga)
2. Book 2 : Legal Person (Badan Hukum)
3. Book 3 : Property Law in General (Hukum harta kekayaan
secara umum)
4. Book 4 : Succession (inheritance) (hukum warisan)
5. Book 5 : Real Property Rights (hak atas harta kekayaan)
6. Book 6 : Obligation and Contracts (perikatan dan kontrak)
7. Book 7 : Particular Contracts (revised) (perjanjian khusus)
8. Book 7 : Particular Contracts (unrevised) (perjanjian
khusus)
9. Book 8 : Transport Law (hukum pengangkutan)
10. Book 9 : Intellectual Property (hak kekayaan intelektual)
11. Book 10 : Private International Law (hukum perdata
internasional)

Sementara itu, Rusia merupakan salah satu negara yang


cukup maju dalam perkembangan hukum, khususnya hukum
perdata, karena dinegara ini telah menetapkan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Federasi Rusia, yang disebut dengan The
Civil Code of the Russian Federation. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Federasi Rusia ditetapkan dalam dua tahap, yaitu :
1. Tahap pertama ditetapkan pada tahun 2003
2. Tahap kedua ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2006.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Rusia terdiri dari 1551
pasal atau artikel dan empat bagian dan masing-masing dibagi
dalam divisi-divisi. Code Civil Prancis terdiri dari empat buku dan
terdiri atas bagian dan pasal, jumlah pasal yang tercantum Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Prancis, yaitu sebanyak 2302
pasal. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jerman atau disebut
juga German Civil Code atau Brgerlichen Gesetzbuches (BGB)
terdiri dari empat buku dan 2385 pasal, dan ditetapkan pada 18
agustus 1896.

E. Asas-asas Hukum Perdata


Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang
sangat penting dalam Hukum Perdata adalah:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat
mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam
undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang
(lihat Pasal 1338 KUHPdt).
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua
belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa
perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan
cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan
adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat
oleh kedua belah pihak.
3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang
yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi
yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.

4. Asas Kekuatan Mengikat


Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa
perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada
perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat.
5. Asas Persamaan hukum,
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum
yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu
sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama,
dan ras.
6. Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban
untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik
7. Asas Kepastian Hukum,
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt
servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian.
Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga
harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak.
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk
menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam
zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela
(moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang
memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan
hati nuraninya
9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi
yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak
dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam
kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus
diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari
suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan
oleh para pihak
10. Asas Kepatutan.
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh
kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya
11. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
dan Pasal 1340 KUHPdt.
12. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi: Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

Anda mungkin juga menyukai