Jurnal Inventarisasi Aset Tetap
Jurnal Inventarisasi Aset Tetap
LATAR BELAKANG
pemerintah daerah diserahi berbagai urusan, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan. Untuk menjalankan kedua urusan tersebut di atas, pemerintah daerah sudah
seharusnya memerlukan barang atau yang disebut sebagai aset daerah guna menunjang
pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Barang milik daerah atau aset daerah inilah yang
selanjutnya menjadi salah satu sumber daya yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Seiring dengan kebutuhan pemerintah akan barang atau aset daerah guna
menunjang pelaksanaan tugas dan kewenangannya, perlu dilakukan kegiatan pengelolaan
aset sehingga aset-aset yang dimiliki oleh daerah dapat berfungsi secara maksimal dalam
mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan pemerintah daerah. Dengan kata lain, aset
daerah adalah urusan yang harus dikelola dengan baik dan benar sehingga akan terwujud
pengelolaan aset daerah yang transparan, efisien, bertanggungjawab dan adanya kepastian
nilai aset daerah yang dapat berfungsi untuk menunjang pelaksanaan tugas dan
kewenangan pemerintah daerah. Seiring dengan bertambahnya jumlah urusan pemerintah
di daerah otonom, sistem pengelolaan aset daerah pun perlu mengalami berbagai
penyesuaian terhadap seluruh rangkaian atau siklus pengelolaan aset yang dilakukan.
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menyebutkan 13 tahapan dalam
siklus pengelolaan aset daerah, sebagai berikut :
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan;
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. pembiayaan; dan
3
menyediakan data aset daerah melalui 3 (tiga) jenis kegiatan yang dilaksanakan, yakni
kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan aset daerah.
Penatausahaan aset negara/daerah meliputi pembukuan, inventarisasi, dan
pelaporan. Seperti pada penatausahaan aset negara, aset daerah yang berada di bawah
penguasaan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang pun harus dibukukan melalui
proses pencatatan dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna oleh Kuasa Pengguna Barang,
Daftar Barang Pengguna oleh Pengguna Barang dan Daftar BMD oleh Pengelola Barang.
Proses pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan merupakan rangkaian dari kegiatan
penatausahaan BMD yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Proses pembukuan yang
terdiri dari pendaftaran dan pencatatan serta proses inventarisasi, baik berupa pendataan,
pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMD merupakan bagian dari penatausahaan
yang dilakukan untuk menghasilkan data barang sesuai dengan kondisi yang riil. Hasil dari
proses pembukuan dan inventarisasi ini kemudian diperlukan dalam rangka melaksanakan
proses pelaporan aset daerah yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang, Pengguna
Barang, dan Pengelola Barang sebagai bentuk penyajian informasi terkait situasi aset
daerah pada waktu tertentu.
Seluruh aset yang merupakan objek penatausahaan, meliputi semua aset daerah
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa
Pengguna Barang/Pengguna Barang dan berada dalam pengelolaan Pengelola Barang.
Penatausahaan aset dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk
menyusun Laporan BMD yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca
pemerintah daerah. Sedangkan penatausahaan BMD dalam rangka mendukung
terwujudnya tertib pengelolaan BMD adalah menyediakan data agar pelaksanaan
pengelolaan BMD dapat dilaksanakan sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Kegiatan penatausahaan aset daerah sampai saat ini masih menemukan masalah
akurasi data dan belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari mayoritas
pemerintah di daerah. Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa sampai saat ini pemerintah
daerah selalu menghadapi kesulitan dalam mengetahui berapa sebenarnya jumlah dan nilai
aset yang dimiliki. Kesulitan ini akan sangat terasa pada saat penyusunan neraca
pemerintah daerah pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan pada saat
5
Keuangan dan Aset Daerah (Dinas PPKAD) Kabupaten Manggarai menarik untuk ditelaah
kembali. Adapun jurnal ini dibuat berdasarkan Laporan Akhir hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis tentang INVENTARISASI ASET TETAP DI KABUPATEN
MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, sebagai upaya untuk
memberikan keterangan bahwa Laporan Akhir yang dibuat penulis telah memenuhi standar
kualitas jurnal dan validitas ilmiah serta bermanfaat bagi para peneliti dengan kajian yang
sama di masa yang akan datang.
IDENTIFIKASI MASALAH
Upaya dalam melakukan kegiatan inventarisasi aset tetap masih menimbulkan
berbagai permasalahan. Permasalahan ini menjadi indikasi pemicu timbulnya
ketidakwajaran kondisi aset hasil pelaksanaan inventarisasi aset daerah di Kabupaten
Manggarai, yakni : a) Lemahnya kegiatan inventarisasi aset tetap yang dalam
pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan prosedur yang memadai; b) Terbatasnya
kualitas aparat Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai dalam melaksanakan kegiatan
inventarisasi aset tetap; c) Kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana penunjang
kegiatan inventarisasi aset tetap yang tersedia pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.
Permasalahan-permasalahan di atas menjadi indikasi pemicu terjadinya masalah
dalam kegiaan inventarisasi aset tetap daerah di Kabupaten Manggarai secara umum.
RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dan pengidentifikasian
masalah yang telah dibuat, penulis membuat perumusan masalah yang menjadi kajian
utama penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya untuk meningkatkan pelaksanaan inventarisasi aset tetap
agar sesuai dengan prosedur yang memadai?
2. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas aparat pelaksana pada Dinas
PPKAD Kabupaten Manggarai dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi aset
tetap?
3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan inventarisasi aset tetap yang tersedia pada Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai?
7
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan penelitian ini adalah :
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Praktis untuk Lokasi Penelitian
Manfaat praktis bagi lokasi penelitian dengan diadakannya penelitian ini adalah :
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten
Manggarai dalam melakukan penatausahaan aset daerah bidang inventarisasi aset tetap; b)
Memberikan manfaat bagi para pejabat pengelola aset daerah pada Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai, terutama kaitannya dengan peningkatan kualitas pelaksanaan
inventarisasi, sarana dan prasarana serta kualitas aparat pengelola kegiatan inventarisasi
aset tetap daerah di Kabupaten Manggarai.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini membutuhkan metode yang jelas, agar
pelaksanaannya terarah dan tepat sasaran. Penelitian menurut Soehartono (2011:2)
merupakan, Upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, yang selain untuk
menghasilkan pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang sebelumnya belum ada atau
belum dikenal, juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat
teori-teori yang sudah ada, atau bahkan juga yang menyangkal teori-teori yang sudah ada.
8
Kaitannya dengan metode yang telah dijelaskan diatas dikenal adanya teknik
pengumpulan data yang merupakan langkah penting dalam proses penelitian karena
dengan data inilah suatu persoalan penelitian bisa dijawab. Menurut Jujun S.Suriasumantri
dalam Mardalis (2010:21) mengatakan bahwa, Cara berpikir induktif berpijak pada fakta-
fakta yang bersifat khusus, kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan
yang bersifat umum.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pengumpulan data adalah suatu langkah untuk mendapatkan data-data yang ada di
lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan berguna untuk menjawab
masalah dari penelitian tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti terjun
atau turun langsung ke tempat dimana lokasi penelitian diadakan, maksudnya adalah
memperoleh data dan fakta yang terbaru dan akurat yang berkaitan dengan materi yang
akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai penulis dalam penelitian ini
adalah :
1. Wawancara
Wawancara menurut Narbuko (2010:83) adalah proses tanya-jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Metode
wawancara digunakan oleh penulis dengan mendatangi dan mengadakan komunikasi
langsung atau tatap muka dengan beberapa responden yang dianggap perlu untuk
mendapatkan data, informasi, keterangan, pandangan maupun pendapat responden agar
10
diperoleh kebenaran yang valid dan relevan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Sebelum melakukan kegiatan wawancara harus dibekali
dengan pedoman wawancara agar proses wawancara tersebut berjalan terarah. Dalam
penelitian ini data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan informasi yang berasal dari :
a. Kepala Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai 1 (satu) orang;
b. Sekretaris Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai 1 (satu) orang;
c. Kepala Bidang Pengelolaan Aset Daerah Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai
1 (satu) orang.
2. Dokumentasi
Arikunto (2010:274) menyatakan bahwa dokumentasi adalah metode yang
dilaksanakan oleh penelitian untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui pencatatan
data yang dirasa diperlukan dari sumber-sumber tertulis, baik berupa laporan maupun
monografi atau dokumen-dokumen dalam membantu menyempurnakan data-data yang
diperoleh. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan mengambil data-
data dari dokumentasi yang ada di Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian dan laporan yang terperinci.
Laporan tersebut direduksi, dirangkum, diseleksi dan difokuskan pada hal-hal penting
kemudian dicari.
2. Penyajian Data
Untuk menghindari kesulitan dalam melihat gambaran pada data yang bertumpuk, maka
bagian-bagian tertentu dari penelitian ini diusahakan dalam bentuk tabel, bagan atau
grafik.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan diverifikasi dangan cara melihat kembali pada hasil reduksi data dan display
data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari hasil penelitian.
KAJIAN TEORI
Adapun kajian teori ini berisi tentang definisi-definisi mendasar sebagai landasan
dalam memahami maksud penulis melakukan implementasi program Alokasi Dana Desa
dalam penyelenggaraan pemerintahan pada locus penelitian terkait. Kajian teori ini sendiri
digunakan sebagai kerangka berfikir untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang
akan diteliti. Sugiyono (2012:52) mengungkapkan bahwa : Kajian Teori adalah teori-teori
yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang diteliti, serta
sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan (hipotesis). Menurut Cooper dan Schindler dalam Sugiyono (2012:52)
menjelaskan , Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang tersusun
secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
Sdangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik DaerahPasal 4 ayat (2) menjelaskan 13
siklusPengelolaan Barang Milik Daerah, sebagai berikut:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian
l. pembiayaan; dan
m. tuntutan ganti rugi.
Satu dari sekian tahapan yang menajadi lingkup pembahasan penulis dalam
laporan akhir ini adalah siklus penatausahaan.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 1 angka 30
menjelaskan, bahwa : Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
pembukuan, inventarisasi danpelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
13
INVENTARISASI
Harsono, dkk (2004:163) menjelaskan definisi inventarisasi, sebagai berikut :
Proses inventaris atau inventarisasi yang teratur adalah proses inventaris atau
inventarisasi yang dilakukan dengan ketentuan dapat mewujudkan penyempurnaan dalam
pengurusan, pengawasan keuangan dan kekayaan negara secara efektif, juga dalam rangka
meningkatkan efektifitas perencanaan penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan
pemeliharaan, penyaluran serta penghapusan barang. Oleh karena itu, pelaksanaan
inventarisasi harus dilaksanakan secara baik dan benar sesuai kondisi barang agar dapat
dicapai tujuan inventarisasi dimaksud.
Nawawi dan Martini (1994:189) mengemukakan bahwa:
Data di dalam daftar inventaris tidak saja berguna untuk mengikuti perkembangan
kondisi perlengkapan/peralatan yang dimiliki, tetapi juga untuk menyusun
perencanaan, agar tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu, harus diusahakan
agar antara data yang tercatat benar-benar sesuai dengan kenyataan kondisi
peralatan/perlengkapan yang dicatat.
14
ASET
Seiring dengan diserahkannya berbagai urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah
sebagai akibat dari adanya otonomi daerah, pada saat yang bersamaan juga terjadi
penyerahan aset pemerintah pusat kepada daerah. Hal ini mengharuskan pemerintah
daerah melakukan pengelolaan asetnya dengan baik dan benar sehinga dapat mendukung
pelaksanaan otonomi daerah.
Yang dimaksud dengan aset / barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah
baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya atau pun yang merupakan
satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk
hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.
ASET TETAP
Aset tetap menurut definisi yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah yang ditulis dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01
dalam Yusuf (2010:57) dijelaskan bahwa :
Aset tetap adalah asset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum yang terdiri atas tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, asset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam perjalanan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dikategorikan jenis-jenis asset tetap adalah
sebagai berikut :
1. Tanah;
2. Peralatan dan Mesin;
3. Gedung dan Bagunan;
4. Jalan, Irigasi, Jaringan;
5. Aset Tetap Lainnya;
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Berdasarkan kajian penulis tentang inventarisasi aset tetap di tingkat Pembantu Pengelola
BMD atau Pembantu Pengelola di Kabupaten Manggarai, yang menjadi Pembantu
Pengelola di Kabupaten Manggarai adalah Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
(SKPKD), yaitu Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.
periode baru tahun 2011-2015, Kabupaten Manggarai saat ini dipimpin oleh Drs. Christian
Rotok sebagai Bupati Manggarai didampingi oleh Dr. Deno Kamelus,SH,MH selaku Wakil
Bupati. Pasangan ini telah memasuki 2 (dua) periode pemerintahan daerahsetelah sukses
memenangkan pemilihan kepala daerah 2011 lalu. Karena setiap calon kepala daerah harus
memiliki visi dan misi yang ditawarkan apabila terpilih menjadi kepala daerah selama 5
(lima) tahun ke depan, pada periode 2011-2015 ini pun Bupati dan Wakil Bupati
Manggarai memiliki visi, yaitu : TERWUJUDNYA MANGGARAI YANG MAKMUR,
SEJAHTERA, ADIL, MERATA DAN BERKELANJUTAN YANG DIRIDHOI
TUHAN YANG MAHA ESA.
Daerah. Secara khusus, Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 18 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah menjadi produk hukum yang juga dipedomani
oleh Dinas PPKAD dan seluruh SKPD Pemerintah Kabupaten Manggarai. Apabila dikaji,
peraturan-peraturan ini sudah cukup mampu mempedomani pelaksanaan inventarisasi aset
sehingga berjalan efektif.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya berjalan tidak hanya sebatas efektif hasilnya saja
tetapi juga efisien dalam proses pelaksanaannya. Sejalan dengan hal ini, peraturan-
peraturan di atas dianggap belum cukup mampu mengefisiensikan pelaksanaan
inventarisasi aset tetap daerah. Pasalnya, tidak terdapat Standar Operasional Prosedur
(SOP) atau Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan pencatatan dan pelaporan
aset yang sah, namun hanya menggunakan modul widyaswara yang pada dasarnya tidak
memiliki kekuatan hukum atau keabsahannya. Benar bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan
efektif, namun menjadi tidak efisien ketika pedoman yang digunakan tersebut tidak
memiliki legalitasnya.
Selain kelemahan pedomannya, telah dijabarkan dalam tugas pokok dan fungsi
setiap bidang pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai bertugas menyusun pedoman dan
petunjuk teknis/SOP Bidang Penilaian Aset, Optimalisasi Aset dan Monitoring dan
Evaluasi. Ini menjadi salah satu kekurangan yang perlu dibenahi lagi oleh Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai karena kegiatan yang dilaksanakan tanpa menggunakan SOP atau
pedoman teknis yang jelas dan legal akan mengakibatkan proses pelaksanaan inventarisasi
aset tetap tidak berjalan efisien.
c. Ketersediaan Data
Terjadinya perbedaan perlakuan SKPD terhadap barang atau aset tadi
menimbulkan administrasi pengelolaan aset menjadi terbengkalai dan menjadi tidak
lengkap. Kepala SKPD sangat paham bagaimana mengusahakan pengadaan barang dan
menggunakannya sementara untuk dilakukan pencatatan atas pengadaan dan
penggunaannya sangatlah sulit. Hal ini menjadi salah satu kelemahan juga, mengingat
kegiatan pencatatan dan selanjutnya pengelolaan seluruh aset yang digunakan harus
dilaporkan secara tepat berdasarkan jenis dan jumlah aset SKPD.
Adapun data-data pencatatan dan pelaporan dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Administrasi Pencatatan
1. Kartu Inventaris Barang (KIB)
KIB merupakan kartu yang digunakan untuk mencatat barang inventaris
secara tersendiri atau kumpulan/kolektif yang diperlukan untuk inventarisasi atau
tujuan lainnya selama barang tersebut belum dihapuskan. Adapun KIB terdiri dari 6
(enam) macam, yaitu :
a) KIB A : Tanah
b) KIB B : Peralatan dan Mesin
c) KIB C : Gedung dan Bangunan
d) KIB D : Jalan, Irigasi, dan Jaringan
e) KIB E : Aset Tetap Lainnya
f) KIB F : Konstruksi dalam Pengerjaan
Dalam pencatatannya, pencatatan KIB inilah yang masih sering menjadi
kesalahan yang dilakukan oleh para SKPD. Masih banyak barang yang seharusnya
ada tetapi tidak tercatat dalam KIB oleh SKPD karena berbagai persoalan, seperti
ketidakjelasan kepemilikan/sertifikat tanah (KIB A), ketidakakuratan jumlah dan
sumber barang peralatan dan mesin (KIB B), serta aset-aset lain yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kondisi dan administrasi barangnya oleh SKPD.
2. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
Sistem pencatatan pada kartu ini pun masih belum jelas dikarenakan penggunaan
ruangan yang tidak opimal. Masih banyak ruangan yang peruntukannya menyimpan
barang-barang yang sebenarnya sudah tidak layak pakai (rusak) dan belum dihapus,
sehingga terjadi pemborosan ruangan. Dengan kata lain, pencatatan jumlah ruangan
pada SKPD tertentu hanya untuk menginventarisir ruangan yang tidak efektif
penggunaannya.
3. Buku Inventaris (BI)
21
Buku ini merupakan buku yang berisi himpunan catatan data teknis dan administrasi
yang diperoleh dari KIB hasil inventarisasi. Penulis mengamati bahwa pencatatan
pada BI ini sangat tergantung pada validitas data yang ada pada KIB, sehingga
ketersediaan data KIB secara langsung akan mempengaruhi isi dari BI tersebut.
4. Buku Induk Inventaris (BII)
Buku Induk Inventaris (BII) merupakan kompilasi atau gabungan dari BI yang
berasal dari pencatatan BI seluruh SKPD. Keakuratannya berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan sebelumnya (BI dan KIB).
b) Administrasi Pelaporan
1. Daftar Rekapitulasi Inventaris
Daftar ini merupakan daftar barang yang disusun oleh Bupati Manggarai selaku
Kuasa Barang dengan menggunakan bahan hasil pencatatan yang telah dihimpun
oleh Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai dan diserahkan kepada Pengelola Barang
Daerah (Sekretaris Daerah).
2. Daftar Mutasi Barang
Daftar ini memuat data barang yang berkurang dan/atau bertambah dalam jangka
waktu tertentu.
Sejauh ini, pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh SKPD Pemerintah
Kabupaten Mangarai masih memiliki kekurangan terutama dalam hal pencatatan KIB dan
KIR. Sistem pelaporan tidak akan tersajikan dengan akurat dan relevan ketika pencatatan
pada KIB dan KIR belum akurat dan relevan. Hal ini dikarenakan KIB dan KIRmerupakan
dokumen pertama yang menjadi sumber pencatatan dan pelaporan barang/aset daerah
selanjutnya. Maka, ketika KIB dan KIR tidak dapat menyediakan data yang akurat dan
relevan, sistem pencatatan selanjutnya sampai pada pelaporannya pun menjadi tidak akurat
dan relevan juga. Fenomena inilah yang terjadi di Kabupaten Manggarai seperti yang telah
dijelaskan di atas sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah.
beberapa SKPD yang kadang jarang melakukan koordinasi, integrasi atau sinkronisasi
dengan Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.
Sehubungan dengan penyediaan data inventarisasi aset, masih banyak SKPD yang
belum memperhatikan pentingnya pengelolaan aset. Untuk melengkapi data aset SKPD,
Bidang Pengelolaan Aset pada Dinas PPKAD sendiri harus menjemputnya dari SKPD dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan pada pengisian data-data tersebut. Hal ini tentu saja
berkaitan erat dengan bagaimana membangun hubungan kerja sama yang baik dari SKPD
agar proses pencatatan dan pelaporan atas KIB yang diisi mampu tersajikan secara baik
dan benar. Dengan demikian, Dinas PPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Daerah
akan mudah melakukan rekapitulasi data inventarisasi aset setiap SKPD.
Pelaksanaan tugas Bendahara Barang SKPD pun tidak lepas dari peran
pembinaan yang dilakukan oleh atasan langsungnya atau juga langsung dari Kepala SKPD
selaku Pengguna Barang. Namun, pengelolaan administrasi aset tetap SKPD tidak berjalan
dengan baik karena adanya perbedaan perlakuan antara keuangan SKPD dan aset SKPD
seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Bendahara Barang SKPD seperti kesulitan
melakukan pencatatan dan pelaporan aset tetap yang benar dari SKPD karena tidak
tertibnya pencatatan dan pelaporan atas pengadaan, penggunaan atau pun mekanisme lain.
Hal ini menyebabkan Bendahara Barang tidak dapat melakukan administrasi aset tetap
SKPD secara akurat dan relevan sehingga pengadministrasian setiap aset tetap pada SKPD
menjadi tidak tertib.
menurut pengamatan penulis sudah cukup baik dan mampu mendukung pelaksanaan tugas
tersebut.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tetap di Kabupaten Manggarai dapat dikatakan cukup
baik. Hal ini dapat dinilai dari mekanisme pelaksanaan inventarisasi aset tetap di tingkat
Pembantu Pengelola Barang, yakni Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai yang telah
menjalankan tugasnya dengan baik sesuai pedoman pelaksanaan inventarisasi aset tetap
yang berlaku, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Miliki Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten
Manggarai Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Teknis
pelaksanaan inventarisasi aset tetap pada tingkat Pembantu Pengelola Barang telah
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Aparat pelaksana kegiatan inventarisasi aset tetap Kabupaten Manggarai yang
dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Aset Dinas PPKAD Manggarai dinilai telah
memiliki kualitas yang cukup baik. Namun, terdapat hal-hal yang perlu ditingkatkan
lagi terkait peningkatan kualitas aparatur Bidang Pengelolaan Aset ke depannya.
3. Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya dapat dikatakan sudah memadai, walaupun khusus
untuk aplikasi SIMBADA masih harus disempurnakan lagi agar dapat menunjang
semua siklus pengelolaan aset daerah. Khusus peran SIMBADA bagi pelaksanaan
inventarisasi aset tetap sudah memadai karena dapat dioperasikan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang berkitan dengan inventarisasi aset tetap, seperti melakukan
input data aset tetap, menyimpan, mengirim dan menerima data aset tetap, serta fungsi
lain terkait dengan inventarisasi aset tetap Kabupaten Manggarai.
REKOMENDASI
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terhadap pelaksanaan
inventarisasi aset tetap di Kabupaten Manggarai adalah:
1. Dinas PPKAD disarankan untuk lebih tegas dalam melakukan penghimpunan
data dari setiap SKPD agar pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
25
(inventarisasi) aset tetap di tingkat SKPD tidak sekedar dicatat dan dilaporkan
saja, namun harus menunjukkan kodisi aset tetap yang riil dengan
memaksimalkan pelaksanaan inventarisasi aset tetap di tingkat SKPD.
2. Meningkatkan kegiatan koordinasi dan pembinaan terhadap SKPD se-
Kabupaten Manggarai untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya
pelaksanaan pengelolaan aset tetap daerah secara khusus dan pengelolaan aset
daerah pada umumnya guna penigkatan kualitas pengurus barang SKPD. Dinas
PPKAD Kabupaten Manggarai hendaknya berinisiatif melakukan berbagai
bentuk pembinaan sesuai kapasitasnya sebagai Pembantu Pengelola Barang
Daerah kepada seluruh SKPD agar SKPD paham dan sadar betapa pengelolaan
aset sangat penting untuk mengihidari potensi terjadinya kerugian daerah dan
memperbaiki kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai yang
selama 3 (tiga) tahun terakhir mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai hendaknya membentuk peraturan
teknis khusus pelaksanaan inventarisasi aset SKPD agar petunjuk pelaskanaan
menjadi jelas dan seragam dalam penyediaan data inventaris. Begitu juga
dengan Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai disarankan agar membuat
Standar Operasional Prosedur (SOP) atau Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis Inventarisasi Aset agar dalam menjalankan tugasnya, Bidang
Pengelolaan Aset Dinas PPKAD dapat bekerja sesuai acuan yang jelas dan
memiliki kekuatan hukum guna pertanggungjawaban dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana secara maksimal.
Pelaksanaan kegiatan inventarisasi aset tetap merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
daerah dalam rangka menciptakan keteraturan dan pemahaman daerah terkait kondisi aset
tetap yang dimiliki. Oleh karena itu, inventarisasi aset tetap merupakan bahan kajian yang
cukup penting untuk dikembangkan. Maka, penulis menyarankan agar kajian tentang
inventarisasi aset tetap ini mendapat pengembangan lebih lanjut atau lebih dalam lagi
melalui berbagai bentuk penelitian.
26
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta :Jakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Pustaka
Pelajar :Yogyakarta.
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Rajawali Pers :Jakarta.
B. PERATURAN-PERATURAN
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Peraturan Bupati Manggarai Nomor 18 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Manggarai Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Manggarai Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Manggarai
Peraturan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri Nomor 05 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Penulisan dan Mekanisme Ujian Laporan Akhir dan Skripsi Institut
Pemerintahan Dalam Negeri Tahun Akademik 2013/2014
C. SUMBER LAIN
28
BPK RI. Siaran Pers BPK RI 2013 LHP-LKPD NTT 2012. www.bpk.go.id. Selasa, 17
Desember 2013, 10.30-11.45 WITA
BPS Kabupaten Manggarai. Manggarai Dalam Angka 2013.www.bps.go.id.
Kamis, 13 Februari 2014, 09.00-10.00 WITA
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah Kabupaten Manggarai. Penatausahaan BMD.
12-20 Februari 2014