Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang telah ditemukan

pengobatanya meskipun pada tahap terminal. Penurunan fungsi ginjal dapat disebabkan oleh

berbagai penyebab dan penurunan fungsi ginjal ini dapat bersifat sementara atau dikenal dengan

gagal ginjal akut (GGA), maupun secara kronis yang sifatnya permanen atau dikenal dengan

gagal ginjal kronis (GGK).

Dalam mengatasi gagal ginjal baik gagal ginjal akut (GGA) atau gagal ginjal kronik

(GGK), langkah pertama yang diberikan dengan terapi konservatif, dan bila langkah ini tidak

berhasil selanjutnya dengan terapi ginjal pengganti (TGP) atau renal replacement therapy yaitu

usaha untuk mengganti fungsi ginjal penderita yang telah menurun.

Terapi ginjal pengganti bisa dilakukan secara alamiah yaitu cangkok ginjal (transplantasi)

atau secara artificial (buatan) misalnya hemodialisa dan peritoneal dialisa, yang hanya

mengambil alih fungsi eksokrin saja, sedangkan fungsi endokrin tidak dapat diambil alih.

Hemodialisa adalah tindakan yang dilakukan untuk membantu beberapa fungsi ginjal yang

terganggu atau saat ginjal tidak lagi mampu melaksanakan fungsinya atau rusak. Hemodialisa

membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh, juga membantu

mengekresikan zat-zat sisa atau buangan.

Saat ini dengan teknologi medis yang semakin berkembang, pemenuhan kebutuhan dan

pemahaman yang lebih baik tentang gagal ginjal dan proses dialisa, pasien dapat menjalani gaya

hidup yang sehat. Pasien dalam keseharian dapat menjalani aktivitas secara normal dengan

pengobatan hemodialisa secara rutin dan teratur.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Hemodialisa ?

2. Apakah prinsip mekanis dari Hemodialisa ?

3. Apakah indikasi Hemodialisa ?

4. Apakah kontra indikasi dari hemodialisa ?

5. Apakah komplikasi dari Hemodialisa ?

6. Bagaimana penatalaksaan pasien Hemodialisa ?

7. Bagaimana konsep Asuhan keperawatan pasien Hemodialisa ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Hemodialisa ?

2. Untuk mengetahui prinsip mekanis dari Hemodialisa ?

3. Untuk mengetahui Indikasi dari Hemodialisa ?

4. Untuk mengetahui kontra indikasi dari Hemodialisa ?

5. Untuk mengetahui komplikasi dari Hemodialisa ?

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien Hemodialisa ?

7. Untuk mengetahui konsep asuhan Keperawatan pasien Hemodialisa ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisys jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa
minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease
(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisa
adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Menurut Nursalam (2006) hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh
akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir
gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat.
Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun
demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak
mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan
ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien
(Brunner & Suddarth, 2002).

B. Prinsip Mekanis Hemodialisa


Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah, 2) kompartemen
cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah dikeluarkan dari pembuluh
darah vena dengan kecepatan aliran tertentu, kemudian masuk ke dalam mesin dengan
proses pemompaan. Setelah terjadi proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke
pembuluh balik, selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah
terjadi dalam dialiser (Daurgirdas et al., 2007).
Prinsip kerja hemodialisis adalah komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan
(kompartemen darah) akan berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan
lain (kompartemen dialisat) melalui membran semipermeabel (dialiser). Perpindahan
solute melewati membran disebut sebagai osmosis. Perpindahan ini terjadi melalui
mekanisme difusi dan UF. Difusi adalah perpindahan solute terjadi akibat gerakan
molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah perpindahan molekul terjadi secara konveksi,
artinya solute berukuran kecil yang larut dalam air ikut berpindah secara bebas bersama

3
molekul air melewati porus membran. Perpindahan ini disebabkan oleh mekanisme
hidrostatik, akibat perbedaan tekanan air (transmembrane pressure) atau mekanisme
osmotik akibat perbedaan konsentrasi larutan (Daurgirdas et al., 2007). Pada mekanisme
UF konveksi merupakan proses yang memerlukan gerakan cairan disebabkan oleh
gradient tekanan transmembran (Daurgirdas et al., 2007).

C. Indikasi Hemodialis
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2006)
umumnya indikasi dialisa pada GGK adalah bila laju filtrasi glomerulus (LFG sudah
kurang dari 5 ml/menit) sehingga dialisis baru dianggap perlu dimulai bila dijumpai
salah satu dari hal di bawah :
1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2. K serum > 6 mEq/L
3. Ureum darah > 200 mg/L
4. Ph darah < 7,1
5. Anuria berkepanjangan (> 5 hari)
6. Fluid overloaded.

D. Kontra Indikasi Hemodialisa

4
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom
otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa
adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,
sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).

E. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut (Brunner & Suddarth,
2002) :
1. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.
2. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara
memasuki sistem vaskuler pasien.
3. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya
sirkulasi darah di luar tubuh.
4. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme
meninggalkan kulit.
5. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan
muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar
jika terdapat gejala uremia yang berat.
6. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan
ruang ekstrasel.
7. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2006) komplikasi


yang jarang terjadi misalnya sindrom disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia, temponade
jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta aktivasi
komplemen akibat dialisis dan hipoksemia.

Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik


(Daurgirdas et al., 2007).
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung.
Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit

5
kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et al.,
2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah
gangguan hemodinamik, baik hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID.
Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser,
aritmia, tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara,
neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et al., 2007).

2. Komplikasi Kronis
Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik.

6
F. Penatalaksanaan Pasien Hemodialisa
Hemodilisa merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai upaya
memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit ginjal
yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan
pasien yang gagal ginjal (Wijayakusuma, 2008 dalam Desita, 2010).
Pasien hemodialisa harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam
gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting untuk terjadinya kematian
pada pasien hemodialisa. Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 %
terdiri atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70
meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium
seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah asupan
cairan dibatasi sesuai dengan jumlah air kencing yang ada ditambah insensible water
loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 meq.hari guna mengendalikan tekanan darah dan
edema. Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong
pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara
dialisis akan terjad kenaikan berat badan yang besar (Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia, 2006).

7
Menurut Lumenta (1992) anjuran pemberian diet pada pasien hemodialisa 2 x/
minggu :
1. Protein : 1 1,2 gr/kgBB/hari
2. Kalori : 126 147 kj/ kgBB (30 35 kal/kgBB/hari)
3. Lemak : 30 % dari total kalori
4. Hidrat arang : sedikit gula (55 % total kalori)
5. Besi : 1,8 mmol/hari (100 mg)
6. Air : 750 1000 ml/hari (500 + sejumlah urin/24 jam) Ca : 25 50 mmol/hari
(1000 2000)
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien
yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia,
antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini
dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
Risiko timbuknya efek toksik akibat obat harus dipertimbangkan (Brunner & Suddarth,
2002).

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama :
2) Umur : Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
3) Jenis Kelamin :
4) Pekerjaan :
5) Agama :
6) Alamat :
7) Pendidikan :

8
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien GGK yang akan dilakukan hemodialisa biasanya mengeluh mual,
muntah, anorexia, akibat peningkatan ureum darah dan edema akibat retensi
natrium dan cairan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu ditanya penyakit-penyakit yang pernah diderita klien sebagai penyebab
terjadinya GGK, seperti DM, glomerulonefritis kronis, pielonefritis. Selain itu
perlu ditanyakan riwayat penggunakan analgesik yang lama atau menerus.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah orang tua atau keluarga lain ada yang menderita
GGK erat kaitannya dengan penyakit keturunannya seperti GGK akibat DM.
c. Data Biologis
1) Makan & minum
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan keluhan mual
muntah akibat peningkatan ureum dalam darah.
2) Eliminasi
Biasanya terjadi gangguan pengeluaran urine seperti oliguri, anuria, disuria,
dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan fungsi filtrasi, reabsorsi
dan sekresi.
3) Aktivitas
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan penurunan gerak
sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-zat toksik lainnya dalam
jaringan.
4) Istrahat/tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat keluhan-
keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-zat toksik seperti
mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan sebagainya.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah dan penurunan tingkat kesadaran akibat terjadinya
uremia
Vital sign : biasanya terjadi hipertensi akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sistim renin
BB : Biasanya meningkat akibat oedema

9
1) Inspeksi
a) Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun
b) Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik pada kulit
c) Oedema pada tungkai, acites, sebagai akibat retensi cairan dan natrium
2) Auskultasi
Perlu dilakukan untuk mengetahui edema pulmonary akibat penumpukan
cairan dirongga pleura dan kemungkinan gangguan jantung (perikarditis)
akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik uremik serta pada tingkat
yang lebih tinggi dapat terjadi gagal jantung kongestif.
3) Palpasi
Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas.
4) Perkusi
Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema pulmonar yang
apabila terjadi oedema pulmonary maka akan terdengar redup pada perkusi.
e. Data Psikologis
Pasien biasanya mengalami kecemasan akibat perubahan body image, perubahan
peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga biasanya merasa sudah
tidak berharga lagi karena perubahan peran dan ketergantungan pada orang lain.
f. Data Sosial
Pasien biasanya mengalami penurunan aktivitas sosial akibat penurunan kondisi
kesehatan dan larangan untuk melakukan aktivitas yang berat.
g. Data Penunjang
1) Rontgen foto dan USG yang akan memperlihatkan ginjal yang kecil dan
atropik
2) Laboratorium :
a) BUN dan kreatinin, terjadi peningkatan ureum dan kreatinin dalam
darah.
b) Elektrolit dalam darah : terjadi peningkatan kadar kalium dan penurunan
kalium.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan pengeluaran urin,
diet berlebihan dan retensi air.

10
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membram mukosa
mulut.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penangananya

3. Intervensi
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan pengeluaran urin, diet
berlebihan dan retensi air.
Intervensi :
1) Kaji status pasien
a) Timbang berat badan tiap hari
b) Keseimbangan masukan dan keluaran
c) Turgor kulit dan adanya oedema
d) Tekanan darah, denyut nadi dan irama nadi
Rasionalisasi : Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan
untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
b. Batasi masukan cairan
Rasionalisasi :Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal,
keluaran urin dan respon terhadap terapi dan sumber kelebihan cairan yang
tidak diketahui dapat diidentifikasi
c. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
Rasionalisasi : Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membram mukosa mulut.
Intervensi :
a. Kaji faktor berperan dalam merubah masukan nutrisi
1) Anoreksia, mual, muntah
2) Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
3) Depresi
4) Kurang memahami pembatasan diet
5) Stomatis

11
Rasionalisasi : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat
diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
b. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas diet
Rasionalisasi : Mendorong peningkatan masukan diet.
c. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi, telur,
produk susu, daging.
Rasionalisasi : Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan
nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penangananya
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
Rasionalisasi : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus
berubah akibat penyakitnya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa
minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease
(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisa
adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan
air yang berlebihan. Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen : 1) kompartemen darah, 2)
kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser).
Kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap
proses, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Komplikasi hemodialisa terdiri
dari komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Pasien hemodialisa harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam
gizi yang baik. Gizi kurang merupakan predikator yang penting untuk terjadinya kematian
pada pasien hemodialisa. Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri
atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70 meq/hari.
Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium seperti buah-buahan
dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai
dengan jumlah air kencing yang ada ditambah insensible water loss. Asupan natrium dibatasi
40-120 meq.hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan tinggi natrium akan
menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien untuk minum. Bila asupan
cairan berlebihan maka selama periode di antara dialisis akan terjad kenaikan berat badan
yang besar (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Price dan Wilson. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta :
EGC, 1991.
2. UNPAD Bandung. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Perkemihan Bagi Dosen
Dan Instruktur Klinik Keperawatan. Bandung : UNPAD Bandung, 2000.

14

Anda mungkin juga menyukai