BAB I
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
tujuan, sebuah cita-cita dan terutama sebuah kondisi pemikiran manusia dalam
tentang segala sesuatu yang menjadi perhatian manusia, dan segala hal terbaik
yang pernah dipikirkan dan dikatakan di dunia ini. Kebudayaan menuntut manusia
ketegangan antara imanensi dan transendensi, yang dapat dipandang sebagai ciri
tengah arus proses-proses kehidupan (imanensi), tetapi selalu juga muncul dari
arus alam raya itu untuk menilai alamnya sendiri dan mengubahnya (transenden).
1
2
berusaha melawan arus itu dengan mengikuti suara hatinya, melakukan evaluasi
kepada hal-hal yang diangggap memiliki kekuatan gaib dan suparanatural yang
oleh manusia saat ini disebut mitos. Dalam sejarah kehidupan umat manusia,
mitos memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk dan membangun
tertentu akan menjadi salah satu acuan dari setiap tingkah laku anggota
pada mitos tidak dapat dilepaskan dari faktor sosial-budaya setempat. Selain itu,
Sejarah mencatat, mitos telah hidup sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam
sejarahnya, mitos memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah pemikiran
umat manusia. Sebelum filsuf-filsuf alam hidup di Yunani Kuno pada abad ke-6
SM, masyarakat setempat sangat akrab dengan mitos. Setiap peristiwa yang
terjadi di alam semesta selalu dihubungkan dengan sosok ghaib di luar kuasa
mitos yang berkembang pada masa itu, yang merupakan tonggak awal lahirnya
pemikiran rasional, dari mitos beranjak ke logos. Para filosof ketika itu banyak
alam semesta dengan cara mencari penyebabnya di luar alam (yaitu adanya sosok
yang Ghaib) bergeser ketika manusia tidak lagi mencari penyebab di luar alam,
melainkan mencari penyebabnya dari dalam alam sendiri, yaitu dengan cara
dalam kehidupan masyarakat. Ribuan tahun setelah filsafat lahir di Yunani, mitos
Mitos menurut J. van Baal (1987: 44) merupakan cerita di dalam kerangka
sistem suatu religi yang di masa lalu dan kini telah atau sedang berlaku sebagai
kebenaran keagamaan. Ilmu pengetahuan tentang mitos atau mitologi adalah suatu
konsep serta bahasa simbolik. Untuk fungsi mitos sendiri, van Peursen (1976: 38)
ajaib. Melalui mitos, manusia dibantu untuk dapat menghayati daya-daya itu
sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan
sukunya. Mitos juga berfungsi sebagai perantara antara manusia dan daya-daya
sangat lekat dengan mitos. Kepercayaan kepada mitos kerapkali menjadi alasan
kenapa sebuah tradisi tetap dilestarikan. Sebab dalam keyakinan pada mitos itu
kelompok masyarakat meyakini akan terlindung dari segala bala atau mara
bahaya, sementara jika tidak menjalankan tradisi itu, maka akan terkena tulah.
adalah tradisi ruwatan laut, yaitu sebuah tradisi yang memberi persembahan
kepada Penguasa Laut berupa sesaji atau hasil alam sebagai bentuk rasa syukur
untuk hasil laut yang didapat selama setahun terakhir, juga sebagai pengharapan
agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah. Tradisi ini biasanya
poco (musim puncak), yaitu musim ketika ikan di laut sedang banyak-banyaknya
dan cuaca sangat bersahabat bagi nelayan untuk melaut, waktu-waktu ketika ikan
selama ratusan tahun oleh masyarakat pesisir Madura yang merupakan warisan
dari nenek moyang sebagai bentuk rasa syukur kepada Se Kobasa Tase (Sang
Penguasa Laut) atas ikan tangkapan yang diperoleh selama setahun terakhir.
manusia Madura. Kesadaran akan adanya campur tangan Yang Maha Ghaib di
bentuk ungkapan rasa syukur atas kehidupan yang telah diberikan Tuhan.
5
Menurut Rifai (2007: 45) kepatuhan dan ketaatan orang Madura pada agama
sudah terbentuk sejak lama. Secara harfiah, orang madura sangat patuh
paling lengkap yang dijalankan masyarakat Madura. Dalam rangkaian acara rokat
tari muang sangkal (tari tolak bala), dll. yang menjadi unsur penunjang dalam
upacara rokat pangkalan. Maka, meneliti upacara rokat pangkalan secara tidak
rangkaian tidak terpisahkan dari apa yang disebut orang Madura sebagai rokat
pangkalan itu sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskripsi, komparasi, dan refleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan
dimensi kosmologis yaitu mengenai konsep ruang dan waktu, konsep kausalitas
dan dinamika kosmos, konsep harmoni, kebenaran, dan kebaikan kosmis, relasi
penelitian lapangan dengan mengambil sampel dari upacara rokat pangkalan yang
November tahun 2013 lalu. Prosedur yang digunakan adalah studi dokumen,
2. Rumusan Masalah
pangkalan?
3. Keaslian Penelitian
berikut:
rokat tanah, rokat disa (rokat desa), dan rokat tase (rokat laut).
Selain buku di atas, A.M. Hermien Kusmayati (2000) juga menulis buku
lain yang menyinggung upacara rokat pangkalan, yaitu buku yang berjudul Arak-
7
Buku Helena Bouvier (2002) berjudul Lebur! Seni Musik dan Pertunjukan
aspek dari kegiatan kesenian di Madura. Dalam buku ini, Bouvier sedikit
etnografis yang mengamati kesenian Madura dari tingkat estetis sampai sumber
dan Pertunjukan Pesisir, dalam Majalah Gong No. 81/VIII/2006. Dalam tulisan
tase, ritual dan perhelatan yang dilakukan sebelum dan menjelang rokat tase
8
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitian ini Baidawi
berperilaku religius, yaitu memiliki kedekatan dengan hal-hal yang mistik. Hal itu
bahwa dalam pelaksanaan upacara rokat tase terkandung nilai-nilai moral yang
informal.
tase' dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME.
atas segala melimpahnya hasil laut selama setahun. Penelitian ini hendak
tase' itu sendiri, bagaimana pelaksanaan upacara rokat tase', dan mengapa
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Salah satu tradisi Madura
yang dijadikan objek material desertasi ini adalah upacara rokat pangkalan yang
Ada pula makalah Moh. Badrih (2013) yang berjudul Falsafah Hidup
Madani dan Lestari). Dalam makalah ini, Badrih mengemukakan bahwa kjhung
pangkalan.
rokat tase, hanya penelitian Hidayat (2007), Dimensi Kosmologis Upacara Rokat
Tase` pada Masyarakat Madura (Studi kasus di Pantai Kaduara Barat Larangan
- Pamekasan), yang memiliki korelasi yang sangat dekat dengan objek penelitian
ini, tetapi tetap memiliki fokus dan spesialisasi yang berbeda. Objek material
dalam penelitian Hidayat adalah studi kasus upacara rokat tase atau rokat
ini mengambil objek material upacara rokat pangkalan di Desa Ambunten Timur
10
upacara rokat pangkalan di tempat lain. Hasil penelitian Hidayat dapat dijadikan
4. Manfaat Penelitian
B. Tujuan Penelitian
pangkalan.
11
C. Tinjauan Pustaka
yang sering dijadikan sebagai menjadi objek material dari berbagai penelitian
karena begitu banyak nilai dan dimensi yang terkandung dalam upacara rokat
Dimensi kosmologis dalam upacara rokat pangkalan merupakan salah satu tema
yang jarang dikaji oleh para peneliti maupun pakar, padahal, upacara rokat
pangkalan dapat dijadikan rujukan/ sumber data untuk mencari tahu bagaimana
tulisan dan penelitian tentang upacara rokat pangkalan, yang dapat menjadi
Kusmayati ini adalah, bahwa dalam musik dan tarian yang mengiringi ritual dan
itu sendiri.
upacara rokat pangkalan, ritual dan perhelatan yang dilakukan sebelum dan
berjudul Rokat Tase: Upacara dan Pertunjukan Pesisir (Majalah Gong No.
16-17).
Upacara Rokat Tase` pada Masyarakat Madura (Studi kasus di Pantai Kaduara
paling dekat dengan penelitian ini. Temuan yang paling menarik dari penelitian
13
alam sebagai kekuatan yang sakral, yang harus dijaga keseimbangannya. Lebih
memberikan suatu konstruk tentang alam, ruang, waktu, gerak dan sebagainya,
melainkan sekadar memahami alam sebagai kekuatan yang sakral, yang harus
Pamekasan, sementara penelitian ini adalah studi kasus atas upacara rokat tase di
Desa Ambunten-Sumenep.
penggunaan sistem religi dalam kaitannya dengan aktivitas melaut, dan sistem
religi tersebut dijadikan etos kerja kebaharian. Sistem religi itu, menurut Baidawi,
terwujud dalam suatu tradisi yang dikenal dengan rokat tase'. Lebih lanjut,
ajaran agama, serta aspek-aspek keserasian hubungan antara manusia, alam, dan
upacara rokat tase terkandung nilai-nilai moral yang dapat memberi suatu
Integrasi Islam dan budaya lokal dalam upacara rokat tase dipaparkan
dalam skripsi Imam (2013) yang berjudul Integrasi Islam dan Budaya Lokal
Islam menjadikan tradisi rokat tase lebih bermakna, yaitu nilai tradisi tidak hanya
berhenti pada sistem religi atau kepercayaan, tetapi ada sentuhan terhadap nilai-
dengan kosmos dipaparkan dalam penelitian Suadah (2009) yang berjudul Budaya
15
dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME. atas
tase' itu sendiri, bagaimana pelaksanaan upacara rokat tase', dan mengapa
2009: 58).
tradisi rokat tase turut andil dalam membangun dan membina jatidiri orang
rokat tase terfokus pada kesepakatan aturan tentang sikap dan perilaku menjaga
dengan ketinggian dan kesucian agama Islam sebagai agama yang mempunyai
pengaruh besar terhadap segala aspek kehidupan orang Madura (Hidayat, 2012:
119-124).
rokat tase dipaparkan oleh Moh. Badrih dalam makalahnya yang berjudul
(kidung pendidikan) hampir terdapat dalam semua tradisi lisan Madura. Tradisi
16
yang masih menggunakan kjhung Madura adalah rokat tase, juga dalam
seusai rokat tase). Menurut Badrih, dalam kjhung terdapat pandangan hidup
D. Landasan Teori
ekologi. Istilah kosmologi (filsafat alam) dalam penelitian ini mengacu pada
filsafat manusia, sebab manusia dengan sendirinya tidak dapat dipandang lepas
1. Ilmu tentang alam semesta sebagai sutu sistem yang rasional dan
teratur.
2. Sering digunakan untuk menunjuk cabang ilmu pengetahuan,
khususnya bidang astronomi, yang berupaya membuat hipotesis
mengenai asal, struktur, ciri khas, dan perkembangan alam fisik
berdasarkan pengamatan dan metodologi ilmiah.
3. Ilmu memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan yang
integral: adalah bagian dari alam semesta itu berdasarkan pengalaman
astronomi, merupakan suatu bagian dari keseluruhan tersebut.
17
(Siswanto, 2005: 8). Ekologi merupakan ilmu tentang lingkungan hidup. Ekologi
sebagai bagian dari ekologi itu sendiri atau memiliki korelasi yang saling
menguatkan satu sama lain (Bakker, 1995: 34). Ekologi merupakan semacam
jembatan ilmu-ilmu khusus dan kosmologi filosofis. Oleh karena jangkauan dan
data-data dalam penelitian ekologis faktual secara langsung. Tetapi dalam uraian
paling mendasar bagi pengurusan dan konservasi alam dunia manusia. Dengan
menemui hal-hal yang memiliki kemiripan makna dengan kosmologi itu sendiri,
alam semesta menurut mitos. Dimana ada dua jenis mitos kosmogonis
alam semesta yang tidak bereksistensi dalam bentuk apapun, termasuk sebelum
ilmu alam. Tetapi, hal tersebut merupakan penentuan yang tidak memuaskan,
karena tugas atau objek ilmu alam adalah untuk mencapai pengetahuan yang
berkaitan dengan seluruh kejadian dan proses alam. Dengan kata lain, hal itu
19
ini tidak dapat dipisahkan, dan keduanya terjadi dalam ranah ilmu alam.
untuk menafsirkan makna proposisi ilmu alam, dan dengan demikian filsafat alam
itu sendiri bukan merupakan ilmu, melainkan sebagai aktifitas yang diarahkan
psikologis. Yang satu berkaitan dengan pengujian kebenaran hipotesis, dan yang
E. Metode Penelitian
1. Sumber Data
20
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian atas upacara rokat pangkalan
membahas upacara rokat pangkalan, baik dalam bentuk buku, laporan penelitian,
Pertunjukan Indonesia.
Indonesia.
Juni 2007.
8. Imam, 2013, Integrasi Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Rokat
Yogyakarta.
2. Jalan Penelitian
beserta sub-babnya.
3. Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Hermeneutika-filsafati
melingkupi teks tersebut, baik itu horizon pengarang, pembaca, maupun teks itu
sendiri (Raharjo: 2008: 31). Metode ini diupayakan untuk melakukan rekonstruksi
unsur metodis, yaitu: a) Deskripsi, data yang terkumpul merupakan data yang
Refleksi, hasil analisa kedua unsur metodis tersebut dengan keyakinan peneliti,
data kemudian diinterpretasi oleh peneliti (Bakker dan Zubair, 1990: 104-105)
b. Heuristika
mengembangkan metode baru dalam suatu ilmu pengetahuan bahkan pada filsafat
itu sendiri (Bakker dan Zubair, 1990: 52). Metode ini sangat diperlukan karena
objek kajian tentang dimensi kosmologis upacara rokat pangkalan yang terkait
dengan nilai filosofis sebuah daerah, memerlukan jalan pemecahan baru dan
inovatif.
F. Sistematika Penulisan
masalah, mengapa penulis tertarik mengkaji tema ini. Di dalam bab I ini, penulis
ini sangat bermanfaat dan penting dilakukan guna dapat memahami dimensi
kosmologis dalam upacara rokat pangkalan. Di dalam bab ini akan dipaparkan
24
segala hal yang terkait dengan kosmologi untuk memudahkan melakukan analisis
upacara, yang merupakan rangkaian tidak terpisahkan dari apa yang disebut orang
Pembahasan yang dilakukan dalam bab ini tidak semata-mata menjelaskan konsep
kosmologi upacara rokat pangkalan secara tekstual, tetapi dilihat secara lebih luas
yang menjadi unsur dari berlangsungnya upacara rokat pangkalan secara utuh dan
komprehensif.
tentang pandangan dan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam upacara rokat
Bab VI, merupakan bab penutup yang didalamnya berisi kesimpulan dari
hasil kajian, saran, serta kritik yang konstruktif. Selanjutnya diakhiri dengan
daftar pustaka.
25