SUMMARY BUKU
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
OLEH:
HAERIANI. H
1325044009
S1
2014
I. PENDAHULUAN
Buku ini berjudul belajar dan pembelajaran yang di karang oleh Prof. Dr.
Aunurrahman, M.Pd. Pertama diterbitkan di Bandung tahun 2009 oleh penerbit
Alfabeta dan buku ini merupakan cetakan ketujuh yang diterbitkan oleh Alfabeta
pada tahun 2012. Pertama, buku ini dapat digunakan oleh semua praktisi dan
akademisi, baik itu mahasiswa, guru, dosen, pelatih, instruktur, dan perancang
program latihan yang mengambil bidang teknologi pendidikan. Kedua, buku ini
mengkaji dan membahas tentang paradigma baru pembelajaran untuk diterapkan
di pendidikan formal, sekolah, perguruan tinggi, dan non formal seperti tempat
kursus, diklat, pelatihan, serta pendidikan luar sekolah. Ketebalan buku ini terdiri
dari 244 halaman.
Isi buku ini terdiri dari 9 bab yaitu 1) Paradigma Alternatif Pembelajaran,
2) Hakikat dan Ciri-Ciri Belajar, 3) Perkembangan Moral dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran, 4) Kecerdasan Emosional Sebagai Hasil Belajar, 5) Prinsip-
Prinsip Belajar, 6) Model-Model Pembelajaran, 7) Masalah-Masalah Belajar, 8)
Evaluasi Belajar dan Pembelajaran, 9) Memahami E-Learning. Buku ini di sertai
dengan gambar, tabel dan setiap bab di beri penjelasan dengan jelas agar pembaca
dapat memahami isi bukunya.
Seperti kita pahami bersama, banyak pandangan yang memberikan arah
baru terhadap proses dan dimensi-dimensi pendidikan yang semakin mendorong
terjadinya perubahan konsep dan cara pandang terhadap eksistensi pembelajaran
sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir di dalam memahami lebih
dalam persoalan-persoalan pembelajaran. Beberapa dimensi yang terkait dengan
paradigma alternatif pembelajaran, yaitu : perlunya paradigm alternatif
pembelajaran, belajar sebagai pilar utama pendidikan, pembelajaran sebagai
proses pemberdayaan diri, konstruktivisme sebagai paradigm pembelajaran
alternatif.
Istilah belajar tidak asing lagi bagi kita, namaun dipandnag perlu untuk
mengkaji kembali secara lebih mendalam agar kita dapat menemukan makna
esensial belajar, sekaligus pula mengklarifikasi apakah kegiatan-kegiatan yang
selama ini kita sebut belajar, sudah sesuai dengan hakikat belajar sesungguhnya,
terutama sekali jjika mengacu pada paradigm pembelajaran. Oleh sebab itu
perlunya membahas hakikat dan cirri-ciri belajar, dimulai dari pembahasan
tentang pengertian belajar, tujuan dan prinsip-prinsip belajar, dan implikasinya
prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.
Salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
pemahaman peserta didik. Aspek-aspek yang terkait dengan peserta didik salah
satu diantaranya berkenan dengan pemahaman perkembangan fisik dan psikis.
Dlama teori perkembangan moral, Kohlberg memberikan penekanan tentang
pentingnya pemahaman guru terhadap perkembangan moral anak sebagai bagian
dari karakteristik individual peserta didik. Dengan memahami perkembangan
moral siswa, amaka guru dapat mengeksplorasi, memilih dan menentukan bahan
belajar, strategi pembelajaran, model-model pemberian motivasi serta bentuk-
bentuk evaluasi yang tepat untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif.
Uraian-uraian di atas di satu sisi secara umum mengisyaratkan adanya
urutan-urutan perkembangan yang sama pada anak, akan tetapi juga memberikan
gambaran tentang karakteristik individual yang berbeda sehingga tiap individu
sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam
keunikannya. Dalam keadaan itu, maka guru harus dapat memahami keunikan-
keunikan peserta didik agar dapat mendorong terjadinya perkembangan peserta
didik secara optimal, khususnya melalui proses pembelajaran. Secara lebih
spesifik dengan memahami perkembangan moral anak, maka guru dapat memilih
pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai, teknik-teknik
pemotivasi yang tepat serta pendekatan dan teknik evaluasi sesuai.
II. RINGKASAN BUKU
A. BAB I
Isi dari bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari : perlunya paradigm
baru pendidkan, pembelajaran sebagai pilar utama pendidikan, pemebelajaran
sebagai proses pemberdayaan, paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran.
Bab ini membahas tentang paradigma alternatif pembelajaran. Dalam
pembahasannya terdapat perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang
menempatkan manuasi sebagai daya yang utuh memberikan arah kebijakan
mendasar dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan pendidikan masa
mendatang. Perubahan-perubahan pandangan ini berimplikasi terhadap terjadinya
perubahan cara pandang bahkan konsep dalam memaknai eksistensi, prinsip-
prinsip dan pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pengambangan potensi siswa secara
tidak seimbang pada gilirannya menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli
pada pengembangan satu aspek kepribadian tertentu saja, bersifat partikular dan
parsial. Padahal sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan
tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru, dan itu berarti sangat
keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran pada
bidang studinya saja (Gordon, 1997: 8). Komisi pendidkan untuk Abad XXI
(Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah
belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4
pilar, yaitu;
1. Laerning to know,
2. Learning to do,
3. Learning to live together, learning to live with others, dan
4. Learning to be.
Belajar
Burton, dalam sebuah buku The Guidance of Learning Avtivities,
merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
C. BAB III
Bab ini berisi tentang Pengambangan Moral dan Implementasinya dalam
Pembelajaran yang membahas tentang proses pembelajaran yang berdaya dan
berhasil guna bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi terkait
dengan berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu dimensi penting adalah
berkaitan dengan peserta didik tahap-tahap perkembangan moral anak.
Berkaitan dengan perkembangan moral, Piaget mengemukakan dua tahap
perkembangan yang dialami oleh setiap individu.
1. Tahap pertama disebut Heterenomous atau Realisme Moral. Dalam
tahap ini seorang anak cenderung menerima begitu saja aturan-aturan yang
diberikan oleh orang-orang yang berkomponen untuk itu.
2. Tahap kedua disebut Autonomous Morality atau Independasi Moral,
dalam tahap ini seorang anak akan memandang perlu untuk memodifikasi
aturan-aturan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
D. BAB IV
Bab IV berisi tentang Kecerdasan Emosional sebagai Hasil Belajar,
yang membahas pengertian dan ciri-ciri emosional, emosi dan kegunaanya.
Selain itu, dikemukakan juga tentang kecakapan-kecapakan emosional, dan
penerapan kecerdasan emosional. Daniel Golemen, pada salah satu bukunya yang
berjudul Working with Emotional Intelligence mencoba menjelaskan beberapa
konsep keliru yang paling lazim terjadi dan harus diluruskan.
1. Pertama, kecerdasan emosi tidak hanya berarti bersikap ramah. Pada saat-
saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan sikap ramah melainkan, sikap
tegas yang barangkali memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan
kebenaran yang selama ini dihindari.
2. Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada
perasaan untuk berkuasa, memanjakan perasaan-perasaan, melainkan
mengelola perasaan-perasaan sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara
tepat dan efektif, yang memungkinkan orang bekerjasama dengan lancar
menuju sasaran bersama.
E. BAB V
Isi bab V yaitu tentang Prinsip-Prinsip Belajar yang diartikan sebagai
pandangan-pandangan mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai
pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip belajar merupakan
akumulasi pengalaman panjang guru tentang hal-hal positif yang diharapkan, atau
bersumber dari temuan-temuan penelitian yang sengaja dirancang utnuk menguji
validitas prinsip-prinsip belajar tertentu yang diyakini efektivitasnya.
Prinsip-prinsip belajar bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja
yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam
proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar
dalam proses pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan
pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Belajar prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi
pencapaian hasil belajar diantaranya adalah :
1. Prinsip perhatian dan motivasi,
2. Prinsip transfer dan retensi,
3. Prinsip keaktifan,
4. Prinsip keterlibatan langsung,
5. Prinsip pengulangan,
6. Prinsip tantangan,
7. Prinsip balikan dan penguatan,
8. Prinsip perbedaan individual.
Penerapan prinsip-prinsip belajar di atas terimplementasi di dalam model
dan metode pembelajaran yang dikembangkan guru. Oleh sebab itu ketika
menyusun perencanaan pembelajaran, di samping memilih dan menentukan
metode pembelajaran., guru juga sebaiknya mengkaji prinsip-prinsip belajar
secara cermat agar seluruh aktivitas pembelajaran benar-benar dapat mendorong
terjadinya proses siswa secara aktif.
F. BAB VI
Isi dari bab ini tentang Model-model Pembelajaran yang membahas
hakikat model pembelajaran. Selain itu, dikemukakan juga kelompok dan jenis-
jenis model pembelajaran. Dan membahas tentang berkembangnya berbagai jenis
model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang keberagaman
siswa, bias dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat
dan beberapa dimensi psikologis lainnya.
Selain dasar pemikiran tersebut keragaman model pembelajaran juga
dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi
pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model
pembelajaran tertentu. Keterampilan model pembelajaran juga dapat mendorong
tumbuhnya motivasi siswa, terjadinya iklim belajar yang menyenangkan sehingga
siswa mampu memutuskan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang
sedang berlangsung.
Ada beberapa model pembelajaran yang dikemukakan oleh Lapp, Bender,
Ellenwood, dan John (1975) yang berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar
mengajar dapat dijabarkan dari 4 model utama, yaitu :
1. The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan perannya dalam
pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang
disajikan.
2. The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan
sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi
individual siswa.
3. The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan
memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya.
4. The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru
dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses
pembelajaran.
G. BAB VII
Pada bab ini diuraikan tentang Masalah-masalah belajar. Secara
sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar. Dari berbagai pendapat dan hasil
penelitian kita mendapat kejelasan bahwa masalah-masalah belajar baik intern
maupun ekstern dapat bersumber atau dalam dinamikanya dapat dikaji dari
dimensi guru maupun dari dimensi siswa. Demikian pula dilihat dari tahapannya,
masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar
dan sesudah belajar.
Dari dimensi guru, masalah belajar juga dapat terjadi sebelum kegiatan
belajar, selama proses belajar dan pada akhir proses evaluasi hasil belajar.
Sebelum belajar masalah belajar seringkali berkaitan dengan pengorganisasian
belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkenan dengan bahan
belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar
yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.
H. BAB VIII
Pada bab ini diuraikan tentang Evaluasi belajar dan pembelajaran.
Pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan
mengukur dan menilai. Selanjutanya pendapat dari aunurrahman menyatakan
bahwa evaluasi merupakan salah satu komponen penting di dalam seluruh
rangkaian kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi secara benar, guru
dapat mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya,
pada tiap kali pertemuan, setiap catur wulan, setiap semester, setiap tahun, bahkan
selama berada pada satuan pendidikan tertentu.
Karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam proses
pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki kapasitas kemampuan untuk
melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang diperoleh melalui kegiatan
evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang benar dari tingkat
kemampuan siswa. Pemahaman guru yang baik tentang hakikat, prosedur, jenis-
jenis serta prinsip-prinsip evaluasi merupakan kerangka mendasar untuk
membangun kemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat. Pada gilirannya
evaluasi yang tepat adalah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip tertentu dan tidak terlepas dari kekhususan atau karakteristik serta tujuan
pembelajaran.
I. BAB XI
Bab ini membahas tentang Memahami pembelajaran elektronik (E-
Learning). E-learning merupakan salah satu wujud nyata perubahan besar kalau
tidak dikatakan revolusi di dalam kemajuan teknologi pendidikan. Dalam waktu
yang panjang kita mengenal proses pembelajaran hanya melalui tatap muka yang
mempersyaratkan guru atau sumber belajar dan siswa berada pada tempat yang
sama dan dalam waktu yang sama dengan pembatasan waktu dan tempat secara
ketat.
Ketika perkembangan selanjutnya guru dan siswa dapat belajar dengan
bantuan media cetak, menyebabkan proses belajar dapat berlangsung meskipun
siswa dan guru tidak berada pada tempat dan waktu secara bersamaan karena
adanya bantuan modul-modul belajar. Kelemahannya tidak dapat terjadi interaksi
apalagi dalam waktu bersamaan. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadi teratasi
ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas elektronik secara online.
Melalui media komunikasi elektronik ini, di samping banyak nilai tambah,
keunggulan atau kelebihan, mengharuskan pula kita untuk mengkaji berbagai
faktor yang tidak dapat hadir bersamaan dengan komunikasi online tersebut,
terutama berkenan aspek-aspek pedagois. Namun demikian beberapa pendapat
mengungkapkan bahwa pembelajaran melalui komunikasi online tidak berarti
meniadakan unsur-unsur pedagois, karena di dalamnya juga dikembangakan
beberapa pendekatan pembelajaran antara lain yang menekankan pada
pendekatan-pendekatan kelompok, aktivitas-aktivitas kolaborasi, diskusi-diskusi
langsung, pengembangan model-model permainan dan beberapa bentuk
penekanan pembelajaran lainnya melalui online.
III. PENUTUP