TUJUAN
2. TEORI DASAR
Material Uji
Bila spesimen memiliki ukuran yang kecil, tipis, atau sulit dipegang,
misalkan plat tipis atau kawat berukuran kecil, maka dianjurkan untuk melakukan
proses mounting. Mounting adalah penggunaan pemegang atau proses
pembesaran pemegang spesimen. Pemegang biasanya digunakan untuk plat tipis,
dimana beberapa plat ditumpuk sehingga menghasilkan spesimen yang berukuran
cukup besar yang akan mempermudah penanganan. Pembesaran spesimen
dilakukan dengan menggunakan bahan resin atau plastic thermosetting. Spesimen
dicetakkan dengan bahan ini sehingga memiliki ukuran yang lebih besar. Jenis
bahan yang digunakan tergantung pada spesimen yang diuji. Plastic
thermosetting tidak cocok untuk material yang rentan terhadap temperatur atau
tekanan tinggi, karena proses pengerasan plastik thermosetting memerlukan
penekanan yang disertai dengan pemanasan. Resin memiliki keunggulan karena
tidak memerlukan pemanasan atau penekanan untuk mengeras. Plastik
thermosetting yang umum digunakan adalah Bakelite atau Lucite, dimana Lucite
memiliki warna transparan.
Etsa
1. Melarutkan lapisan aliran logam yang terbentuk sebagai akibat dari proses
persiapan permukaan spesimen.
2. Membedakan struktur yang terdapat pada logam.
3. Memberikan warna pada struktur mikro sehingga mempermudah
pengenalan dan analisa (untuk pengetsaan berwarna)
Etsa dapat membedakan struktur mikro karena perbedaan komposisi fase atau
orientasi kristal sehingga terjadi perbedaan tingkat pelarutan struktur oleh etsa
yang digunakan. Struktur yang mudah dilarutkan akan tampak gelap, karena
permukaannya menjadi tidak rata/kasar.
Jenis etsa yang digunakan harus bisa dipilih secara tepat. Pemilihan etsa
tergantung pada jenis material yang akan diamati serta jenis struktur yang menjadi
perhatian. Untuk beberapa paduan seperti paduan tembaga, terdapat beberapa
macam etsa yang memiliki fungsi yang sama. Untuk hal ini, dianjurkan untuk
menggunakan etsa yang paling mudah dibuat atau disesuaikan dengan etsa yang
digunakan oleh gambar referensi. Berikut adalah beberapa etsa yang umum
digunakan:
Fe dan Paduan
Struktur mikro
Baja karbon merupakan logam dengan unsur dasar Fe, dengan paduan
karbon tidak lebih dari 2% beratnya. Paduan lainnya yang biasanya diberikan
adalah mangan dengan jumlah tidak lebih dari 1%. Baja karbon memiliki
struktur berupa ferritepearlite (hypoeutectoid) atau pearlite-cementite
(hypereutectoid). Untuk baja eutectoid (0.8%), strukturnya adalah pearlite.
Ferrite akan tampak sebagai butiran berwarna terang, pearlite sebagai butiran
berwarna gelap, dan cementite sebagai butiran terang. Untuk membedakan
ferrite dengan cementite, biasanya dilakukan dengan menggunakan pengujian
kekerasan. Selain itu ferrite dan cementite jarang berada dalam struktur yang
sama, kecuali sebagai pearlite dan pada baja yang telah mengalami
spheroidizing, dimana cementite akan berupa butiran-butiran kecil yang
dibatasi oleh garis hitam.
Pada baja paduan, terdapat berbagai variasi unsur tambahan yang dapat
dipadukan dengan Fe. Secara umum, fase yang tampak serupa dengan baja
karbon biasa, namun untuk beberapa paduan, fase austenite akan tampak. Hal
ini umumya tampak pada baja tahan karat atau baja paduan yang memiliki
kadar nikel tinggi.
Diagram Fase
Diagram fase untuk sistem paduan dua unsure relatif mudah untuk
diperoleh dan diterjemahkan. Diagram fase untuk sistem tiga paduan lebih
terbatas dan agak sulit diinterpretasi.
Yang lebih umum tersedia adalah potongan/irisan dari diagram fase tiga
paduan yang menghasilkan diagram fase dengan dua paduan bervariasi tetapi
satu paduan tetap.
Diagram fase untuk system paduan Fe-Fe3C dapat dilihat pada gambar 3.1
Dari diagram fase, dapat diketahui fase logam pada setiap tingkat
temperature dan % kadar paduan yang dimiliki. Diagram fase untuk system
paduan Cu-Zn dan Al-Mn masing-masing ditunjukkan pada gambar 3.2 dan
3.3
Gambar 3.2 diagram fase Cu-Zn
4. PROSEDUR PERCOBAAN
5. PENGOLAHAN DATA
ST42
Pearlit
Batas butir
Impurities
s
Ferrite
ST60
Pearlite
Ferrite
Impurities
Batas butir
Tembaga
Fase
Impurities
Fase
Kuningan
Batas butir
Impuritie
s
Fase
Fase
Aluminium
Impurities
Alumuniu
Batas butir
6. ANALISA
Banyaknya kadar karbon bisa dilihat dari kadar pearlitenya dimana kadar
pearlite di ST60 lebih banyak dari ST42 sehingga karbon di ST60 lebih
banyak daripada ST42. Kadar tembaga juga lebih banyak pada tembaga murni
daripada pada kuningan, karena butiran fase dan fase pada tembaga murni
memiliki ukuran yang besar.
7. KESIMPULAN
Dengan metalografi, kita bisa mengetahui struktur mikro dari logam, dan
ternyata tiap-tiap logam memiliki bentuk mikrostruktur serta komposisi yang
unik, keunikan dalam bentuk-bentuk dan komposisi pada mikrostruktur inilah
yang akan mempengaruhi properti mekanis dari suatu logam.
8. JAWABAN PERTANYAAN
1. Ukuran butir yang kecil maka akan menghasilkan batasan butir yang
banyak, batasan butir ini akan melawan gaya tarik atau pun tekan yang
dilakukan terhadap benda. Sehingga akan diperlukan gaya yang besar
untuk mengatasi batasan-batasan butir ini. Dengan kata lain semakin
kecil ukuran butir-butir, maka logam itu akan lebih susah untuk
terdeformasi.
2. Iya, kita bisa mengetahuinya dengan menganalisanya melalui
metalografi. Pada saat kita melihat butiran melalui mikroskop
ditengah-tengah butiran tersebut terdapat sebuah butiran lagi yang
memiliki perbedaan warna yang kontras dengan butiran lainnya, inilah
yang disebut impurities
3. Impurities akan menyebabkan perubahan terhadap struktur kristal
terhadap suatu logam, hal ini akan menyebabkan butiran-butiran
bertambah banyak sehingga material akan lebih susah untuk
terdeformasi.
Tambahan-tambahan
Analisa struktur mikro tergantung pada apa yang ingin diketahui. Metalografi
memliki banyak fungsi, antara lain:
6. Menganalisa kegagalan.
Hal-hal diatas dapat diketahui berdasarkan fase yang tampak, bentuk dan
ukuran butiran, kondisi struktur, cacat atau pengotor yang terlihat, deformasi butir,
dan distribusi fase. Tidak semua hall yang telahdisebutkan diperlukan untuk
melakukan analisa. Misalnya untuk mengetahui perbandingan pengerjaan dingin
antar dua logam, yang diperhatikan adalah bentuk butiran dan tingkat deformasi
pada tiap butir. Analisa komposisi juga lebih mengutamakan fase yang tampak
serta perbandingannya. Namun, untuk analisa kekuatan mekanis, semua faktor
perlu diperhatikan. Hal ini karena tiap faktor memegang peranan yang penting.
Butiran
Setiap logam tidak bersifat homogen, tetapi terdiri dari sekumpulan kristal
yang menyatu menjadi satu. Satu buah kristal ini disebut sebagai butir.
Sesungguhnya, kristal logam memiliki berbentuk tiga dimensi, serupa dengan
kristal kuarsa. Dalam metalografi, yang terliaht adalah potongan dari kristal-
kristal logam.
Bentuk dan ukuran butiran mempengaruhi sifat-sifat logam. Sifat fisis, mekanis,
kimia, dan listrik semuanya terpengaruh oleh ukuran dan bentuk butiran. Butiran
umumnya dikaitkan dengan sifat mekanis dari logam. Logam dengan butiran yang
halus akan memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Hal ini karena dislokasi yang
berupa slip atau twinning tidak bisa bergerak secara bebas melewati batas butir.
Dengan semakin kecilnya ukuran butir, maka jumlah batas butir akan semakin
banyak, sehingga gaya untuk menyebabkan dislokasi bergerak melintasi logam
akan meningkat. Pada temperatur tinggi, hal yang sebaliknya terjadi, dimana
butiran kecil menghasilkan kekuatan yang rendah. Hal ini karena batas butir
merupakan bagian terkahir yang membeku, sehingga pada temperatur tinggi,
merupakan bagian pertana yang mulai mencari dan kehilangan kekuatan. Bentuk
butiran berpengaruh terhadap kekuatan kristal pada tiap arah, dimana butiran
berbentuk equiaxed akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar pada arah
memnajang dari butir. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi bentuk dan
ukuran butir suatu logam, yaitu temperatur, komposisi, dan gaya. Faktor
temperatur berpengaruh karena butir akan tumbuh seiring dengan tinggi dan
lamanya logam berada pada temperatur tertentu. Laju pembekuan yang berbeda
dijumpai pada proses pengecoran logam, dimana proses yang memiliki pendingin
lambat (misalnya pengecoran pasir) akan menghasilkan butiran yang lebih besar
daripada proses pengecoran dengan pendinginan yang lebih cepat(misalnya die-
casting).
Fase
Fase berpengaruh pada sifat-sifat logam karena tiap fase memiliki sifat-
sifat tersendiri. Hal ini terlihat jelas pada pearliten yang merupakan gabungan dari
ferrite dan cementite. Ferrite memiliki sifat lunak, uket, dan kekuatan tarik yang
relatif rendah. Cementite bersifat getas dan keras. Gabungan kedua fase ini
menghasilkan pearlite yang memilki sifat menengah dari kedua fase penyusunnya.
Contoh lain adalah martensite. Keberadaan martensite akan menghasilkan struktur
yang sangat keras dan getas, dengan kekuatan tarik dan kekakuan yang tinggi.
Selain sifat mekanis, sifat-sifat lainnya juga terpengaruh oleh fase penyusun
logam. Austenite misalnya, memiliki sifat yang nonmagnetis. Hal ini
memungkinkan terdapat dua benda yang terbuat dari baja tahan karat namun yang
satu magnetis sedangkan yang lainnya tidak, karena yang magnetis memiliki
struktur ferrite dan yang tidak berstruktur austenite. Dalam memperlihatkan fase
pada struktur mikro, bentuk dari tiap fase serta distribusinya juga memerlukan
pengaman. Hal ini karena logam yang memiliki distribusi fase yang tidak rata
akan memiliki sifat yang tidak tidak merata pula, yang bisa mendukung terjadinya
kegagalan. Bentuk fase pentingn karena perbedaan bentuk bisa menghasilkan
kekuatan yang berbeda. Hal ini terjadi pada logam yang mnegalami pengerasan
dengan presipitasi, umumnya paduan aluminium. Bila ukuran fase kedua besar,
maka tidak akan berfungsi sebagai penahan dislokasi yang baik, sehingga
kekuatan logam akan menurun. Hal yang sama juga terjadi pada bentuk grafit
dalam besi tuang, dimana bentuk bulat atau lemabran akan menghasilkan besi
tuang dengan sifat yang sangat berbeda.
Pengotor, selain berupa senyawa, bisa berupa benda asing yang secara
tidak sengaja tercampur dalam logam. Terdapat tiga jenis pengotor secara umum.,
yaitu pengotor metalik, intermetalik, dan non-metalik. Pengotor metalik adalah
benda asing berupa logam yang terdapat dalam struktur mikro, dan biasanya
tercampur pada pada saat peleburan logam, misalnya serbuk besi yang terbawa
angin dan masuk ke dalam leburan aluminium. Pengotor intermetalik adalah
pengotor yang berupa senyawa yang tidak diinginkan, contohnya adalah FeS pada
baja. Pengotor non-metalik merupaka benda asing bukan logam yang tercampur
dalam struktur mikro, contohnya adalah butiran pasir pada logam hasil
pengecoran. Analisa terhadap pengotor sangat penting dalam proses pembuatan
ingot, pengecoran, pengelasan, dan peleburan.
Deformasi Butir
Kondisi Struktur
Proses menghasilak struktur logam yang tidak seragam antara lain adalah
pengerasan permukaan, pelapisan, dan pengelasan. Pada pengerasan permukaan,
hanya kedalam tertentu saja dari permukaan logam yang mengalami perubahan.
Pengamatan mikrostruktur dapat digunakan untuk menentukan apakah pengersan
sudah sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini sama berlaku untuk proses pelapisan
(misalnya electroplating). Pada pengelasan, analisa perubahan struktur mikro
dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai parameter pengelasan yang akan
sangat mempengaruhi kualitas dari pengelasan yang dilakukan. Proses permesinan
juga dapat menhasilkan struktur yang tidak seragam, yang umumnya disebabkan
karena pemanasan setempat yang berkaitan dengan parameter permesinan yang
kurang tepat.