OLEH
Nur Istianah
H1A 012 042
PEMBIMBING
dr. Hj. Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Naskah Refleksi Kasus yang berjudul
Skizoafektif tipe Manik (F25.0) tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu prasyarat
dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dari dalam
institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan jajaran RSJ
Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada dr. Hj. Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM selaku pembimbing dan juga
seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekian.
Penulis
STATUS PSIKIATRI
Pasien dibawa kakak dan adik pasien ke IGD Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi
NTB pada hari Rabu 15 Maret 2017 pukul 16.30 WITA. Ini adalah kelima kalinya pasien
dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.
A. Keluhan Utama:
Mengamuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma oleh keluarganya dengan keluhan
mengamuk. Menurut keluarga, pasien mengamuk, marah-marah menghancurkan barang-
barang hingga sampai memukul orang. Awalnya pasien memiliki masalah bersama suami
pasien yang pertama. Keluarga mengatakan, kepala pasien sering dipukul oleh suami, dan
seringkali bertengkar hebat. Permasalahan pasien bersama suami pertama ini, sudah sejak
tahun 2000 dan pasien tidak pernah menceritakan masalah rumah tangganya kepada
keluarga. Pasien hanya mengatakan bahwa ia mengalami KDRT. Akhirnya pasien
bercerai dengan suami pertamanya dan menikah lagi bersama pria yang berasal dari Jawa
dan pasien sempat tinggal di Jawa mengikuti suami. Tetapi, setelah beberapa tahun
menikah dan memiliki satu orang anak dari suaminya yag kedua, pasien bercerai lagi.
Keluarga mengatakan pasien kembali kepada suami yang pertama dan tinggal menetap di
Sumbawa. Pasien sering bolak-balik Lombok-Sumbawa karena anak pasien tinggal di
Lombok. Hingga tahun 2005, menurut keluarga perilaku pasien mulai berubah menjadi
sering marah tanpa sebab, bicara sendiri, bernyanyi-nyanyi, bicara ngelantur dan sering
ngamuk. Selain itu, pasien juga dikeluhkan oleh keluarga sering berjalan berkeliaran
tanpa tujuan dan tidak tau waktu pulang.
Pasien sudah 5 kali dirawat inap di RSJ Mutiara Sukma. Terakhir, pasien dirawat
sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu. Pada tahun 2015, pasien pernah di ikat karena
mengamuk hingga mau membunuh orang-orang disekitarnya. Keluarga merasa emosi
pasien sering tidak stabil karena seringkali pasien terlihat ketawa- ketawa snediri sambil
bernyanyi dan seringkali juga pasien menjadi marah, mengamuk, dan banyak berbicara
ngelantur. Keluarga mengatakan, setiap kali pasien diperbolehkan pulang dari rawat inap
di RSJ, pasien kembali ke Sumbawa dan tidak pernah kontrol dan tidak pernah minum
obat sehingga menurut keluarga keluhan pasien sering kambuh.
Sekitar 2 minggu ini, pasien datang ke Lombok untuk menjenguk anak, dan sejak
2 minggu ini, keluarga merasa penyakit pasien kambuh dan semakin menjadi-jadi. Pasien
mengamuk, marah-marah, jalan berkeliaran, dan sering mengambil barang-barang orang.
Saat berkeliaran, pasien sering memukul orang-orang disekitarnya tanpa sebab sehingga
keluarga dan orang-orang sekitarnya menjadi resah. Menurut keluarga, pasien mendengar
suara-suara yang hanya pasien saja yang bisa mendengarnya.
Menurut keluarga sebelum keluhan muncul, keluarga menyangkal pasien
memiliki riwayat trauma kepala, kejang-kejang, demam tinggi, ataupun penyakit berat
lainnya. Keluarga juga menyangkal adanya kebiasaan minuman keras, merokok ataupun
penggunaan narkoba.
Autoanamnesis
Menurut pengakuan pasien, ia dibawa ke RSJ Mutiara Sukma oleh saudaranya
yaitu kakak dan adik. Pasien mengatakan di bawa ke IGD karena keluarganya mengira
bahwa ia memiliki sakit jiwa. Pasien mengaku bahwa sebelum dibawa ke IGD ia sempat
marah-marah karena keluarga mengatakan ia gila. Pasien tidak merasa bahwa dirinya
sakit. Pasien mengaku mendengar suara-suara yang hanya pasien yang bisa
mendengarnya, suara tersebut adalah suara Allah yang memberikan kabar baik untuknya.
Pasien yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan dan dapat menguasai dunia dengan
menggunakan pikirannya, menggunakan bahasa, menggunakan hidung dan mata pasien.
Pasien juga mengatakan bahwa suami pasien merupakan keturunan raja karena presiden
merupakan paman pasien.
Pasien merasa marah kepada bapak pasien karena menyuruhnya menikah dengan
orang Lombok, tetapi pasien ingin menikah dengan orang Jawa. Pasien merasa semua
orang Lombok adalah orang-orang yang jahat.
Wawancara :
DM : Selamat sore Buk, perkenalkan saya Iis, dokter muda yang sedang bertugas
disini, nama Ibu siapa?
DM : Jadi Buk Nur saya akan minta waktunya 15-20 menit untuk ngobrol-ngobrol
mengenai perkembangan kondisi Buk Nur saat ini, Ibu Nur tenang saja, saya tidak
akan membocorkan apa yang kita bicarakan pada orang lain, bagaimana, apakah Buk
Nur bersedia?
Pasien : okedeh
Pasien : SD
DM : Baik Buk Nur, tadi sebelum dibawa kesini ibu sedang ngapain?
Pasien : Aku sedang main, banyak punya teman, mereka pada ketawa kalau sama
aku
Pasien : Mungkin dibilang orang sakit, bodo amat yang penting jiwaku sehat
walaupun jantung hatiku jauh
Pasien : Aku tidur 1 jam saja cukup, nggak tidur sehari semalem aja bisa, kuat,
bangun tidur minumnya energen. Aku mau ketemu suamiku tapi belum sembuh
Pasien : Yaa semacam sakit dititip karo Allah, aku dikasitau bisa menguasai dunia ini
dengan genggaman
Pasien : Ya iya, cuman aku yang denger, orang-orang nggak bisa karena mereka
bodoh
Pasien : iya dong, ganteng, dititip Allah seperti pelangi tanpa bintang tanpa bulan
DM : Baik, jadi Ibu Nur mendengar suara-suara dimana saja? Suara itu berkata apa
dengan Buk Nur?
Pasien : Iyalah denger, dimana saja juga ada. Dikasi kekuasaan bisa kuasai dunia,
katanya AllahuAkbar kamu dimana yang. Malaikat menjenguk kita
Pasien : marah
Pasien : Sama adik, sama kakak, sama bapak sendiri dibenci kalau aku ngomong pake
bahasa jawa. Bapakku jahat, dia pengen aku nikah sama orang Lombok. Di kotaraja
ini, walaupun mereka ke mekah 11 kali nggak ada artinya karna nggak mau liat sodara
yang miskin. Mereka anggap paling kaya
Pasien : Dulu sih mau jadi guru, tapi pas SD pacarku kebanyakan pacar. Kepala
sekolahku Ismail Marzuki, surat cintaku sekantong plastik
DM : Tadi siang Buk Nur sudah makan?
DM : Buk Nur mungkin ada masalah dengan suaminya? Kalau ada cerita aja gapapa
Pasien : Enggak
DM : Nanti kalau pulang dari sini terus dikasih obat, ibu Nur minum yaa obatnya
Oh iya, Ibu Nur pernah kejang atu panas tinggi?
Pasien : Ya enggaklah
DM : Ibu Nur, saya mau tanya misalnya dijalan Ibu Nur ketemu dompet dan isinya da
banyak uang, dompetnya mau diapain Bu Nur?
Pasien : Ya aku ambil uangnya, bodo amat ngapain aku simpen dompet
DM : Kalau misalnya Ibu Nur ada disuatu ruangan yang terbakar, Ibu Nur mau
ngapain?
Pasien : Ya bodo amat bukan aku yang main api
Pasien : okedeh
Pasien sebelumnya sudah pernah di rawat inap di RSJ Mutiara Sukma sebanyak 5
kali, terkahir dirawat sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah kontrol ke
Poli Psikiatri RSJ Mutiara Sukma, dan tidak pernah minum obat. Tidak ada yang
mengawasi pasien dalam meminum obat.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat
di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat
ini. Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), demam tinggi (-), tekanan darah tinggi (-),
sesak napas atau asma (-) dan penyakit lainnya (-).
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Riwayat penggunaan NAPZA disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak pernah
mengonsumsi alkohol, ataupun mengonsumsi obat-obatan lainnya.
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Riwayat sakit yang berat disangkal. Tidak
pernah ada riwayat kejang.
a. Riwayat Pendidikan
Pasien lulusan SD
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien sebelumnya pernahbekerja di Batam, namun sekarang tidak bekerja.
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah 2 kali, saat ditanya mengenai hubungan dekat dengan
lawan jenis pasien mengaku memiliki suami orang Sumbawa dan orang Jawa.
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam
e. Aktivitas Sosial
Menurut keluarga pasien memiliki banyak teman sejak kecil hingga dewasa.
Pergaulan dengan tetangga dan orang di sekitar rumah cukup baik.
E. Riwayat Keluarga:
Pasien adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara. Pasien tinggal bersama ayah, ibu,
adik dan kakak saat di Lombok, dan tinggal bersama suami saat di Sumbawa. Saudara
pasien yang lain sudah menikah dan sudah memiliki anak. Keluarga mengaku tidak ada
riwayat keluhan serupa atau gangguan jiwa lainnya dalam keluarga pasien.
F. Riwayat Pengobatan:
Menurut keluarga pasien, setelah dipulangkan dari RSJ Mutiara Sukma, pasien pulang ke
Sumbawa sehingga tidak pernah kontrol dan tidak pernah minum obat.
1) Penampilan
Pasien seorang Perempuan, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan
diri baik, baju bersih.
2) Kesadaran
3) Psikomotor
Hiperaktif
5) Pembicaraan
Spontan, volume suara kesan keras, dan artikulasi jelas.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood : Euforik
Afek : Luas
Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
D. Pikiran
Proses pikir : Inkoheren
Isi pikir : waham kebesaran (+)
E. Fungsi Intelektual
b. Orientasi :
Orang kesan baik. Pasien mengenali nama-nama keluarga yang
mengantarnya ke RSJ
Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dirinya berada di
RSJ Mutiara Sukma di ruang IGD.
Waktu kesan baik. Pasien mengetahui waktu saat dilakukan wawancara
adalah sore hari, namun pasien tidak mengetahui jam, hari, tanggal, bulan,
tetapi pasien mengetahui tahun.
c. Daya Ingat :
Jangka panjang baik. Pasien dapat mengingat dan menyebut nama
sekolahnya saat SD.
Jangka sedang baik. Pasien dapat mengingat saat rawat inap yang
sebelumnya di antar siapa.
Jangka pendek kesan baik. pasien dapat mengingat menu sarapan tadi
siang.
Jangka segera kesan baik. Pasien dapat mengulang tiga nama benda yang
disebutkan oleh pemeriksa.
e. Kemampuan Berhitung
Kurang Baik. Pasien tidak dapat menjawab pengurangan, penjumlahan, dan
perkalian angka sederhana.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis
Kesan baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan baik dan lancar.
g. Kemampuan Visuospasial
Kurang baik, pasien tidak dapat meggambar jam yang menunjukkan pukul 11.50
h. Pikiran Abstrak
Kesan baik, pasien dapat menemukan persamaan dari beberapa benda, misalnya
semangka dan melon, anjing dan kucing,
i. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Status Internus
a. Status Generalis
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Konjungtiva anemis : (-)/(-)
Ikterus : (-) /(-)
Leher : tidak tampak adanya pulsasi vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
c. Pemeriksaan Thorax
d. N V (Trigeminus)
Sensibilitas :
N VI : baik
N V2 : baik
N V3 : baik
Motorik : baik
e. N VII ( Fasialis )
Motorik
Motorik M frontalis M Orbikularis M Orbi Oris
okuli
Istirahat Normal Normal Normal
f. N VIII ( Auditorius )
Pendengaran : kesan baik ADS
Tes rinne/ weber : tde
Fungsi vestibularis : kesan baik
g. N IX / X ( Glosopharingeus/ vagus )
Posisi arkus pharinks(istirahat/AAH) : di tengah, tidak ada deviasi uvula
Refleks menelan atau muntah : tde
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : tde
Suara : baik, tidak ada disfonia
Takikardi/ bradikardi : (-)
h. N XI ( Accesorius)
Memalingkan kepala dengan atau tanpa tahanan : baik
Angkat Bahu : baik
i. N XII ( Hipoglosus)
Deviasi lidah : tidak ada deviasi lidah
Atropi : tidak ada atropi
Tremor : tidak ada tremor
Ekstremitas Motorik
Motorik Superior Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Pergerakan Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak
aktif aktif aktif aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis
a. Biceps : ++ / ++
b. Triceps : ++ / ++
c. KPR : ++ / ++
d. APR : ++ / ++
Refleks Patologis
a. Hoffman dan Tromer : (- / -)
b. Babinsky : (- / -)
c. Chaddock : (- / -)
d. Scaeffer : (- / -)
e. Gordon : (- / -)
f. Oppenhelm : (- / -)
B. Psikologi :
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Waham kebesaran
RTA terganggu
Inkoheren
Psikoedukasi
a. Edukasi terhadap pasien :
- Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang
diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko, tingkat kekambuhan, dan tata
cara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan
segera berobat bila mulai timbul gejala serupa.
- Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa suara-suara itu tidak nyata, dan
mendorong pasien untuk belajar mengabaikan suara yang timbul.
- Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien
termotivasi untuk minum obat secara teratur.
- Menjelasakan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa memberikan
efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan memberikan pemahaman
bahwa keuntungan akan efek obat lebih besar dibandingkan dengan efek
samping obat yang ditimbulkan sehingga pasien harus tetap meminum obat.
2.10 PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Pasien memiliki jaminan kesehatan
2. Respon yang baik terhadap pengobatan
3. Riwayat premorbid baik dalam sosial dan pekerjaan
4. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
5. Dukungan keluarga baik
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik dapat
membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Pada pasien ini gejala
psikotik yang muncul yaitu gejala positif seperti gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan
visual). Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal.
Golongan tipikal disebut juga sebagai Dopamin Antagonis (DA) karena hanya memblok
reseptor dopamin, sedangkan golongan atipikal disebut juga sebagai Dopamin Serotonin
Antagonis karena memblok reseptor dopamin dan serotonin. Golongan obat antipsikotik
atipikal seperti risperidon bekerja dengan meningkatkan reseptor dopamin pada jalur
mesokortikal dan menurunkan/memblok reseptor dopamin pada jalur mesolimbik sehingga
gejala-gejala positif yang sekarang dialami pasien dapat berkurang. Selain itu, dalam
penggunaan antipsikotik atipikal efek ekstra piramidal sindrome lebih minimal terjadi,
sehingga penggunaannya lebih aman untuk dipilih.2,3
Pada pasien ini diberikan dosis awal terapeutik yaitu digunakan dosis anjuran
Risperidon tablet 2 x 2 mg. Pada pengaturan dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu
pengobatan pasien akan memasuki tahap stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak
teratasi sehingga membuat pasien berhenti minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps
masih tinggi terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba. Dosis optimal pada tahap stabilisasi
ini dipertahankan selama 8-12 minggu baru kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2
minggu hingga mencapai dosis maintenance. Dosis maintenance pada serangan sindrom
psikosis yang akut pertama kali maka terapi diberikan selama 2 tahun, sedangkan sindrom
psikosis yang berjalan kronis atau multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun
sehingga dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan tappering
off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat. Selain itu, pasien memiliki gejala sulit tidur,
maka diberikan obat sedasi short acting agar mudah memulai tidur yaitu lorazepam
(merlopam). 2,3
Selain terapi farmakologi, adanya tererapi non farmakologis juga memegang peranan
yang cukup penting pada pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap
pasien ini adalah psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat,
ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan dalam
penilaian realita, dan gangguan proses pikir.
Pada terapi non farmakologi atau psikoterapi , peranan keluarga juga memegang sangat
penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga
diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.
Hal yang ingin saya pelajari dari kasus ini yaitu saya dapat mengenali gejala-gejala dari
pasien dengan skizoafektif tipe manik. Hal-hal penting yang saya pelajari dari kasus ini yaitu
saya dapat mengenali gambaran klinis penyakit, mampu mendiagnosis sesuai pedoman, mampu
melakukan penatalaksanaan awal pada pasien dan mampu memperkirakan prognosis pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013.
2. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan
Skizofrenia. Jakarta : PDSKJI. 2011