Anda di halaman 1dari 26

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN JIWA

NASKAH REFLEKSI KASUS


Skizoafektif tipe Manik (F25.0)

OLEH
Nur Istianah
H1A 012 042

PEMBIMBING
dr. Hj. Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN


ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA NTB
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Naskah Refleksi Kasus yang berjudul
Skizoafektif tipe Manik (F25.0) tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu prasyarat
dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dari dalam
institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan jajaran RSJ
Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada dr. Hj. Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM selaku pembimbing dan juga
seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekian.

Mataram, Maret 2017

Penulis

STATUS PSIKIATRI

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL/Usia : 42 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Jabon-Kotaraja, Lotim
Tanggal MRS : 15 Maret 2017

Pasien dibawa kakak dan adik pasien ke IGD Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi
NTB pada hari Rabu 15 Maret 2017 pukul 16.30 WITA. Ini adalah kelima kalinya pasien
dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

2.2 RIWAYAT PSIKIATRI


Data diperoleh dari:
Autoanamnesis pada tanggal 15 Maret 2017 di IGD RSJ Mutiara Sukma pukul 16.30
WITA
Alloanamnesis pada kakak dan adik kandung pasien yang dilakukan pada tanggal 15
Maret 2017
1. Nama keluarga : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Kakak Kandung
Alamat : Kotaraja, Lotim

2. Nama keluarga : Ny. K


Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Adik kandung
Alamat : Kotaraja, Lotim

A. Keluhan Utama:
Mengamuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma oleh keluarganya dengan keluhan
mengamuk. Menurut keluarga, pasien mengamuk, marah-marah menghancurkan barang-
barang hingga sampai memukul orang. Awalnya pasien memiliki masalah bersama suami
pasien yang pertama. Keluarga mengatakan, kepala pasien sering dipukul oleh suami, dan
seringkali bertengkar hebat. Permasalahan pasien bersama suami pertama ini, sudah sejak
tahun 2000 dan pasien tidak pernah menceritakan masalah rumah tangganya kepada
keluarga. Pasien hanya mengatakan bahwa ia mengalami KDRT. Akhirnya pasien
bercerai dengan suami pertamanya dan menikah lagi bersama pria yang berasal dari Jawa
dan pasien sempat tinggal di Jawa mengikuti suami. Tetapi, setelah beberapa tahun
menikah dan memiliki satu orang anak dari suaminya yag kedua, pasien bercerai lagi.
Keluarga mengatakan pasien kembali kepada suami yang pertama dan tinggal menetap di
Sumbawa. Pasien sering bolak-balik Lombok-Sumbawa karena anak pasien tinggal di
Lombok. Hingga tahun 2005, menurut keluarga perilaku pasien mulai berubah menjadi
sering marah tanpa sebab, bicara sendiri, bernyanyi-nyanyi, bicara ngelantur dan sering
ngamuk. Selain itu, pasien juga dikeluhkan oleh keluarga sering berjalan berkeliaran
tanpa tujuan dan tidak tau waktu pulang.
Pasien sudah 5 kali dirawat inap di RSJ Mutiara Sukma. Terakhir, pasien dirawat
sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu. Pada tahun 2015, pasien pernah di ikat karena
mengamuk hingga mau membunuh orang-orang disekitarnya. Keluarga merasa emosi
pasien sering tidak stabil karena seringkali pasien terlihat ketawa- ketawa snediri sambil
bernyanyi dan seringkali juga pasien menjadi marah, mengamuk, dan banyak berbicara
ngelantur. Keluarga mengatakan, setiap kali pasien diperbolehkan pulang dari rawat inap
di RSJ, pasien kembali ke Sumbawa dan tidak pernah kontrol dan tidak pernah minum
obat sehingga menurut keluarga keluhan pasien sering kambuh.
Sekitar 2 minggu ini, pasien datang ke Lombok untuk menjenguk anak, dan sejak
2 minggu ini, keluarga merasa penyakit pasien kambuh dan semakin menjadi-jadi. Pasien
mengamuk, marah-marah, jalan berkeliaran, dan sering mengambil barang-barang orang.
Saat berkeliaran, pasien sering memukul orang-orang disekitarnya tanpa sebab sehingga
keluarga dan orang-orang sekitarnya menjadi resah. Menurut keluarga, pasien mendengar
suara-suara yang hanya pasien saja yang bisa mendengarnya.
Menurut keluarga sebelum keluhan muncul, keluarga menyangkal pasien
memiliki riwayat trauma kepala, kejang-kejang, demam tinggi, ataupun penyakit berat
lainnya. Keluarga juga menyangkal adanya kebiasaan minuman keras, merokok ataupun
penggunaan narkoba.

Autoanamnesis
Menurut pengakuan pasien, ia dibawa ke RSJ Mutiara Sukma oleh saudaranya
yaitu kakak dan adik. Pasien mengatakan di bawa ke IGD karena keluarganya mengira
bahwa ia memiliki sakit jiwa. Pasien mengaku bahwa sebelum dibawa ke IGD ia sempat
marah-marah karena keluarga mengatakan ia gila. Pasien tidak merasa bahwa dirinya
sakit. Pasien mengaku mendengar suara-suara yang hanya pasien yang bisa
mendengarnya, suara tersebut adalah suara Allah yang memberikan kabar baik untuknya.
Pasien yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan dan dapat menguasai dunia dengan
menggunakan pikirannya, menggunakan bahasa, menggunakan hidung dan mata pasien.
Pasien juga mengatakan bahwa suami pasien merupakan keturunan raja karena presiden
merupakan paman pasien.
Pasien merasa marah kepada bapak pasien karena menyuruhnya menikah dengan
orang Lombok, tetapi pasien ingin menikah dengan orang Jawa. Pasien merasa semua
orang Lombok adalah orang-orang yang jahat.

Wawancara :

DM : Selamat sore Buk, perkenalkan saya Iis, dokter muda yang sedang bertugas
disini, nama Ibu siapa?

Pasien : Nama saya Nurhasanah

DM : Saya panggilnya siapa?

Pasien : Terserah saja

DM : Saya panggilnya Buk Nur saja ya

Pasien : yoweslah (tertawa)

DM : Jadi Buk Nur saya akan minta waktunya 15-20 menit untuk ngobrol-ngobrol
mengenai perkembangan kondisi Buk Nur saat ini, Ibu Nur tenang saja, saya tidak
akan membocorkan apa yang kita bicarakan pada orang lain, bagaimana, apakah Buk
Nur bersedia?

Pasien : okedeh

DM : Baik, kalau boleh tau umurnya Buk Nur berapa?

Pasien : Umur saya 42 tahun

DM : Ibu Nur tinggalnya dimana?

Pasien : Kotaraja di Lotim dong


DM : Sekarang Buk Nur tinggalnya sama siapa saja dirumah?

Pasien : Sama suami, anak, keluarga keluarga semua

DM : Buk Nur pendidikan terakhirnya apa ya?

Pasien : SD

DM : SD dimana Buk Nur?

Pasien : ada SD di Jawa

DM : Ibu Nur sudah menikah?

Pasien : Sudah dong suamika orang jawa

DM : Baik Buk Nur, tadi sebelum dibawa kesini ibu sedang ngapain?

Pasien : Aku sedang main, banyak punya teman, mereka pada ketawa kalau sama
aku

DM : Dibawa kesini sama siapa Buk Nur?

Pasien : Sama adik sama kakak

DM : Dibawa kesini karena kenapa Buk Nur?

Pasien : Mungkin dibilang orang sakit, bodo amat yang penting jiwaku sehat
walaupun jantung hatiku jauh

DM : Jantung hatinya dimana Buk Nur?

Pasien : Suamiku di Jawa

DM : Baik Buk Nur, tadi malam bisa tidur?

Pasien : Aku tidur 1 jam saja cukup, nggak tidur sehari semalem aja bisa, kuat,
bangun tidur minumnya energen. Aku mau ketemu suamiku tapi belum sembuh

DM : Belum sembuh karena sakit apa Buk Nur?

Pasien : Yaa semacam sakit dititip karo Allah, aku dikasitau bisa menguasai dunia ini
dengan genggaman

DM : Ibu Nur bisa menguasai dunia pakai apa Buk Nur?

Pasien : Pake matalah, pake bahasa

DM : Bagaimana itu Buk Nur menguasai dunia pakai bahasa?


Pasien : Ya tinggal pandang-pandang saja, warna bisa berubah

DM : Jadi dititip Allah melalui suara-suara bisikan gitu ya Buk Nur?

Pasien : Ya iya, cuman aku yang denger, orang-orang nggak bisa karena mereka
bodoh

DM : Ibu Nur pernah nggak lihat orang yang bisikin Bu Nur?

Pasien : iya dong, ganteng, dititip Allah seperti pelangi tanpa bintang tanpa bulan

DM : Baik, jadi Ibu Nur mendengar suara-suara dimana saja? Suara itu berkata apa
dengan Buk Nur?

Pasien : Iyalah denger, dimana saja juga ada. Dikasi kekuasaan bisa kuasai dunia,
katanya AllahuAkbar kamu dimana yang. Malaikat menjenguk kita

DM : Jadi Ibu Nur yakin kalau punya kekuasaan?

Pasien : Lah yakinlah

DM : Baik, seminggu kemarin perasaan Ibu Nur gimana?

Pasien : marah

DM : Marah kenpa Ibu Nur?

Pasien : Ya marah, aku nyanyi-nyanyi dimarah, nggak ganti baju dimarah

DM : Dimarah sama siapa Bu Nur?

Pasien : Sama adik, sama kakak, sama bapak sendiri dibenci kalau aku ngomong pake
bahasa jawa. Bapakku jahat, dia pengen aku nikah sama orang Lombok. Di kotaraja
ini, walaupun mereka ke mekah 11 kali nggak ada artinya karna nggak mau liat sodara
yang miskin. Mereka anggap paling kaya

DM : Kalau sekarang perasaannya gimana Buk Nur?

Pasien : seneng lah bisa keluar, ada presiden

DM : Ibu Nur mau jadi Presiden?

Pasien : Bukan aku, mertuaku presiden, suamiku keturunan raja

DM : Ibu Nur cita-citanya mau jadi apa?

Pasien : Dulu sih mau jadi guru, tapi pas SD pacarku kebanyakan pacar. Kepala
sekolahku Ismail Marzuki, surat cintaku sekantong plastik
DM : Tadi siang Buk Nur sudah makan?

Pasien : Ya sudah, pakai bakso. Aku mau lempar suamiku di Sumbawa

DM : Kenapa begitu Buk Nur?

Pasien : Dia banyak dosa sana sini buat anak haram

DM : Buk Nur mungkin ada masalah dengan suaminya? Kalau ada cerita aja gapapa

Pasien : Nggak adalah, dia banyak dosa

DM : Ibu Nur pernah ketawa-ketawa sendiri?

Pasien : Enggak

DM : Pernah ada niat mau bunuh diri?

Pasien : Tidak dong

DM : Di keluarga Buk Nur ada yang ngamuk-ngamuk ?

Pasien : Ya nggak ada, aku marahin mereka

DM : Ibu Nur dulu pernah dirawat disini?

Pasien : Pernah dulu

DM : Kalau sudah pulang, Ibu Nur pernah minum obatnya?

Pasien : Ya nggaklah buat apa

DM : Nanti kalau pulang dari sini terus dikasih obat, ibu Nur minum yaa obatnya
Oh iya, Ibu Nur pernah kejang atu panas tinggi?

Pasien : Nggak pernah

DM : Kalau minum alkohol atau pakai narkoba Ibu Nur pernah?

Pasien : Ya enggaklah

DM : Ibu Nur, saya mau tanya misalnya dijalan Ibu Nur ketemu dompet dan isinya da
banyak uang, dompetnya mau diapain Bu Nur?

Pasien : Ya aku ambil uangnya, bodo amat ngapain aku simpen dompet

DM : Kalau misalnya Ibu Nur ada disuatu ruangan yang terbakar, Ibu Nur mau
ngapain?
Pasien : Ya bodo amat bukan aku yang main api

DM : Baik kalau begitu, ngobrol-ngobrolnya cukup dulu ya Buk Nur, terimakasih


banyak ya.. sekarang Ibu Nur bisa lanjutin ngobrol sama adiknya

Pasien : okedeh

C. Riwayat Penyakit Dahulu:

1) Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien sebelumnya sudah pernah di rawat inap di RSJ Mutiara Sukma sebanyak 5
kali, terkahir dirawat sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah kontrol ke
Poli Psikiatri RSJ Mutiara Sukma, dan tidak pernah minum obat. Tidak ada yang
mengawasi pasien dalam meminum obat.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat
di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat
ini. Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), demam tinggi (-), tekanan darah tinggi (-),
sesak napas atau asma (-) dan penyakit lainnya (-).
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Riwayat penggunaan NAPZA disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak pernah
mengonsumsi alkohol, ataupun mengonsumsi obat-obatan lainnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi:

1) Riwayat prenatal dan perinatal


Pasien merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Kakak pasien mengaku
selama ibu hamil tidak pernah sakit berat. Pasien lahir secara normal dirumah, di
tolong oleh bidan, cukup bulan dan langsung menangis.

2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Riwayat sakit yang berat disangkal. Tidak
pernah ada riwayat kejang.

3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)


Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya bergaul dengan teman-
teman sekitar rumah. Karena keterbatasan biaya, pasien hanya bersekolah sampai SD,
Keluarga pasien mengaku pasien merupakan anak yang rajin dan ramah sehingga
memiliki banyak teman. Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya serta saudara
kandungnya cukup baik.

4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)


Pasien dapat bergaul dengan teman-teman dan tetangganya dengan baik.
5) Dewasa

a. Riwayat Pendidikan
Pasien lulusan SD

b. Riwayat Pekerjaan
Pasien sebelumnya pernahbekerja di Batam, namun sekarang tidak bekerja.

c. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah 2 kali, saat ditanya mengenai hubungan dekat dengan
lawan jenis pasien mengaku memiliki suami orang Sumbawa dan orang Jawa.

d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam
e. Aktivitas Sosial
Menurut keluarga pasien memiliki banyak teman sejak kecil hingga dewasa.
Pergaulan dengan tetangga dan orang di sekitar rumah cukup baik.
E. Riwayat Keluarga:
Pasien adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara. Pasien tinggal bersama ayah, ibu,
adik dan kakak saat di Lombok, dan tinggal bersama suami saat di Sumbawa. Saudara
pasien yang lain sudah menikah dan sudah memiliki anak. Keluarga mengaku tidak ada
riwayat keluhan serupa atau gangguan jiwa lainnya dalam keluarga pasien.
F. Riwayat Pengobatan:
Menurut keluarga pasien, setelah dipulangkan dari RSJ Mutiara Sukma, pasien pulang ke
Sumbawa sehingga tidak pernah kontrol dan tidak pernah minum obat.

G. Situasi Kehidupan Sekarang:


Saat ini pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama bapak, ibu, kakak dan adik
pasien. Saat ini pasien tidak bekerja, pasien sering keluyuran. Kebutuhan pasien dipenuhi
oleh orang tua bersama saudara-saudaranya. Untuk kebutuhan merawat diri masih bisa
dilakukan secara mandiri oleh pasien.
H. Persepsi dan Harapan Keluarga:
Menurut keluarga pasien, keluarga berharap pasien dapat berhenti kambuh
ngamuk-ngamuk, ngomong sendiri, ketawa sendiri. Keluarga ingin pasien dapat sembuh
sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa beraktivitas seperti
sebelumnya. Keluarga pasien menganggap keluhan pasien yang timbul itu dikarenakan
pasien tidak dapat mengendalikan pikiran dan perasaannya. Selain itu gejala - gejala yang
dialami pasien dianggap berkaitan dengan suami pasien yang sering memukul pasien.
Keluarga juga menyadari selama ini lalai tidak mengawasi pasien untuk kontrol dan
minum obat, sehingga keluarga akan lebih memperhatikan kondisi pasien. Keluarga
pasien telah memahami mengenai pengobatan pasien yang harus selalu dikontrol dan
tidak boleh putus pengobatannya.

2.3 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan status mental dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017, di IGD Rumah
Sakit Jiwa Mutiara Sukma, Provinsi NTB.
A. Deskripsi Umum

1) Penampilan
Pasien seorang Perempuan, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan
diri baik, baju bersih.

2) Kesadaran

Jernih (Compos Mentis)

3) Psikomotor
Hiperaktif

4) Sikap terhadap Pemeriksa


Kooperatif.

5) Pembicaraan
Spontan, volume suara kesan keras, dan artikulasi jelas.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood : Euforik
Afek : Luas
Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
D. Pikiran
Proses pikir : Inkoheren
Isi pikir : waham kebesaran (+)
E. Fungsi Intelektual

a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan

Pasien menempuh pendidikan sampai SD. Tingkat pengetahuan dan kecerdasan


pasien kesannya sesuai dengan taraf pendidikan.

b. Orientasi :
Orang kesan baik. Pasien mengenali nama-nama keluarga yang
mengantarnya ke RSJ
Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dirinya berada di
RSJ Mutiara Sukma di ruang IGD.
Waktu kesan baik. Pasien mengetahui waktu saat dilakukan wawancara
adalah sore hari, namun pasien tidak mengetahui jam, hari, tanggal, bulan,
tetapi pasien mengetahui tahun.

c. Daya Ingat :
Jangka panjang baik. Pasien dapat mengingat dan menyebut nama
sekolahnya saat SD.
Jangka sedang baik. Pasien dapat mengingat saat rawat inap yang
sebelumnya di antar siapa.
Jangka pendek kesan baik. pasien dapat mengingat menu sarapan tadi
siang.
Jangka segera kesan baik. Pasien dapat mengulang tiga nama benda yang
disebutkan oleh pemeriksa.

d. Konsentrasi dan Perhatian

Kesan kurang baik. Pasien mudah beralih perhatian saat wawancara.

e. Kemampuan Berhitung
Kurang Baik. Pasien tidak dapat menjawab pengurangan, penjumlahan, dan
perkalian angka sederhana.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis
Kesan baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan baik dan lancar.
g. Kemampuan Visuospasial
Kurang baik, pasien tidak dapat meggambar jam yang menunjukkan pukul 11.50
h. Pikiran Abstrak
Kesan baik, pasien dapat menemukan persamaan dari beberapa benda, misalnya
semangka dan melon, anjing dan kucing,
i. Intelegensi dan Kemampuan Informasi

Kesan baik, pasien mengetahui nama Presiden RI yang sekarang.


F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.
G. Daya Nilai dan Tilikan
Daya Nilai Sosial : Buruk
Uji Daya Nilai : Buruk
Penilaian Daya Realita (RTA) : Terganggu
Tilikan : derajat 1
H. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum, informasi lain yang disampaikan oleh pasien belum dapat dipercaya.

2.4 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017 di IGD Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma, Provinsi NTB.

Status Internus

a. Status Generalis

Keadaan umum : Baik


Kesadaran/GCS : E4V5M6
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi radialis : 87x/mnt
Pernapasan : 18x/mnt
Suhu axila : 36,6C (suhu aksila)
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Konjungtiva anemis : (-)/(-)
Ikterus : (-) /(-)
Leher : tidak tampak adanya pulsasi vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
c. Pemeriksaan Thorax

Inspeksi : pergerakan dada simetris (+/+), retraksi (-/-)


Palpasi : gerakan dinding dada simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Cor: S1S2 tunggal reg/ murmur(-), gallop (-)
Pulmo:vesikuler+/+, ronki(-/-), wheezing(-/-)
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : jejas (-), distensi (-)
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-) di seluruh kuadran
abdomen
e. Ekstremitas
Superior : dalam batas normal
Inferior : dalam batas normal
Nervi Cranialis
a. N. Olfaktorius : kesan baik.
b. N. Optikus
Penglihatan : ODS kesan normal
Lapang pandang : ODS sesuai pemeriksa, luas
c. N III, IV, VI
Celah kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Posisi bola mata : ortotropia ODS
Pupil
Ukuran atau bentuk : bulat (3 mm/3 mm)
Isokor atau anisokor : Isokor
Refleks cahaya langsung : (+) pada ODS
Refleks cahaya tidak langsung : (+) pada ODS
Gerakan bola mata
Parese ke arah : tidak ada parese pada ODS
Nistagmus : tidak ada

d. N V (Trigeminus)
Sensibilitas :
N VI : baik
N V2 : baik
N V3 : baik
Motorik : baik

e. N VII ( Fasialis )
Motorik
Motorik M frontalis M Orbikularis M Orbi Oris
okuli
Istirahat Normal Normal Normal

Gerakan Normal Normal Normal


Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : tde

f. N VIII ( Auditorius )
Pendengaran : kesan baik ADS
Tes rinne/ weber : tde
Fungsi vestibularis : kesan baik

g. N IX / X ( Glosopharingeus/ vagus )
Posisi arkus pharinks(istirahat/AAH) : di tengah, tidak ada deviasi uvula
Refleks menelan atau muntah : tde
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : tde
Suara : baik, tidak ada disfonia
Takikardi/ bradikardi : (-)

h. N XI ( Accesorius)
Memalingkan kepala dengan atau tanpa tahanan : baik
Angkat Bahu : baik

i. N XII ( Hipoglosus)
Deviasi lidah : tidak ada deviasi lidah
Atropi : tidak ada atropi
Tremor : tidak ada tremor

Ekstremitas Motorik
Motorik Superior Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Pergerakan Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak
aktif aktif aktif aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal

Refleks Fisiologis
a. Biceps : ++ / ++
b. Triceps : ++ / ++
c. KPR : ++ / ++
d. APR : ++ / ++

Refleks Patologis
a. Hoffman dan Tromer : (- / -)
b. Babinsky : (- / -)
c. Chaddock : (- / -)
d. Scaeffer : (- / -)
e. Gordon : (- / -)
f. Oppenhelm : (- / -)

Sensibilitas Ekteroseptik atau Sensorik


1. Nyeri : baik dextra et sinistra
2. Raba Halus : baik dextra et sinistra
3. Suhu : tde

Tanda Efek Ekstrapiramidal


Pergerakan abnormal yang spontan
Parkinson : negatif
Akatisia : negatif
Bradikinesia : negatif
Tremor : negatif, baik saat aktivitas
maupun istirahat (resting
tremor)
Rigiditas : negatif
Postural Instability : negatif
Gangguan koordinasi
Tes jari hidung : baik, dextra et sinistra
Tes disdiadokokinesia : baik, dextra et sinistra
Tes tumit : baik, dextra et sinistra
Tes pegang jari : baik, dextra et sinistra
Gangguan keseimbangan
Tes Romberg : tidak ada gangguan
Cara berjalan : normal, tidak ada gait

Pemeriksaan Fungsi Luhur (Fungsi Bicara)


Fluency atau kelancaran : baik
Pemahaman : baik
Repetisi atau mengulang : baik
Kesan tidak ditemukan afasia baik sensorik, motorik, ataupun campuran
2.5 IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang Perempuan berusia 42 tahun, agama Islam, suku Sasak,
tidak bekerja, status telah menikah, pendidikan terakhir SD, dibawa ke IGD RSJ Mutiara
Sukma pada tanggal 15 Maret 2017 karena keluarga mengeluhkan pasien mengamuk
merusak barang-barang dan memukul orang dijalan. Selain itu, pasien juga dikeluhkan
sering keluyuran, bicara sendiri, nyanyi-nyanyi, bicara melantur dan terkadang tertawa
sendiri. Keluhan ini pertama kali terlihat sekitar sejak tahun 2005 lalu.. Awalnya pasien
hanya sering marah-marah, namun saat itu keluarga belum menyadari bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa. Pasien dikeluhan mengamuk dan memukul orang-orang
sekitar kemudian pasien di rawat inap di RSJ. Setelah keluar dari RSJ, keluhan kembali
muncul, pasien mengamuk dan merusak barang-barang dan memukul orang dijalan
sehingga pasien dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma.
Pada pemeriksaan status mental yang dilakukan didapatkan bahwa penampilan
pasien cukup rapi dan sesuai dengan usianya serta jenis kelamin, perawatan diri baik.
Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Bicara spontan, suara keras dan artikulasi jelas.
Psikomotor hiperaktif, mood eufori dengan afek serasi. Proses pikirnya inkoheren. Pada
isi pikiran terdapat waham kebesaran. Pada gangguan persepsi ditemukan adanya
halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Orientasi orang, tempat, dan waktu terkesan
cukup baik. Daya ingat cukup. Konsentrasi atau perhatian terkesan kurang baik.
Kemampuan membaca dan menulis terkesan cukup baik. Kemampuan visuospasial
kurang baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan cukup baik. Uji daya nilai
cukup, RTA terganggu dengan tilikan derajat 1. Pada pemeriksaan fisik umum dan
neurologis tidak ditemukan kelainan.

2.6 FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta
status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam berbagai fungsi baik psikososial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
pasien. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.1,2
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi
otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental
organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien, tidak didapatkan adanya riwayat
penggunaan zat psikoaktif, atau riwayat penggunaan alkohol sebelumnya. Oleh
karenanya, gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F10-F19).1
Berdasarkan anamnesis langsung terhadap pasien atau autoanamnesis didapatkan
gejala berupa halusinasi auditori, halusinasi visual, dan adanya waham. Gejala yang
muncul tersebut adalah gejala psikotik akibat gangguan penilaian realita yang
menyebabkan terganggunya kehidupan dan fungsi global pasien maka keadaan tersebut
telah memenuhi kriteria skizofrenia (F20). Pada pasien juga didapatkan adanya elasi atau
suasana perasaan yang meningkatt, harga diriyang membumbung, gagasan kebesaran
yang berkembang menjadi waham kebesaran, iritabilitas, halusinasi auditori, dan
halusinasi visual. Adanya gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, berdasarkan PPDGJ III diagnosis untuk aksis
I adalah F.25.0 Skizoafektif Tipe Manik.1
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya gangguan kepribadian, sehingga untuk
Aksis II tidak ada diagnosis. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya gangguan
medis secara umum, sehingga Aksis III juga tidak ada diagnosis. Pada pasien ini, untuk
Aksis IV dapat ditemukan masalah yang diduga menjadi pencetusnya yaitu masalah
keluarga serta riwayat tidak minum obat teratur.
Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) scale sesuai pengamatan
pemeriksa adalah 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.1,2

2.7 EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I : F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga dan riwayat tidak minum obat teratur
Aksis V : GAF Scale saat diperiksa 70-61

2.8 DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik : Ketidakseimbangan neurotransmiter

B. Psikologi :
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Waham kebesaran
RTA terganggu
Inkoheren

C. Lingkungan dan Sosioekonomi :


Keluarga tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap penyakit atau gangguan jiwa
yang diderita pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien. Keluarga juga
tidak begitu paham mengenai pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur.
Dukungan dari keluarga cukup baik terhadap pasien, hanya saja keluarga tinggal
berjauhan dengan pasien sehingga tidak terlalu memperhatikan pasien.

2.9 RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka :
Risperidon 2x2 mg, P.O
Merlopam 0-0-0,5 mg, P.O

B. Psikoterapi dan Psikoedukasi :


Psikoterapi Suportif
Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung pasien. Sistem
pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi pasien.
Pasein juga diberikan edukasi mengenai penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan,
bagaimana dampak bila tidak kontrol atau tidak minum obat dan bagaimana jika
keluhan kembali muncul.

Psikoedukasi
a. Edukasi terhadap pasien :
- Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang
diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko, tingkat kekambuhan, dan tata
cara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan
segera berobat bila mulai timbul gejala serupa.
- Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa suara-suara itu tidak nyata, dan
mendorong pasien untuk belajar mengabaikan suara yang timbul.
- Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien
termotivasi untuk minum obat secara teratur.
- Menjelasakan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa memberikan
efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan memberikan pemahaman
bahwa keuntungan akan efek obat lebih besar dibandingkan dengan efek
samping obat yang ditimbulkan sehingga pasien harus tetap meminum obat.

b. Edukasi kepada keluarga :


- Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan
antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada
akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien
serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan.
- Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan penyakit yang
membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga dalam membantu proses
penyambuhan penyakit.
- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin
muncul pada pengobatan).
- Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara
teratur.

2.10 PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Pasien memiliki jaminan kesehatan
2. Respon yang baik terhadap pengobatan
3. Riwayat premorbid baik dalam sosial dan pekerjaan
4. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
5. Dukungan keluarga baik

Hal yang memperburuk prognosis :


1. Pemahaman keluarga mengenai penyakit dan pengobatan tidak cukup baik
2. Faktor pencetus masalah pasien masih berlangsung hingga kini
3. Riwayat pengobatan tidak teratur
4. Insight derajat 1

2.11 PEMBAHASAN KASUS DAN CLINICAL REASONING


Pada pasien ini ditemukan gejala psikotik berupa halusinasi auditorik, halusinasi visual,
dan waham kebesaran disertai gejala tambahan yaitu perilaku yang kacau dan pembicaraan
yang kacau (inkoherensia). Oleh karena gejala-gejala psikotik tersebut telah berlangsung
selama lebih dari 1 bulan, maka pada dasarnya gejala-gejala tersebut memenuhi kriteria
skizofrenia.1
Adanya elasi atau suasana perasaan yang meningkatt, harga diri yang membumbung,
gagasan kebesaran yang berkembang menjadi waham kebesaran, iritabilitas, halusinasi
auditori, dan halusinasi visual. Adanya gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan, oleh karena itu memenuhi kriteria Skizoafektif tipe
manik. Permasalahan yang diduga menjadi pencetus pada pasien ini adalah permasalahn
keluarga serta riwayat tidak teratur minum obat. Pemecahan permasalahan yang jelas dan
komunikasi yang baik dengan keluarga dapat menjadi faktor pendukung dalam terapi.
Prognosis kembalinya fungsi pasien ke taraf normal kemungkinan adalah kurang baik karena
pasien kurang kooperatif untuk diterapi.

Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik dapat
membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Pada pasien ini gejala
psikotik yang muncul yaitu gejala positif seperti gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan
visual). Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal.
Golongan tipikal disebut juga sebagai Dopamin Antagonis (DA) karena hanya memblok
reseptor dopamin, sedangkan golongan atipikal disebut juga sebagai Dopamin Serotonin
Antagonis karena memblok reseptor dopamin dan serotonin. Golongan obat antipsikotik
atipikal seperti risperidon bekerja dengan meningkatkan reseptor dopamin pada jalur
mesokortikal dan menurunkan/memblok reseptor dopamin pada jalur mesolimbik sehingga
gejala-gejala positif yang sekarang dialami pasien dapat berkurang. Selain itu, dalam
penggunaan antipsikotik atipikal efek ekstra piramidal sindrome lebih minimal terjadi,
sehingga penggunaannya lebih aman untuk dipilih.2,3
Pada pasien ini diberikan dosis awal terapeutik yaitu digunakan dosis anjuran
Risperidon tablet 2 x 2 mg. Pada pengaturan dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu
pengobatan pasien akan memasuki tahap stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak
teratasi sehingga membuat pasien berhenti minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps
masih tinggi terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba. Dosis optimal pada tahap stabilisasi
ini dipertahankan selama 8-12 minggu baru kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2
minggu hingga mencapai dosis maintenance. Dosis maintenance pada serangan sindrom
psikosis yang akut pertama kali maka terapi diberikan selama 2 tahun, sedangkan sindrom
psikosis yang berjalan kronis atau multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun
sehingga dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan tappering
off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat. Selain itu, pasien memiliki gejala sulit tidur,
maka diberikan obat sedasi short acting agar mudah memulai tidur yaitu lorazepam
(merlopam). 2,3
Selain terapi farmakologi, adanya tererapi non farmakologis juga memegang peranan
yang cukup penting pada pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap
pasien ini adalah psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat,
ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan dalam
penilaian realita, dan gangguan proses pikir.
Pada terapi non farmakologi atau psikoterapi , peranan keluarga juga memegang sangat
penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga
diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.

2.12 REFLEKSI KASUS


Berdasarkan kasus yang saya pilih ini, hal yang menarik adalah gejala pasien yaitu adanya
gejala psikotik dan gangguan afektif yang sama-sama menonjol dan terjadi pada saat yang
bersamaan dalam satu episode penyakit yang sama sehingga cukup mudah dalam mendiagnosis.
Hal yang masih menonjol dari pasien yaitu gejala psikotik berupa halusinasiauditori, halusinasi
visual, waham kebesaran, pembicaraan yang kacau (inkoherensia), serta adanya elasi yang
meningkat. Selain itu, keluhan pasien yang kambuh kemungkinan disebabkan karena pasien
tidak pernah kontrol dan tidak teratur meminum obat sehingga hal ini juga dapat menjadi
masukan bagi keluarga untuk selalu mensuport pasien dalam segala hal.

Hal yang ingin saya pelajari dari kasus ini yaitu saya dapat mengenali gejala-gejala dari
pasien dengan skizoafektif tipe manik. Hal-hal penting yang saya pelajari dari kasus ini yaitu
saya dapat mengenali gambaran klinis penyakit, mampu mendiagnosis sesuai pedoman, mampu
melakukan penatalaksanaan awal pada pasien dan mampu memperkirakan prognosis pada
pasien.

Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien


2015 2017
2005

Pencetus: Pencetus : Pencetus :


Masalah Masalah Tidak kontrol, dan
keluarga keluarga tidak minum obat
(KDRT) (bercerai dan
menikah lagi) Gejala :
Gejala: Sering marah
Mengamuk
Bicara sendiri Gejala :
Merusak barang
Sering marah
Mudah marah Memukul orang
Tertawa tanpa
Ngamuk
sekitar
sebab rawat Memukul orang
Berjalan
inap di RSJ sekitar
keluyuran
Berjalan
Mutiara Sukma Ketawa tanpa
keluyuran
sebab
rawat inap di Sulit tidur
Halusinasi
RSJ Mutiara
auditori,
Sukma
halusinasi
visual, waham,
elasi yang
meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013.
2. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan
Skizofrenia. Jakarta : PDSKJI. 2011

Anda mungkin juga menyukai