Anda di halaman 1dari 31

Pendahuluan

Perkembangan Penggunaan Batubara sebagai energi :


Di dunia : sejak revolusi industri di Eropa (abad 19) yaitu untuk
menggerakkan lokomotif dan mesin-mesin uap sehingga disebut zaman
keemasan batubara

Di Indonesia :
Zaman Hindia Belanda (1849) di Pengaron Kalsel. 300.000 ton / thn.
Ombilin Sumatera Barat (1892)
Bukit Asam, Sumatera Selatan (1919), total produksi puncak s/d
tahun 1941 2 juta ton per tahun
Akhir abad 19 mengalami penurunan yang sangat drastis karena
ditemukan energi baru yaitu BBM yang lebih nyaman (murah)
Tahun 1945 1970 produksinya mencapai 0,1 juta ton per tahun
(semua tambang di Indonesia hampir tutup, karena tidak ekonomis)
Thn. 73 - 74 terjadi krisis energi dunia (harga BBM melonjak naik).
Tahun 1990-an atau awal abad 20 cadangan BBM menipis (merupakan
harapan baru bagi batubara di dunia/ Indonesia).
Berbagai kebijakan yang terjadi dalam
bidang energi di Indonesia :

1. S.K. Presiden R.I. (No. B-31/Pres/9/1976 tahun 1976), yang disusul dgn.
2. Terjadi kebijakan baru tahun1980 yaitu dibentuk BAKOREN
(Badan Koordinasi Energi Nasional) dengan 4 (empat) unsur utama yaitu :
- Intensifikasi (mencari / menambah cadangan minyak baru)
- Deversifikasi (sebesar-besarnya BBM diganti oleh batubara)
- Konservasi ( BBM dihemat dan batubara dikembangkan pemanfaatannya)
- Indeksasi (BBM untuk ekspor dan batubara untuk dalam negeri, karena
1 ton batubara = $ 20 US identik 3,6 BBL = $ 60 US)
3. Tahun 1976 ke luar INPRES melalui Menaker dan Menteri Perindustrian
agar pemakaian BBM PLTD dan pabrik semen diubah dengan batubara
(deversifikasi).
4. Berdasarkan :
- UU No. 11 tahun 1967, tentang Ketentuan Pokok Pertambangan : 10
- PP No. 32 tahun 1969, tentang Pelaksanaan UU No. 1 tahun 1967
- UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
- Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan
Galian, batubara termasuk Golongan Strategis (Golongan A),
Atas dasar di atas pihak swasta dapat berkiprah melalui tiga pola yaitu :

1. Pola kontrak bagi hasil (KBH), dasarnya KEPRES No. 36/1975, dengan
Perusahaan Negara (PN) dalam hal ini PN Tambang Batubara sebagai
principal, PMA / Swasta sebagai kontraktor.
2. Pola kontrak kerjasama (KKS), dasarnya KEPRES No. 49/1981, dengan
Perusahaan Negara (PN) dalam hal ini Perum Tambang Batubara yang
kemudian diganti menjadi P.T. Tambang Batubara Bukit Asam sebagai
principal, PMA / Swasta sebagai kontraktor. Hal yang sama juga
terjadi pada tahun 1993 didasarkan pada KEPRES No. 21/1993
3. Pola Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
didasarkan pada KEPRES No. 75/1996 dengan Pemerintah dalam hal ini
DEPTAMBEN (DESM) bertindak sebagai principal dan PMA / Swasta
sebagai kontraktor
Akibatnya, saat ini terdapat 13 KK (pada generasi I, II & III) yang
beroperasi di Sumatera dan Kalimantan dengan hasil produksinya di
ekspor ke Jepang, Taiwan, Korea bahkan ke Eropa.
Dengan adanya otonomi daerah di era reformasi (1998) dan adanya UU
No. 41 tahun 1999, tentang Kehutanan, KK (PMA) sampai saat ini tidak
bertambah, hal ini karena ketidak pastian hukum (pengusahaan hanya
oleh pihak swasta nasional), bahkan investasi untuk bahan galian logam
tidak ada samasekali.
SEJARAH PERKEMBANGAN EKSPOR TAHUNAN
BATUBARA INDONESIA
100

89
PRODUKSI ( JUTA TON )
85,6
80
76
73 74

60 61,2

51,9
48,04

40 40,9

33,1
27,56
22,19
20
14,48
9,7 10,64
4,49
1,15 2,008 0,1 2,55
0 0,149 91

02

04
36

45

86

89

93

95

97

99
19

20

20
19

19

19

19

19

19

19

19
TAHUN

- Indonesia sebagai Negara pengekspor batubara ke 3 di Dunia dengan


tujuan ekspor adalah : Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea, Eropa,
USA, Brazil, Cili dll (Ekspor, Tahun 1999 = 55,317 Juta Ton)
- Negara pengekspor batubara Dunia : Autralia, Cina, Indonesia, Afrika,
Soviet, USA, Polandia dll
ENERGI DIBAGI DUA MACAM :

1. ENERGI PRIMER (DIBAKAR LANGSUNG MENGHASILKAN PANAS),


CONTOH : BATUBARA, GAS ALAM (LPG), MINYAK & NUKLIR
2. ENERGI SEKUNDER ( HASIL PEMBAKARAN BUTIR 1 DI ATAS
MENGHASILKAN ENERGI), CONTOH : LISTRIK PLTU

Nuklir PLTA
Gas Alam 2% Batubara
5%
8% 46%

Minyak Bumi
39%
Pemakaian Energi Primer di Asia
(Sumber : BPS Review of World Energy, 1994)
Diketahui bahwa batubara Indonesia :
1. Termasuk peringkat rendah (low rank coal) yaitu gambut (peat)
s/d subbituminus.
2. Kualitasnya sangat baik, karena kadar abu dan sulfur yang
sangat rendah (< 10% & < 1%), sehingga kekhawatiran
pencemaran lingkungan akibat gas dan debu yang dapat
mengakibatkan efek rumah kaca (green house effect) serta
hujan asam (acid rain) tidak beralasan bahkan dapat dikonversi
menjadi energi batubara bersih (clean coal) seperti ultra
clean coal, coal liquid mixture dan coal synthetic fuel.
3. Cadangan yang sangat besar yaitu 32 milyar ton dengan
letaknya mudah dijangkau
4. Pada umumnya lignit dengan kadar air yang relatif tinggi
(< 50%), namun di Ombilin dan Bukit Asam terdapat antrasit
(karena bersentuhan dengan batuan intrusi)
5. Penggunaan terutama sebagai batubara uap (steaming coal)
yaitu untuk PLTU dan pemanas (pembakaran) di pabrik semen,
sangat sedikit sebagai batubara kokas (cocking coal) yaitu
untuk keperluan metalurgi (peleburan bijih besi atau timah).
CADANGAN BATUBARA DI BEBERAPA NEGARA DI DUNIA
(MILYAR TON)

SOVIET 269,8
U.S. 290,8

LAINNYA 56,5
POLANDIA 47,1
AUSTRALIA 72,4 AFSEL 64,4
EROPA BARAT 99,7 CINA 108,9

SUMBER : ENERGY INFORMATION ADMINISTRATION, 1988


PENGGUNAAN BATUBARA DI INDONESIA :
( TAHUN 1999 )

No. Jenis Penggunaan Kebutuhan Batubara


1. PLTU (Suryalaya, Bukit Asam, Paiton, Ombilin & Sijantang) 13,594 Juta Ton
2. Industri Semen (Baturaja, Padang, Gresik dll) 2,032 Juta Ton
3. Metalurgi (Inco, Antam, Timah, Kobatin, Newmont dll) 194,191 Ribu Ton
4. Industri (Tjiwi Kimia, IIU, Indah Kiat & Jaya Kertas) 829,092 Ribu Ton
5. Briket 38,302 Ribu Ton
6. Lainnya 2,573 Juta To n
Total 19,312 Juta Ton
RENCANA PLTU BATUBARA DI INDONESIA
TAHUN 2000
PLTU Kapasitas Batubara / thn Asal Batubara
(MW) (Juta Ton)^
Paiton 3200 9600 Kalimantan
Jawa Tengah 1320 3960 Kalimantan
Jawa Barat 400 1200 Bukit Asam
Tarahan 200 0,6 Bukit Asam
Bukit Asam 260 0,78 Sum. Bar.
Ombilin 200 0,6 Ombilin
Pontianak 200 0,6 Kalimantan
Kal. Sel. 130 0,39 Kalimantan
Sulawesi 50 0,15 Kalimantan
Ujung Pandang 130 0,39 Kalimantan
Total 9690 29070
^Atas dasar nilai kalor 6000 kcal/ kg
Sumber : Indonesian Coal Industry, Asia Coal Conference, 1994
Cekungan Batubara Indonesia
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI

Badan Geologi, 2011

11
SUMBER DAYA BATUBARA TIAP PULAU DI INDONESIA BERDASARKAN KALORI
TAHUN 2010

18,99
32,04
1,40 2,22
0,04 37,36
11,79
0,94
0,002
0,22 0,00
0,01 0,09
0,00 0,009
0,03

0,0009
0,01
0,002
0,00

21,21 Sumberdaya batubara kalori rendah ( 5.100 kal/gr, milyar ton)

69,72 Sumberdaya batubara kalori sedang (5.100-6.100 kal/gr, milyar ton)


13,21 Sumberdaya batubara kalori tinggi (6.100-7.100 kal/gr, milyar ton)
1.01 Sumberdaya batubara kalori sangat tinggi ( 7.100 kal/gr, milyar ton)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Sumber : Data Neraca Batubara Indonesia Tahun 2010, Badan Geologi, Kementerian ESDM BADAN GEOLOGI

Anda mungkin juga menyukai