PENDAHULUAN
Stroke pertama kali dilaporkan oleh Hippocrates ( 400 tahunSM), saat itu
apopleksi. Artinya tertubruk oleh pengabaian. Sampai saat ini, stroke masih
merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian
(Aliah, 2007). Sejumlah faktor resiko telah diketahui, baik yang dapat
dimodifikasi maupun yang tidak. Sebagian dari faktor resiko tersebut telah
diterima secara luas, sedangkan sebagian lainnnya masih terus berkembang dan
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
adalah usia, jenis kelamin, herediter dan ras/etnis, sedangkan yang dapat
hematokrit dan peninggian kadar fibrinogen (Soertidewi, L., Misbach, Y., Harris,
Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang
Organisation), pada tahun 2011, 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia.
Usia rata-rata 55 tahun atau lebih per seribu penduduk antara 4,2-6,5 persen.
1
2
kecacatan. Proyeksi hingga tahun 2020 nanti menunjukkan, bahwa setiap tahun
sebanyak 61 juta orang akan mengalami kecacatan akibat stroke. Dinyatakan pula
bahwa sebagian besar (lebih dari 80%) penderita yang mengalami kematian dan
kecacatan akibat stroke tersebut tinggal di negara berkembang. Jika ditinjau dari
segi psikologik dan sosio ekonomi penyakit tersebut merupakan masalah besar
(Islam, 2004).
Stroke mengenai semua usia, termasuk anak-anak. Namun, sebagian besar
kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Makin tua umur,
resiko terjangkit stroke makin besar. Meskipun penyakit ini tidak mengenal jenis
dengan perempuan. Lalu dari segi warna kulit, orang berkulit hitam berpeluang
terkena stroke lebih besar daripada orang berkulit putih. Insiden stroke tersebut
pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok umur dekade ketiga dan
keempat menjadi hampir 300 per100.000 penduduk pada kelompok umur dekade
seluruh Indonesia. Studi epidemiologi stroke ini bertujuan untuk melihat profile
klinis stroke dimana dari 2065 pasien stroke akut, dijumpai rata-rata usia 58,8
tahun (range 18-95 tahun) dengan kasus pada pria lebih banyak dari pada wanita.
Rata-rata waktu masuk ke RS adalah lebih dari 48,5 jam (range 1-968 jam) dari
onset. Rekuren stroke dijumpai hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke
Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20%
usia. Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta
jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta
dkk, 2007).
Tujuan dari tinjauan pustaka tentang Penyakit Stroke Iskemik Akut dan
selanjutnya yang ingin mengulas lebih lanjut tentang penyakit yang tergolong
mematikan serta dapat bermanfaat serta dapat menjadi pedoman bagi petugas
penyuluhan yang optimal terhadap pasien Penyakit Stroke Iskemik Akut sehingga
tersebut di atas, penulisan ini bisa digunakan petugas kesehatan dalam membuat
tersebut.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,
selama lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya
penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama
2007).
ketidak seimbangan aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak
(dalam waktu beberapa detik) atau secara cepat (dalam waktu beberapa jam),
dengan gejala atau tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak yang mengalami
2.2.1 Definisi
pembuluh darah serebral fokal oleh trombus atau embolus yang mengakibatkan
terhentinya suplai oksigen dan glukosa pada otak yang selanjutnya akan
dan zat-zat makanan ke jaringan otak sehingga sel-sel otak mengalami kematian.
5
Sisanya 20% disebabkan oleh emboli kardiogenik, yang paling sering adalah atrial
2.2.2 Epidemiologi
Sampai dengan tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke pada laki-laki 2,7%
dan 2,5% pada perempuan dengan usia 18 tahun (Aliah A, Kuswara F F, Limoa
A, dkk, 2007). Diantara orang kulit hitam, prevalensi stroke adalah 3,7% dan
2,2% pada orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia (Carnethon M, Lloyd-
Jones D, Adams R, et al, 2009). Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat
dari stroke akan mengalami stroke berikutnya dalam lima tahun, 5% sampai 14%
dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam tahun pertama (Price, Silvia A,
Angka kejadian stroke menurut data dasar 63,52 per 100.000 penduduk
pada kelompok usia di atas 65 tahun. Secara kasar tiap hari ada dua orang
Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2003,
kematian akibat stroke pada wanita adalah 117 dari 100.000 dan 126 dari 100.000
untuk pria dengan umur diatas 35 tahun. Kematian akibat stroke menjadi
peringkat tertinggi kedua di Amerika Serikat. Ras dan etnik dengan tingkat
mortalitas tertinggi adalah ras Asia dengan persentase 45%, kemudian disusul ras
kulit hitam dan suku Indian-Alaska Amerika dengan persentase 32,4% (Casper M
dan kanker.Di negeri Paman Sam ini, setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus
menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat
sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan (Sutrisno, Alfred: 2007).
hasil survey tersebut diperoleh gambaran bahwa penderita laki-laki lebih banyak
dari pada perempuan dan profil usia 45 tahun yaitu11,8%, usia 45-64 tahun
berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%. Data-data lain dari ASNA
H, 2007).
7
dengan durasi tidak lebih dari 24 jam. Delapan puluh persen dari seluruh TIA
jam.
C. Stroke Progresif atau stroke in evolution
Gejala neurologik makin lama makin berat.
D. Stroke Komplit atau Complete Stroke/Permanent Stroke.
Stroke dengan deficit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat
aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain
itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low
terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang akibat proses
aterosklerosis.
8
a. b.
Gambar 2.1 Trombosit pada arteri serebri media kanan setelah oklusi
trombotik akut pada cabang utamanya.
a. MR angiografi follow up juga menunjukkan rekanalisasi pada
arteri sebri media
b. Meskipun telah dilakukan rekanalisasi cepatpada arteri serebri
media kanan, telah terjadi infark sebagiankorteks
insularis.Substansia alba dibawahnya tidah terlihat
mengalamigangguan yang bermakna. (Baehr and Frotscher, 2012)
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien relative
mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Stroke ini sering berkaitan
arteria karotis interna atau yang lebih jarang di pangkalan arteria vertebralis dan
(misalnya, stroke arteria vertebralis) atau asal embolus. Asal stroke iskemik
embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke kardioembolik). Trombus
penyakit katup jantung, katup jantung buatan, dan kardiomiopati iskemik (Price,
Wilson, 2006)
Stroke iskemik embolik ini disebabkan oleh emboli. Bekuan darah atau
serpihan debris yang lepas dari plak ateromatosa di dinding pembuluh darah besar
ekstrakranial, terbawa oleh aliran darah ke otak, dan menjadi sumbatan di dalam
9
lumen end artery fungsional. Oklusi embolik proksimal pada trunkus utama arteri
serebri menyebabkan infark luas pada seluruh pembuluh darah tersebut (infark
teritorial) sehingga darah tidak bisa mengalir ke otak (Baehr and Frotscher, 2012).
2% dari berat badan dan menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang
10
beredar. Pada keadaan oksigenasi cukup terjadi metabolism aerobic dari 1 mol
transport neurotransmitter (glutamate, dll) ke dalam sel, sintesis protein, lipid dan
karbohidrat, serta transfer zat-zat dalam sel, sedang dalam keadaan ischemia
glukosa. Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kurang lebih 58 ml/100 gr/mnt dan dominan pada daerah abu-abu,
dengan mean arterial blood presure (MABP) mmHg. Mekanisme ini gagal bila
terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau padastroke faseakut.
Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang jika lebih dari 160
mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
11
Tahap 4 : Apoptosis
Pada iskemik dibedakan dua daerah, yakni core (infark) penumbra. Daerah
yang infark dan penumbra mempunyai karakteristik kematian sel yang berbeda
yakni nekrosis dan apoptosis. Proses kerusakan awal pada stroke iskemik dimulai
oleh adanya deplesi energi setempat pada inti daerah infark otak, akibat
penurunan kadar oksigen dan glukosa secara drastis. Dalam keadaan iskemik,
pompa Na-K tidak akan bekerja karena pompa ini tergantung pada aktivitas
intraseluler ion Na+ dan Cl- disertai oleh masuknya H2O. Hal ini akan
Iskemia
Depolarisasi
Pelepasan glutamat Kanal Ca++
terbuka
Reseptor AMPA Reseptor Reseptor
metabotropik NMDA
Pelepasan Ca++ Influks Ca++
intrasel
Peningkatan Ca++ intrasel
Kematian Sel
Gambar 2.3 Diagram kaskade eksitatorik iskemik
(Sumber : Soertidewi, 2009)
12
Gambar 2.4 Sirkulus Willisi dan beberapa variasi anatomik yang sering
dijumpai. Anomali diberi tanda panah. A. Sirkulus Willisi yang normal B.
Reduplikasi arteria kommunikans anterior. C. Arteria serebri anterior yang
menyempit seperti tali. D. Arteria kommunikans posterior yang menyempit
seperti tali. E. Arteria serebri posterior yang secara embrionik berasal dari
arteria karotis interna. ACA, arteria serebri anterior; AcomA, arteria
kommunikans anterior; MCA, arteria serebri media; ICA, arteria karotis
interna; PcomA, arteria komunikans posterior; PCA, arteria serebri
posterior; SCA, arteria serebelaris superior; BA, arteria basilaris; AICA,
arteri serebelaris inferior anterior; PICA, arteri serebelaris inferior
posterior; VA, arteria vertebralis (Price, Wilson, 2006).
neurologik fokal. Gejala baru terjadi dalam hitungan detik maupun menit, atau terjadi
perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan progresif, atau menetap (Price dan
Wilson, 2002).
13
Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau
penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata bingung
atau koordinasi dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas. Titik
arteri ke otak dapat bersifat fokal dan temporer, atau disfungsinya mungkin
memastikan adanya hubungan yang erat antara gejala yang berkaitan dengan
pembuluh tertentu dan manifestasi klinis yang sebenarnya pada seorang pasien
sirkulus Willisi (lihat Gbr. 2.3). Sumbatan total sebuah arteri karotis mungkin
tidak menimbulkan gejala apabila arteri serebri anterior sinistra dan arteri
serebri media sinistra mendapat darah yang adekuat dari arteria kommunikans
anterior. Apabila pasokan darah ini tidak memadai, mungkin timbul gejala
inkontinensia.
C. Setiap arteria serebri memiliki sebuah daerah sentral yang mendapat darah
darinya dan suatu daerah suplai perifer, atau daerah perbatasan, yang
14
mungkin mendapat darah dari arteri lain. Terdapat anastomosis antara akarotis
eksterna dan interna, seperti di sekitar orbita, dengan darah dari pembuluh
Tabel 2.1 Gejala dan tanda stroke iskemik berdasarkan lokasi struktur otak yang terkena
dan derajat aliran darah kolateral. Pada semua subtipe infark, dari embolik ke lakunar,
terdapat gejala fluktuatif setelah onset, memperlihatkan variasi derajat aliaran darah
16
kolateral ke jaringan iskemik. TIA dijumpai pada 20% kasus infark iskemik,
walaupun TIA lebih berhubungan dengan aterosklerosis, TIA dijumpai pada subtipe
yang lain. Diperkirakan 10-30% pasien stroke iskemik akut, defisit neurologik yang
progresif pada 24-48 jam pertama yang disebut stroke in evolution (Fitzsimmons,
2007).
mungkin berkaitan dengan gejala dan tanda berikut yang disebut sindrom
teritorial dari lebih satu pembuluh. Selain itu, perdarahan menyebabkan pergeseran
jaringan dan meningkatkan tekanan intra kranial (TIK) (Price dan Wilson, 2002).
menentukan apakah yang dihadapi seorang penderita dengan stroke sumbatan atau
menggunakan CT scan. Tetapi karena alat ini hanya di jumpai di kota besar, maka
bila tidak ada CT Scan, Diagnosis harus dibuat atas dasar pemeriksaan klinis dan
menggunakan sistem skoring (Soertidewi, L., Misbach, Y., Harris, S., et al, 2009).
A. Anamnesis
yang tepat. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada
dalam beberapa detik penderita jatuh tidak sadar, atau terjadi subakut dalam
ataukah serangan pertama terjadi sewaktu penderita baru marah, baru makan,
Transient Ischemic Attack (TIA), kemudian serangan baru, yang sembuh lagi,
5. Harus ditanya apakah terjadi nyeri kepala sebelum atau selama terjadi
serangan.
(keduanya).
antihipertensi).
B. Pemeriksaan Obyektif
harus mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk mencari tanda trauma,
perdarahan), jantung (ritmik ireguler, bising), dan vaskuler perifer (palpasi arteri
dipastikan mampu untuk menjaga jalan napasnya sendiri ( Hassmann KA, 2010).
a. Palpasi dan auskultasi dari arteri atau cabang arteri karotis yang terletak dekat
c. Mengukur tekanan darah pada kedua lengan dalam posisi berbaring dan
duduk.
stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejalah seperti
19
status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik
dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon profunda. Tengkorak dan
tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningitis pun harus dicari.
Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan dengan Bells palsy di
mana pada Bells palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu mengangkat
tersumbat, diantaranya :
serebri ini memperdarahi motorik ekstremitas atas maka kelemahan tungkai atas
kontralateral (tungkai bawah lebih berat dari pada tungkai atas), defisit sensorik
gangguan memori.
4. Arteri vertebrobasiler (sirkulasi posterior)
Umumnya sulit dideteksi karena menyebabkan defisit nervus kranialis,
serebellar, batang otak yang luas. Gejalah yang timbul antara lain vertigo,
bilateral, tanda serebellar, disfagia, disatria, dan rasa tebal pada wajah. Tanda khas
pada stroke jenis ini adalah temuan klinis yang saling berseberangan (defisit
bifurkasio arteri karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan eksterna.
(manifestasinya adalah buta satu mata yang episodik biasa disebut amaurosis
sehingga gejala pada oklusi arteri serebri anterior dan media pun dapat timbul.
6. Lakunar stroke
Lakunar stroke timbul akibat adanya oklusi pada arteri perforans kecil di
daerah subkortikal profunda otak. Diameter infark biasanya 2-20 mm. Gejala yang
timbul adalah hemiparese motorik saja, sensorik saja, atau ataksia. Stroke jenis ini
biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit pembuluh darah kecil seperti
D. Pemeriksaan Penunjang
Gambar 2.5 Gambar Gambaran CT scan pada Stroke infark (Bahrudin, 2010)
setelah awitan stroke, maka terjadi derajat akurasi dalam penentuan lokalisasi
secara dini, lokalisasi vaskular, dan diagnosis etiologi. Namun pembedaan antara
kausa embolus dan trombus pada stroke iskemik masih sulit dilakukan
2. CT Perfusi
3. CT Angiografi (CTA)
yang menunjukkan lesi spesifik dari pembuluh darah penyebab stroke. Selain itu,
CTA juga dapat memperkirakan jumlah perfusi karena daerah yang mengalami
4. EKG ( elektrokardiografi)
lainnya sebagai penyebab penyakit stroke, maka EKG harus dilakukan pada
mellitus sebagai salah satu faktor risiko utama stroke (Bahrudin, 2010).
8. Faal Hemostasis
9. X-foto Thoraks
dan suara, memungkinkan kita menilai aliran di dalam arteri dan mengidentifikasi
evaluasi stroke iskemik apabila dicurigai kausa stroke adalah kardioembolus tetapi
dengan trombus jantung dan embolisasi, adalah vegetasi katup aorta dan mitralis,
defek spektum atrium, foramen ovale paten, plak aorta yang menonjol, dan
13. Pemeriksaan lain yang diperlukan pada keadaan tertentu (sesuai indikasi)
Tes faal hati, saturasi oksigen, analisis gas darah, toksikologi, kadar
Bahrudin, 2010).
Diantaranya, dikenal skor siriraj dan skor gajah mada sebagai berikut:
a) Skor Siriraj
Keterangan:
A: Aterome (0= tidak ada, 1= satu/lebih: DM, angina, penyakit pembuluh darah)
24
Interpretasi:
2.2.10 Penatalaksanaan
b. Mencegah komplikasi
yaitu:
a. Breath
Menjaga agar fungsi pernafasan dan oksigen adekuat terutama pada penderita
dengankesadaran menurun.
b. Blood
stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu
tekanan darah sistolik >220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg.
c. Brain
1. Penurunan kesadaran
aspirasi.
2. Kejang
ketidak stabilan pada pasien yang sudah kritis, karena itu harus segera
diterapi.
d) Kejang akut dapat juga diterapi dengan lorazepam (0,05 - 0,1 mg/kg)
phenobarbital 15 - 20 mg/kg.
3. Peningkatan intrakranial
antara lain:
b) Hipotermi
d) Manitol 20% 100ml atau 0,25-0,5 gram/kg BB/kali dalam waktu 15-
d. Bowel
terjadinya malnutrisi.
aspirasi.
minggu pertama.
1. Dengan cara mengubah posisi tidur miring kiri dan kanan secara
bergantian tiap selang waktu beberapa jam hal ini dilakukan untuk
diperlakukan dengan prinsip time is brain. Menurut cara pandang ini, serangan
stroke akut merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani. Beberapa
lebih dari 6 jam dapat mengakibatkan kerusakan sel otak secara permanen
( Bahrudin, 2010).
a. Pada penderita dengan tekanan darah diastolik > 140 mmHg (atau >I 10 mmHg
b. Jika tekanan darah sistolik >220 mmHg dan atau tekanan darah diastolik >120
mmHg, berikan labetalol i.v. selama 1-2 menit. Dosis labetalol dapat diulang
memuaskan dapat dicapai atau sampai dosis komulatif 300 mg yang diberikan
melalui teknik bolus mini. Setelah dosis awal, labetalol dapat diberikan setiap
6-8 jam bila diperlukan. Pilihan obat lain adalah nicardipine atau diltiazem.
c. Tekanan Darah Sistolik (TDS) <220 mmHg dan/ atau Tekanan Darah Diastolik
(TDD) <120 mmHg, tunda terapi kecuali Intra Cerebral Haemorrhagic (ICH),
Chronic Heart Failure (CHF), Infark Miokard Akut (IMA), edema paru,
tekanan darah arterial rerata, dan tindakan selanjutnya ditentukan kasus per
kasus.
e. Pada pasien dengan kandidat trombolisis Tekanan Darah Sistolik (TDS) >185
g. Manitol 20% 100 ml atau 0,25 - 0,5 gram/kg BB/kali dalam waktu 15 - 4 6
kali sehari.
olahraga, henti merokok, operasi karotis pada resiko tinggi dan terapi
Terapi khusus atau terapi medis penyait stroke iskemik akut diantaranya:
A. Neuroproteksi
lebih berat akibat adanya area ischemia. Obat yang digunakan (pirasetam, CDP
Pada stroke iskemik akut, dalam batas tertentu sebagian besar cedera jaringan
dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang disebut
B. Reperfusi
ANTITHROMBOTIC AGENTS
C. Antiplatelet
Terapi ini memegang peran penting dalam prevensi jangka panjang stroke
iskemik dan kejadian vaskuler pada penderita penderita yang telah mengalami
stroke iskemik akut atau TIA. Ada beberapa faktor yang dapat membantu dalam
Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke iskemik. Faktor faktor tersebut seperti
penyakit kormobid, efek samping obat dan biaya pengobatan akan mempengaruhi
2010).
1. Aspirin
Aspirin dengan dosis antara 50 hingga 1300 mg per hari efektip untuk
2. Dipyridamole
3. Clopidogrel
platelet.
4. Antikoagulasi
antikoagulan oral (INR 2,0 sampai 3,0) diindikasikan pada stroke yang
lebih tinggi (INR 3,0 sampai 4,0) untuk pasien stroke yang memiliki katup
5. Trombolis Intravena
Satu-satunya obat yang telah disetujui oleh the US Food and Drug
untukcedera otak, dan angka kematian nasional yang telah disesuaikan dengan
usia untuk stroke berkurang 1,1% sejak tahun 1995. Terapi dengan TPA intravena
tetap menjadi standar perawatan untuk stroke akut dalam tiga jam pertama
6. Pengendalian Edema
Edema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark serebrum iskemik,
7. Terapi Bedah
uji klinis dan dicadangkan untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini,
salah satu sisi tengkorak diangkat (suatu hemikraniektomi) sehingga jaringan otak
yang mengalami infark dan edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur
tengkorak yang kaku. Dengan demikian dapat mencegah tekanan dan distorsi pada
jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak ( Price, Wilson, 2006).
Proses pemulihan stroke iskemik akut bisa terjadi dalam berbagai tahapan.
yang dipicu oleh glutamin yang dapat menyebabkan kerusakan neuron lebih
lanjut. Kerusakan neuron bisa berkurang saat neuron ada di tempat penumbra
33
iskemik mulai pulih. Kemudian dalam beberapa hari dan minggu setelah stroke
akut, otak mulai melakukan proses melelahkan memulihkan fungsi yang hilang
sistem saraf dari jaringan lain, karena jaringan neuron tidak memiliki kemampuan
terletak di dalam sistem yang sama dengan daerah otak yang rusak dan juga
Selain itu, sebagian pasien stroke juga merekrut jalur-jalur saraf di regio
otak yang secara normal tidak terlibat dalam fungsi motorik. Sebagai contoh,
A. Pencegahan Primer
Dibuktikan bahwa terapi aktif terhadap ISH secara bermakna menurunkan resiko
stroke, terutama pada pasien berusia lanjut. Pada sebuah uji klinis, pengidap ISH
memperlihatkan penurunan 425% dalam stroke fatal dan non fatal selama periode
Terdapat dua pendekatan utama pada pencegahan stroke iskemik akut, yaitu:
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi
A. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun
transformasi hemoragik pada infark mereka. Hal ini diperkirakan terjadi pada
dan berkisar dari peteki kecil sampai perdarahan hematoma yang memerlukan
evakuasi.
C. Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-
stroke iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang
Kejang sekunder dari stroke iskemik harus dikelola dengan cara yang sama
seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat neurologis injury.
BAB 3
3.1 Kesimpulan
2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin,
hipertensi.
4. Otak menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang beredar,
otoregulasi sekitar 58 ml/100 gr/mnt dan akan gagal bisa terjadi perubahan
tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase akut.
5. Tanda utama stroke iskemik akut adalah muncul secara mendadak defisit
neurologik fokal.
6. Gejala umumnya meliputi: baal atau lemas mendadak di wajah, lengan,
menentukan patologi vaskular primer serta luas dan letak stroke, Ct scan,
(diet, olahraga, henti merokok) operasi karotis pada resiko tinggi dan
3.2 Saran
37
1. Menghindari faktor resiko dari penyakit stroke iskemik akut yang dapat
dengan dosis yang tepat, dan melakukan terapi bagi penderita secara