Anda di halaman 1dari 19

PENYAKIT MALARIA

LA ODE TASRUN

P1801216013

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku kelompok tiga dapat menyelesaikan makalah tentang
PENYAKIT MALARIA, meskipun dalam bentuk yang sederhana.

Penyusunan makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu meskipun tidak
mudah dan ada beberapa hambatan dan kesulitan yang penyusun hadapi. Tetapi semua itu
dapat kami lalui berkat bantuan dari teman-teman sekalian dan tak luput dari berkat dan
rahmat Allah SWT. Serta kerja sama yang baik dalam kelompok kami

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah yang
telah menugaskan kepada kelompok tiga untuk memaparkan materi mengenai Kebijakan dan
Manajemen Kesehatan sehingga melalui makalah ini penulis dapat memperoleh ilmu
pengetahuan baru khususnya Ilmu Kesehatan Global, tak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga kita semua diberi rahmat dan hidayah-Nya. Amin and selalu semangat

Makassar, 15 Desember 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Malaria........................................................................ 4

B. Vektor Malaria.......................................................................................... 5

C. Penyebab Penyakit Malaria......................................................................... 7

D. Tanda-Tanda Penyakit Malaria.................................................................... 9

E. Cara Penularan Penyakit Malaria................................................................ 11

F. Pencegahan Penyakit Malaria...................................................................... 12

G. Peran Colaboration Action Dalam Penanganan Penyakit Malaria............... 13

BAB VI KESIMPULAN

Kesimpulan......................................................................................... 16
Saran................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Deklarasi dunia tentang pemberantasan penyakit malaria yang dirumuskan pada


konferensi menteri kesehatan sedunia tahun 1992 disebutkan bahwa malaria merupakan
masalah yang sifatnya global.

Malaria ditemukan hampir diseluruh belahan dunia, terutama di negara-negara


yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah
sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia. Guerra CA, dkk pada tahun 2008
memperkirakan sekitar 35% dari populasi dunia tinggal di daerah yang berisiko penularan
Plasmodium Falciparum, dan sekitar 1 milyar orang-orang yang tinggal di daerah yang
berisiko rendah dan masih ada penularan malaria. Malaria masih merupakan masalah
kesehatan yang ditempatkan pada peringkat pertama di daerah tropis. Malaria bukan hanya
masalah kesehatan semata, tetapi juga telah menjadi masalah sosial ekonomi, seperti
kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.
Menurut WHO hampir setengah dari Masyarakat Dunia dan sekitar 100 negara berada
di wilayah Risiko Malaria. Pada tahun 2015 tingkat risiko rata-rata kejadian malaria adalah
91-1000 orang dengan perkiraan 214 Juta Kasusu dan 438.000 Kematian, lebih dari dua
pertiga kematian terjadi pada anak di bawah 5 tahun. Tingkat risiko kejadian tertinggi ada di
Sub-Sahar Afrika yaitu 246 per 100 Orang, diperkirakan sekitar 90% dari kasus dan kematian
secara Global. SDGs menargetkan untuk penghapusan malaria sekitar 90% pada tahun 2030.
Pada tahun 2015 kejadian Kasus dan mortalitas Malaria, setidaknya dihilangkan di 35
Negara lebih telah dilakukan dan dinyatakan bebas malaria.
Indonesia juga merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap penyakit
malaria. Daerah endemis malaria sebanyak 73,6% dari keseluruhan daerah di Indonesia
(Depkes RI, 2008). Kabupaten endemis malaria di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 396
kabupaten dari 495 kabupaten yang ada. Penduduk Indonesia yang berdomisili di daerah
berisiko tertular malaria sekitar 45%. Jumlah kasus malaria pada tahun 2006 sebanyak 2 juta
kasus dan pada tahun 2007 menurun menjadi 1.774.845 kasus (Depkes RI, 2009).

1
Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah
kasus malaria tersebut di atas, dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar
mencapai sekitar 3 triliun rupiah lebih. Kerugian tersebut sangat berpengaruh terhadap
pendapatan daerah (Depkes RI, 2009).
Di Indonesia dilaporkan kasus malaria sebanyak 1,2 juta kasus pada tahun 2008
(WHO, 2009). Sebelumnya hasil riskesda 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ini
cukup tinggi yaitu 2,85 %. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Malaria di atas
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu,
Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Papua
sebagai salah satu provisi dengan prevalensi malaria yang cukup tinggi dalam kurun waktu
2004 - 2010 menurut Dinas Kesehatan Provinsi Papua menunjukkan, malaria tidak hanya
menjangkiti kelompok usia dewasa saja, melainkan juga bayi.
Kelompok usia penderita malaria dimulai dari usia 0 sampai usia lanjut. Angka
kesakitan malaria per kelompok umur di 20 kabupaten di Papua pada 2010 sangat bervariasi.
Selama 2010 kelompok usia 0 - 11 bulan yang sakit malaria sebanyak: 47 kasus, kelompok
usia 1- 4 tahun: 184 kasus, kelompok usia 5- 9 tahun: 145 kasus, kelompok usia 10 -14 tahun:
98 kasus, dan kelompok usia 15 tahun ke atas 526 kasus. Guna mengurangi kasus malaria,
pemerintah membuat rencana pengendalian yang meliputi kegiatan sosialisasi dan
peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria dengan ACT (Artemisinin Combination
Therapy) di seluruh Indonesia, peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop, dan
penemuan pengobatan dan pencegahan penularan malaria. Selain itu, dilakukan peningkatan
perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui
kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisidal Net) gratis ke daerah
endemis malaria tinggi yang masih dibantu oleh Global Fund.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan MALARIA?
2. Apa yang dimaksud Vektor MALARIA ?
3. Apakah penyebab penyakit MALARIA?
4. Sebutkan tanda-tanda penyakit MALARIA?
5. Sebutkan cara penularan penyakit MALARIA ?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit MALARIA?
7. Bagaimana Peranan Colaboration Action Dalam Penaganan Penyakit Malaria?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Malaria.

2
2. Untuk mengetahui yang dimaksud Vektor Malaria.
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit Malaria.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda penyakit Malaria.
5. Untuk mengetahui cara penularan penyakit Malaria.
6. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit Malaria.
7. Peranan Colaboration Action Dalam Penaganan Penyakit Malaria.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family
plasmodiidae. Malaria adalah salah satu masalah kesehatan penting di dunia. Secara umum
ada 4 jenis malaria, yaitu tropika, tertiana, ovale dan quartana. Di dunia ada lebih dari 1
juta meninggal setiap tahun (Dirjen P2Pl, 2011).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler
dari genus plasmodium Penyakit ini secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang
tinggal di daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan
nyamuk untuk berkembang.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
Plasmodium yang dapat dengan mudah dikenali dari gejala meriang (panas, dingin dan
menggigil) serta demam berkepanjangan. Penyakit ini menyerang manusia dan juga
sering ditemukan pada hewan berupa burung, kera, dan primata lainnya (Achmadi,
2008).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium) yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vector borne desease). Malaria pada
manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P. vivax, dan P. ovale. Pada tubuh manusia,
parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel
darah merah (Depkes RI, 2008).

Penyakit malaria juga dapat dikatakan sebagai penyakit yang muncul kembali
(reemerging disease). Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi karena
polusi akibat ulah manusia yang menghasilkan emisi dan gas rumah kaca, seperti CO2,
CFC, CH3, NO, Perfluoro Carbon dan Carbon Tetra Fluoride yang menyebabkan atmosfer
bumi memanas dan merusak lapisan ozon, sehingga radiasi matahari yang masuk ke bumi
semakin banyak dan terjebak di lapisan bumi karena terhalang oleh rumah kaca, sehingga
temperatur bumi kian memanas dan terjadilah pemanasan global (Soemirat, 2004).

4
B. Vektor Malaria

Nyamuk termasuk dalam Phylum Arthropoda; Ordo Diptera; klas Hexapoda; famili
Culicidae; Subfamili Anopheline; Genus Anopheles (Roden Wald, 1925) (Damar T, 2008).

Diketahui lebih dari 422 spesies Anopheles di dunia dan sekitar 60 spesies berperan
sebagai vektor malaria yang alami. Di Indonesia hanya ada 80 spesies dan 22 diantaranya
ditetapkan menjadi vektor malaria. 18 spesies dikomfirmasi sebagai vektor malaria dan 4
spesies diduga berperan dalam penularan malaria di Indonesia. Nyamuk tersebut hidup di
daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai,
rawa-rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Gandahusada, 2006).

Nyamuk Anopheles dewasa adalah vektor penyebab malaria. Nyamuk betina dapat
bertahan hidup selama sebulan. Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut (CDC, 2004).

1 Telur

Nyamuk betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir sekali bertelur. Telur-
telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak dapat
bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas menjadi larva.

2 Larva

Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan,
sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki. Dalam perbedaan nyamuk
lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan dan untuk posisi badan
mereka sendiri sejajar dipermukaan air.

Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di
permukaan. Kebanyakan Larva memerlukan makan pada alga, bakteri, dan mikroorganisme
lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam di bawah permukaan ketika terganggu.
Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus dengan mulut.

Larva berkembang melalui 4 tahap atau stadium, setelah larva mengalami


metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium larva berganti kulit, larva
mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih lanjut.

Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies lebih suka
di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang
memiliki kadar garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang ditumbuhi rumput, pinggir

5
sungai dan kali, dan genangan air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup di habitat dengan
tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di alam terbuka,
genangan air yang terkena sinar matahari.

3 Kepompong

Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan
udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Kepompong
menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya nyamuk jantan lebih
dulu menetas daripada nyamuk betina. Lamanya dari telur berubah menjadi nyamuk
dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa
berkembang dari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari.

4 Nyamuk Dewasa

Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan 3
bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk berfungsi untuk
memperoleh informasi dan untuk makan. Pada kepala terdapat mata dan sepasang antena.
Antena nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host dari tempat perindukan dimana
nyamuk betina meletakkan telurnya.

Pada Anopheles dewasa, dibagi atas 3 bagian, yaitu

a Kepala

1 Pada kepala terdapat mata, antena, probocis dan palpus

2 Mata disebut juga hensen

3 Antena pada anopeles berfungsi sebagai deteksi bau pada hospes yaitu pada
manusia ataupun pada binatang

4 Probocis merupakan moncong yang terdapat pada mulut nyamuk yang pada nyamuk
betina berfungsi untuk mengisap darah akrena probocisnya tajam dan kuat, ini
berbeda dengan yang jantan, sehingga yang jantan hanya mengisap bahan-bahan cair.

5 Palpus terdpat pada kanan dan kiri probocis, yang berfungsi sebagai sensory
b Torak

1 Bentuk torak pada nyamuk anopeles seperti lokomotif.

2 Mempunyai tiga pasang kaki.

6
3 Mempunyai dua pasang sayap.

4 Antara torak dan abdomen terdapat alat keseimbangan yang di sebut halte, yang
berfungsi sebagai alat keseimbangan padaa waktu nyamuk terbang.
c Abdomen

1 Berfungsi sebagai organ pencernaan dan tempat pembentukan telur nyamuk.

2 Bagian badannya mengembang agak besar saat nyamuk betina menghisap darah.

3 Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk membantu memberikan sumber protein
pada produksi telurnya, dimana mengisi perutnya perlahan-lahan.
Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dari nyamuk lainnya, dimana hidungnya lebih
panjang dan adanya sisik hitam dan putih pada sayapnya. Nyamuk Anopheles dapat juga
dibedakan dari posisi beristirahatnya yang khas: jantan dan betina lebih suka beristirahat
dengan posisi perut berada di udara daripada sejajar dengan permukaan.

C. Penyebab Penyakit Malaria

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia terdapat 4
spesies yaitu P. falcifarum, P.vivax, P. malariae, P.ovale, P. facifarum menyebabkan infeksi
paling berat dan angka kematian tertinggi.

Parasit malaria merupakan suatu protozoa darah yang termasuk dalam Phylum
Apicomplexa, kelas Protozoa, subkelas Coccidiida, ordo Eucudides, sub ordo
haemosporidiidae, famili plasmodiidae, genus plasmodium dengan spesies yang
menginfeksi manusia adalah P.vivax, P. malariae, P. ovale. subgenus Lavarania dengan
spesies yang menginfeksi malaria adalah P. Falcifarum, serta subgenus Vinkeia yang tidak
menginfeksi manusia (menginfeksi kelelawar, binatang pengerat dan lain-lain) (Yawan,
2006).

Morfologi plasmodium pada manusia di dalam darah memiliki sitoplasma dengan


bentuk tidak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan mengandung kromatin,
pigmen serta granula. Pigmen malaria ialah suatu komplek yang terdiri dari protein yang
telah di denaturasi, yaitu hamozoin atau hamatin, suatu hasil metabolisme parasit dengan
bahan-bahan dari eritrosit. Pigmen ini tidak ada pada parasit eksoerotrositik yang terdapat
dalam sel hati. Gametosit dapat dibedakan dari tropozoit tua karena sitoplasma lebih padat,
tidak ada pembelahan kromatin dan pigmen yang tersebar dibagian tepi.

Eritrosit yang dihinggapi P. vivax membesar dan menjadi pucat, karena kekurangan

7
hemoglobin. P. vivax mempunyai afinitas yang besar terhadap retikulosit, sehingga
pembesarannyapun tampak lebih nyata dari pada sebenarnya. Trofozoit muda tampak
sebagai cincin dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel.

Bila trofozoit tumbuh maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus
dan menunjukkan gerakan ameboid yang jelas. Setelah 36 jam mengisi lebih dari setengah
sel darah merah yang membesar, intinya membelah dan menjadi skizon. Gerakannya
menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak dan mengandung pigmen
yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah 48 jam skizon mencapai ukuran maksimal 8
10 mikron dan mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah
dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 1618 sel berbentuk bulat atau lonjong,
berdiameter 1,52 mikron yang disebut merozoit.

Gametosit berbentuk lonjong, hampir mengisi seluruh eritrosit. Mikro gametosit


mempunyai inti besar yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma berwarna biru
pucat. Makro gametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna lebih biru dengan inti yang
padat berwarna merah dan letaknya biasanya di bagian pinggir parasit. Dengan pewarnaan,
butir-butir halus bulat, uniform, berwarna merah muda atau kemerah-merahan sering
tampak di dalam sel darah merah yang di infeksi oleh P. vivax.

Plasmodium malariae mempunyai ukuran yang lebih kecil, kurang aktif, jumlahnya
lebih kecil dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan dengan P.vivax hanya
sitoplasmanya lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan lebih padat.

Trofozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir- butir pigmen yang kasar dan
berwarna tengguli tua atau hitam. Parasit ini dapat berbentuk pita yang melintang pada sel
darah merah, bentuk kromatin seperti benang dan kadang-kadang vakuol. Pigmen kasar
berkumpul dipinggir parasit, dalam waktu 72 jam skizon menjadi matang dan
bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah merah yang tidak membesar. Parasit
menyerupai bungsseruni atau roset dengan pigmen tengguli yang padat, dikelilingi oleh 8
10 merozoit lonjong, masing-masing dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru.
Di dalam sel darah merah yang mengandung P. malariae butir-butir kecil merah muda
kadang-kadang tampak (titik zeiman). Gemotosit mirip gametosit P.vivax tetapi lebih kecil
dan pigmennya lebih sedikit.

8
Plasmodium falcifarum berbeda dengan plasmodium lain manusia. Hanya
ditemukan bentuk-bentuk cincin dan gemotosit dalam darah tepi, kecuali pada infeksi berat.
Skizogoni terjadi dalam kapiler alat- alat dalam, juga di dalam jantung, dan hanya beberapa
skizon terdapat di dalam darah tepi. Sel darah merah yang terinfeksi tidak membesar,
infeksi multiple di dalam sel darah merah sangat khas. Dengan adanya bentuk-bentuk
cincin halus yang khas, sering kali dengan titik kromatin rangkap, walaupun tidak ada
gametosit, kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik kromatin (nucleus)
sering dijumpai pada bentuk cincin P. falcifarum, sedang pada P. vivax dan P. malariae
hanya kadang- kadang.

Bentuk skizon lonjong atau bulat, jarang sekali ditemukan di dalam darah tepi.
Skizon ini menyerupai skizon P. vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Skizon matang
biasanya mengandung 1620 merozit kecil. Gemotosit yang muda mempunyai bentuk
lonjong sehingga memanjangkan dinding sel darah merah, setelah mencapai perkembangan
akhir parasit menjadi berbentuk pisang yang khas yang disebut juga bentuk sabit. Di dalam
sel darah merah yang dihinggapi P. falcifarum sering tampak presipitat sitoplasma yang
disebut titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai bercak-bercak merah yang bentuknya
tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan atau batang-batang di dalam sitoplasma.

P. ovale merupakan parasit manusia yang jarang terdapat dan dalam berbagai hal
mirip dengan P. vivax. Sel darah merah yang dihinggapi sedikit membesar, berbentuk
lonjong, mempunyai titik- titik Scuffner kasar pada stadium dini. Sel darah merah dengan
bentuk yang lonjong dan bergigi pada satu ujungnya, adalah khas untuk membuat diagnosis
spesies P. ovale. Pigmen tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh, sebagai butir-butir
tengguli dan mempunyai corak jelas. Pada skizon matang yang hampir seluruh eritrosit,
pigmen ini terletak ditengah- tengah P.ovale menyerupai P.malariae pada bentuk skizon
muda dan tropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ini tidak membentuk pita. Skizon
matang mempunyai pigmen padat dan biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan
darah tebal sangat sukar untuk membedakan P. ovale dengan P. malariae kecuali bila titik-
titik scufner tampak sebagai zona merah.

D. Tanda-Tanda Penyakit Malaria

Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi


menjadi 2 jenis:
Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)

9
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup
menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu: demam dan menggigil, juga dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat
bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal. Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu
a).Stadium dingin (cold stage)

berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan
perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari
pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
b)Stadium demam (hot stage)

berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka merah,
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat
haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh
yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c)Stadium berkeringat (sweating stage)

berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh
kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita
beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada
gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)

Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit
malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test
(RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus,
diam saja, tingkah laku berubah)

Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

Kejang-kejang

Panas sangat tinggi

10
Mata atau tubuh kuning

Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

Nafas cepat atau sesak nafas

Penyebab malaria yang paling utama adalah karena penularan parasit malaria yang dibawa
oleh nyamuk Anopheles. Tanda-tanda dan gejala malaria yang paling umum adalah deman
spesifik dimana tubuh terasa panas, namun penderita merasakan kedinginan yang amat
sangat.

E. Cara Penularan Penyakit Malaria

a. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection)

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya
kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi
vektor penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar spesies
menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vektor mempunyai waktu
puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang fajar. Setelah nyamuk Anopheles
betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet
jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus
di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit
dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia,
parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga
manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.

b. Penularan Yang Tidak Alamiah

1. Malaria bawaan (congenital)


Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria.
Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.

2. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum

11
suntik yang tidak steril.

3. Secara oral (melalui mulut)


Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P. gallinasium),
burung dara (P. relectum) dan monyet (P. knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi
bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan
gejala maupun tanpa gejala klinis (Susanna, 2005).

F. Pencegahan Penyakit Malaria


Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut:
a Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi (reservoar). Hal
tersebut dapat dicegah dengan jalan mengobati penderita malaria akut dengan obat yang
efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit aseksual sehingga gametosit tidak sempat
terbentuk didalam darah penderita. Selain itu, jika gametosit telah terbentuk dapat
dipakai jenis obat yang secara spesifik dapat membunuh gametosit (obat gametosida).
b Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat
perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk dewasa.
Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan menyingkirkan tumbuhan air
yang menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran air dan menimbun lubang-
lubang yang mengandung air.
Jentik nyamuk diberantas dengan menggunakan solar atau oli yang dituangkan ke
air, memakai insektisida, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk (ikan kepala timah
atau Gambusia Affinis), memelihara Crustacea kecil pemangsa jentik (Genus
Mesocyclops) atau memanfaatkan bakteri Bacillus thuringiensis yang menginfeksi dan
membunuh jentik nyamuk. Untuk negara-negara berkembang, telah ditemukan teknologi
sederhana untuk mengembangbiakkan bakteri di atas dengan memakai air kelapa
sebagai media kulturnya.
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan menggunakan insektisida, biasanya
dengan cara disemprotkan. Peran DDT sekarang diganti oleh insektisida sintetis dari
golongan kimia lain, yang masih efektif. Akhir-akhir ini telah dikembangkan teknik
genetika untuk mensterilkan nyamuk Anopheles dewasa (Putu Sutisna, 2003).
c Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria

12
Secara prinsip upaya ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut:
1 Mencegah gigitan nyamuk
2 Memberikan obat-obat untuk mencegah penularan malaria
3 Memberi vaksinasi (belum diterapkan secara luas dan masih dalam tahap riset atau
percobaan di lapangan).

G. Peranan Colaboration Action Dalam Penaganan Penyakit Malaria


a. Departemen Kesehatan
Peran Departemen Kesehatan yaitu membuat kebijakkan mengenai pengendalian
malaria, yaitu :
1. Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3. Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net ).
4. Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program.
5. Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
b. Dinas kesehatan Kabupaten atau Provinsi
Peranannya :
1. Membuat kebijakan dalam pengendalian vektor penyakit malaria dan melakukan
kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.Kebijakan tersebut
antara lain :
a) Pelatihan petugas
b) Penemuan aktif penderita
c) Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
d) Pengendalian vector, antara lain :
1) Penemuan penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood
Survey ( MBS ) maupun pasif ( rutin puskesmas )
2) Pembagian kelambu berinsektisida kepada masyarakat miskin, ibu hamil, bayi
dan balita.
3) Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama pada
tenaga kesehatan
4) Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )
2. Sebagai advokasi dalam masalah pemberantasan masalah malaria di tingkat
kabupaten/Propinsi.
3. Berperan dalam mengkoordinasikan masalah penyakit malaria di tingkat pemda dan
di unit-unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Propinsi.
4. Berperan dalam pemantauan dan pengawasan kasus malaria di tingkat
kabupaten/Propinsi.
5. Berperan dalam membuat perencaan kebutuhan logistic dalam pemberantasan
penyakit malaria.
6. Berperan dalam mengadakan tindaklanjut/action dalam mengatasi penyakit malaria.
c. Puskesmas

13
1. Berperan dalam pengumpulan, pengolahan, analisa, dan interpretasi data penyakit
malaria diwilayah kerja puskemas.
2. Pelaksana program kegiatan malaria di wilayah kerja Puskesmas.
3. Sebagai dasar dalam kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
4. Berperan dalam mensosialisasikan tentang malaria kepada masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas
5. Berperan dalam pemberantasan penyakit malaria.
6. Melaksanakan kegiatan pengobatan dan penangangan penderita penyakit malaria.
7. Berperan sebagai pembuat kebijakan di bidang malaria untuk daerah kabupaten yang
bersangkutan.
d. Kecamatan/Aparat Desa
1. Membantu/mendukung kegiatan program malaria yang di selenggarakan oleh
Puskesmas yang terdapat di kecamatan tersebut.
2. Menggerakan masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan program malaria.
e. Rumah sakit
1. Berperan dalam memberikan pelayanan pengobatan pada penderita penyakit malaria
terutama yang memerlukan perawatan inap.
2. Mendukung kegiatan program malaria yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
Kebupaten/pemda.
f. Kader Kesehatan
1. Membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan program malaria di msyarakat .
2. Membantu aparat desa/petugas kesehatan dalam menggerakan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam program malaria yang diselenggarakan/dilaksanakan di tempat
tinggal mereka.
3. Sebagai leader bagi masyarakat disekitar mereka.

g. Masyarakat
Melalui peningkatan peran serta masyarakat di Lingkungan, Kelurahan, Kecamatan.
Kegia-tannya berdasar azas musya-warah melalui rapat atau perte-muan RT/RW
beberapa keluarga secara periodik membahas program kerja atau mengeva-luasi
pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan berkaitan dengan revitalisasi, perbaikan
dan pembangunan sarana pra-sarana kesehatan lingkungan menyangkut penanggulangan
penyakit malaria.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk plasmodium
antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium
ovale yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaia
(anopheles)/, penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun
perempuan, pada semua golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa). Penularaan
penyakit ini biasa secara alami, yaitu melalui gigitan nyamuk anopheles dan secara tidak
alami yaitu secara bawaan dan secara mekanik. Dan diagnosanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan darah di laboratoium yang menggunakan mikroskof. Gejala yang ditimbulkan
bila seseorang terkena malaria adalah demam, menggigil, kepala sakit, bias disertai muntah-
muntah.

B. SARAN
Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk maka mengurangi penyebaran dan
berkembang biaknya nyamuk, maka dihimbau kepada masyarakat agar hidup bersih dan sehat
:
Seperti, menjaga kebersihan lingkungan, rumah, bila terkena malaria cepat berobat ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat.

15
Daftar Pustaka

Arsin, A. A. (2012). malaria di indonesiab Tinjauan Aspek Epidemiologi.[online]


https://scholar.google.co.id/scholar?q=ANDI+ARSUNAN+ARSIN+++++++++
+MALARIA+DI+INDONESIA+Tinjauan+Aspek+
+Epidemiologi&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diakses pada tanggal 16 Desember 2016

http://eprints.undip.ac.id/17758/
diakses pada tanggal 13 Desember 2016
http://malariana.blogspot.co.id/2008/11/malaria-diagnosis.html
diakses pada tanggal 15 Desember 2016
http://penyakitmalaria.org/
diakses pada tanggal 15 Desember 2016
http://www.sanggarkesehatan.com/2015/06/makalah-tentang-penyakit-malaria.html
diakses pada tanggal 13Desember 2016
http://yantigobel.wordpress.com/2011/01/07/epidemiologi-penyakit-malaria-di-indonesia/
diakses pada tanggal 14 Desember 2016
https://yuesuf.wordpress.com/2013/04/16/makalah-penyakit-malaria/
diakses pada tanggal 13 Desember 2016
World Health Organization. (2009). World health statistics 2009. World Health Organization.

World Health Organization. (2015). World health statistics 2015. World Health Organization.
World Health Organization. (2016). World health statistics 2016. World Health Organization.

16

Anda mungkin juga menyukai