Anda di halaman 1dari 65

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KEKAMBUHAN PADA PASIEN ASMA


DI RSUD KOTA SURAKARTA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:
Totok Riyadi
NIM. ST 14066

PROGRAM STUDI TRANSFER S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Pujisyukurdansujudsyukursenantiasa kami panjatkankehadirat Allah SWT,

atassegalakeagungandankemahabesaranNya.Hanyadenganpetunjuk,

rahmatdankaruniaNyahingga skripsi yang berjudulHubungan Peran Keluarga

dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Asma di RSUD Kota Surakarta

inidapatterselesaikan.

Proses penyusunan skripsi initidaksedikithalangandanrintangan yang

penulishadapi. Penulissangatmenyadaribahwa skripsi

inimasihjauhdarikesempurnaan, olehkarenaitupenulissangatmengharapkan saran

dankritik yang bersifatmembangundariberbagaipihak demi perbaikan skripsi

ini.Atasbantuan, arahandanmotivasi yang senantiasadiberikanselamapenyusunan

skripsi ini, dengansegalakerendahanhatipenulismenghaturkanucapanterimakasih

kepada :

1. Ns. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., M.Kep, selaku, selaku

KetuaSTIKesKusumaHusada Surakarta.

2. Ns. Atiek Murhayati, S.Kep., M.Kep Selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Meri Oktariani, S.Kep, M.Kep, selakupembimbing I yang

telahbanyakmeluangkanwaktudanbegitubijaksanadalammemberikanarahan,

bimbingansertamotivasidalampenyusunan skripsi ini.

iv
4. Ns. Galih Priambodo, S.Kep, M.Kep, selakupembimbing II yang

telahbanyakmeluangkanwaktudanbegitubijaksanadalammemberikanarahan,

bimbingansertamotivasidalampenyusunan skripsi ini.

5. Seluruhdosen, stafpengajardankaryawanSTIKesKusumaHusadayang

telahbanyakmemberikanwawasandansegalabentukbantuankepadapenulis.

6. Segenap pasien yang melakukan pemeriksaan di RSUD Kota Surakarta yang

telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Bapak dan ibu yang tak henti-hentinya mendoakan penulis dan selalu

memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.

8. Calon istriku yang telah memberikan motivasi dan doa serta kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari

sempurna. Karena itu dengan hati yang lapang serta terbuka penulis menerima

segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan kualitas dan

kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan dating.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Allah SWT, memberikan taufik

serta hidayahNya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin

Surakarta, Maret 2016

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

ABSTRAK ................................................................................................. xi

ABSTRACT................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ................................................................. 1

1.2. Rumusan masalah ............................................................ 4

1.3. Tujuan penelitian ............................................................. 4

1.4. Manfaat penelitian .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan teori .................................................................. 7

2.1.1 Konsep Asma......................................................... 7

2.1.2 Konsep Peran ......................................................... 12

2.1.3. Konsep Keluarga ................................................... 14


vi
2.1.4. Konsep Kekambuhan ............................................. 17

2.2. Keaslian penelitian .......................................................... 19

2.3. Kerangka teori ................................................................. 22

2.4. Kerangka konsep ............................................................. 23

2.5. Hipotesis ......................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian .......................................... 24

3.2 Populasi dan sampel ........................................................... 24

3.3 Tempat dan waktu penelitian ............................................ 26

3.4 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran .......... 27

3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data ....................... 28

3.6 Teknik pengolahan data dan analisa data ........................... 34

3.7 Etika penelitian .................................................................. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik responden ..................................................... 39

4.2. Analisis univariat ............................................................... 40

4.3. Analisis bivariat ................................................................. 41

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik responden ....................................................... 43

5.2. Peran Keluarga .................................................................. 45

5.3. Kekambuhan Asma ............................................................ 46

5.4. Hubungan antara Peran Keluarga dengan Kekambuhan Asma 47

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan........................................................................ 49

6.2. Saran ................................................................................ 49

vii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Judul tabel Halaman

Tabel 2.1 Keaslian penelitian 20

Tabel 3.1 Definisi operasional 27

Tabel 3.2 Keterangan Kuesioner Peran Keluarga 29

Tabel 3.3 Panduan Interprestasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan


Kekuatan Korelasi, nilai p dan Arah Korelasi 37

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur 39

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 39

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 40

Tabel 4.4 Analisis univariat variabel peran keluarga 40

Tabel 4.5 Analisis univariat variabel kekambuhan asma 41

Tabel 4.6 Hubungan peran keluarga dengan kekambuhan asma 41

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Judulgambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka teori 22

Gambar 2.2 Kerangka konsep 22

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor lampiran Keterangan

1 F01 Usulan topik penelitian

2 F02 Pengajuan judul skripsi

3 F04 Pengajuan ijin studi pendahuluan

4 F07 Pengajuan ijin penelitian

5 Jadwal penelitian

6 Surat studi pendahuluan

7 Surat ijin penelitian

8 Surat keterangan balasan penelitian

9 Lembar permohonan menjadi responden

10 Lembar persetujuan menjadi responden

11 Kuesioner

12 Tabulasi hasil penelitian

13 Hasil penelitian SPSS

14 Lembar konsultasi

x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016

Totok Riyanto

Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan


Pada Pasien Asma di RSUD Kota Surakarta

Abstrak

Peningkatanprevalensipenderitaasmadisebabkanpolusiudara,
gayahidupmasyarakatdankurangnyapengetahuankeluarga. Keluarga yang
baikakanberpengaruhpositif dankeluarga yang
kurangbaikakanberpengaruhnegatif, misalnyakeluarga yang melakukanperannya,
maka akan muncul rasa percaya diri pada penderita. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian anggota keluarga dari pasien asma di ruang penyakit
dalam RSUD Kota Surakarta.Sampel sebanyak 44 orang dengan teknik purposive
sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar
observasi.Analisis data menggunakan spearman rank.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas respondenberusia 30-40 tahun
sebanyak 22 orang (50,0%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang
(77,3%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang (65,9%). Mayoritas
responden cukup berperan dalam membantu pasien yaitu 21 orang (47,7%)
dengan kekambuhan asmanya kadang-kadang yaitu 28 orang (63,6%). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan peran keluarga dengan kekambuhan
asma (r = -0,451 dan palue 0,002) sehingga secara statistik signifikan. Nilai
koefisien korelasi berada diantara (0,400 0,599) sehingga hubungan peran
keluarga dengan tingkat kekambuhan asma adalah sedang.
Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan hubungan peran keluarga dengan
tingkat kekambuhan asma dimana semakin baik prean keluarga maka semakin
menurunkan tingkat kekambuhan asma.

Kata Kunci : peran keluarga, kekambuhan, asma


Daftar Pusatka : 38 (2002-2015)

xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2016

Totok Riyadi

Correlation between Role of Family and The Recurrence Rateof Asthma


at RSUD Surakarta

ABSTRACT
The increasing prevalenceof asthmacaused byair pollution, people's
lifestylesand lackof family knowledgeabout the conditionof the disease
andthetreatment ofasthma patients. A good familywillinfluence positively,
andpoorfamilieswill have negative effect, such as familywhichdid its partonthe
patient's disease will display asense ofconfidence.The research objectivewas
todetermine the relationship ofthe family's role witha recurrence rateof patients
with asthma.
Type of this researchisquantitative with cross sectional approach.
Population at the study arefamily membersofpatients withasthmain thespaceof
disease in RSUD Surakarta. A sample
of44peoplewithpurposivesamplingtechnique. Collected data used questionnaires
andobservation sheets. Data analysis used Spearmanrank.
The results showed thatthe majority ofrespondents agedbetween30yearsto
40 yearsas many as22 people(50.0%) withthe malesexas many as
34people(77.3%) with a high school educationwere 29people(65.9 %). The
majority of respondentswere instrumental inhelping patientsas many as21
people(47.7%) with arecurrence ofasthmasometimesas many as28 people(63.6%).
Spearmanrankcorrelation resultsindicatethatthere is a relationshipbetween the
role ofthe familywithrecurrence rate of asthma(r =-0.451 and p value 0,002) and
statistically significant. Correlation value between range (0,400 0,599) so that
therole offamilyrelationshipwitha recurrence rateof asthmaismoderat
Patientsshouldcommunicate orsubmit a complaintbya family memberwhen
experiencingsymptomsof liverdisordersasthma, so it can beearlyto getfirst aidto
the patient.

Keywords : role of family, recurrenct rate, asthma


References : 38 (2002-2015)

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Asmaadalahgangguaninflamasikroniksaluranpernafasan yang

melibatkanbanyakseldanelemennyadengangejalaklasikasmaada 3 yaitumengi,

batuk, dansensasinafastak normal ataudispeni,

pengolonganasmaterbaikseharusnyadilakukanpadasaatdinidenganberbagitinda

kanpencegahan agar penderitatidakmengalamiserangan.

Padadasarnyapenyakitasmatidakkambuhbila tidak terpapar dengan pencetus

asma, penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat

mengendalikan asmanya dengan melakukan aktifitas pencegahan asma

antaralain:menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari

faktor pencetus asma dan mengunakan obat obat anti asma, penyakitasma

paling banyakditemukan di negaramajuterutama yang

tingkatpolusiudaranyatinggibaikdariasapkendaraanmaupundebupadangpasir(

Depkes RI,2009).

Berdasarkan data WHOWorld Health Organizationtahun 2009

sebanyak 300 juta orang menderitaasmadan 225

ribupenderitameningalkarenaasmadiseluruhdunia, angkakejadianasma

80%terjadidinegaraberkembangakibatkemiskinan, kurangtingkatpendidikan,

pengetahuan, danfasilitaspengobatan. Angkakematian yang

disebabkanolehpenyakitasmadiseluruhduniadiperkirakanakanmeningkat

1
2

20%untuk 10 tahunmendatang, jikatidakterkontroldenganbaik (WHO,

2009).Indonesia sendirisaatinipenyakitasmamasukdalam 10

besarpenyebabkesakitandankematiandenganjumlahpenderitapadatahun 2010

sebanyak 15 juta.SKRT (SurveiKesehatanRumahTangga) tahun 2011

sebanyak 350 ribu orang meninggalkarenaasma (Depkes RI,

2010).MenurutRiskesdas(2013),Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke 7

denganpersentase 4,3%darijumlahpenduduk,

angkainimenunjukanbahwapenyakitasma di wilayahprovinsi Jawa

Tengahsangattinggi dan rata-

ratapenyakitasmapertamakalimengalamisesaknafaspadasaatusialebihdari 40

tahun (Riskesdas, 2013).Dari data rekammedik RSUD Kota Surakarta

selamaperiode April-Juni 2015 didapatkansebanyak150 dengan rata rata

50perbulanpasiendenganasmaberobatkeruangpenyakitdalam RSUD Kota

Surakarta.

Peningkatanprevalensipenderitaasmadisebabkanpolusiudara,

gayahidupmasyarakatdankurangnyapengetahuankeluargamengenaikondisipen

yakitdanpengobatanpasienasmatersebut (Iris, 2008). Menurut(Efendi,

2009),keluargaadalahunit kecildarimasyarakat yang

terdiriataskepalakeluargadanbeberapa yang

terkumpuldantinggaldisuatutempatdibawahatapdalamsalingketergantungan.Pe

rankeluargamerupakansuatu proses

hubunganantaraanggotakeluargadenganadanyahubungantimbalbalik,

umpanbalikdanketerlibatanemosional.
3

Perankeluargadapatmemberikankekuatansatusama lain

dankemampuananggotakeluargamenciptakansuasanasalingmemiliki,

untukmemenuhikebutuhanpadaperkembangankeluarga,

inimerupakanstrategipreventif yang paling baik,

untukmeningkatkandukungansosialkeluarga yang

adekuatdalammembantuanggotakeluarga yang

mengalamimasalahdalamkesehatandanmembutuhkanperhatian. Keluarga

yang baikakanberpengaruhpositif, dankeluarga yang

kurangbaikakanberpengaruhnegatif, misalnyakeluarga yang

melakukanperannyapadapenderitapenyakitmakaakanmuncul rasa

lebihpercayadiri (Efendi,

2009).Sesuaidenganfungsipemeliharaankesehatankeluargamempunyaiperanda

ntugasdibidangkesehatan yang perludipahamidandilakukan,

mengenalmasalahkesehatanmerupakankebutuhankeluarga yang

tidakbolehdiabaikankarenatanpakesehatansegalasesuatutidakberarti,

halsekecilapapunkeluargaperlumengenalperubahan yang dialamipadakeluarga

agar tidaksakitataumengalamikekambuhan (Suprajitno, 2006).

Faktorpemicuasmaantaralaindebu, polusirokok yang

adadilingkungansehari-hari, danasmamerupakanpenyakitkronis,

sehinggamembutuhkanpengobatan yang

perludilakukansecarateraturuntukmencegahkekambuhan (Ikawati, 2006).

Kekambuhanadalahperistiwatimbulnyakembaligejala-gejala yang

sebelumnyasudahdiperoleh kemajuan atau sembuh (Yosep,


4

2006).Asmamerupakanganguankronikpadaparu-paru yang

ditandaidengansesaknafas.Penderitaasmamemilikisalurannafas yang sangat

sensitif,Salurannafasbereaksidengancaramenyempitataumengerutjikateriritasi

sehingamenyulitkankeluarmasuknyaudara. Gejalaasmabisaberupabersin-

bersin,batuk, nafaspendek, serta dada sesak.

Pemicukekambuhanberupaudaradingin, debu, asaprokok,

gejolakemosiataukeletihan(Pramudianto 2009).

Berdasarkan hasilstudipendahuluan yang

dilakukanmenggunakanmetodewawancarapada 6

pasienasmadidapatkansebanyak 5 pasien (83.33%)

mengatakanperankelurgasangatpentinguntukmengurangitingkatkekambuhan,

sedangkansebanyak 1 pasien (16,67%)

mengatakanperankeluargatidakpentingkarenakekambuhanasmadapatdiatasiny

asendiritanpaadanyaperandarikeluarga.

BerdasarkanuraiandiataspenelititertarikmelakukanpenelitiandenganjudulHub

unganPeranKeluargadenganTingkatKekambuhanPasienAsma di PoliInterna

RSUD Kota Surakarta

1.2. RumusanMasalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini

Adakahhubunganantaraperankeluargadengantingkatkekambuhanpasienasma

di RSUD Kota Surakarta ?


5

1.3. TujuanPenelitian

1.3.1 TujuanUmum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma di RSUD

Kota Surakarta.

1.3.2. TujuanKhusus

1.3.2.1. Untukmendeskripsikanhubunganperankeluargadengantingkat

kekambuhanpasienasma

1.3.2.2. Untukmendeskripsikantingkatkekambuhanpadapasienpenyaki

tasma

1.3.2.3. Menganalisis hubunganantaraperankeluarga dengan

tingkatkekambuhanpadapasienpenyakitasma di RSUD Kota

Surakarta

1.4. ManfaatPenelitian

1.4.1. Bagipasien asmadan masyarakat

Hasilpenelitianinidapat di

gunakansebagaimotivasi,danmenumbuhkansikappositifuntukmencega

hkekambuhanAsma.Bagimasyarakat agar

memberikandukungankepadapenderitaasma agar

tidakberlanjutpadakekambuhanpenyakitasma.

1.4.2. BagiRSUD Kota Surakarta


6

Bagipihakrumahsakit, di harapkanpenelitianinisebagaibahanmasukan

agar memberikanasuhankeperawatantentang pentingnya peran

keluargadengantingkatkekambuhanpasienpenyakitasma.

1.4.3. BagiInstitusiPendidikan

Diharapkandapat di masukkankedalammatakuliahkeperawatan,

danmengembangkankeilmuanterkait denganhubungan peran

keluargadengantingkatkekambuhanpenyakitasma.

1.4.3. BagiPeneliti Lain

Hasilpenelitianinidapatdijadikansebagai data

daninformasidalammelakukanpenelitianlebihlanjutterkaitdenganpenya

kitasma.

1.4.4. BagiPeneliti

Menambahpengetahuandanwawasantentanghubunganperan keluarga

dengantingkatkekambuhan pada pasien penyakit asma.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TinjauanTeori

2.1.1 Konsep Asma

2.1.1.1 Pengertian Asma

Asma adalah proses reversibleobstruksipernafasan yang

dikarakteristikan dengan periode buruk dan remisi di mana

bronchial mengalami spasme yang mengobstruksi jalan (Astuti,

2010).Asma adalah suatu penyakit pernafasan yang ditandai

dengan inflamasi saluran pernafasan (bronkus) yang

menyebabkan aliran udara ke dan dari paru menjadi kurang

lancar, sehinggamenimbulkan gejala-gejala khas yaitu mengi,

batuk, konstriksi dada, dan sesak nafas (Pramudianto, 2010).

2.1.1.2 Penyebab

Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang

hiperresponsif terhadap iritan.Alergi terhadap iritan dapat

mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan

iritan berdasarkan sumbernya:

1. Faktor ekstrinsik: latihan berlebihan atau alergi terhadap

binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi

virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat

7
8

yang ditambahkan kedalam makanan) dan perubahan cepat

suhu ruangan.

2. Faktor intrinsik: sakit, stress, atau fatigue yang juga

mentriger, dan temperatur yang ekstrim (Astuti, 2010).

2.1.1.3 Klasifikasi Asma

Klasifikasi asma mencakup empat kategori antara lain ;

1. Mild Intermitent (ringan intermiten), dimana kondisi klien

asma ringan yang sebentar.

2. Mild Persisten, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang

terus menerus atau menetap.

3. Moderate Persistent, dimana kondisi klien dengan asma

sedang yang terus menerus atau menetap.

4. Severe persistent, dimana kondisi klien dengan asma berat

yang terus menerus atau menetap (Astuti, 2010)

2.1.1.4 Manifestasi Klinis

1. Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk.

2. Peningkatan frekuensi nafas.

3. Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat.

4. Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada.

5. Batuk nonproduktif yang disebabkan edema bronchial.

6. Gejala umum asma: batuk. (Astuti, 2010).


9

2.1.1.5 Komplikasi

1. Pneumothoraks

2. Kesulitan emosional

3. Kematian

2.1.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinis,

riwayat, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.

1. Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5

atau 6 tahun, dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan

pengkajian fungsi jalan nafas rutin. Dalam Spirometri akan

mendeteksi :

a. Penurunan forced expiratory volume (FEV)

b. Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR)

c. Kehilangan forced vital capacity (FVC)

d. Kehilangan inspiratory capacity (IC)

2. Laboratorium darah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan

sel darah putih selama fase asma akut, perubahan sel darah

putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan presentasi

ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi.

3. X-ray dada Frontal dan lateral menunjukkan infltrat dan

hiperekspansi jalan nafas dengan peningkatan usuran diameter

anteroposterior pada pemeriksaan fisik.


10

4. Uji kulit untuk mengidentifikasi allergen spesifik (Astuti,

2010).

2.1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Penegakan diagnosis asma memerlukan anamnesis riwayat

pasien dan pemeriksaan fisik yang cermat serta penggunaan

sarana pemeriksaan diagnostik tambahan. Gejala khas yang

menunjukkan penyakit asma berupa : mengi, dada terhimpit,

sesak nafas dan batuk. Semua gejala ini dapat berulang,

bertambah parah pada malam hari atau dini hari, atau dapat dipicu

oleh olahraga, zat iritan, allergen, atau infeksi virus.Namun,

gejala asma sangat bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya,

dan hal penting yang harus diperhatikan adalah tidak adanya

gejala tidak berarti diagnosis asma dapat disingkirkan (Chang,

2009).

2.1.1.8 Penatalaksanaan asma

1. Pengobatan teratur

Asmamerupakanpenyakit yang

sangatmenganggudanpadatahaptertentubisamenyebabkanbahay

a.Asmamemangharusdiobatiuntukmeringankansesaknafasdang

anguanpernafasansaatasmakambuh,

pengobatansecarateratursangatdianjurkanuntukmenghindaripen

deritalebih parah dan menyebabkan kematian.


11

2. Kebersihan lingkungan

Tinggal dalam sebuah lingkungan akan menjadi potensi

besar penyebab asma, hal ini disebabkan karena suatu

lingkungan banyak terdapat zat-zat yang berbahaya,

menciptakan suatu lingkungan tempat tinggal yang bersih akan

mengurangi tingkat kekambuhan suatu penyakit.

3. Peran masyarakat

Salah satupenyebabasmakambuhadalahtingkatemosional,

dalamsutukehidupanbermasyarakatterdapatpolafikirdansifat

yang berbeda-beda, untukmenghindarinya maka perlu

menciptakansuasanatenangdalamkehidupanbermasyarakat.

4. Peran keluarga

Keluarga berperan dalam pemeliharaan kesehatan yaitu

untuk menjalankan tugas dalam bidang kesehatan untuk

meningkatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat dalam

membantu anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan dan membutuhkan perhatian, keluarga yang baik

akan berpengaruh yang baik begitu juga sebaliknya

peningkatan prevalensi asma banyak terjadi karena faktor

lingkungan dan keluarga (Iris, 2008).

2.1.2 Konsep Peran


12

2.1.2.1 PeranSecaraUmum

Peran berarti laku, bertindak.Di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat (Harahap, dkk, 2007). Makna peran yang

dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam

masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara: historis

dan ilmu sosial, historis adalah konsep peran semula dipinjam

dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau

teater yang hidup subur dalam zaman kuno Yunani atau

Romawi. Dalam hal ini peran adalah karakter yang disandang

atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas atau

lelakon tertentu.Peran ilmu sosial adalah suatu fungsi yang

dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,

seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang

didudukinya tersebut (Harahap, dkk, 2007).

2.1.2.2 Perandalamkeluarga

Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah

diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku

didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai

tepat setelah lahir.Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai

yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

masyarakat (Kurniawan, 2008).


13

1. Peran ayah, ayah merupakan suami dari istri dan anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan

pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya.

2. Peran ibu sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu

mempunyai peran sebagai mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan

sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai angota masyarakat dari lingkungannya, dari itu

seorang ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.

3. Peran anak adalah anak-anak melaksanakan peranannya

psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik

fisik, mental, sosial, dan spiritual (Wijayakusuma, 2008).

2.1.2.3 Perankeluargaterhadappasienasma

1. Keluarga mampu mengenal masalah asma

2. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepat

3. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada

angota keluarga yang sakit asma

4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang

kekambuhan penyakit asma


14

5. Keluarga mampu mengunakan tempat pelayanan kesehatan

yang tepat untuk penatalaksanaan asma.

2.1.3 Konsep Keluarga

2.1.3.1 Pengertian Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal

disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadan saling

ketergantungan (Effendi, 2009).

2.1.3.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya

adalah

1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan

itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan

itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.


15

5. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai

dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara

yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri.

2.1.3.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga

1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan

antara anggota keluarga.

2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan teatpi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan

fungsi dan tugasnya masing-masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

2.1.3.4 Tipe Keluarga

Menurut Effendi (2009) secara tradisional keluarga

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluarga Inti (Nuclear Famili)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak

yang diperoleh keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga Besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti ditumbuh anggota keluarga lain yang

masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-

bibi)
16

3. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang

terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali

dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

5. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang

perkawinan berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi

satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2.1.2.5 Tugas Keluarga dibidang Kesehatan

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok

sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Sosialisasi antaranggota keluarga

4. Pengaturan jumlah anggota keluarga

5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat

yang lebih luas

7. Membangitan dorongan dan semangat para anggota keluarga

(Effendy, 2008).

2.1.4 Konsep Kekambuhan

2.1.4.1 Pengertian
17

Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah

tampaknya mereda (Dorland, 2002).Kekambuhan merupakan

keadaan klien hipertensi dimana muncul gejala yang sama

seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien hipertensi harus di

rawat kembali (Andri, 2008).

2.1.4.2 Penyebab Terjadinya Kekambuhan Asma

Asma, merupakan suatu bentuk peradangan kronis yang

terjadi pada saluran pernapasan.Biasanya asma memiliki gejala-

gejala yang bervariasi pada tiap orang, yang dipicu oleh banyak

faktor.Asma biasanya membuat penderitanya menjadi sesak

napas dan sulit untuk bernapas karena terjadinya peradangan

pada saluran pernapasan tersebut.

Menurut Ana (2015) faktor penyebab asma paling utama,

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Faktor Genetik

Salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab

dari kambuhnya asma, atau terjangkitnya seseorang dengan

penyakit asma adalah faktor genetik atau faktor

bawaan.Faktor genetik atau bawaan ini diturunkan oleh

generasi sebelumnya, seperti orang tua, nenek kakek,

ataupun buyut.Seseorang yang mendapatkan bakat asma

karena keturunan atau faktor genetik ini biasanya

mengalami gejalagejala asma yang mirip dengan orang tua


18

atau kakek neneknya dahulu.Asma yang diperoleh karena

faktor genetic atau bawaan ini lebih sulit untuk dihilangkan,

hanya dapat dikurangi saja gejalagejalanya secara

bertahap.Faktor genetik ini, selain berasal dari faktor

keturunan, memeiliki beberapa faktor lain, yaitu jenis

kelamin dan ras.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lain yang mempengaruhi kambuhnya penyakit

asma ini adalah faktor yang berasal dari lingungan sekitar.

Lingkungan sekitar memiliki banyak jenis polutan dan hal

lain yang sanggup membuat saluran pernafasan. Debu yang

berada di dalam rumah memiliki peran yang penting dalam

meningkatkan resiko asma, debu yang terhirup dapat

menjadi sesak nafas.

3. Faktor kondisi medis

Faktor kondisi medis dapat berupa efek dari

penggunaan obat-obatan tertentu, ataupun kondisi pasien

yang mengalamisuatu penyakit ydang dapat mempengaruhi

kondisi saluran pernafasan.

4. Stres

Stres sudah terbukti dapat berpengaruh secara negatif

dengan kondisi kesehatan seseorang. Orang-orang dengan


19

stres yang tinggi bahkan merasa depresi akan mengalami

beberapa gangguan kesehatan yang antara lain adalah asma.

5. Olahraga yang berlebihan

Olahraga memang sangat baik bagi kesehatan tubuh,

namun olahraga yang berlebihan sangat tidak disarankan,

terutama bagi orang yang memiliki bakat sebagai penderita

asma. Olahraga berlebihan akan sangat mengganggu

kemampuan pernafasan, sehingga gejala asma dan sesak

nafas akan timbul dn sangat mengganggu aktivitas sehari-

hari.

2.2. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dimaksudkan bahwa masalah yang hendak diteliti

belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, jika permasalahannya

mirip, maka harus ditegaskan perbedaan penelitiannya dengn peneliti

terdahulu.

Tabel 2.1
Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil penelitian


Peneliti
20

1 Novita Hubungan Pengumpulan Hasil penelitian diperoleh


Fajar Antara Tingkat data nilai korelasi antara
Lestari Stres dengan menggunakan tingkat stres dengan
dan Frekuensi kuesioner kekambuhan asma sebesar
Nurul Kekambuhan dengan skala 0,730 dengan sebesar
Hartini, S. pada Wanita jenisl ikert. 0,000. Hal ini terdapat
(2014) Penderita Asma Analisis data hubungan yang signifikan
Usia Dewasa dilakukan antara tingkat stres
Awal yang dengan teknik dengan frekuensi
Telah Menikah korelasi kekambuhan pada wanita
Spearman rank. penderita asma usia
dewasa awal yang telah
menikah.
2 Arin Hubungan Penelitian Hasil penelitian dari 47
Satria Pengetahuan kuantitatif orang dengan teknik
Ningrum tentang Asma dengan sampling total sampling
(2012) dengan Upaya pendekatan didapatkan hasil : (1)
Pencegahan cross sectional pengetahuan responden
Kekambuhan sebagian besar cukup, (2)
pada Penderita upaya pencegahan
Asma di kekambuhan asma
Wilayah Kerja responden sebagian besar
Puskesmas cukup, dan (3) ada
Gorang Gareng hubungan yang signifikan
Taji Kabupaten antara pengetahuan
Magetan dengan upaya pencegahan
kekambuhan pada
penderita asma di wilayah
kerja Puskesmas Gorang
Gareng Taji Kabupaten
magetan.
3 Juan Day care Penlitian Penlitian ini dilakukan
C. celedo, attendance in dilakukan untuk mengetahui
dkk., early life, dengan hubungan antara penitipan
2003 maternal history mengambil bayi yang menderita asma
of asthma, and sampel 505 bayi pada tahun pertama,
asthma at the yang penurunan resiko asma
Ageof 6 years ditempatkan di pada bayi yang berada
penitipan dan pada penitipan (day care)
diberi perlakuan dan sejarah ibu yang
dan dibedakan menderita asma
menurut jumlah mempengaruhi resiko
asma pada anak
4 Hidayati Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
(2015) Antara adalah deskriptif menunjukkan 16
Pengetahuan korelatif. responden (33%)
Tentang Populasi mempunyai pengetahuan
Pencegahan sebanyak 49 kurang, 19 responden
Asma dengan orang dan (39%) mempunyai
Kejadian seluruhnya pengetahuan sedang, dan
21

Kekambuhan dijadikan 14 responden (28%)


Pada Penderita sampel. Teknik mempunyai pengetahuan
Asma di analisis data baik. Dilihat dari
Wilayah Kerja yang digunakan kekambuhan asma yang
Puskesmas adalah dengan tergolong kekambuhan
Ngoresan analisis chi- sering ada 23 responden
Surakarta square (47%), kadang ada 18
responden (37%), dan
jarang ada 8 responden
(16%). Ada hubungan
yang signifikan antara
pengetahuan pencegahan
asma dengan kekambuhan
pada penderita asma
5 Utami Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
(2013) Antara merupakan menunjukkan nilai r
Dukungan penelitian sebesar 0,687 dengan p
Sosial Keluarga kuantitatif sebesar 0,000.
dengan dengan metode Berdasarkan hasil
Penerimaan Diri korelasi. Sampel diperoleh maka dapat
Individu yang pada penelitian disimpulkan bahwa
Mengalami ini adalah 105 terdapat hubungan yang
Asma orang dengan positif antara dukungan
teknik sosial keluarga dengan
sistematik penerimaan diri individu
random yang mengalami asma
sampling. Alat
pengumpulan
data dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner.
Analisis data
menggunakan
analisis Pearson
Product
Moment.

2.3 Kerangka Teori

Faktor penyebab kekambuhan


-Faktor genetik
-Faktor lingkungan Pengobatan teratur
-Faktor kondisi medis
-Stres Kebersihan lingkungan
-Olahraga yang berlebihan
22

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Astuti (2010), Harahap, dkk (2007), Ana (2015)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen


23

Peran Keluarga Tingkat Kekambuhan

Gambar 2.2.KerangkaKonsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2015).

Ho : Tidak terdapat hubungan antara peran keluarga dan tingkat kekambuhan

pada penderita asma di poli interna RSUD Kota Surakarta.

Ha : Terdapat hubungan antara peran keluarga dan tingkat kekambuhan pada

penderita asma di poli interna RSUD Kota Surakarta.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional,yaitujenispenlitian yang menekankanpadawaktupengukuran/

observasi data variabelindependendandependenhanyasatu kali satuwaktu

(Nursalam, 2013), variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah

peran keluarga sedangkan variabel terikat (dependen) adalah tingkat

kekambuhanasma.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliitan.Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).Populasi

dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari pasien asma di ruang

penyakit dalam RSUD Kota Surakarta. Berdasarkan data rekam medik

RSUD Kota Surakarta periode bulan April Juni 2015 diperoleh data

sekitar 150 dengan rata-rata 50 pasien asma per bulan yang berobat ke

rawat inap penyakit dalam RSUD Kota Surakarta.

1
24
25

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sampel yangd iambil dari populasi harus betul-

betul representiatif/mewakili (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian

ini adalah 44 pasien asma di RSUD Kota Surakarta.Adapunkriteria

inklusi yang penelititetapkanadalah :

1. Tidak mengalami gangguan kejiwaan

2. Tinggal serumah bersama pasien

3. Pendengaran dan penglihatan yang masih berfungsi dengan baik

4. Mampu berkomunikasi dengan baik

5. Usia>18 tahun, hal ini karena responden sudah dianggap dewasa dan

memahami tentang kuesioner yang diajukan.

6. Keluarga yang terlibat langsung dalam perawatan

Jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini

dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil atau kurang

dari 10.000 yang dikutip dari Notoatmodjo (2010) adalah sebagai

berikut :

N
n =
1 + N.(d2)

Keterangan :

n : Besarnya sampel

N : Jumlah Populasi
26

d : Ketepatan yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diperoleh jika

menggunakan ketepatan yang diinginkan 0,05 adalah sebagai berikut:

50
n = = 44 orang
1 + 50 . (0,05)2

Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut jumlah sampel yagn

diambil pada penelitian ini adalah 44 orang.

Pada penelitian ini tehnik sampling yang digunakanadalah non probability

sampling dengan tehnik purposivesampling.Purposive

samplingyaitupenetapansampeldengancaramemilihsampeldiantarapopulasi

sesuai yang dikehendakipeneliti (tujuan/masalahdalampenelitian)

sehinggasampeltersebutdapatmewakilikarakteristik populasi (Nursalam,

2013).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di

ruangrawatinappenyakitdalam RSUD Kota Surakarta.Tempat ini juga

belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan antara peran

keluarga dengan tingkat kekambuhan pada penderita asma.


27

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini

dilakukanselamabulan Januari 2016.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Variabel

independen (bebas) yaitu peran keluarga dan variabel dependen (terikat) yaitu

kekambuhan asma .

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo

2010).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor


Peran Peran keluarga Kuesioner Ordinal Baik
keluarga adalah bantuan Apabila 76% -
yang diterima oleh 100%
individu yang Cukup
Apabila 56%
mengalami asma
75%
dari anggota Kurang
keluarga individu Apabila < 56%
yang mengalami (Wawan dan Dewi,
asma 2010)
28

Kekambuhan Kekambuhan Lembar Ordinal Sering


asma merupakan Oservasi bila > 3 kali
keadaan klien dalam 3 bulan
asma dimana Kadang-kadang
bila <2-3 kali
muncul gejala
dalam 3 bulan
yang sama seperti Jarang bila < 2
sebelumnya dan kali dalam 3
mengakibatkan bulan
klien asma harus (Hidayati, 2015)
dirawat kembali

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

1. Variabel bebas (peran keluarga)

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk

pengukuran peran keluarga.Instrumen penelitian ini adalah

kuesioner tertutup yang diisi oleh responden.Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang

diketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010).Jenis

kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana

responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan oleh

peneliti yaitu untuk pengetahuan benar dan salah.

Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini

adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten

dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari

pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju

dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007).Jenis pernyataan

kuesioner berupa favourable yaitu pernyataan positif dimana jika ya


29

nilai 1 (satu) jika tidak nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan

unfavourable yaitu pertanyaan negatif jika ya nilai 0 (nol) jika tidak

nilainya 1 (satu).Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 25 butir

soal.Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada

teori yang digunakan.Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi

tanda centang () pada jawaban yang dianggap benar.

Tabel 3.2.
Keterangan Kuesioner Peran Keluarga

Sub Variabel No. item No. item Jumlah


Favourable unfavourable Total
Item
1. Faktor genetik/keluarga 5,6,7,18,22 1,4 7
2. Faktor lingkungan 2,3,15,17 9,12,21,24 8
3. Faktor kondisi medis 10,11,19 13,14 5
4. Stres 8,9 20 3
5. Olahraga berlebihan 23,25 16 3
Jumlah 16 9 25

Sebelumnya kuesioner tersebut diuji validitas dan

reliabilitas.Uji coba instrumen dilakukan pada Puskesmas Nusukan

Surakarta.Menurut Sugiyono (2015), bahwa beberapa ahli

menggunakan 30 orang sebagai sampel dalam uji coba instrumen.

2. Variabel terikat (kekambuhan asma)

Pengukuran kekambuhan asma menggunakan kuesiner dengan

tentang seberapa sering asma tersebut kambuh. Kriteria pengukuran

menggunakan seringbila > 3 kali dalam tiga bulan, kadang-kadang

bila <2-3 kali dalam tiga bulan dan jarang bila < 2 kali dalam tiga

bulan (Hidayati, 2015)


30

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan

tingkatkevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah

instrumendikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam

penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi

product moment. Rumus korelasi product moment adalah:

n.(xy) - (x . y)
rxy =
{n x (x ) } {n y 2 - (y ) }
2 2 2

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment

n : Jumlah responden

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program

komputer statistik.Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r

hitung >r tabel pada taraf signifikan 5% (Ghozali, 2009). Hasil uji

validitas pada sampel uji coba di RSUD Karanganyar diketahui

bahwa dari 25 item kuesioner peran keluarga diketahui bahwa

sebanyak 23 item kuesioner dinyatakan valid karena nilai r hitung


31

(> 0,361), sedangkan sebanyak 2 item kuesioner yaitu kuesioner

nomor 9 dan 14 dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung

(< 0,361), sehingga item yang tidak valid tersebut tidak digunakan

dalam penelitian. Hasil uji validitas untuk variabel peran keluarga

terlampir.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden

memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar

sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap

akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan

Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer statistik.

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

k b
2
r11 = 1

k 1 2 t

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = Jumlah varian butir

t2 = Varians total
32

Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbachs > rkriteria(0,70)

(Ghozali, 2009). Hasil Uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach

Alpha (0,865) > 0,70 sehingga dinyatakan reliabel.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa

peristiwa atau hal sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan

mendukung penelitian (Arikunto, 2010).Cara pengumpulan data

dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan

dan membagikan kuesioner pada responden, kemudian

menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta

mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat

itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti

(Riwidikdo, 2013).Data primer dalam penelitian ini adalah

kuesioner tentang peran keluarga dan kekambuhan asma.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak

secara langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013).Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang

relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.


33

2. Langkah langkah pengumpulan data.

a. Peneliti meminta surat keterangan dari kampus STIKES

Kusuma Husada Surakarta untuk melakukan studi pendahuluan

di RSUD Kota Surakarta.

b. Setelah mendapat ijin dari RSUD Kota Surakarta, peneliti

melakukan studi pendahuluan.

c. Langkah selanjutnya adalah pembuatan proposal hingga seminar

penelitian dan melakukan revisi setelah seminar

d. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari kampus STIKES

Kusuma Husada Surakarta untuk diserahkan ke Kesbangpol

Kota Surakarta dengan tembusan ke Badan Perencanaan Daerah

Kota Surakarta dan ke Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan

akhirnya diserahkan ke RSUD Kota Surakarta.

e. Peneliti bekerja sama dengan perawat RSUD Kota Surakarta

dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data tentang

peran keluarga dan kekambuhan asma.

f. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang

tujuan, manfaat penelitian kemudian memberikan informed

consent.

g. Jika calon responden menyetujui dijadikan responden dalam

penelitian, peneliti meminta responden untuk menandatangi

lembar informed consent.


34

h. Peneliti memberikan kuesioner bagi responden yang bisa

mengisi sendiri sedangkan bagi responden yang ingin dibantu

maka data diisi oleh peneliti.

i. Setelah dirasa lengkap peneliti melakukan analisis dan

pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka

langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum

melaksanakananalisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih

dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa

data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

1. Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi

kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang

diperlukan.Editing dalam penelitian ini adalah mengecek kembali

hasil jawaban responden sudah lengkap atau belum dan jika belum

lengkap maka responden dipersilahkan untuk mengisi kembali.

2. Coding atau mengkode data merupakan suatu metode untuk

mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam

symbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil

observasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan

dengan menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya.

3. Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer.


35

4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut

kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.

3.6.2. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan

dalam bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmodjo,

2010). Dalam penelitian distribusi frekuensi terdiri dari usia,

pendidikan, jenis kelamin, peran keluarga dan kekambuhan asma.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui keterkaitan dua variabel (Notoatmodjo 2010).

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi. Data yang digunakan untuk

pengujian hipotesis ini berasal dari variabel peran keluarga (X) dan

variabel kekambuhan asma (Y) yang pengukurannya menggunakan

skala ordinal yaitu tingkat pengukuran yang memungkinkan

peneliti mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah

ke tingkat yang paling tinggi. Melalui pengukuran ini penulis dapat

membagi respondennya ke dalam urutan rangking atas dasar

sikapnya pada objek atau tindakan tertentu, maka dalam menguji

hipotesis ini digunakan teknik statistik non parametrik.Hipotesis

ini akan diuji dengan menggunakan analisis korelasi Rank


36

Spearman. Korelasi Rank Spearman menurut Sugiyono

(2010)digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji

spesifikasi hipotesis assosiatif, bila masing-masing variabel yang

dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel

tidak harus sama.

Rumus untuk mengukur koefisien Rank Spearman adalah

sebagai berikut :

6 di2
rs =
N (n2 1)

Keterangan :

rs = koefisien korelasi Rank Spearman

di = selisih mutlak antara rangking data variabel X dan

variabel Y

n = banyaknya responden atau sampel yang diteliti(Sugiyono,

2015)

Data diolah dengan menggunakan software SPSS

(Statistical Product for Social Science).Taraf signifikansi yang

digunakan adalah 95 % dengan nilai 0,05. Kriteria keputusan :

a. Apabila rs hitung < rs tabel atau p value> 0,05 maka hipotesis

nol (Ho) diterima dan Ha ditolak berarti peran keluarga tidak

mempunyai hubungan dengan kekambuhan asma


37

b. Apabila rs hitung > rs tabel atau p value< 0,05, maka hipotesis

nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, berarti peran keluarga

mempunyai hubungan dengan kekambuhan asma.

Menurut Dahlan (2011) interpretasi dari kekuatan korelasi

dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.3
Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi, nilai p dan arah korelasi

No. Paramater Nilai Interpretasi


1 Kekuatan 0.00 0.199 Sangat lemah
Korelasi 0.200 0.399 Lemah
0.400 0.599 Sedang
0.600 0.799 Kuat
0.800 1.000 Sangat Kuat

2 Nilai p p < 0,05 Terdapat korelasi yang


bermakna antara dua variabel
yang diuji

p > 0,05 Tidak Terdapat korelasi yang


bermakna antara dua variabel
yang diuji

3 Arah + (postif) Searah, semakin besar nilai


korelasi satu variabel semakin besar
pula nilai variabel lainnya

- (negatif) Berlawanan arah, semakin


besar nilai satu variael,
semakin kecil nilai variabel
lainnya

3.7 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:


38

3.7.1 Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan

dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

3.7.2 Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

4.1.1 Umur responden

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Umur f %
18-29 tahun 9 20.5
30-40 tahun 22 50.0
> 40 tahun 13 29.5
Total 44 100

Tabel 4.1.menunjukkan bahwa mayoritas respondenberusia antara

30 tahun sampai 40 tahun yaitu sebanyak 22 orang (50,0%).

4.1.2 Jenis Kelamin responden

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin f %
Perempuan 10 22.7
Laki-laki 34 77.3
Total 44 100

Tabel 4.2.menunjukkan bahwa mayoritas respondenadalah laki-

laki yaitu sebanyak 34 orang (77,3%).

39
40

4.1.3 Tingkat Pendidikan Responden

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan f %
SD 3 6.8
SMP 7 15.9
SMA 29 65.9
PT 5 11.4
Total 44 100

Tabel 4.3.menunjukkan bahwa mayoritas respondenmemiliki

pendidikan SMA yaitu sebanyak 29 orang (65,9%).

4.2 Analisis Univariat

Hasil analisis univariat variabel penelitian (peran keluarga dan

kekambuhan asma) adalah sebagai berikut :

4.2.1 Analisis univariat variabel peran keluarga

Hasil analisis univariat variabel peran keluarga dapat dilihat pada

tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4. Analisis univariat variabel peran keluarga

Peran Keluarga f %
Baik 4 9,1
Cukup 21 47,7
Kurang 19 43,2
Total 44 100

Tabel 4.4.menunjukkan bahwa mayoritas respondenmempunyai

peran yang cukup dalam membantu pasien yaitu sebanyak 21 orang

(47,7%).
41

4.2.2 Analisis univariat variabel kekambuhan asma

Hasil analisis univariat variabel kekambuhan asma dapat dilihat

pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5. Analisis univariat variabel kekambuhan asma

Kekambuhan asma f %
Sering 0 0,0
Kadang-kadang 28 63,6
Jarang 16 36,4
Total 44 100

Tabel 4.5.menunjukkan bahwa mayoritas respondenkekambuhan

asmanya kadang-kadang yaitu sebanyak 28 orang (36,4%).

4.3. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat menggunakan uji rank spearmanuntuk

mengetahui hubungan antara peran keluarga dengan kekambuhan asma

dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6. Hubungan peran keluarga dengan kekambuhan asma

Keterangan Koefisien Korelasi


Hubungan antara peran keluarga dengan rs p value
tingkat kekambuhan asma -0,451 0,002

Hasil penelitian menunjukkannilai korelasi (r = -0,451) dengan p

value (0,002< 0,05), berarti ada hubungan ada hubungan antara peran

keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma di RSUD Kota Surakarta.

Nilai koefisien korelasi bernilai negatif sehingga hubungannay adalah

berlawanan arah yang berarti semakin baik peran keluarga maka semakin

menurunkan tingkat kekambuhan asma.Nilai koefisien korelasi sebesar (-


42

,0451) yang berada diantara (0,400 0,599) sehingga kekuatan hubungan

antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma pada pasien di

RSUD Surakarta adalah sedang.


43

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Umur responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

respondenberusia antara 30 tahun sampai 40 tahun yaitu sebanyak 22

orang (50,0%). Umur seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tentang asma. Atmoko, dkk (2011) menyatakan bahwa

tingkat pengetahuan tentang asma pada keluarga pasien membuat

keluarga pasien mampu memberikan informasi kepada pasien untuk

tingkat kontrol yang lebih baik pada asma pasien, dimana dengan umur

yang dalam rentang usia produktif membuat pengalaman seseorang juga

sudah mengalami peningkatan sehingga mampu memperoleh informasi

khususnya pengetahuan tentang asma.

5.1.3. Jenis Kelamin Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa mayoritas

respondenadalah laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (77,3%). Hal

tersebut menunjukkan bahwa peranan antara laki-laki dan perempuan

secara tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat

keluarga adalah laki-laki.Di dalam keluarga, laki-lakilah yang paling

sering banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan terkahir di

dalam keluarga adalah suami (Efendi & Makhfudli, 2009).

43
44

Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan

merupakan perawat utama bagi klien. Keluarga berperan dalam

menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di

rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak

diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat

kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di tumah

sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah

sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah (Nurdiana, dkk, 2007).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran serta keluarga dalam

perawatan kondisi kesehatan keluarganya berpengaruh besar bagi

anggota keluarganya, karena keluarga merupakan sistem pendukung

utama yang memberikan perhatian langsung pada setiap keadaan

pasien. Keluarga merupakan sisitem pendukung utama yang member

perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien keluarga

mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah akan dapat menekan

perilaku maladaptive (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilku

adaptif (pencegahan tertier) sehingga derajat kesehatan pasien dan

keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Keliat, 2008).

5.1.2. Pendidikan responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

respondenmemiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang

(65,9%). Tingkat pendidikan responden yang cukup baik menyebabkan

responden memiliki kemampuan untuk menyerap informasi-informasi


45

tentang penyakit asma dan cara pencegahannya. Informasi-informasi

tentang penyakit asma tersebut diperoleh dari media massa, informasi

orang yang dipercaya (keluarga, saudara dan lain-lain) serta petugas

kesehatan, sehingga dengan pengetahuannya tersebut dapat digunakan

untuk memberikan informasi kepada keluarganya selaku penderita asma

sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan asma.

Ningrum (2012) menyatakan bahwa berdasarkan pendidikan yang

dimiliki responden maka dapat mempengaruhi pengetahuan responden.

Pengetahuan yang diperoleh tentang penyakit asma menyebabkan

keluarga pasien memberikan informasi kepada pasien asma, sehingga

ketika pasien memahami tindakan-tindakan yang baik dalam

pencegahan penyakit asma, maka pasien tersebut akan berperilaku

benar dalam pencegahan penyakit asma, sehingga upaya yang

dilakukan dalam pencegahan asma menjadi baik.

5.2. Peran Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas respondenmempunyai

peran keluarga yang cukup dalam membantu pasien yaitu sebanyak 28 orang

(63,6%). Utami (2013) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial dari

keluarga, membuat individu yang memperoleh dukungansosial yang tinggi

akan menjadi individu yang lebih optimis. Dukungan sosial dapat secara

efektif mengurangi stres yang dialami individu terlebih lagi pada individu

yang mengalami sakit kronis, salah satunya adalah asma.


46

Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga seperti rasa empati,

selalu ada mendampingi individu ketika mengalami permasalahan, dan

keluarga menyediakan suasana yang hangat di keluarga dapat membuat

individu merasa diperhatikan, nyaman, diperdulikan dan dicintai oleh

keluarga sehingga individu akan lebih mampu menghadapi masalah dengan

lebih baik. Begitu juga dengan dukungan penghargaan yang diberikan oleh

keluarga yang dapat berupa pemberian apresiasi ketika individu mencapai

suatu keberhasilan, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu

dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Dukungan ini membantu

individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.Dukungan

penghargaan sangat dibutuhkan oleh individu yang mengalami asma karena

berbagai dampak yang ditimbulkan oleh asma cenderung dapat membuat rasa

percaya diri individu yang mengalami asma menurun. Adanya penghargaan

yang positif dari keluarga akan membantu individu untuk meningkatkan rasa

percaya dirinya (Utami, 2013).

5.3. Kekambuhan Asma

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas respondenkadang-

kadang mengalami kekambuhan asma yaitu sebanyak 28 orang (63,6%). Ana

(2015) menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan

kekambuhan asma antara lain adalah faktor genetik, faktor lingkungan,

faktor medis, stres dan olahraga yang berlebihan.


47

Sundari (2007) menyatakan bahwa risiko munculnya asma meningkat

pada anak yang terpapar sebagai perokok pasif.Asma pada anak juga dapat

disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu rumah yang

masuk ke dalam saluran nafas sehingga merangsang terjadinya reaksi

hipersentitivitas tipe I.

5.4. Hubungan Antara Peran Keluarga dengan Kekambuhan Asma

Hasil penelitian menunjukkannilai korelasi (r = -0,451) dengan p

value (0,002< 0,05), berarti ada hubungan ada hubungan antara peran

keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma di RSUD Kota Surakarta.

Nilai korelasi bernilai negatif berarti semakin baik peran keluarga maka

tingkat kekambuhan asma semakin menurun.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari Taufik

(2014), bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan

skizofernia.Nurdiana, dkk (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

ada hubungan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien

skizofrenia.Peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka

kekambuhan, hal ini karena keluarga merupakan sistem pendukung utama

yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit klien.

Penelitian Handayani, dkk (2011) menunjukkan hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis. Hal

tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga berperan dalam mencegah

kekambuhan pasien.Peran keluarga dalam bentuk finansial, informasi,


48

emosional dapat membantu seseorang untuk mengenal dan mengatasi

masalahnya dengan lebih mudah.

Imam (2005) dalam penelitiannya bahwa dalam perawatan klien

dibutuhkan peran keluarga sebab keluarga merupakan tempat dimana

individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya dan

keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan

perawat utama bagi klien.

Liansyah (2014) bahwa komunikasi yang baik dan terbuka antara

praktisi dokter keluarga dan pasien serta orang tua atau keluarga pasien

adalah hal yang penting sebagai dasar penatalaksanaan asma. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Friedman (2010) yang menyebutkan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional, jika dukungan tersebut ada

pada keluarga pasien, maka akan berdampak positif pada pasien.


49

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Sebagian besar respondenberusia antara 30 tahun sampai 40 tahun yaitu

sebanyak 22 orang (50,0%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 34

orang (77,3%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang

(65,9%).

6.1.2.Mayoritas responden cukup berperan dalam membantu pasien yaitu

sebanyak 21 orang (47,7%).

6.1.3.Mayoritasrespondenkekambuhan asmanya kadang-kadang yaitu

sebanyak 28 orang (63,6%).

6.1.4.Adahubungan antara peran keluarga dengan kekambuhan asma (r =

-0,451) dan secara statistik signifikan (p = 0,002).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi tenaga kesehatan (klinik)

Tenaga kesehatan hendaknya memberikan konseling kepada keluarga

pasien yang mengalami asma untuk tidak terjadi kekambuhan asma.

6.2.2. Institusi pendidikan

Institusi pendidikan hendaknya menambah literatur tentang asma demi

meningkatkan pemahaman mahasiswa.

49
50

6.2.3. Pasien

Pasien hendaknya berkomunikasi atau menyampaikan keluhan dengan

anggota keluarga bila mengalami gejala tejadinya gangguan asma,

sehingga dapat secara dini mendapatkan pertolongan pertama pada

pasien.

6.2.4. Keluarga Pasien

Keluarga pasien hendaknya tetap memberikan dukungan kepada pasien

dengan cara menjaga kepatuhan berobat pada pasien asma apabila

dibutuhkan.

6.2.5. Peneliti lain

Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang faktor lain

yang dapat menyebabkan kekambuhan asma, misalnya adalah

kepatuhan berobat.
DAFTAR PUSTAKA

Ana,.(2015). 6 faktor Penyebab Asma Paling Utama.Diakses


http://halosehat.com, tanggal 20 Februari 2016.

Andri, B. (2008). Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di


Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan Tahun 2005-2006. Skripsi. Medan :
FKM USU.

Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Astuti. (2010). Paparan Asap Dalam Rumah, Hewan Peliharaan, Lingkungan


Tempat Tinggal Dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Asma Bronkial Pada
Anak. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 26, No. 3, September 2010.

Atmoko, W, dkk.(2011). Prevalens Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor


yang Berhubungan dengan Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Asma
Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.Jurnal Respirasi Indonesia. Vol 31 No.
2

Celedon, J.C. dkk, (2003).Day Care Attendance In Early Life, Maternal History
Of Asthma, And Asthma At The Ageof 6 Years. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine.Volume 167, Issue 9

Dahlan, S. (2011).Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Jakarta, Salemba


Medika

Depkes RI. (2009). Standar Pelayanan Minimal.Jakarta : Direktorat Jenderal Bina


Kesehatan Masyarakat.

Dorland, N. (2002). Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC

Efendi.(2009). Pengertian Keluarga.Jakarta : Penerbit Medika.

Efendi, Fdan Makhfudli.(2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Friedman, M.M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta : EGC

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS,


Semarang : Universitas Diponegoro.

Harahap, dkk.(2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka.


Hidayat, A.A.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Surabaya : Health Books Publishing.

Hidayati.(2015). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma


dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja
Puskesmas Ngoresan Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ikawati, Z. (2006). Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan. Yogyakarta :


Fakultas Farmasi UGM.

Imam. (2005). Pengaruh Peran Serta Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
HamilDalam Menghadapi Proses Persalinan, Yogyakarta : Stikes Surya
Global

Iris, R. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Asma.Majalah


KedokteranIndonesia.Vol 58 No 11.

Keliat, BA. (2008). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa, Jakarta : EGC.

Kurniawan, S.T. (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat


Kecemasan dalam Menghadapi Menarche pada Siswi SD Negeri 1 Gayam
Kabupaten Sukaharjo.Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Lestari, NF dan Hartini, N. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres dengan


Frekuensi Kekambuhan pada Wanita Penderita Asma Usia Dewasa Awal
yang Telah Menikah. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental.Volume 2, No. 1,

Liansyah, TM. (2014). Pendekatan Kedokteran Keluarga Dalam Penatalaksanaan


Terkini Serangan Asma Pada Anak.Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.Vol 14
No 3.

Ningrum, AS. (2012). Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya


Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja
Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.Naskah Publikasi.
Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.


Nurdiana, dkk.(2007). Korelasi Peran Serta Keluarga Terhadap
TingkatKekambuhan Klien Skizofrenia.Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan. Vol 3, No. 1

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


: Jakarta : SalembaMedika.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.

Sugiyono.(2015). Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta.

Sundari, S. (2007).Kearah Memahami Kesehatan Mental.Yogyakarta: PPB FIP


UNY.

Suprajitno.(2006). Asuhan Keperawatan Keluarga. Aplikasi Dalam


Praktik.Jakarta : EGC.

Taufik, Y. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan


Pasa Pasien Skizofernia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia
DIY.Naskah Publikasi. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Aisyiyah Yogyakarta.

Utami, N.M.S. 2013.Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan


Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma. Jurnal Psikologi
Udayana. Vol. 1, No. 1

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan,, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Wijayakusuma.(2008). Peran Suami Dalam Mendeteksi Tanda Kehamilan.


http://www.ciberindo-aditama. Diakses tanggal 12 Januari 2016

Yosep, I. (2006). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai