Kebijakan Umum :
1 Pelayanan di unit harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
2 Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etika umum dan menghormati hak
pasien.
3 Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan secara teratur dan
kalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku.
4 Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5 Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
6 Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam kecuali unit-unit tertentu.
7 Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan.
8 Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
minimal satu bulan sekali.
9 Semua unit wajib membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan.
Kebijakan KHusus :
Kasus Emergency
Kasus Resusitasi
Restraint
Lansia
Anak
Pasien Cacat
Direktur,
PANDUAN PELAYANAN KASUS EMERGENCY
A. PENDAHULUAN
TRIASE.
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin
akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan
prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Artinya
memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.
Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE yang merupakan
proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat
medik.
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh
petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan
tindakan medik terhadap korban.
Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
tidak mungkin diresusitasi.
4 Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu
tersedia
b Petugas Komunikasi.
c Petugas Ekstrikasi/Bahaya.
f Petugas Perawatan.
c Sektor Bencana.
e Sektor Triase.
h Sektor Transportasi.
6 Rencana Pasca Kejadian Bencana :
Tim Medik dari Tim Tanggap Pertama (bisa saja petugas yang selesai
melakukan triase) mulai melakukan stabilisasi dan tindakan bagi
korban berdasar prioritas triase, dan kemudian mengevakuasi mereka
ke Area Tindakan Utama sesuai kode prioritas. Kode merah
dipindahkan ke Area Tindakan Utama terlebih dahulu.
TRANSPORTASI KORBAN
PERIMETER
Keamanan.
PENILAIAN AWAL.
Fase Resusitasi.
Survei Sekunder.
Paling penting adalah jenis dan x-match darah yang harus selesai
dalam 20 menit. Gas darah arterial juga penting namun kegunaannya
dalam pemeriksaan serial digantikan oleh oksimeter denyut.
Pemeriksaan Hb dan Ht berguna saat kedatangan, dengan pengertian
bahwa dalam perdarahan akut, turunnya Ht mungkin tidak tampak
hingga mobilisasi otogen cairan ekstravaskuler atau pemberian cairan
resusitasi IV dimulai.
PENUTUP.
Indonesia adalah super market bencana. Semua petugas medis bisa
terlibat dalam pengelolaan bencana. Semua petugas wajib
melaksanakan Sistim Komando Bencana dan berpegang pada SPGDT-
S/B pada semua keadaan gawat darurat medis baik dalam keadaan
bencana atau sehari-hari. Semua petugas harus waspada dan memiliki
pengetahuan sempurna dalam peran khusus dan pertanggung-
jawabannya dalam usaha penyelamatan pasien.
Karena banyak keadaan bencana yang kompleks, dianjurkan bahwa
semua petugas harus berperan-serta dan menerima pelatihan tambahan
dalam pengelolaan bencana agar lebih terampil dan mampu saat
bencana sebenarnya.
RUJUKAN.
1. Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General
Emergency Life Support (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan Ketiga. Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. 2006.
2. Penanggulangan Kegawatdaruratan sehari-hari & bencana.
Departemen Kesehatan R.I. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2006.
3. Tanggap Darurat Bencana (Safe Community). Departemen
Kesehatan R.I. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2006.
4. Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan
Penaanganan Pengungsi. Departemen Kesehatan R.I. Pusat
Penanggulangan Masalah Kesehatan. Tahun 2002.
5. Advanced Trauma Life Support. Course for Physicians 6th. edition.
American College of Surgeons, 55 East Erie Street, Chicago, IL
60611-2797.
6. Multiple Casualty Insidents. Available at
http://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.html.
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOHAR BARU
Nomor :
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN KOMA
DAN PASIEN DENGAN ALAT BANTU HIDUP
Menimbang :
Bahwa pelayanan pasien koma dan pasien dengan alat bantu hidup
merupakan salah satu pelayanan pada pasien beresiko tinggi, maka perlu
ditetapkan kebijakan pelayanan pasien koma dan pasien dengan alat bantu
hidup dengan Surat Keputusan Direktur RSUD Johar Baru.
Mengingat :
1 Surat Izin Penyelenggaraan RSUD Johar Baru dari Dinas Kesehatan Nomor:
.
2 Undang-undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4 Surat Keputusan Surat Keputusan Direktur RSUD Johar Baru No. ....,
Tanggal ..., Tentang .....
M E M U T U S K A N:
Menetapkan:
Ketiga : Setiap pelayanan pasien koma dan pasien yang membutuhkan alat
bantu hidup di RSUD Johar Baru harus dilaksanakan secara
seragam sesuai dengan standar prosedur operasional yang
ditetapkan di RSUD Johar Baru.
Kelima : Pelayanan pasien koma dan pasien yang membutuhkan alat bantu
hidup tidak diberikan pada pada pasien dan atau keluarga yang
menandatangani surat pernyataan penolakan tindakan.
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
Direktur,
A. PENGERTIAN
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. ( Brunner dan Suddarth, 1996).
C. RUANG LINGKUP
Asuhan Pasien dengan alat bantu hidup terutama dapat terjadi pada pasien yang
dirawat di ICU/ICCU
D. TATA LAKSANA
1. Indikasi Klinik
a. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromuscular Disease
2) Central Nervous System disease
3) Depresi system saraf pusat
4) Musculosceletal disease
5) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
b. Kegagalan pertukaran gas
1) Gagal nafas akut
2) Gagal nafas kronik
3) Gagal jantung kiri
4) Penyakit paru-gangguan difusi
5) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch
2. Klasifikasi Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat
tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator
tekanan negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular
seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak
stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi
sering.
b. Ventilator Tekanan Positif Ventilator tekanan positif
menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif
pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan
intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan
volume bersiklus. Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator
tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah
tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran
udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya
tercapai, dan kemudian siklus mati. Ventilator tekanan bersiklus
dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan.
Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang
diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran
udara Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator
volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara
pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah
dikirimkan pada klien , siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi
secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator
tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
1) Sederhana, mudah dan murah
2) Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi
nafas hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3) Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat
penunjang pernafasan yang lain.
4) Dapat dirangkai dengan PEEP
5) Dapat memonitor tekanan, volume inhalasi, volume ekshalasi,
volume tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
6) Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
7) Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
8) Mudah membersihkan dan mensterilkannya.
3. Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan
teknik dan keterampilan interpersonal yang unik, antara lain :
a. Meningkatkan pertukaran gas Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik
adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas dengan
mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian
dari mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk
perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji
pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala
hipoksia, dan respon terhadap tindakan . Pertukaran gas yang tidak
adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat
beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi,
atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas
bawah disertai fisioterapi dada ( perkusi,fibrasi ) adalah strategi lain
untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup
bukti tentang kerusakan intima pohon Trakeobronkial. Intervensi
keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi
mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri.
Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan
dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam
gas darah yang menandakan terjadinya masalah ( pneumotoraks,
perubahan letak selang, emboli pulmonal ).
b. Penatalaksanaan jalan nafas Ventilasi tekanan positif kontinu
meningkatkan pembentukan sekresi apapun kondisi pasien yang
mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi dengan
auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan membersihakan jalan
nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang
sering, dan peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi
dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran
sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik
intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk
mendilatasi bronkiolus.
c. Mencegah trauma dan infeksi Penatalaksanaan jalan nafas harus
mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau trakeostomi. Selang
ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya sedikit
kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea.
Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika
diindikasikan karena peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering
dilakukan karena rongga oral merupakan sumber utama kontaminasi
paruparu pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya
selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan
ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada
pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan
dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin
untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
d. Peningkatan mobilitas optimal Mobilitas pasien terbatas karena
dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan aktivitas otot sangat
bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental.
Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk
mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
e. Meningkatkan komunikasi optimal Metode komunikasi alternatif harus
dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi mekanik. Bila
keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan pendekatan
komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan
pensil,bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman.
Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam menentuka metode yang
paling sesuai untuk pasien.
f. Meningkatkan kemampuan koping. Dengan memberikan dorongan pada
klien untuk mengungkapkan perasaan mengenai ventilator, kondisi
pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat. Memberikan
penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas
dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin
menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama
jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan
tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan
perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika
sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan
punggung, tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan
memampukan ien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan
kondisi dan ketergantungan pada ventilator.
4. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan
antara lain :
a. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri
pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekua
b. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang
minimal.
c. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan
jumlah sel darah putih.
d. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan. e. Berkomunikasi secara
efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi
lainnya.
f. Dapat mengatasi masalah secara efektif.
5. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan
pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Analisa gas darah arteri
c. Kapasitas vital paru
d. Kapasitas vital kuat
e. Volume tidal
f. Ventilasi semenit
g. Tekanan inspirasi
h. Volume ekspirasi kuat
i. Aliran-volume
j. X ray dada
k. Status nutrisi / elektrolit.
6. Penyapihan dari ventilasi mekanik Kriteria dari penyapihan ventilasi
mekanik :
a. Tes penyapihan
1) Kapasitas vital 10-15 cc / kg
2) Volume tidal 4-5 cc / kg
3) Ventilasi menit 6-10 l
4) Frekuensi permenit < 20 permenit
b. Pengaturan ventilator
1) FiO2 < 50%
2) Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
c. Gas darah arteri
1) PaCO2 normal
2) PaO2 60-70 mmHg
3) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
d. Selang Endotrakeal
1) Posisi diatas karina pada foto Rontgen
2) Ukuran : diameter 8.5 mm
e. Nutrisi
1) Kalori perhari 2000-2500 kal
2) Waktu : 1 jam sebelum makan
f. Jalan nafas
1) Sekresi: antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan
(suctioning)
2) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau
Steroid
3) Posisi : duduk, semi fowler
g. Obat-obatan
1) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
2) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
h. Emosi Persiapan psikologis terhadap penyapihan
i. Fisik Stabil, istirahat terpenuhi
E. DOKUMENTASI
1. Setiap kegiatan yang sudah dilakukan didokumentasikan ke dalam rekam
medis pasien.
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter yang mewakili
(dokter jaga) mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan kondisi pasien di
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
3. Perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien di Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
4. Untuk edukasi didokumentasikan dalam Formulir Edukasi Pasien dan
Keluarga Terintegrasi.
5. Untuk pemantauan atau monitoring pasien didokumentasikan di lembar
observasi pasien.
TENTANG
KEBIJAKAN TATALAKSANA RESUSITASI
Menimbang :
Bahwa usaha resusitasi merupakan tindakan untuk menyelamatkan pasien yang
terancam jiwanya, maka perlu ditetapkan kebijakan tatalaksana resusitasi dengan
Surat Keputusan Direktur RSUD Johar Baru.
Mengingat :
1 Surat Izin Penyelenggaraan RSUD Johar Baru dari Dinas Kesehatan Nomor:
..
2 Undang-undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4 Surat Keputusan RSUD Johar Baru No......., Tanggal ......, Tentang
Pengangkatan Direktur RSUD Johar Baru.
M E M U T U S K A N:
Menetapkan:
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
Direktur,
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TOTO KABILA TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN PASIEN USIA LANJUT, PASIEN YANG
CACAT, PASIEN ANAK DAN POPULASI PASIEN
DENGAN RESIKO KEKERASAAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH JOHAR BARU
KEDUA : Kebijakan pelayanan pasien usia lanjut, pasien yang cacat,
pasien anak dan populasi pasien dengan resiko kekerasaan
di RSUD Johar Baru sebagaimana tercantum dalam
lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
pasien usia lanjut, pasien yang cacat, pasien anak dan
populasi pasien dengan resiko kekerasaan dilakukan oleh
Bidang Pelayanan dan Keperawatan.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
Direktur,
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD Johar Baru
Nomor :
Tanggal :
Direktur,
1 Pengertian
a Pelayanan pasien usia lanjut, pasien yang cacat, pasien anak dan populasi
pasien dengan resiko kekerasan adalah bentuk pelayanan yang diberikan
kepada pasien usia lanjut, pasien yang cacat, pasien anak dan populasi
pasien dengan resiko kekerasan pada saat mendapatkan
perawatan/pengobatan di rumah sakit.
b Pasien usia lanjut adalah pasien yang berusia 65 tahun keatas yang
dirawat di rumah sakit.
c Pasien yang cacat adalah pasien yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental yang dirawat di rumah sakit.
d Pasien anak adalah pasien yang berusia 14 tahun ke bawah yang dirawat
di rumah sakit.
e Populasi pasien dengan resiko kekerasan adalah populasi pasien yang
mempunyai resiko mendapat kekerasan fisik, yaitu bayi, anak-anak, orang
cacat, usia lanjut dan pasien-pasien korban kekerasan (korban
pemerkosaan, korban pemukulan, tahanan, dan lain-lain).
2 Ruang Lingkup
a Instalasi Gawat Darurat
b Unit Rawat Inap
c Intensive Care Unit
d Kamar Operasi
e Unit Rawat Jalan
f PONEK
g Unit Penunjang Medis
3 Tata Laksana
a Pelayanan Pasien Usia Lanjut
1 Petugas menanyakan identitas pasien pada saat pendaftaran
2 Pasien usia lanjut yang akan berobat di rawat jalan disiapkan kursi
roda untuk keperluan ambulasi
3 Pasien usia lanjut yang masuk melalui IGD menggunakan brankar
untuk keperluan ambulasi.
4 Pada saat di IGD dan unit rawat inap pasien usia lanjut menggunakan
gelang pasien dengan warna kuning.
5 Pasien usia lanjut harus didampingi oleh keluarganya setiap saat
termasuk pada saat menerima edukasi, mendapat penjelasan tentang
kondisi penyakit pasien pada saat dilakukan tindakan/prosedur, dan
lain-lain.