Bab 1 Kep - Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam
perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi
baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada
negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi
ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special
Report : reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian
bayi baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus
neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum,case fatality
rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko
infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi
oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi
dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap
infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum) ?
2. Bagaimana etiologi dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum) ?
3. Bagaimana perjalanan penyakit/patogenesis bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)?
4. Bagaimanapatofisiologi dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum) ?
5. Bagaimana manisfestasi klinis dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum) ?
6. Apa sajadiagnosis dan pemeriksaan penunjang dari bayi resiko tinggi (Sepsis
Neonatorum)?
7. Bagaimanapenatalaksanaan dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)?
8. Apa sajakomplikasi dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)?
9. Bagaimanaprognosis dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)?
10. Apa saja faktor resiko dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
2. Untuk mengetahui etiologi dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
3. Untuk mengetahui perjalanan penyakit/pathogenesis Bayi resiko tinggi (Sepsis
Neonatorum)
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
5. Untuk mengetahuimanisfestasi klinis dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
6. Untuk mengetahuidiagnosis dan pemeriksaan penunjang dari Bayi resiko tinggi (Sepsis
Neonatorum)
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
8. Untuk mengetahui komplikasi dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
9. Untuk mengetahui prognosis dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
10. Untuk mengetahui faktor resiko dari bayi resiko tinggi (Sepsis Neonatorum)
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi (Sepsis
Neonatorum)
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Sepsis Neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama bulan pertama
kehidupan (Nelson, 2004).
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi
yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik (Doenges, Marylyn E.
2000).
Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan
diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat
beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International
Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses
berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi
multiorgan, dan akhirnya kematian.
2.2 Etiologi
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial (Sari Pediatri, 2009),
adalah:
1. Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B (GBS), kuman usus Gram
negatif,terutamaEscherisia coli,Listeria monocytogenes,Stafilokokus, Streptokokus lainnya
(termasuk Enterokokus),kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae.
2. Sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus epidermidis),kuman Gram
negatif (Pseudomonas,Klebsiella,Serratia,dan Proteus),dan jamur.
2.3 Faktor Risiko Terjadinya Sepsis Neonatal
(Sari Pediatri, 2009):
1. Prematuritas dan berat lahir rendah, disebabkan fungsi dan anatomi kulit yang masih imatur,
dan lemahnya sistem imun,
2. Ketuban pecah dini (>18 jam),
3. Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi, misalnya khorioamnionitis,
infeksi saluran kencing, kolonisasi vagina oleh GBS, kolonisasi perineal dengan E. coli,
4. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
5. Prosedur invasif,
6. Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal,
7. Bayi dengan galaktosemi,
8. Terapi zat besi,
9. Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang terlalu lama,
10. Pemberian nutrisi parenteral

2.4 Manifestasi klinik


Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi diberikan tanpa
menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak spesifik dengan diagnosis banding
yang sangat luas, termasuk gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit
susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi lainnya (misalnya infeksi
TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus, herpes). Bayi yang diduga menderita sepsis
bila terdapat gejala(Sari Pediatri, 2009):
1. Letargi, iritabel,
2. Tampak sakit,
3. Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-bintik tidak
rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
4. Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
5. Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik,
6. Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih, napas cuping hidung,
retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama atau tiba-tiba, takikardi, atau hipotensi
(biasanya timbul lambat),
7. Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung dengan atau
tanpa adanyabowel loop.
Namun Menurut Arief, 2008,manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah
sebagai berikut,
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak
teratur, ubun-ubun membonjol.
2.5. Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh
bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara (Surasmi, 2003), yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk
kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman
yang dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis,
dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya
kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan
amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus
dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui
cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain
saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes genitalis,
candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea,
infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilikus.
sumber: Zaenal A.Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum 2005.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan hitung jenis, trombosit.
Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/ml, trombositopeni <150.000/ml (spesifisitas
tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil muda meningkat >1500/ml, rasio neutrofil imatur : total
>0,2. Adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri,
kenaikan sedang didapatkan pada kondisi infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte
colonystimulating factor), sitokin IL-1, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).
b. Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang menderita
kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur darah positif.
c. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
d. Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
e. Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan ginjal.
Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan atas indikasi.
3) Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis, yang
merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.
(Sari Pediatri, 2009)

2.7 Pencegahan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus tanpa pengobatan yang
memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.Oleh karena
itu,tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan
dan kematian (Surasmi, 2003). Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara bekala, imunisasi, pengobatan
terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera
terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat
pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan piperlakukan
sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkindilakukan
(bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan
selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,pemberian ASI
secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan
peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan infasif harus dilakukan
dengan prinsip prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.
Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik.
Semua personil yang menangani atau bertugas bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular
harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan
mikrobiologi dan tes resistensi.
2.8 PROGNOSIS
Tergantung pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama penyakit, dan 25% bayi
meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. Angka kematian pada
bayi prematur yang kecil adalah 2 kali lebih besar. Dan kira-kira angka kematian kasus adalah
30-60%.
2.9 Penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi
2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal
dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada,
pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah
dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem
dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari
i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21
hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi
syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi.(Sari Pediatri, 2009)

2.10 Komplikasi
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari. Potensi komplikasi yang
mungkin terjadi meliputi (Sari, 2009):
1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi
mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupan energi yang berkurang. Asidosis
metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat,
selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal
netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice
terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh
yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal,
bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau
menyusu, dan terjadinya hipertermia..
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini
merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel
darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel
darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun
pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh,
sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan
kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena
seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang mengeluarkan
endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis.
Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan
endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi
dan emboli pada mikrovaskular.
2.11 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

2. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu.

4. Riwayat penyakit keluarga

3. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi
sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu
selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

2. Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari
kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu
sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal,
stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi

5. Pemeriksaan Fisik

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah
retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan


metabolism

2. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

3. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan kebocoran cairan kedalam


intersisial

4. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya pengiriman


oksigen kedalam jaringan,

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

6. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun

7. kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi


(Doenges, 2000)

3. Intervensi Keperawatan

1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan


metabolism

Tujuan : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )


Intervensi Rasional
1. Pantau suhu pasien 1. Suhu 38,9 -41,1o C
2. Pantau suhu lingkungan menunjukkkan proses penyakit
batasi/tambahkan linen sesuai infeksius akut
indikasi 2. Suhu ruangan harus di ubah
3. Berikan kompres hangat, untuk mempertahankan suhu
hindari penggunaan alcohol mendekati normal
4. Kolaborasi dalam pemberian 3. Membantu mengurangi
antipiretik, misalnya aspirin, demam
asetaminofen 4. Mengurangi demam dengan
aksi sentral pada
hipotalamus

2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia

Tujuan / Kriteria hasil

Intervensi Rasional
1. Pertahankan tirah baring 1. Menurunkan beban kerja mikard
2. Pantau perubahan pada tekanan dan konsumsi oksigen
darah 2. Hipotensi akan berkembang
3. Pantau frekuensi dan irama bersamaan dengan mikroorganisme
jantung, perhatikan disritmia menyerang aliran darah
4. Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, 3. Disritmia jantung dapat terjadi
dan kualitas sebagai akibat dari hipoksia
5. Catat haluaran urine setiap jam dan 4. Peningkatan pernapasan terjadi
berat jenisnya sebagai respon terhadap efek-efek
6. Kaji perubahan warna langsung endotoksin pada pusat
kulit,suhu,kelembapan pernapasan didalam otak
7. Kolaborasi dalam pemberian 5. Penurunan urine mengindikasikan
cairan parenteral penurunan perfungsi ginjal
8. Kolaborasi dalam pemberian obat 6. Mengetahui status syok yang
berlanjut
7. Mempertahankan perfusi jaringan
8. Mempercepat proses
penyembuhan

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial

Tujuan / Kriteria hasil

Intervensi Rasional
1. Catat haluaran urine setiap jam
1. Penurunan urine
dan berat jenisnya
mengindikasikan penurunan
2. Pantau tekanan darah dan denyut
perfungsi ginjal serta
jantung
menyebabkan hipovolemia
3. Kaji membrane mukosa
4. Kolaborasi dalam pemberian
2. Pengurangan dalam sirkulasi
cairan IV misalnya
volum cairan dapat mengurangi
kristaloid
tekanan darah

3. Hipovolemia akan memperkuat


tanda-tanda dehidrasi

4. Cairan dapat mengatasi


hipovolemia

4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam
jaringan

Tujuan /Kriteria hasil :

Intervensi Rasional
1. Pertahankan jalan nafas dengan 1. Meningkatkan ekspansi paru-
posisi yang nyaman atau semi paru
fowler 2. Pernapasan cepat dan dangkal
pantau frekuensi dan kedalaman terjadi karena hipoksemia, stress
jalan nafas dan sirkulasi endotoksin
auskultasi bunyi nafas, perhatikan 3. Kesulitan bernafas dan
krekels, mengi munculnya bunyi adventisius
2. Catat adanya sianosis sirkumoral merupakan indikator dari
3. Selidiki perubahan pada kongesti pulmona/ edema
sensorium intersisial
4. Sering ubah posisi 4. Menunjukkna oksigen sistemik
5. Mengurangi ketidakseimbangan tidak adequate
ventilasi 5. Fungsi serebral sangat sensitif
terhadap penurunan
oksigenisasi

5. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )
6. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau
belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan . Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat tiga
alternatif, yaitu :
a. Tujuan tercapai : pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian : pasien menunjukkan perubahan sebagian sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai : pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi (Sepsis)

1. Pengkajian
I. Identitas

1. Identitas pasien

1. Nama lengkap : By. I

2. Tempat / tanggal lahir : Bandar Lampung / 24 Juni 2015

3. Umur ( hr / bl / thn ) : 23 Hari

4. Jenis kelamin : Perempuan

5. Suku Bangsa : Melayu / Indonesia

6. Bahasa yg digunakan :

7. Agama : ( Orang tua Islam )

8. Pendidikan :

9. Tanggal/Jam masuk : 15 Juli 2015/14.30 Wib

10. Diagnosa Medis : Sepsis Neonatorum

11. No. RM : 04-15-58

2. Identitas orang tua

1. Nama ayah / ibu / wali : Tn. H

2. Umur : 34 Tahun

3. Pendidikan : SMP

4. Pekerjaan : Nelayan

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

7. Alamat :

8. Bahasa yg digunakan : Jawa


II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama masuk rumah sakit
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam (suhu
38,5 o C ) sejak 2 hari yang lalu dan mengalami bibir membiru,
demam, menangis kurang, dan reflex hisap lemah
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang bersama Ibunya dalam keadaan bibirnya membiru,
nafasnya terhenti tiba-tiba, refleksa hisap kurang/lemah, dan kejang.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Ibu pasien mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi
pada tanggal 24 Juni 2015 dan bayi tidak segera menangis setelah
dilahirkan
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum perah mengalami
demam sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang bayinya
mengalami keadaan seperti ini.
6. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Umum
Suhu : 37 C
Pernafasan : 44 kali /menit
Nadi : 122 x/ menit (normal 120-160 x/menit)
Keaktifan gerak: aktif
B. Keadaan umum
Kesadaran : somnolen
Bangun tubuh : -
Postur tubuh : -
Cara berjalan : -
Gerak motorik : lemah
Keadaan kulit :
Warna : kuning (ikterik)
Turgor : kurang elastic (kering/keriput) >3 detik
C. Head To To
a. Kepala
Kulit kepala kurang bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
edema
b. Mata
Konjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, tidak ada edema,
reflek pupil
c. Hidung
Bentuk hidung pasien normal,simetris,tidakada perdarahan,
tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Bentuk normal, bersih tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Bentuk bibir normal, warna bibir kebiruan, mukosa kering
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
karotis, dan kelenjar typoid
g. Thorax
Bentuk dada simetris, dan terlihat tarikan iga saat bernapas
h. Abdomen
Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
i. Genetalia
Bersih, tidak ada darah, tidak ada gangguan
j. Ekstremitas
Atas : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, terdapat
sianosis, terpasang infuse pada tangan sebelah kiri
Bawah : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, ada
sianosis.
D. Antropometri
a.Lingkar kepala ; 32 cm
b.Lingkar dada : 33 cm
c.Lingkar lengan : 12 cm
d.Berat badan lahir : 3000 gr
e.Panjang badan : 50 cm

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan bilirubin tgl 29/03/201, hasil : 7,9 mg/dl
Glukosa 69 mg/dl
Haemoglobin 13,5 gr%
Erutrocit 3,72

Data fokus
Data subjektif Data objektif
o Ibu pasien mengatakaan bayinya demam o Keadaan umum pasien terlihat lemah
selama 2 hari o Pasien terlihat lemas
o Ibu pasien mengatakan bayi tidak mau o Pasien terlihat mengalami sianosis
minum o Bayi terlihat mengalami apneu
o Ibu pasien mengatakan bayi menangisnya o Tanda-tanda vital
lemah - Suhu : 38, 50C
o Ibu dan keluarga pasien mengatakan - Nadi : 148 x/ menit
cemas dengan keadaan bayinya - Pernapasan : 68 x/ menit
o Ibu pasien mengatakan bibir bayi membiru o Pasien terlihat mengalami kejang b
sejak tadi pagi ulang 3-5 detik
- Ibu pasien mengatakan bahwa bayinya - Sclera mata pada pasien terlihat ikter
hanya minum 50 cc ASI / 24 jam dan OGT - Berdasarkan pemeriksaan lab,
15 cc / 3 jam bilirubin pasien 7,9 mg/dl
- Ibu pasien mengatakan bahwa konsistensi - Ibu dan keluarga pasien tampak geli
BAK bayinya cair dan berwarna sering bertanya tentang perkem
kekuningan, dan konsistensi BAB bayinya kesehatan bayinya
lembek, berwarna kekuningan, dengan - Ibu dan keluarga pasien tampak geli
pola 1x/2 hari. sering bertanya tentang perkem
kesehatan bayinya
- Konjungtiva tampak anemis
- 12. Mukosa bibir kering

Analisa data
Data subjektif Data objektif Masalah
Ibu pasien mengatakan Bayi terlihat mengalami Perfusi
bibir bayi membiru sejak sianosis cerebral
tadi pagi

Ibu pasien mengatakaan - Pemeriksaan Tanda-tanda Peningkatan


bayinya demam selama 2 vital suhu tubuh
Suhu : 38, 50C
hari
Nadi : 148 x/ menit
Pernapasan : 68 x/ menit
- Pasien terlihat mengalami
kejang berulang-ulang 3-5
detik
Ibu pasien mengatakan bayi Konjungtiva tampak Defisit
anemis
tidak mau minum volume
Mukosa bibir kering
Ibu pasien mengatakan
Keadaan umum bayi terlihat cairan
bahwa bayinya hanya
lemah
minum 50 cc ASI / 24 jam
dan OGT 15 cc / 3 jam
Ibu pasien mengatakan
bahwa konsistensi BAK
bayinya cair dan berwarna
kekuningan, dan konsistensi
BAB bayinya lembek,
berwarna kekuningan,
dengan pola 1x/2 hari.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai


oksigen ke otak ditandai dengan ibu pasien mengatakan bibir bayi membiru
sejak tadi pagi, bayi terlihat mengalami sianosis
2. Hipertermi berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi
temperature, dehidrasi, peningkatan metabolisme ditandai dengan ibu pasien
mengatakaan bayinya demam selama 2 hari, pemeriksaan tanda-tanda vital;
Suhu : 38, 50C, Nadi : 148 x/ menit, Pernapasa : 68 x/ menit
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
plasma ditandai dengan ibu pasien mengatakan bayi tidak mau minum, ibu
pasien mengatakan bahwa bayinya hanya minum 50 cc ASI / 24 jam dan OGT
15 cc / 3 jam, ibu pasien mengatakan bahwa konsistensi BAK bayinya cair dan
berwarna kekuningan, dan konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna
kekuningan, dengan pola 1x/2 hari, konjungtiva tampak anemis, mukosa bibir
kering, keadaan umum bayi terlihat lemah
3. Intervensi
No/Diagnos Tujuan &
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a
1. Ganggua Tujuan : Setelah 1. Observasi tanda- Untuk
dilakukan tindakan tanda vital
n perfusi mengetahui
keperawatan selama 2. Pantau frekuensi
jaringan 1x24 jam diharapkan dan irama jantung, keadaaan umum
perfusi jaringan perhatikan
serebral dan tanda-tanda
kembali normal, disritmia
berhubun dengan kriteria hasil :3. Kaji frekuensi vital pasien,
napas, kedalaman
gan yaitu: suhu, nadi,
1. Sianosis berkurang. dan kualitas
dengan 4. Kaji perubahan respirasi.
2. TTV Bayi: warna kulit, suhu,
berkuran Disritmia jantung
RR : 30-60x/menit. kelembaban
gnya N : 100-160 x/menit 5. Kolaborasi dalam dapat terjadi
S : 34-35 0C pemberian cairan
suplai sebagai akibat
parenteral
oksigen dari hipoksia
ke otak. Peningkatan
pernapasan
terjadi sebagai
respon terhadap
efek-efek
langsung
endotoksin pada
pusat pernapasan
da dalam otak.
Mengetahui
ststus syok yang
berlanjut
Mempercepat
proses
penyembuhan
2.Hiperterm Setelah dilakukan 1. Observasi suhu 1. Shu tubuh
tindakan keperawatan tubuh pasien diatas 380 C
i
selama 1x 24 jam 2. Pantau suhu menandakan
berhubunga diharapkan tidak ruangan proses penyakit
terjadi peningkatan 3. Beri asupan minum infeksi akut
n dengan
suhu tubuh, dengan sesuai kebutuhan 2. Suhu ruangan
efek kriteria hasil : dan jadwal. harus diubah
1. Suhu tubuh pasien4. Ajarkan anggota untuk
endotoksin,
dalam batas normal keluarga cara mempertahanka
perubahan (36,5-37,2 0 C) kompres hangat. n suhu
2. Tidak ada kejang 5. Kolaborasi dalam mendekati
regulasi
3. Dehidrasi pemberian normal.
temperature berkurang antipiretik, yaitu 3. Agar
paracetamol 500 kebutuhan
, dehidrasi,
mg 3 x 1tablet. cairan terpenuhi
peningkatan 4. Melibatkan
anggota
metabolism
keluarga untuk
tindakan
keperawatan.
5. Mengurangi
demam dengan
aksi sentral pada
hipotalamus

3.Defisit Tujuan : Setelah 1. Observasi 1. Hipovolemia/cai


membrane mukosa ran ruang ketiga
volume dilakukan tindakan
kering, turgor kulit akan
cairan keperawatan selama yang kurang baik. memperkuat
2. Observasi tanda-tanda
berhubunga 1x24 jam diharapkan
keadaan umum dan dehidrasi.
n dengan deficit volume cairan tanda-tanda vital 2. Untuk
pasien tiap 6 jam mengetahui
peningkatan tidak terjadi, dengan
3. Kaji pengisian keadaaan umum
permeabilit kriteria hasil : kapiler pasien dan tanda-tanda
as kapiler Konjungtiva tidak (CRT/caffilery vital pasien,
reffil time) yaitu: Tekanan
plasma anemis 4. Ukur masukan darah, suhu,
Mukosa bibir lembap dan haluaran nadi, respirasi.
Keadaan umum bayi (terutama urine dan3. Untuk
berat jenis urine). mengetahui
tidak lemah
5. Berikan peningkatan
pengetahuan CRT/caffilery
mengenai reffil time (<2
pentingnya cairan detik).
untuk 4. Mengetahui
mempertahankan pengukuran ma-
keseimbangan sukan dan
volume cairan haluaran urine
adekuat kepada se- bagai
keluarga paien. indikator
6. Berikan cairan dehidrasi. Dan
IV, misalnya jika haluaran
kristaloid (D5W, urine sedikit,
NS) dan koloid warna urine
(albumin, plasma kuning pekat.
beku segar) sesuai
indikasi 5.Agar keluarga
7. Kolaborasi pasien
dengan mengetahui dan
laboratorium dalam memahami
pemeriksaan lab mengenai
darah dan elektrolit pentingnya
(HGB, HCT, cairan untuk
Natrium) mempertahanka
n keseimbangan
volume cairan
yang adekuat
sehingga dapat
membantu
dalam upaya
penyembuhan
pasien
6. Sejumlah besar
cairan mungkin
dibutuhkan
untuk mengatsi
hipovolemia
relative
(vasodilatasi
perifera);
menggantikan
kehilangan
dengan
meningkatkan
permeabilitas
kapiler
(misalnya
penumpukan
cairan di dalam
rongga
peritoneal) dan
meningkatkan
sumber-sumber
tak kasat mata
(misalnya
demam/diaforesi
s.

7. Mengevaluasi
perubahan di
dalam
hidrasi/viskosita
s darah dan
elektrolit
(HGB,HCT,Natr
ium) yang akan
merefleksikan
dehidrasi, nilai
tinggi dapat
mengindikasika
n disfungsi/
kegagalan
ginjal.
4. Implementasi

Hari/Tgl/Jam No/ Dx Implementasi Paraf


Kamis/16 Juli 1.Gangguan 1. Mengobservasi tanda-
2015/ 08.00 perfusi jaringan tanda vital
serebral 2. Memantau frekuensi dan
berhubungan irama jantung,
dengan perhatikan disritmia
berkurangnya 3. Mengkaji frekuensi
suplai oksigen napas, kedalaman dan
ke otak. kualitas
4. Mengkaji perubahan
warna kulit, suhu,
kelembaban
5. Kolaborasi dalam
memberian cairan
parenteral

Kamis/16 Juli 2.Hipertermi 1. Mengobservasi suhu


201514.00 berhubungan tubuh pasien
dengan efek 2. Memantau suhu ruangan
endotoksin, 3. Memberi asupan minum
perubahan sesuai kebutuhan dan
regulasi jadwal.
temperature, 4. Mengajarkan anggota
dehidrasi, keluarga cara kompres
peningkatan hangat.
metabolisme 5. Kolaborasi dalam
memberian antipiretik,
yaitu paracetamol 500
mg 3 x 1tablet.
Kamis/16 Juli 3.Defisit volume 1. Mengobservasi
201520.00 membrane mukosa
cairan
kering, turgor kulit yang
berhubungan kurang baik.
2. Mengobservasi keadaan
dengan
umum dan tanda-tanda
peningkatan vital pasien tiap 6 jam
3. Mengkaji pengisian
permeabilitas
kapiler pasien
kapiler plasma (CRT/caffilery reffil
time)
4. Mengukur masukan dan
haluaran (terutama urine
dan berat jenis urine).
5. Memberikan
pengetahuan mengenai
pentingnya cairan untuk
mempertahankan
keseimbangan volume
cairan adekuat kepada
keluarga paien.
6. Memberikan cairan IV,
misalnya kristaloid
(D5W, NS) dan koloid
(albumin, plasma beku
segar) sesuai indikasi
7. Kolaborasi dengan
laboratorium dalam
pemeriksaan lab darah
dan elektrolit (HGB,
HCT, Natrium)
5. Evaluasi
No/ Dx Hari / Tanggal / Jam Evaluasi
1.Gangguan perfusi Kamis/16 Juli 2015 S : Ibu pasien
jaringan serebral Pukul 20.00 wib mengatakan bibir
berhubungan dengan bayi sudah
berkurangnya suplai tidak membiru lagi
oksigen ke otak. O : Sianosis
berkurang, sesak
mendadak
berkurang, reflek
hisap mulai
membaik, frekuensi
kejang berkurang
A : Masalah dalam
gangguan perfusi
jaringan serebral
sudah teratasi
sepenuhnya
P : Perawat dan
pengobatan dihentikan

2.Hipertermi Kamis/16 Juli 2015 S : Ibu pasien


berhubungan dengan
Pukul 20.00 wib mengatakaan suhu
efek endotoksin,
perubahan regulasi badan bayinya
temperature, dehidrasi,
masih hangat
peningkatan
metabolisme O : Pemeriksaan
Tanda-tanda vital
TD : 86/54 mmHg
N : 120 x/menit
S : 36 oC
RR : 30 x/menit
A : Sebagian masalah
sudah teratasi
P : Tindakan
keperawatan
dilanjutkan :
Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik,
yaitu paracetamol 500
mg 3 x 1tablet
S : Ibu pasien
3.Defisit volume cairan mengatakan bayi
berhubungan dengan sudah mau minum
peningkatan O: Konjungtiva tidak
permeabilitas kapiler tampak anemis dan
plasma mukosa bibir
lembab
A: Masalah dalam
gangguan deficit
cairan sudah
teratasi sepenuhnya
P : Perawatan dan
pengobatan dihentikan
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sepsis Neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama bulan
pertama kehidupan.
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan
syok septik.
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial, adalah:
- Sepsis primer
- Sepsis nosokomial.
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatal:
- Prematuritas dan berat lahir rendah
- Ketuban pecah dini (>18 jam),
- Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi
- Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
- Prosedur invasif,
3.2 Saran

a. Meningkatkan mutu pelayan kesehatan


b. Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
c. Meningkatkan pofesionalitas kerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.

Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai